Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

TENTANG

ACARA 1 : KONDUKSI

ACARA ll : KONVEKSI

ACARA lll : MENENTUKAN KAPASITAS KALORIMETER

DISUSUN :

OLEH:

NAMA : ROSMIATI

NIM : 31512A0063

PRODI : TEKNIK PERTANIAN .B

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang sudah memeberikan rahmat dan karunia- NYA, kita
masih diberikan banyak nikmat terutama nikmat iman dan islam serta nikmat sehat hingga kini
kita rasakan sehingga kita masih bisa beraktivitas seperti biasa. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yakni Nabi Muhammmad SAW. Beserta keluaraga ,
sahabat dan kita selaku umatnya hingga yaumil Qiyamah. Laporan ini membahas tentang
PERPINDAHAN PANAS SECARA KONDUKSI,KONVEKSI DAN MENENTUKAN KAPASITAS
KALORIMETER.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
kami. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram 18 januari 2018

Penyusun:

ROSMIATI
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk tugas perpindahan panas, hasil praktikum dilaboratorium pindah panas
lantai 2 kesehatan universitas muhammadiyah mataram 2018

Mataram 18 januari 2018

Praktikan

ROSMIATI

NIM :31512A0063

CO’AS PRAKTIKUM

CO’AS 1 CO’AS ll CO’AS lll

MARYANTI SYAHFITRI HERUNADI SYAHPUTRA NUR ANNISA ISTIQAMAH

NIM: 31412A0081 NIM : 31412A0046 NIM : 31412A0028

CO’AS 1V

MUHAMMAD FITRAH
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN

BAB ll : TINJAUAN PUSTAKA

BAB lll : METODELOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM\
C. LANGKAH KERJA PRAKTIKUM

BAB 1V : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kalor adalah bentuk energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Secara umum Kalor dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan 3 cara, yaitu : a) Perpindahan secara Konduksi, Pada perpindahan
kalor secara konduksi, energi termal dipindahkan melalui interaksi antara atom-atom atau
molekul walaupun atom-atom atau molekul tersebut tidak berpindah. Sebagai contoh,
sebatang logam salah satu ujungnya dipanasi sedang ujung yang lain dipegang maka
makin lama makin panas pada hal ujung ini tidak berhubungan langsung dengan Api.
Perpindahan panas semacam inilah yang disebut konduksi; b) Perpindahan secara
konveksi, Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat.
Konveksi air banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sistem aliran air panas di hotel,
apartemen, atau perusahaan-perusahaan besar. Dan contoh konveksi pada gas adalah
sistem ventilasi rumah, cerobong asap pabrik, angin laut dan angin darat; c) Perpindahan
secara radiasi, radiasi merupakan Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara
(medium). Contoh perpindahan secara radiasi adalah perpindahan kalor matahari ke bumi
yang tidak memerlukan perantara

B. TUJUAN
1. Mengamati pindahan kalor pada benda secara konduksi.
2. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam.
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

Kalor adalah bentuk energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Secara umum Kalor dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan 3 cara, yaitu : a) Perpindahan secara Konduksi, Pada perpindahan
kalor secara konduksi, energi termal dipindahkan melalui interaksi antara atom-atom atau
molekul walaupun atom-atom atau molekul tersebut tidak berpindah. Sebagai contoh,
sebatang logam salah satu ujungnya dipanasi sedang ujung yang lain dipegang maka
makin lama makin panas pada hal ujung ini tidak berhubungan langsung dengan Api.
Perpindahan panas semacam inilah yang disebut konduksi; b) Perpindahan secara
konveksi, Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat.
Konveksi air banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sistem aliran air panas di hotel,
apartemen, atau perusahaan-perusahaan besar. Dan contoh konveksi pada gas adalah
sistem ventilasi rumah, cerobong asap pabrik, angin laut dan angin darat; c) Perpindahan
secara radiasi, radiasi merupakan Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara
(medium). Contoh perpindahan secara radiasi adalah perpindahan kalor matahari ke bumi
yang tidak memerlukan perantara (Karyono, 2009).

