PINDAH PANAS
TENTANG
ACARA 1 : KONDUKSI
ACARA ll : KONVEKSI
DISUSUN :
OLEH:
NAMA : ROSMIATI
NIM : 31512A0063
FAKULTAS PERTANIAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang sudah memeberikan rahmat dan karunia- NYA, kita
masih diberikan banyak nikmat terutama nikmat iman dan islam serta nikmat sehat hingga kini
kita rasakan sehingga kita masih bisa beraktivitas seperti biasa. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yakni Nabi Muhammmad SAW. Beserta keluaraga ,
sahabat dan kita selaku umatnya hingga yaumil Qiyamah. Laporan ini membahas tentang
PERPINDAHAN PANAS SECARA KONDUKSI,KONVEKSI DAN MENENTUKAN KAPASITAS
KALORIMETER.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
kami. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun:
ROSMIATI
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun untuk tugas perpindahan panas, hasil praktikum dilaboratorium pindah panas
lantai 2 kesehatan universitas muhammadiyah mataram 2018
Praktikan
ROSMIATI
NIM :31512A0063
CO’AS PRAKTIKUM
CO’AS 1V
MUHAMMAD FITRAH
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalor adalah bentuk energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Secara umum Kalor dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan 3 cara, yaitu : a) Perpindahan secara Konduksi, Pada perpindahan
kalor secara konduksi, energi termal dipindahkan melalui interaksi antara atom-atom atau
molekul walaupun atom-atom atau molekul tersebut tidak berpindah. Sebagai contoh,
sebatang logam salah satu ujungnya dipanasi sedang ujung yang lain dipegang maka
makin lama makin panas pada hal ujung ini tidak berhubungan langsung dengan Api.
Perpindahan panas semacam inilah yang disebut konduksi; b) Perpindahan secara
konveksi, Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat.
Konveksi air banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sistem aliran air panas di hotel,
apartemen, atau perusahaan-perusahaan besar. Dan contoh konveksi pada gas adalah
sistem ventilasi rumah, cerobong asap pabrik, angin laut dan angin darat; c) Perpindahan
secara radiasi, radiasi merupakan Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara
(medium). Contoh perpindahan secara radiasi adalah perpindahan kalor matahari ke bumi
yang tidak memerlukan perantara
B. TUJUAN
1. Mengamati pindahan kalor pada benda secara konduksi.
2. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Kalor adalah bentuk energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Secara umum Kalor dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan 3 cara, yaitu : a) Perpindahan secara Konduksi, Pada perpindahan
kalor secara konduksi, energi termal dipindahkan melalui interaksi antara atom-atom atau
molekul walaupun atom-atom atau molekul tersebut tidak berpindah. Sebagai contoh,
sebatang logam salah satu ujungnya dipanasi sedang ujung yang lain dipegang maka
makin lama makin panas pada hal ujung ini tidak berhubungan langsung dengan Api.
Perpindahan panas semacam inilah yang disebut konduksi; b) Perpindahan secara
konveksi, Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat.
Konveksi air banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sistem aliran air panas di hotel,
apartemen, atau perusahaan-perusahaan besar. Dan contoh konveksi pada gas adalah
sistem ventilasi rumah, cerobong asap pabrik, angin laut dan angin darat; c) Perpindahan
secara radiasi, radiasi merupakan Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara
(medium). Contoh perpindahan secara radiasi adalah perpindahan kalor matahari ke bumi
yang tidak memerlukan perantara (Karyono, 2009).
Pada umumnya kalor dibedakan menjadi 2, yaitu : a) kalor jenis, adalah banyaknya
kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk menaikan suhu sebesar 1oC.
kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk melepas atau menerima
kalor. Masing – masing benda mempunyai kalor jenis yang berbeda – beda. Satuan kalor
jenis adalah J/kgoC. kalor jenis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BAB lll
METODELOGI PRAKTIKUM
C. LANGKAH KERJA
1. Letakan alat konduksi yang terdiri dari empat buah batang masing-masing
seng,kaca,dan alumenium diatas tripod (kaki tiga)
