PENDAHULUAN
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai
ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan
konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi
potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan
makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging.
Sementara ternak kerja yaitu ternak yang dipelihara untuk diambil tenaganya.
Pemeliharaan sapi potong di Nusa Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif,semi
intensif,dan intensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir
sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin
sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang
pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari.
Sapi bali (Bos Sondaicus) yang ada diNTB merupakan bangsa sapi potong asli dan
murni. Indonesia telah mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat sapi tersebut
memiliki sifat unggul yaitu tingkat reproduksinya tinggi, mudah beradaptasi dan selektif
terhadap pakan dibandingkan dengan sapi potong asli lainnya. Sapi bali sering disebut sapi
perintis meskipun disebut sapi perintis, masih ada persyaratan lingkungan yang harus
diperhatikan seperti di ketahui sapi bali merupakan sapi banteng liar yang pada saat ini masih
ditemukan dibeberapa lokasi dipulau jawa.
c. Mempelajari bagaimana cara sistem perkawinan pada ternak dan sapi yang
BAB II
LANDASAN TEORI
Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang
dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi
inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama
beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin,
2002).
Sapi Bali dikenal dengan namaBalinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama
Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali
diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Sapi Bali ini
diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini sekarang merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi
untuk Indonesia, karena itu dinamakan sapi bali yang didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500
SM (Payne dan Rollinson, 1973).
2.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
1. Perkandangan
d. Penanganan Kelahiran
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk
memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan
antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam
bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
e. Recording dan Identifikasi Pada Pedet
Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap
ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan
mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda
pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran
produksi dari ternak tersebut (Ebert, 2006).
2.2 Usaha Ternak Potong
Gunardi (1998) dalam Tomatala (2008) mengemukakan bahwa usaha untuk mencapai
tujuan pengembangan ternak sapi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu (1)
pendekatan teknis dengan meningkatkan
mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic ternak; (2) pendekatan terpadu yang
merupakan teknologi produksi, manajemen ekonomi, pertimbagan social budaya yang
tercakup dalam sapta usaha peternakan serta pembentukan kelompok peternak yang
bekerjasama dengan instansi-ianstansi terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan tujuan
mempercepat pengembangan peternakan melalui integarsi dari keempat aspek (lahan,
pakan,plasma nutfah dan sumberdaya manusia), proses produksi,pengolahan hasil dan
pemasaran.
Pola pengembangan ternak sapi potong rakyat pada prinsipnya terdapat dua model, yakni
(1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola pengembangan
peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana peternak baik secara individu
maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan kerjasama antara
perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma dimana dalam kerjasama atau
kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi hingga pasca produksi dilakukan
dengan kerjasama antara plasma dan inti (Daryanto,2007).
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu pada tanggal 23-25 Mei 2016
pukul 16.00 Wita-Selesai.Bertempat di Kelompok Ternak Setipak Sesaot Dusun Kumbi
Desa Pakuan Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.
1.Peternak
a. Identitas Peternak: Umur peternak,pendidikan terakhir,tanggungan peternak.
b. Pemilikan Ternak : Jumlah ternak yang dimiliki (ekor),bangsa ternak,ciri-ciri khas
sapi,asal-usul ternak.
c. Tatalaksana
Pemeliharaan
Ternak:Cara
pemeliharaan
ternak,kepemilikan
ternak,kondisi kandang,pemberian pakan
2.Produktivitas Ternak
a. Perkawinan Ternak: Proses perkawinan ternak,Cara mengawinkan,Tempat terjadinya.
b. Data Kelahiran Anak:Umur pubertas,Jumlah anak dalam 1 induk,lama kebuntingan
c. Penjualan,Pemotongan,dan Pembelian Ternak:Ternak induk di jual /di potong,tujuan
dan alasan di jual.
d. Kesehatan
Ternak:Kondisi
kesehatan
ternak,riwayat
kesehatan
ternak,vaksinasi,kematian ternak,jumlah ternak yang mati
e. Analisis Ekonomi usaha ternak:Rincian biaya pakan,obat-obatan dan tenaga
kerja,biaya produksi dan pendapatan dalam beternak.