Kondutivitas termal merupakan perhitungan kapasitas hantar panas suatu material


atau disebut dengan indeks hantar panas per unit luas konduksi per gradient temperature
dari suatu material. Konduktivitas termal dapat mempengaruhi kalor, jika koefisien
konduktivitas termal suatu benda besar maka semakin cepat laju perpindahan kalor pada
benda tersebut, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor menjadi lebih
singkat. Sebaliknya, jika koefisien konduktivitas suatu benda kecil, maka
laju perpindahan kalor juga lambat, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor memerlukan waktu yang lebih lama (Handayani, 2009).
Berdasarkan konduktivitasnya kalor dibedakan menjadi 2, yaitu : a) konduktor,
merupakan benda – benda yang mudah dan cepat menghantarkan panas. contoh benda
yang bersifat konduktor adalah logam dan besi; b) isolator, merupakan benda –benda
yang tidak mudah dan lambat menghantarkan panas. Contohnya adalah plastik, kayu, dan
kain (Nugroho, 2012).

Pada umumnya kalor dibedakan menjadi 2, yaitu : a) kalor jenis, adalah banyaknya
kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk menaikan suhu sebesar 1oC.
kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk melepas atau menerima
kalor. Masing – masing benda mempunyai kalor jenis yang berbeda – beda. Satuan kalor
jenis adalah J/kgoC. kalor jenis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BAB lll

METODELOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : kamis 18 januari 2018
Waktu : 09:00 – 10:30 wib
Tempat : lantai 2 kesehatan universitas muhammadiyah mataram

B. ALAT DAN BAHAN


1. Batang seng, besi, kaca, alumenium
2. Kaki tiga
3. Pembakar spiritus dan korek api
4. Lilin atau plasttisin

C. LANGKAH KERJA
1. Letakan alat konduksi yang terdiri dari empat buah batang masing-masing
seng,kaca,dan alumenium diatas tripod (kaki tiga)
2. Buatlah bulatan plastisin dan letakan pada ujung bawah batang logam
3. Panaskan alat konduksi bahan tersebut dalam pemanas spiritus
4. Amatilah bulatan plastisin, mana yg cepat jatuh dari keempat bahan tersebut,
5. Letakan thermometer pada ujung spritus yang menyalah (TI) dan diujung tempat
plastisis (lilin) sebagai T2 kemudian catat suhunya setiap menit
6. Isilah daftar hasil pengamatan pada table hasil pengamatan.
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA HASIL PENGAMATAN.


Bahan yang paling cepat menghantarkan panas.

No Waktu Suhu bahan


Menit
Besi Alumenium Seng Kaca
T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2
1 menit 31 30 45 51 45 100 20 30
2 menit 39 37 53 61 80 120 35 45
3 menit 48 38 65 63 90 140 40 55
4 menit 47 40 85 95 110 150 50 60
5 menit 56 41 101 160 120 160 65 70
6 menit 59 45 125 165 140 170 70 81
7 menit 60 53 136 173 160 180 78 85
8 menit 63 48 140 185 180 200 80 90
9 menit 58 39 146 192 195 225 85 95
10 menit 69 47 170 202 200 240 100 98

Perhitungan : keterangan :

Rumus : - K . A . DT/DX K = konduktivitas termal

A = luas penampang

Dx = waktu akhir-waktu awal

Dt = suhu akhir-suhu awal


a. Besi = - K . A . DT

DX

= - 101 . 30 . 69-47

10-1

= - 101 . 30 . 22

= - 3030 . 2,444

= - 7405,32

b. Alumenium = - K . A . DT

DX

= - 101 . 10 . 170-202

10-1

= - 101 . 10 . -32

= - 1010 . – 3,555

= - 1013,55

c. Seng = - K . A . DT

Dx

= - 101 . 30 . 200-240

10-1

= - 101 . 30 . -40

= - 3030 . – 4,444
= - 3034,44

d. Kaca = - K . A . DT

Dx

= - 101 . 8 . 100-98

10-1

= - 101 . 8 . -2

= 808 . 0,222

= 179,376

Pembahasan :