2. Buatlah bulatan plastisin dan letakan pada ujung bawah batang logam
3. Panaskan alat konduksi bahan tersebut dalam pemanas spiritus
4. Amatilah bulatan plastisin, mana yg cepat jatuh dari keempat bahan tersebut,
5. Letakan thermometer pada ujung spritus yang menyalah (TI) dan diujung tempat
plastisis (lilin) sebagai T2 kemudian catat suhunya setiap menit
6. Isilah daftar hasil pengamatan pada table hasil pengamatan.
BAB 1V
Perhitungan : keterangan :
A = luas penampang
DX
= - 101 . 30 . 69-47
10-1
= - 101 . 30 . 22
= - 3030 . 2,444
= - 7405,32
b. Alumenium = - K . A . DT
DX
= - 101 . 10 . 170-202
10-1
= - 101 . 10 . -32
= - 1010 . – 3,555
= - 1013,55
c. Seng = - K . A . DT
Dx
= - 101 . 30 . 200-240
10-1
= - 101 . 30 . -40
= - 3030 . – 4,444
= - 3034,44
d. Kaca = - K . A . DT
Dx
= - 101 . 8 . 100-98
10-1
= - 101 . 8 . -2
= 808 . 0,222
= 179,376
Pembahasan :
Berdasarkan tabel 1. Mengenai perpindahan panas secara konduksi, pada pada besi
dengan konduktivitas termal sebesar 101( j/moC ), membutuhkan waktu selama 1-10 s
untuk melelehkan plastisin, pada kaca dengan konduktivitas termal sebesar 101 ( j/moC )
membutukan waktu selama lebih dari 1-10 s, dan pada tembaga dengan konduktivitas
termal sebesar 101 ( j/moC ) hanya membutuhkan waktu selama 1-10 s, serta pada seng
dengan konduktivitas termal 101 ( j/moC ) membutuhkan waktu selama lebih dari 1-10 s.
pada saat praktikum dengan menggunakan bahan yang berbeda, waktu yang dibutuhkan
untuk melelehkan plastisin juga berbeda. misalnya alumenium , hanya mebutuhkan waktu
1-10 detik, sedangkan kaca membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu lebih dari 1-10
detik. Hal ini dikarenakan konduktivitas termal pada setiap bahan berbeda-beda, sehingga
mempengaruhi laju perpidahan kalor. Semakin besar konduktivitas suatu bahan maka
semakin cepat laju perpindahan kalornya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
melehkan plastisin juga memerlukan waktu yang tidak terlalu lama.
Pada umumnya perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
koefisien konduktivitas termal, panjang stik atau batang, luas penampang dan perbedaan
suhu antar ujung batang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perpindahan kalor pada benda secara konduksi adalah perpindahan kalor atau panas
yang memerlukan perantara, dimana zat perantarannya tidak ikut berpindah. Pada saat
praktikum dengan membakar ujung besi maka ujung besi yang tidak dibakar ikut terasa
panas karena adanya perantara yaitu besi itu sendiri pada bagian tengahnya sehingga
dapat disimpulkan bahwa perpindahan kalor pada saat pengamatan adalah perpindahan
kalor secara konduksi.
Pada saat pengamatan perpindahan kalor secara konduksi pada logam yang berbeda-
beda, waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor juga berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan karena koefisien konduktivitas termal pada logam berbeda-beda, semakin
besar koefisien konduktivitas termal pada logam maka semakin cepat pula laju
perpindahan kalor pada benda tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor juga lebih singkat. Seperti pada tembaga yang memiliki koefisien
konduktivitas termal yang tinggi yaitu 380 (j/moC), maka waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor jadi lebih singkat yaitu hanya 216 detik. Berbeda dengan seng hanya
memiliki koefisien konduktivitas termal sebesar 11,6 (j/moC), maka waktu yang
dibutuhkan untuk memindahkan kalor memerlukan waktu yang cukup lama yaitu lebih
dari 600 detik.
B. SARAN
Setelah mengikuti kegiatan praktikum fisika dasar dengan materi perpindahan panas
secara konduksi ini saya berharap praktikan dapat mengetahui proses perpindahan kalor
secara konduksi dan faktor – faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya perpindahan
kalor. Dan untuk kedepannya diharapkan praktikan lebih mempersiapkan diri, agar
praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
B. TUJUAN
Mengamati pindah kalor pada zat cair dan gas
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
METODELOGI PRAKTIKUM
C. LANGKAH KERJA
1. Menit 1 tinta mulai naik bergerak keatas
2. Menit 2 tinta mulai tercampur dengan air
3. Menit 3 tinta sudah tercampur dengan air sehingga berwarna ungu
BAB 1V
HASIL PERHITUNGAN :
Rumus perhitungan :
Q = h . A .Dt
Keterangan :
Q = h . A dt
= 1700 . 40,82 . 32
Dt = T2 – T1
A = 40,82 M2
Pembahasan :
1. Bejana kaca diisi air sampai hamper penuh, kemudian dicampur dangan sedikit tintah
warna hitam, diaduk sampai merata. Bejana dipanaskan dan diamati pergerakan tintah
hitamnya
2. Saat bejana belum panas titah hitam yang ada didasar ada pula yang berada dipermukaan
air.
3. saat bejana mulai memanas hingga air didalamnya mendidih, tntah hitam gergaji tersebut
bergerak berputar-putar mengitari aliran air, yang semula berada diatas berputar
kebawah, begitupun sebaliknya secara acak.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Udara / air mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu
rendah
Udara disekitar pembakar lilin lebih panas dari pada udara yang jauh dari nyala
pembakar lilin.