3.4 Cara kerja (jalannya pengamatan)
a. Pengunjungan ke tempat praktikum yang berlokasi di Dusun Kumbi Desa Pakuan
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok barat.
b. Pengenalan dengan kelompok ternak Setipak
c. Wawancara terhadap peternak (kuisioner) : identitas peternak, kepemilikan ternak, struktur
populasi ternak, motivasi beternak, tatalaksana pemeliharaan ternak, produktivitas ternak,
data panen anak/pedet, penjualan, pemotongan,dan pembelian .
d. Melakukan pengamatan terhadap ternak : panjang badan, lingkar dada, kondisi tubuh,
kehalusan bulu, kondisi mata, pengukuran luas kandang dan pengukuran tempat makan
dan minum.
e. Melakukan pengukuran panjang badan, lingkar dada, dan tinggi gumba sapi sebanyak lima
kali, serta penimbangan pakan yang diberikan, pakan sisa sebanyak 3 kali penimbangan
sehingga akan mendapatkan konsumsi sapi yang di amati.
3.5 Definisi operasional :
a. Struktur Populasi Ternak : Mencatat jumlah sapi yang dikatagorikan sebagai anak, muda
dan dewasa yang dipelihara oleh responden kemudian diidentifikasi menurut jenis kelamin
b. Populasi Dasar : Menghitung ternak dimiliki saat pengamatan, ternak mati, ternak keluar
(dijual, dipotong pengembalian kadasan, disumbangkan dll) dikurangi ternak yang dibeli
pada tahun tersebut.
c. Service per Conception (S/C) : Jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan/ berapa kali
ternak dikawinkan(IB) untuk menghasilkan kebuntingan.
d. Angka Kelahiran (Calf Crop/Calving Rate) :Jumlah anak yang lahir pertahun dibagi
dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%.
e. Panen Pedet: Dihitung dari jumlah anak yang lahir hidup dalam setahun dibagi dengan
jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%.
f. Jangka Beranak (Calving Interval) : Lama waktu antara kelahiran yang satu dengan
kelahiran berikutnya.
g. Umur Produktif: Umur mulai digunakan dalam pembiakan sampai dijual atau afkir.
h. Lama digunakan dalam Pembiakan : Lama waktu sejak pertama kali kawin (anak I)
sampai diafkir. Jumlah anak yang dapat dilahirkan selama hidup dikurangi satu dikalikan
jangka beranak dikurangi umur kawin I
i. Angka Kemajiran : Jumlah sapi jantan (kebiri) dan betina yang tidak mampu
menghasilkan keturunan.
j. Umur Afkir : Dihitung berdasarkan jumlah anak yang dapat dilahirkan induk selama hidup
dikurangi satu dikalikan jangka beranak dan ditambah dengan umur kawin I. Dapat juga
diketahui berdasarkan rata-rata umur ternak dijual/ dipotong
k. Angka Kematian : Persentase ternak yang mati dalam satu tahun dari populasi dan atau
betina dewasa.
l. Pertumbuhan Alami/Natural Increase (NI) : Selisih antara angka kelahiran dengan angka
kematian.
m. Net Replacement Rate (NRR) : Jumlah anak betina yang lahir dan dapat hidup sampai
pada umur tertentu dibagi dengan jumlah kebutuhan ternak betina pengganti setiap tahun
dikalikan 100%.
n. Service Period (Days Open/ Heat Period ) : Waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan
sampai pada perkawinan kembali
o. Non Return Rate : Sapi betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan
tidak bunting (dinamakan juga kawin ulang).
p. Mengukur lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan menggunakan tongkat ukur dan
pita ukur sebanyak 4 kali pengukuran kemudian ditentukan perkiraan bobot badan sapi
menggunakan rumus, estimasi pita ukur dan melihat tabel.
q. Menimbang pakan yang diberikan dan sisa pakan (selama 5 kali pengamatan), kemudian
menghitung konsumsi dari ternak yang diamati dengan cara pemberian dikuranngi sisa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:
1. Tatalaksana pemeliharaa ternak dengan memberikan pakan yang cukup atau pakan yang
2.
3.
4.
5.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya dalam praktikum ini dibutuhkan Co.asst untuk membimbing praktikan agar
2. Sebaiknya praktikan harus datang ke tempat praktikum tepat waktu agar praktikum bisa
berjalan efektif.
DAFTAR BACAAN
Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia
Pustaka : Jakarta
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius :
Yogyakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gadjah
Mada Press : Yogyakarta.
Daryanto 2007. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. Permata Wacana Lestari:
Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional
Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta.
Tomatala, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha
Sapi Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian Barat Propinsi Maluku. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.