Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN

Sebelum membahas lebih lanjut bagian ini, perlu kiranya


mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan penelitian. Herman
Wasito mendefinisikan penelitian sebagai: Usaha untuk memperoleh fakta
atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran) dengan
cara mengumpulkan dan rnenganalisis data (informasi) yang dilaksanakan
dengan teliti, jelas, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan (metode
ilmiah).45 Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam suatu
penelitian yang mengharapkan suatu hasil yamg dapat
dipertanggungjawabkan harus menggunakan metode ilmiah. Dengan kata
lain tidak mungkin diperoleh hasil yang baik dari suatu penelitian bila
tidak menggunakan metode ilmiah. Oleh karenanya menentukan metode
dan sistematika yang digunakan perlu dipikirkan sejak awal, sebelum
melakukan penelitian. Tiga pokok penting yang akan dijelaskan dalam bab
tiga ini adalah metode penelitian, prosedur penelitian dan disusul dengan
metode analisa data.
Metode Penelitian
Dalam rangka penulisan skripsi ini penulis menempuh metode
(pendekatan) deskriptif. Dikatakan deskriptif karena penelitiannya tertuju
pada dan berusaha menjelaskan masalah yang ada sekarang sesuai
dengan realitanya atau sebagaimana adanya. Mngenai metode ini,
Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar
45 Hermawan Wasito, Pengantar Metode penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), hlm. 6.

Metoda Teknik,46 menjelaskan mengenai ciri dari metode ini adalah selain
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, selanjutnya data yang sudah terkumpul mula-mula disusun lalu
dijelaskan dan kemudian dianalisa. Adapun metode yang dipergunakan
dalam mengumpulkan data untuk pembuatan skripsi ini adalah interviu
langsung dan tidak langsung, yang keduanya secara rinci akan diuraikan
dalam pokok bahasan teknik pengumpulan data. Yang dimaksud dengan
interviu/komunikasi langsung adalah wawancara, sedang komunikasi tidak
langsung yaitu berupa angket.

47

Prosedur Penelitian
Dalam mengawali penelitiannya, penulis memulainya dari
penentuan daerah, penentuan responden, diikuti dengan sumber data
kemudian penjelasan tentang teknik pengumpulan data. Winarno
Surakhmad, pengantar penelitian Ilmiah Dasar.
Penentuan Daerah
Daerah atau tempat yang menjadi obyek penelitian penulis
adalah Gereja Kristen Kalam Kudus (GKKK) yang berdomisili di desa
Mojorejo kecamatan Wates kabupaten Blitar. Gereja ini merupakan cabang
dari GKKK yang berkedudukan di jalan Raya 14B Kesamben - Blitar.
Penentuan Responden Erat kaitannya dengan penentuan tempat atau
lokasi penelitian di atas, maka responden yang menjadi obyek penelitian
adalah: (1) tidak pada semua populasi, tetapi hanya mengambil sampel

46 Winarno surakhmad, pengantar penelitian ilmiah dasar metode Teknik


( Bandung : Tarsito , 1990 ) 140
47 Ibid

saja (80 orang) yang berusia 17 tahun ke atas untuk mewakili populasi
seluruhnya (133 orang yang aktif). (2) hamba Tuhan setempat, termasuk
guru-guru Sekolah Minggu yang masih aktif melayani. Sebelum
menjelaskan lebih lanjut, penulis merasa perlu untuk menguraikan sekilas
tentang populasi dan sampe. Joko Subagyo, dalam bukunya Metode
Penelitian dalam Teori dan Praktek, menjelaskan bahwa populasi adalah
obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan
data.

48

Dalam suatu penelitian tidak harus meneliti semua elemen atau

unsur semua anggota dalam populasi, karena selain membutuhkan biaya


yang tidak sedikit juga waktu yang relatif lama. Oleh kerenanya dan pada
umumnya dalam suatu penelitian cukup mengambil sebagian dari
populasi yang ada (sampel). Sampel adalah sebagian individu yang
diselidiki

49

sebagian dari populasi

dapat dipandang representatif.

51

50

sebagian saja dari populasi yang

Dalam pengambilan sampel, penulis

berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi yang


menyatakan bahwa sebenarnya tiak ada ketetapan yang mutlak berapa
persen suatu sampel harus diambil dari populasi.52

48 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalamTeori dan praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm. 23.

49 Hermawan Wasito, op.cit. hlm. 51.


50 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984), hlm. 221.
51 Winarno Surakhmad,.cit., hlm. 93.
52 Sutrisno Hadi, hlm. 73.