Udara di titik A mmliki tekanan yang kecil disbandingkan tekanan udara dititik
B atau di sekitar ruangan.
B. SARAN
Diharapkan sebelum melakukn percobaan, praktika mengetahui tujuan percobaan
yang akan dilakukan Hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan praktikum,
hingga diperoleh hasil yang maksimal. Praktikum hendaknya dilaksanakan di tempata
yang lapang.
DAFTAR PUSTAKA
faculty.petra.ac.id/herisw/Fisika1/13-
kalor.dochttp://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan-konduksi/
http://www.gurumuda.com/konveksi Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas
X 1B. Jakarta: Erlangga TIM MGMP IPA SMA. 2007 . Pendalaman Materi Sukses Ujian
Nasional. Jakarta : Akasia Zemansky, sears. 1982. Fisika Untuk Universitas 1. Bandung:
Bina Cipta
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
Kalorimeter juga dapat digunakan untuk mengukur kalor. Kalor adalah perpindahan
energi dari sistem satu ke sistem yang lain karena disebabkan adanya perbedaan
temperatur. Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Benda yang menerima kalor akan mengalami perubahan wujud benda.
Sedangkan benda yang melepas kalor akan mengalami penurunan suhu atau wujud benda
berubah. Kalorimeter juga dapat digunakan untuk menentukan kalor lebur zat. Kalor
lebur adalah kalor yang dipakai suatu zat untuk melebur seluruhnya pada zat leburnya.
Kalor dapat ditimbulkan dari energi listik, energi kinetik, energi kimia dan lain-lain.
Pada kehidupan sehari-hari sering ditemui beberapa kejadian yang melibatkan
perpindahan kalor. Misalnya satu gelas air dingin dicampur dengan satu gelas air panas,
maka air panas akan melepas kalor sedangkan air dingin akan menerima kalor. Sehingga
akan didapatkan suhu campuran yagn seimbang. Oleh karena itu begitu banyaknya
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kejadian perpindahan kalor maka
percobaan ini penting untuk dipahami oleh semua orang sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada percobaan kalorimeter bertujuan
untuk menentukan kalor jenis bahan dan kalor lebur es. Alat yang digunakan dalam
percobaan adalah pemanas, kalorimeter listrik, kubus lubang, air, es dan penakar panas.
Dalam percobaan ini terlebih dahulu dilakukan yaitu menentukan suhu dan usahakan agar
masing-masing percaksi ini memiliki suhu yang sama, lalu larutan tersebut dimasukkan
ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik sehingga kita dapat
menentukan besarnya kapasitas kalorimeter dan dapat pula menentukan kalor jenis bahan
serta kalor lebur es dengan menggunakan kalorimeter.
B. TUJUAN
Dapat menentukan kapasitas calorimeter berdasarkan asas black
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Kalorimeter adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses kimia.
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor dari reaksi yang dikeluarkan. Kalorimeter
dapat digunakan untuk menghitung energi dalam makanan dalam atmosfer dan mengukur
jumlah energi yang meningkat dalam suhu kalorimeter (Wahyu, 2010).
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan melepas kalor maksimum, maka zat akan
mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor
terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat
(Soedojo, 1999).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia
dengan eksperimen disebut kalorimeter. Dengan menggunakan hukum hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi. Pembentukan
standart, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung
secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar kedalam
kalorimeter, dan hukum yang berlaku pada proses ini adalah hukum azas black yaitu:
Qlepas = Qterima Q = M.C.∆T Keterangan: Q = jumlah kalor (joule) M = massa zat
(gram) C = kalor jenis (kal/groc) ∆T = perubahan suhu (Zemansky, 1988)
Sebelum lebih jauh dijelaskan mengenai kalorimeter, terlebih dahulu mengenal istilah-
istilah dalam kalorimeter sebagai berikut: Kalor jenis zat adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat tersebut sebanyak satu derajat. Kapasitas
kalor adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu seluruh benda sebanyak satu
derajat. Kalor lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk melebur satu satuan massa pada
suhu tetap. Kalor beku adalah kalor yang dilepaskan ketika zat membeku. Titik lebuh
normal adalah titik dimana benda tersebut berubah wujud menjadi cair. Kalor uap adalah
jumlah kalor yang diperlukan untuk menguapkan satu satuan massa cairan pada suhu
tetap. Kalor embun adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk berubah wujud dari gas
ke cair satu satuan massa cairan pada suhu tetap. Titik didih normal adalah suhu dimana
tekanan zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan (Bueche, 2006).