Berdasarkan tabel 1. Mengenai perpindahan panas secara konduksi, pada pada besi
dengan konduktivitas termal sebesar 101( j/moC ), membutuhkan waktu selama 1-10 s
untuk melelehkan plastisin, pada kaca dengan konduktivitas termal sebesar 101 ( j/moC )
membutukan waktu selama lebih dari 1-10 s, dan pada tembaga dengan konduktivitas
termal sebesar 101 ( j/moC ) hanya membutuhkan waktu selama 1-10 s, serta pada seng
dengan konduktivitas termal 101 ( j/moC ) membutuhkan waktu selama lebih dari 1-10 s.
pada saat praktikum dengan menggunakan bahan yang berbeda, waktu yang dibutuhkan
untuk melelehkan plastisin juga berbeda. misalnya alumenium , hanya mebutuhkan waktu
1-10 detik, sedangkan kaca membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu lebih dari 1-10
detik. Hal ini dikarenakan konduktivitas termal pada setiap bahan berbeda-beda, sehingga
mempengaruhi laju perpidahan kalor. Semakin besar konduktivitas suatu bahan maka
semakin cepat laju perpindahan kalornya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
melehkan plastisin juga memerlukan waktu yang tidak terlalu lama.
Pada umumnya perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
koefisien konduktivitas termal, panjang stik atau batang, luas penampang dan perbedaan
suhu antar ujung batang.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perpindahan kalor pada benda secara konduksi adalah perpindahan kalor atau panas
yang memerlukan perantara, dimana zat perantarannya tidak ikut berpindah. Pada saat
praktikum dengan membakar ujung besi maka ujung besi yang tidak dibakar ikut terasa
panas karena adanya perantara yaitu besi itu sendiri pada bagian tengahnya sehingga
dapat disimpulkan bahwa perpindahan kalor pada saat pengamatan adalah perpindahan
kalor secara konduksi.
Pada saat pengamatan perpindahan kalor secara konduksi pada logam yang berbeda-
beda, waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor juga berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan karena koefisien konduktivitas termal pada logam berbeda-beda, semakin
besar koefisien konduktivitas termal pada logam maka semakin cepat pula laju
perpindahan kalor pada benda tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor juga lebih singkat. Seperti pada tembaga yang memiliki koefisien
konduktivitas termal yang tinggi yaitu 380 (j/moC), maka waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor jadi lebih singkat yaitu hanya 216 detik. Berbeda dengan seng hanya
memiliki koefisien konduktivitas termal sebesar 11,6 (j/moC), maka waktu yang
dibutuhkan untuk memindahkan kalor memerlukan waktu yang cukup lama yaitu lebih
dari 600 detik.

B. SARAN
Setelah mengikuti kegiatan praktikum fisika dasar dengan materi perpindahan panas
secara konduksi ini saya berharap praktikan dapat mengetahui proses perpindahan kalor
secara konduksi dan faktor – faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya perpindahan
kalor. Dan untuk kedepannya diharapkan praktikan lebih mempersiapkan diri, agar
praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Hardayani . 2009, Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.


Karyono . 2009. Buku Penuntut Praktikum Fisika Dasar 2, Universitas Pakuan, Bogor
Nugroho. 2012. Fisika Jilid 1. Jakarta. Penerbit Erlangga
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konveksi (aliran) adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh perbedaan massa
jenis. Cara perpindahan kalor secara konveksi (aliran) dapatterjadi di dalam zat cair dan
gas. Contoh peristiwa konveksi udara secara alami yaitu: arus konveksi udara yang
membantu asap bergerak naik atau cerobong asap, konveksi udara pada sistem ventilasi
rumah, terjadinya angin laut dan angin darat. Konveksi terjadi diakibatkan adanya
ekspansi termal dan konduksi.Konveksi sendiri artinya= cairan yang berpindah akibat
adanya perbedaan suhu.Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan
perpindahan partikel-partikelnya. Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu
bagian fluida kebagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. konveksi terjadi
karena perbedaan massa jenis dan konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas.
Untuk menyelidiki perpindahan kalor secara mengalir , digunakan alat konveksi air
dan alat konveksi udara. Proses perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi
dua yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah perpindahan
kalor yang terjadi secara alami, contoh: pemanasan air. Pada pemanasan air, massa jenis
air yang dipanasi mengecil sehingga air yang panas naik digantikan air yang massa
jenisnya lebih besar
Konveksi adalah pergerakan molekul-molekul pada fluida (yaitu cairan atau gas) dan
rheid. Konveksi tak dapat terjadi pada benda padat, karena tidak ada difusi yang dapat
terjadi pada benda padat. Konveksi merupakan salah satu cara perpindahan panas dan
massa utama. Perpindahan panas dan massa terjadi melalui difusi dan adveksi. Perlu
diketahui bahwa istilah konveksi biasanya digunakan untuk perpindahan panas melalui
konveksi