Berbeda dengan Hermawan Wasito yang menegaskan bahwa


dalam penentuan sampel perlu memperhatikan sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar
mewakili populasi.53 Berikut beberapa teknik yang dipergunakan oleh
penulis dalam melakukan penelitian, yakni sebuah bentuk teknik
komunikasi langsung yaitu interviu (wawancara) dan sebuah bentuk
teknik komunikasi tak langsung yaitu angket Interviu (wawancaral
wawancara merupakan alat pengumpul dauauntuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya yang oelh Nasution disebutnya sebagai suatu
bentuk komunikasi verbal

54

atau suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan cara mengungkapkan


pertanyaan-pertanyaan kepada responden.55 Jelasnya, wawancara atau
interviu bukanlah sekedar percakapan biasa, walaupun keduanya berupa
interaksi verbal. Dalam interviu diperlukan kemampuan untuk
mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus dan tepat.
Dan juga diperlukan kemampuan untuk menangkap buah pikiran orang
lain dengan tepat. Alasan penulis menggunakan metode ini karena
pertimbangan keuntungan sebagai berikut:
a. Peneliti dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan.
b. b. Peneliti dapat memperoleh keterangan yang lebih mendalam
tentang suatu masalah yang berkaitan dengan apa yang diteliti.

53 Hermawan wasito, hlm. 53.


54 . Nasution, Metode recearcn (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1995), hlm. 113
55 Joko Subagyo, op. Cit., hlm. 39.

c. Melalui wawancara atau interviu, peneliti dapat berusaha agar


pertanyaan yang diajukan benar-benar dipahami oleh responden.
d. d. Metode ini memungkinkan pleksibelitas dalam cara-cara
mengajukan pertanyaan. Selain keuntungan, ada pula
kelemahannya:
1. Apa yang diucapkan oleh seseorang (responden) belum tentusama
dengan apa yang sebenarnya.
2. Apabila tidak segera dilakukan pencatatan akan banyak hal yang
tertinggal karena kelupaan; khususnya bila dalam wawancara tidak
direkam.
3. Harus mengadakan perjanjian terlebih vdahuhu dengan responden
mengenai waktu dan tempat pertemuan wawancara dilaksanakan.
4. Membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya (transport)
khususnya bila jaraknya cukup jauh.
Perlu dikemukakan pula bahwa pada umumnya wawancara
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu wawancara berstruktur dan
wawancara tak berstruktur. Menjelaskan keduanya, Nasution dalam
bukunya 'Metode Research mendefinisikan wawancara berstruktur adalah
wawancara yang dilakukan bersarkan pertanyaan pertanyaan yang sudah
disusun sebelunya. Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah
wawancara yang tidak dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya.
56

Tidak membedakan artinya, Hermawan Wasito menyebut kedua macam

wawancara di atas sebagai wawancara terpimpin dan wawancara tak


terpimpin.

57

Dalam hal nU.penulis menggunakan wawancara berstruktur

karena sebelum melakukan wawancara telah mempersiapkan daftar

56 . Nasution, op.cit., hlm. 118.


57 . Hermawan Wasito, op.cit.,hlm. 73.

pertanyaan lebih dulu. Pertanyaan-pertanyaan berikut penulis susun


sehubungan dengan pentingnya pelayanan anak dan efek yang
diakibatkan oleh pelayanan anak.
Beberapa pertanyaan berikut ini penulis ajukan kepada hamba
Tuhan setempat (nomor 1 sampai 3) dan untuk tiga nomor berikutnya
diajukan kepada guru-guru Sekolah Minggu yang Setiap saat berhubungan
langsung dengan anak-anak.
1. Bagaimana pendapat atau pandangan Bapak terhadap pelayanan
kepada anak-anak ?
2. Menurut Bapak, apa pentingnya /efek yang diakibatkan oleh
pelayanan kepada anak-anak ?
3. Dalam kaitannya dengan pelayanan kepada anak-anak agayang
Bapak lakukan baik terhadap orang tua maupun ternadap guru-guru Sekolah Minggu ?
4. Mohon jelaskan mengapa Anda mau melayani anak-anak ?
5. Apa yang Anda blla ada anak-anak yang Anda layani tidak masuk
atau tidak setia lagi ?
6. Dalam hubungannya dengan Pertumbuhan gereja, bagaimana
pendapat Anda bila di suatu gereja tidak ada pelayanan Anak-anak ?
Selain mengadakan wawancara dengan Gembala Sidang dan
guru-guru Sekolah Minggu Gereja Kristen Kalam Kudus Mojorejo Wates
Blitar, berikut penulis juga mewawancarai Bapak Timotius Mukadi dan
Bapak Thomas Sudarman. Ide untuk mewawancarai kedua orang Bapak
tersebut di atas bermula dari membaca sejarah berdirinya gereja GKKK
Mojorejo yang penulis peroleh dari Bapak Surono (perintis berdirinya GKKK