Azas black adalah hukum yang menyatakan bahwa kalor yang dilepaskan oleh zat
bersuhu tinggi akan selalu sama dengan jumlah kalor yang diterima dan zat lain yang
bersuhu rendah. Untuk menentukan kalor jenis suatu benda digu32nakan:
Cb=((Mk+Ck+Ma+Cd)(Tc Ta))/(Mb(Tb-Tc)) (persamaan 4.4) Dari persamaan tersebut
dapat diturunkan menjadi: Mb Cb (Tb-Tc) = (Mk.Ck+Ma.Ca) (Tc-Ta) Mb Cb ∆T1 = Mk
Ck (Tc-Ta) + Ma Ca (Tc-Ta) Qb = Qk+Qa (persamaan 4.6) Sedangkan untuk
menentukan kalor lebur es digunakan: Les= ((Mk Ck+Ma Ca)(Ta-Ta)-Mc Ca Tc)/Mes
(persamaan 4.5) Dari persamaan tersebut dapat diturunkan menjadi: Les.Mes =
(Mk.Ck+Ma.Ca) Tc-Ta – Mc Ca Tc Mes.Les+Ma Ca Ta = Mk Ck (Tc-Ta) + Ma Ca (Tc-
Ta) QL + Qa.C = Qk+Qa (persamaan 4.6) (Giancoli, 2001)
METODELOGI PRAKTIKUM
C. LANGKAH KERJA
1. Bersihkan calorimeter dari debu atau kotoran, lalu timbang calorimeter kosong
2. Calorimeter diisi 50 ml air dingin, lalu timbang
3. Ukur suhu air dingin dalam calorimeter
4. Siapkan air secukupnya, lalu dipanaskan hingga 80 drajat clasius
5. Dimasukan sebagian air panas kedalam calorimeter berisi air dingin. Lakukan dengan
cepat untuk menghindari adanya perubahan suhu air panas.
6. Aduklah secara perlahan agar air dingin bercampur rata dengan air panas
7. Ukur suhu campuran setiap satu menit hingga dicapai suhu konstan
8. Setelah itu calorimeter dengan semua isinya ditimbang kembali. Massa air panas yang
dimasukan kedalam calorimeter kemudian dapat ditentukan
BAB 1V
1 menit 60
2 menit 39
3 menit 59
4 menit 58
5 menit 58
M = massa
Diket : dt = 58 -29 = 29
Q = M . CP air . dt
= 293,91 . cp air . 29
= 293,91 . 29
Cp air = 8523,39
Pembahasan :
Dua macam zat cair sejenis tapi berbeda suhu dicampur. massa jenis zat cair yang lebih
panas (m₁) sama dengan dua kali massa zat cair yang kedua (m₂). suhu awal zat cair yang
lebih panas (T₁) juga sama dengan dua kali suhu awal zat cair yang lebih dingin T₂=
30°C suhu campuran pada kedua setimbang
Kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
sejumlah zat sebesar satu derajat Celsius. Hubungan kapasitas kalor dan kalor jenis suatu
zat adalah C=ms dimana m adalah massa zat dalam gram. jenis zat (kalor jenis)perubahan
suhu.
Pengertian kalor jenis Ketika mempelajari kalor, kita juga dikenalkan dengan istilah kalor
jenis. Apa itu kalor jenis ? kalor jenis ialah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan
oleh 1 gram zat untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai
kemampuan suatu benda untuk melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda
mempunyai kalor jenis yang berbeda-beda. Satuan kalor jenis J/Kg⁰C. Bentuk
Kalorimeter Kalorimeter ialah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu
zat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan diantaranya :
Praktikum kalorimeter ini berdasarkan pada azas black, dimana jika ada dua buah benda
bersentuhan maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda bertemperatur tinggi ke
rendah.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis dan kalor Es yang
mampu mempertahankan / mengisolasi suhu didalamnya agar tidak terpengaruh oleh
suhu di luar sistem. Kalor jenis bahan dan kalor lebur es dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan kalorimeter, kalori jenis pada emas adalah lebih kecil daripada
kalor jenis pada perak. Sedangkan kalor lebur es pada percobaan 2 lebih besar
dibandingkan pada percobaan 1. Berdasarkan hasil yang mendekati keakuratan dan
hasilnya tidak terlalu berbeda dengan literature.
B. SARAN
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum, praktikum diharapkan lebih tanggap dan cepat
dalam memindah bahan ke dalam kalorimeter agar bahan teerap terisolasi di dalam kalorimeter
dan bercampur dengan suhu luar. Asisten diharapkan lebih membimbing dan menguasai
praktikum, agar tidak terjadi banyak kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederick. 2006. Schaums outline of theory and problems of college physics.
Jakarta : Erlangga.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Halliday, Resnick. 2004. Fisika Dasar. Bandung : ITB.
Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.
Tim Fisika Dasar. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Fakultas MIPA
Wahyu, dkk. 2010. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Zemansky, Sears. 1986. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Bina Cipta.