B. TUJUAN
Mengamati pindah kalor pada zat cair dan gas
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

Konveksi (aliran) adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh perbedaan


massa jenis. Cara perpindahan kalor secara konveksi (aliran) dapat terjadi di dalam
zat cair dan gas. Contoh peristiwa konveksi udara secara alami yaitu: arus konveksi
udara yang membantu asap bergerak naik atau cerobong asap, konveksi udara pada
sistem ventilasi rumah, terjadinya angin laut dan angin darat. (Kanginan, Marten.
2000: 27-29) Konveksi terjadi diakibatkan adanya ekspansi termal dan konduksi.
Konveksi sendiri artinya= cairan yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.
http://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan-konduksi/
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikelnya. Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida
kebagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. konveksi terjadi karena
perbedaan massa jenis dan konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas. Untuk
menyelidiki perpindahan kalor secara mengalir , digunakan alat konveksi air dan alat
konveksi udara. Proses perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua
yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah perpindahan
kalor yang terjadi secara alami, contoh: pemanasan air. Pada pemanasan air, massa
jenis air yang dipanasi mengecil sehingga air yang panas naik digantikan air yang
massa jenisnya lebih besar. Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan
sengaja (dipaksakan), contoh: pada sistem pendingin mesin mobil. Peristiwa konveksi
dapat dijumpai pada contoh berikut: (1).Lampu minyak dan sirkulasi udara diruang
ta(2).Cerobong asap pabrik dan cerobong asap dapur(3). Terjadinya angin darat
maupun angin laut (faculty.petra.ac.id/herisw/Fisika1/13-kalor.doc)
Angin laut bertiup pada siang hari. Daratan yang memiliki kalor jenis kecil, pada
siang hari lebih cepat menyerap panas matahari dibandingkan dengan lautan yang
memiliki kalor jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di atas daratan lebih tinggi
daripada suhu udara di atas permukaan laut. Daratan yang mempunyai suhu lebih
tinggi menyebabkan tekanan udaranya lebih kecil daripada tekanan udara di atas laut
dengan suhu udara lebih rendah. Karena tekanan udara di atas laut lebih besar,
terjadilah aliran udara dari laut ke darat Udara yang . mengalir dari laut ke darat
disebut angin laut.Sebaliknya, pada malam hari, daratan yang memiliki kalor jenis
kecil lebih cepat melepas panas dibandingkan dengan lautan yang memiliki kalor
jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di atas daratan lebih rendah daripada suhu
udara di atas lautan. Karena suhu udara di atas lautan tinggi, tekanan udaranya
rendah. Terjadilah aliran udara dari darat ke laut. Udara yang mengalir dari darat ke
laut disebut angin darat. (Tim mgmp ipa sma. 2007 ; hal 14-15)
Besarnya konveksi tergantung pada : a. Luas permukaan benda yang
bersinggungan dengan fluida (A). b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan
fluida ((T). c. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada : 1) viscositas fluida 2)
kecepatan fluida 3) perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida 4) kapasitas
panas fluida 5) rapat massa fluida 6) bentuk permukaan kontak (Zemansky, sears.
1982. Fisika Untuk Universitas)
Konveksi oses berpindahnya kalor akibat adanya perpindahan molekul molekul
suatu benda. Ingat ya, biasanya kalor berpindah dari tempat yang bersuhu tinggi
menuju tempat yang bersuhu rendah. Nah, jika terdapat perbedaan suhu maka
molekul yang memiliki suhu yang lebih tinggi mengungsi ke tempat yang bersuhu