Mojorejo) yakni pada waktu penulis melapenelitian pada tanggal 16 Juli


1995 yang lalu. Di mana ada beberapa nama yang dicatat dalansejarah
tersebut (butir ke 14), dua diantaranya adalah Bapak Timotius Mukadi
(ditulis 'Mukadi dalam sejarah) dan Bapak Thomas Sudarman (ditulis
'Darman' dalam sejarah), yang saat itu keduanya ikut aktif membantu
pelayanan Sekolah Minggu. Maksud utama penulis me-wawancarai kedua
orang Bapak tersebut di atas adalah: Pertama, karena keduanya
merupakan saksi mata dan bahkan ikut terlibat langsung dalam
pelayanan saat itu, tentunya informasi (data) yang bisa diperoleh dari
keduanya merupakan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Kedua, penulis ingin mengetahui seberapa banyak anakanak Sekolah Minggu yang pada waktu itu (tahun dan sejarahnya
terlampir) dilayani, dan sekarang ini masih tetap setia dan aktif ikut
ibadah dalam kebaktian umum di Gereja Kristen Kalam Kudus Mojorejo
-Wates-Blitar. Perlu ditambahkan, bahwasannya kedua tokoh di atas,
kesetiaannya melayani sebagai guru Sekolah Minggu bukan hanya di
tahun tujuh puluhan, tetapi sampai tahun 1978 (Bapak Thomas
Sudarman) dan Bapak Timotius Mukadi melayani Sekolah Minggu sampai
tahun 1985. Bahkan lebih daripada itu keduanya sampai sekarang (Mei
l997 ketika wawancara ini berlangsung) masih aktif membantu pelayanan
di GKKK Mojorejo. Dan lagi sudah dua tahun terakhir ini, Bapak Timotius
Mukadi telah merintis/membuka Pos pelayanan baru di desa Kaliwungu
Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Adapun basil dari wawancara
dengan kedua tokoh di atas, akan dilaporkan dalam bab empat yang
membahas mengenai penyajian dan analisa data. kuesioner (Angket)

Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi dari sumber yang beraneka ragam. Angket
adalah daftar pertanyaan atau daftar kuesioner

58

yang oleh Nasution

disebutnya sebagai daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh keterangan tertentu dari responden.59 Melinat dari jenisnya,
angket dapat dibedakan menjadi dua yakni angket tertutup dan angket
terbuka. Angket Tertutup Angket tertutup terdiri atas pertanyaanpertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan, di mana
responden tinggal men-cek jawaban mana yang paling sesuai dengan
pendiriannya. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan angket macam
ini: (l) Hasilnya mudah diolah (2) Responden tidak perlu menulis atau
mengekspresikan buah pikirannya dalam bentuk tulisan dan (3) waktu
yang dibutuhkan relatif sedikit. Selain keuntungan, ada juga
kelemahannya dalam menggunakan angket tertutup: Pertama, responden
tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain yang tidak tertera
dalam angket. Kedua, seakan responden dipaksa/harus memilih jawaban
yang sudah ditentukan, walaupun kemungkinan jawaban tersebut tidak
sesuai dengan pendapatnya. Dan kelemahan ketiga adalah adanya
kemungkinan dalam mengisi, responden melakukannya dengan asalasalan. Angket Terbuka Berbeda dengan angket tertutup, angket terbuka
masin memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab apa
yang dirasa sesuai dengan pendapatnya. Sebaliknya peneliti hanya

58 Gorys Keraf, Komposisi (Flores-Ende:nusa indah ,l994)hlm. 161.


59 59. S. Nasution, OP. cit ., hlm. 142.

memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang berkenaan dengan


masalah-masalah yang diteliti. Adapun keuntungan menggunakan angket
jenis ini adalah selain telah disebutkan di atas, juga berguna sekali bila
peneliti belum mengenal responden dengan baik. Dan lagi, pertanyaannya
bisa disusun sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan responden.
Kelemahan yang dapat kita lihat dari penggunaan angket terbuka:
Pertama, sulit dalam mengolahnya karena jawabannya relatif sulit diberi
kode atau diklasifikasikan. Dan ini berarti bahwa bila salah dalam
mengklasifikasikan tentu akan memberi kesimpulan yang keliru. Kedua,
bagiresponden, butuh waktu yang banyak untuk mengisi. Sedangkan bagi
peneliti, membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengolahnya .
Kelemahan berikutnya adalah belum tentu semua responden sanggup
menyatakan pikirannya dalam bentuk tulisan. Dari dua jenis angket yang
sudah diuraikan di atas dalam pelaksanaannya penulis menggunakan
angket jenis pertama, yakni angket tertutup. Selain karena beberapa
keuntungan yang sudah disebutkan di atas, secara kuantitatif peneliti
dapat memperoleh data yang sukup banyak, yang terbar secara merata
dalam wilayah yang diselidiki, walaupun kenyataannya tidak semua daftar
pertanyaan dikembalikan. Perlu penulis kemukakan pula mengenai sistem
penyebaran angket dalam penelitian ini. Sebenarnya ada beberapa cara
yang bisa ditempuh, antara lain bisa dikirim melalui pos. Hanya saja perlu
dipertimbangkan dengan baik mengingat kelemahannya, di mana cara
demikian terdapatnya kurang tanggap dari responden sehingga berakibat
jawabannya dikembalikan dalam waktu yang tidak terbatas, padahal bagi
peneliti menghendaki sebaliknya. Belum lagi waktu yang tersedot pada

saat angket tersebut sedang dalam perjalanan. Mengingat dan


mempertimbangkan banyaknya waktu, tenaga dan biaya yang harus
dikeluarkan bila menggunakan cara tersebut di atas, maka penulis
mengambil keputusan untuk menerapkan cara berikut, yaitu datang
langsung ke lokasi penelitian. Adapun bagaimana camapenyebaran
angket tersebut sehingga sampai di tangan responden dan bagaimana
angket itu bisa diperoleh kembali oleh peneliti serta bagaimana hasil yang
diperolehnya, selengkapnya akan penulis laporkan secara rinci dalam bab
empat yang secara khusus akan menjelaskan tentang penyajian dan
analisa data. Perlu juga kiranya penulis kemukakan disini bahwa apa yang
akan penulis laporkan dalam bab empat, adalah merupakan hasil yang
diperoleh oleh penulis dalam melakukan penelitian dalam rangka
memenuhi salah satu tugas (wajib) dari mata kuliah Program Praktek
Lapangan di Sekolah Tinggi Theologia Sulung Indonesia pada tahun 1995.
Kemudian ditambah lagi dengan hasil wawancara yang penulis lakukan
pada bulan Mei 1997.

Metode Analisa Data


Metode analisa data adalah merupakan suatu cara

pengolahan data-data yang telah diperoleh. Adapun tujuan dari analisa


data adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan

60

demikian menurut Hermawan Wasito. Berbicara mengenai data, Joko


Subagyo (1991)menyatakan bahwa bila dilihat dari segi wujudnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
61

Ditambahkan, data kualitatif itu berbentuk suatu penjelasan atau

bersifat menerangkan dalam bentuk uraian yang menggam barkan


keadaan, proses serta peristiwa tertentu. Sedangkan data kuantitatif,
umumnya penyajiannya dalam bentuk angka. Mengenai cara yang
digunakan dalam menganalisis data, dalam bukunya 'Pengantar
Metodologi Penelitian' Hermawan Wasito menyebutkan ada dua cara,
yaitu analisis nonstatistik dan analisis statistik.62Ditambahkan, analisis
nonstatistik cocok untuk data kualitatif, yang tidak dilakukan perhitungan
statistika, tetapi cukup dengan membaca data yang telah diolah.
Sedangkan analisis statistika cocok untuk data kuantitatif, dan
dalam analisis ini digunakan pernitungan statistika untuk membaca data
yang telah diolah. Pada dasarnya hasil penelitian dapat dianalisis dengan
salah satu cara dari dua cara tersebut di atas. Berhubung data yang
diperoleh merupakan data kuantitatif, maka dalam menganalisis data
yang diperoleh pemis menggunakan analisis statistika yaitu penarikan

60 Hermawan Wasito, op.cit., hlm. 88.


61 Joko Subagyo, op.cit. hlm. 94.
62 Hermawan wasito, op. cit., hlm. 89.

kesimpulan dari suatu pembuktian yang dinyatakan dalam bentuk


kuantitas dengan angka~angka.

Anda mungkin juga menyukai