Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembuatan makalah ini didasari untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah

sebagai matakuliah pilihan yang memiliki bobot 3 SKS. Perkembangan akuntansi syariah saat
ini sudah cukup meluas di Indonesia dimana Bank Bank konvensional yang ada di
Indonesia mulai mendirikan unit bisnis syariah maupun entitas syariah yang terpisah.
Munculnya entitas entitas maupun unit syariah juga menjadi awal dari adanya
instrumen syariah. Salah satu instrumen syariah yang popular di Indonesia adalah obligasi
syariah atau disebut dengan sukuk. Tujuan dari tugas ini adalah untuk memaparkan teori
mengenai Obligasi Syariah (sukuk) dan penerapannya di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tujuan Instruksi Khusus mata kuliah Akuntansi Syariah, masalah yang
dibahas adalah mengenai obligasi syariah (sukuk). Dengan pokok bahasan lebih spesifik
yaitu:
1. Teori Obligasi Syariah (sukuk)
2. Penerapan Obligasi Syariah di Indonesia
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
1.3.1. Tujuan Umum
1. Memahami teori mengenai Obligasi Syariah
2. Mengetahui dan memahami penerapan Obligasi Syariah di Indonesia
1.3.2 Tujuan Khusus
Memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah
1.4. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
lebih rinci tentang proses penyusunan sebagai wacana awal bagi penyusunan
karya tulis selanjutnya.
2. Sebagai literature untuk lebih memahami.

1.5. Metodologi Penelitian


Dalam penulisan Karya Tulis ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah :
1. Studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan
2.

dengan penulisan karya tulis ini.


Penjelajahan internet yaitu dengan mencari beberapa informasi di mesin pencari
yang penulis tidak dapatkan dari buku-buku.

BAB II
Landasan Teori
2.1 Pengertian Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki
arti mirip dengan sertifikat atau note, dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan. Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI), sukuk adalah certificate of equal value representing undivided
shares ownership of tangible asset, usufruct and services (in the ownership of) the assets of
particular projects or special investment activity. Jadi sukuk adalah sebagai sertifikat dari
suatu nilai yang dipresentasikan setelah menutup pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat,
dan menggunakannya sesuai rencana, sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset
yang jelas, barang, atau jasa atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu
aktivitas investasi tertentu. Sukuk pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional,
dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil
sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian
antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. Selain itu, sukuk
juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar dan maysir.
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk adalah efek
syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu
nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan
kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
2.2 Karakteristik Sukuk
Karakteristik sukuk dapat disajikan sebagai berikut :

1. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).
2. Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan.
3. Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.
4. Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)
5. Memerlukan underlying asset.
6. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.
Obligasi syariah bukanlah surat utang seperti pada obligasi konvensional, perbedaan
antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional disajikan dalam tabel berikut :

2.3 Jenis Jenis Sukuk


Jenis sukuk menurut The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) :
1. Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati
sebelumnya (Fatwa DSN No. 15/2000).
2. Sukuk Ijarah

Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah,
dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat
atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati,
tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri. Pendapatannya bersifat tetap
berupa fee ijarah / pendapatan sewa, yang besarannya sudah diketahui sejak awal
obligasi diterbitkan.
3. Sukuk Musyarakah
Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk
membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedangkan
kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai proporsi modal masing masing
pihak.
4. Sukuk Istishna
Sukuk Istishna adalah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna,
dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau
barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
2.4 Fatwa MUI Tentang Obligasi Syariah
2.4.1 Fatwa MUI Tentang Obligasi Syariah Umum
Dewan Syariah Nasional MUI menetapkan fatwa terkait Obligasi Syariah Nomor :
32/DSN-MUI/IX/2002, yang berisi :
Ketentuan Umum
1. Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga;
2. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip
prinsip syariah;
3. Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan
Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Ketentuan Khusus
1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain :
a. Mudharabah (Muqaradhah) / Qiradh
b. Musyarakah
c. Murabahah
d. Salam
e. Istishna
f. Ijarah
2. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan
syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah;
3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang
Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal;
4. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang
digunakan;
5. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad akad yang digunakan.
Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara pihak pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2.4.2 Fatwa MUI tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk Negara)
Selain menetapkan fatwa untuk Obligasi Syariah secara umum, Dewan Syariah
Nasional MUI juga menetapkan fatwa mengenai Surat Berharga Syariah Negara Nomor :
69/DSN-MUI/VI/2008 sebagai berikut :
Ketentuan Umum :
1. Surat Berharga Syariah Negara atau disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga
Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
2. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara (BMN)
yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan, maupun selain tanah

dan/atau bangunan yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan dasar penerbitan
SBSN.
3. Imbalan adalah semua pembayaran yang diberikan kepada Pemegang SBSN yang
dapat berupa ujrah (uang sewa), bagi hasil, atau bentuk pembayaran lain sesuai
dengan akad yang digunakan sampai dengan jatuh tempo SBSN.
4. Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan untuk
melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN.
Ketentuan Khusus :
1. Akad yang digunakan dalam penerbitan SBSN dapat berupa :
a. Ijarah ;
b. Mudharabah ;
c. Musyarakah ;
d. Istishna ;
e. Akad lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Penggunaan akad akad sebagaimana dimaksud dalam angka 1 butir a s.d. butir e harus
memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI terkait dengan masing masing akad.
3. SBSN dapat diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit
SBSN.
4. Penggunaan Aset SBSN harus sesuai dengan prinsip syariah.
5. Penggunaan dana hasil penerbitan SBSN tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
6. Pemindahan kepemilikan SBSN oleh pemegang SBSN di pasar sekunder harus mengikuti
kaidah yang sesuai dengan sifat akad yang digunakan pada saat penerbitan.
7. Pemerintah wajib membayar imbalan serta nilai nominal atau dana SBSN kepada
pemegang SBSN pada saat jatuh tempo sesuai akad yang digunakan.
8. Pemerintah boleh membeli sebagian atau seluruh SBSN sebelum jatuh tempo dengan
mengikuti ketentuan dalam akad yang digunakan pada saat penerbitan.
9. Pemerintah atau Perusahaan Penerbit SBSN boleh menerbitkan kembali suatu seri SBSN.

2.5 Akuntansi Sukuk


Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;

e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.


Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah, termasuk
adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities). Pemilik sertifikat berbagi
hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan menanggung kerugian sebanding dengan
proporsi kepemilikan sertifikat. Penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya
tidak hanya menggunakan akad ijarah atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan
akad lain (multi akad). Untuk tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut
diperlakukan sebagai satu kesatuan akad dalam penerbitan sukuk.
PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk hanya mengatur 2 jenis sukuk yaitu : sukuk
mudharabah dan sukuk ijarah. Hal ini disebabkan penerbitan sukuk di Indonesia sebagian
besar didominasi oleh sukuk ijarah dan sebagian kecil adalah sukuk mudharabah.
1. Akuntansi untuk Penerbit
Sukuk Mudharabah

Sukuk Ijarah

Saat Pengakuan

Saat entitas menjadi pihak


yang terikat dengan
ketentuan penerbitan sukuk
mudharabah.

Saat entitas menjadi pihak


yang terikat dengan
ketentuan penerbitan sukuk.

Pengukuran

Sukuk mudharabah diakui


sebesar nilai nominal.

Sukuk ijarah diakui sebesar


nilai nominal, disesuaikan
dengan premium atau
diskonto dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Setelah pengakuan awal, jika
jumlah tercatat berbeda
dengan nilai nominal maka
perbedaan tersebut
diamortisasi secara garis
lurus selama jangka waktu
sukuk ijarah dan diakui
sebagai beban penerbitan
sukuk ijarah.

Pengakuan dan Pengukuran


atas Biaya Transaksi

Biaya transaksi diakui secara


terpisah dari sukuk
mudharabah
Biaya transaksi diamortisasi
secara garis lurus selama
jangka waktu sukuk

Biaya transaksi diakui


sebagai pengurang atas nilai
nominal sukuk.

mudharabah, dan diakui


sebagai beban penerbitan.
Return bagi investor

Penyajian

Berupa bagi hasil

Berupa Ujrah/ fee

Bagi hasil yang menjadi hak


investor sukuk mudharabah
diakui sebagai pengurang
pendapatan, bukan sebagai
beban

Beban ijarah diakui pada saat


terutang

Bagi entitas syariah : Sebagai


Dana Temporer

Disajikan sebagai liabilitas


secara neto setelah premium
atau diskonto dan biaya
transaksi yang belum.

Bagi entitas nonsyariah :


sebagai liabilitas yang
terpisah dari liabilitas lain
dan dalam urutan paling
akhir dalam liabilitas
Biaya transaksi penerbitan
sukuk mudharabah disajikan
alam aset sebagai beban
tangguhan
Pengungkapan

a. Persyaratan utama
dalam penerbitan,
seperti : aktivitas,
ringkasan akad,
jangka waktu, nilai,
prinsip bagi hasil dan
lainnya.
b. Penjelasan aktivitas
yang mendasari
penerbitan seperti :
jenis usaha, tren
usaha dan pihak
pengelola.
c. Lain-lain.

a. Pesyaratan utama
dalam penerbitan,
seperti : aktivitas,
ringkasan akad,
jangka waktu, nilai
nominal, besar
imbalan dan lainnya.
b. Penjelasan aktivitas
yang mendasari
penerbitan seperti :
jenis dan umur
ekonomik
c. Lain lain.

2. Akuntansi untuk Investor


Sukuk Mudharabah
Sebelum Pengakuan

Sukuk Ijarah

Entitas menentukan klasifikasi investasi dalam 2 pilihan:


a. Diukur harga perolehan: jika model usahanya bertujuan
memperoleh arus kas kontraktual (tujuan ditetapkan oleh

entitas) dan persyaratannya ada tanggal pembayaran.


Untuk sukuk mudharabah adalah arus kas kontraktual
berupa bagi hasil dan pokok, sedangkan untuk sukuk
ijarah adalah arus kas imbalan berupa ujrah.
b. Diukur pada nilai wajar.
Entitas tidak boleh mengubah klasifikasi kecuali ada perubahan
tujuan model usaha.
Saat Pengakuan

Pada saat tanggal perdagangan atau Pada

saat

tanggal

penyelesaian transaksi dalam pasar perdagangan


yang lazim.

atau

penyelesaian

transaksi

dalam pasar yang lazim.


Pengukuran
Jika menggunakan harga Sebesar biaya perolehan termasuk Sebesar biaya
perolehan

biaya transaksi.

perolehan

termasuk biaya transaksi,


jika ada selisih atas nilai
nominal

dan

perolehan

biaya
maka

diamortisasi secara garis


lurus selama jangka waktu
sukuk.
Jika menggunakan nilai Sebesar nilai wajar tidak termasuk biaya transaksi.
wajar
Setelah Pengakuan Awal
Jika menggunakan harga Jika
perolehan

terdapat

indikasi

penurunan

nilai,

maka

entitas

membandingkan antara nilai tercatat dan jumlah terpulihkan. Jika


jumlah terpulihkan lebih kecil maka diakui rugi penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan adalah jumlah dari nilai pokok yang akan
diterima tanpa memperhitungkan nilai kini.

Jika menggunakan nilai Diukur pada nilai wajar, selisih antara nilai wajar dan jumlah
wajar

tercatat diakui dalam laba rugi.


Penentuan nilai wajarinvestasi mengacu pada urutan

sebagai berikut:
Kuotasi harga pasar aktif, atau
Harga yang terjadi dari transaksi terkini jika tidak ada
kuotasi harga di pasar aktif, atau

Nilai wajar instrumen sejenis jika tidak ada kuotasi harga di pasar
aktif dan tidak ada harga yang terjadi dari transaksi terkini.
Penyajian

Tergantung pada pilihan pengukuran.


Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto
dalam laba rugi.

Pengungkapan

Klasifikasi berdasarkan jumlah investasi.


Tujuan model usaha yang digunakan.
Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada dan

penyebabnya.
Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya
perolehan.

2.5.1 Ilustrasi Akuntansi Sukuk


Entitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang dimilikinya. Nilai tercatat Aset Z
adalah Rp100 milyar dan metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
Penerbitan sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut:
- Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
- Investor mewakilkan kepada Entitas A atas aset yang mendasari penerbitan sukuk (Aset Z).
- Aset Z disewakan kepada Konsumen.

1. Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun


Tidak ada jurnal
2. Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor
Kas dan setara kas
100.000.000.000
Sukuk ijarah
100.000.000.000
3. Pada saat aset disewakan kepada Konsumen
Tidak ada jurnal
4. Pada saat menerima pembayaran sewa dari Konsumen
Kas dan setara kas
30.000.000.000
Kewajiban
30.000.000.000
Sukuk ijarah
20.000.000.000
Pendapatan sewa
20.000.000.000
Beban penyusutan
20.000.000.000
Akumulasi penyusutan
20.000.000.000
5. Pada saat pembayaran kepada Investor
Kewajiban
30.000.000.000
Kas dan setara kas
30.000.000.000

B. Sukuk Ijarah Diterbitkan atas Aset yang Disewa


Entitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang akan disewanya. Penerbitan sukuk
dilakukan dengan skema sebagai berikut:
Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
Investor mewakilkan kepada Entitas A untuk membeli Aset Z.
Aset Z disewa oleh Entitas A selama jangka waktu sukuk ijarah.
Aset Z dihibahkan kepada Entitas A setelah berakhirnya jangka waktu sukuk ijarah,
nilai wajar Aset Z sebesar Rp5 milyar.

(1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun
Tidak ada jurnal
(2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor
Db Kas dan setara kas 100.000.000.000
Kr Sukuk ijarah 100.000.000.000
(3) Pada saat Entitas A membeli Aset Z atas nama Investor
Tidak ada jurnal
(4) Pada saat Entitas A menyewa Aset Z kepada Investor
Tidak ada jurnal
(5) Pada saat Entitas A membayar sewa
Db Beban ijarah 10.000.000.000
Db Sukuk ijarah
(bagian dari beban ijarah) 20.000.000.000
Kr. Kas dan setara kas 30.000.000.000
(6) Pada saat Aset Z dihibahkan kepada Entitas A
Db Aset Z 5.000.000.000
Kr Pendapatan
(setara nilai wajar) 5.000.000.000
C. Sukuk Mudharabah
Entitas A menerbitkan sukuk mudharabah atas Proyek Z. Penerbitan sukuk dilakukan dengan
skema sebagai berikut:

Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
Bagi hasil antara Entitas A dan Investor adalah 40% dan 60% dari pendapatan proyek
(dasar laba bruto atau gross profit basis).

Pengembalian modal pokok dilakukan pada akhir tahun kelima.

(1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk mudharabah, Rp100 milyar, 5 tahun
Tidak ada jurnal
(2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor
Db Kas dan setara kas 100.000.000.000
Kr Sukuk mudharabah 100.000.000.000
(3) Pada saat Aset Z menghasilkan laba bruto Rp15 milyar
Db Kas dan setara kas 15.000.000.000
Kr Pendapatan 6.000.000.000
Kr Kewajiban 9.000.000.000
Hal ini akan dilakukan setiap tahun. Pada saat jatuh tempo, dilakukan perhitungan
untuk menentukan bagi hasil final.
(4) Pada saat sukuk mudharabah jatuh tempo
Db Sukuk mudharabah 100.000.000.000
Kr Kas dan setara kas 100.000.000.000

Anda mungkin juga menyukai