rendah. Posisi molekul tersebut digantikan ole molekul lain yang h bersuhu rendah.
Jika suhu molekul ini meningkat, maka ia pun ikut an mengungsi ke tempat yang
bersuhu rendah. Posisinya digantikan oleh temannya yang bersuhu rendah. Demikian
seterusny. Perlu diketahui bahwa benda yang dimaksudkan di si i adalah zat cair atau
n zat gas. Walaupun merupakan penghantar kalor (konduktor termal yang buruk, zat
cair dan zat gas bisa memindahkan kalor dengan cepat menggunakan cara konveksi.
Contoh zat cair adalah air, minyak goreng, oli dkk. Contoh zat gas adalah udara.
Untuk membantumu memahami perpindahan kalor dengan cara konveksi, gurumuda
menggunakan contoh saja« Proses pemanasan air Tataplah gambar di bawah dengan
penuh kelembutan. Air yang berada di dalam wadah dipanaskan dengan nyala api
yang berasaldari kompor. Ketika kita memanaskan air menggunakan kompor, kalor
mengalir dari nyala api (suhu lebih tinggi) menuju dasar wadah (suhu lebih rendah).
Karena mendapat tambahan kalor, maka suhu dasar wadah meningkat. Ingat ya, yang
bersentuhan dengan nyala api adalah bagian luar dasar wadah. Karena terdapat
perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar dasar wadah (yang bersentuhan
dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar wadah (yang bersentuhan dengan air).
Suhu bagian dalam dasar wadah pun meningkat. Karena air yang berada di
permukaan wadah memiliki suhu yang lebih kecil, maka kalor mengalir dari dasar
wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu lebih rendah). Perlu diketahui bahwa
perpindahan kalor pada wadah terjadi secara konduksi. Perpindahan kalor dari dasar
wadah menuju air yang berada di permukaannya juga terjadi secara konduksi. Adanya
tambahan kalor membuat air yang menempel dengan dasar wadah mengalami
peningkatan suhu. Akibatnya air tersebut memuai. Ketika memuai, volume air
bertambah. Karena volume air bertambah maka massa jenis air berkurang. Kalau
bingung, ingat lagi persamaan massa jenis alias kerapatan (massa jenis = massa /
volume). Massa air yang memuai tidak berubah, yang berubah hanya volumeya saja.
Karena volume air bertambah, maka massa jenisnya berkurang. Berkurangnya massa
jenis air menyebabkan si air bergerak ke atas (kita bisa mengatakan air tersebut
mengapung). Mirip seperti gabus atau kayu kering yang terapung jika dimasukan ke
dalam air. Gabus atau kayu kering bisa terapung karena massa jenisnya lebih kecil
dari massa jenis air. Karena bergerak ke atas maka posisi air tadi digantikan oleh
temannya yang berada di sebelah atas. Kali ini temannya yang menempel dengan
dasar wadah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari dasar wadah
menuju temannya. Temannya ikut2an kepanasan juga (suhu meningkat) sehingga
massa jenisnya berkurang. Karena massa jenisnya berkurang maka ia bergerak ke
atas. Posisinya digantikan oleh temannya yang berada di sebelah atas. Demikian
seterusnya sampai semua air yang berada dalam wadah mendapat jatah kalor. Ingat
ya, air yang memiliki suhu yang tinggi tidak langsung meluncur tegak lurus ke atas
tetapi berputar seperti yang ditunjukkan pada gambar. Hal ini disebabkan karena
temannya yang berada tepat di atasnya memiliki massa jenis yang lebih besar.
Perpindahan kalor pada proses pemanasan air merupakan salah satu contoh
perpindahan kalor secara konveksi. Contoh lain dari perpindahan kalor secara
konveksi adalah proses terjadinya angin laut dan angin darat Angin laut Tataplah
gambar di bawah Kalor jenis daratan (zat padat lebih kecil daripada kalor jenis air
laut (zat cair). Akibatnya ketika dipanaskan oleh cahaya matahari pada siang hari,
kenaikan suhu daratan lebih besar daripada kenaikan suhu air laut. Kalau bingung
baca lagi pembahasan gurumuda mengenai kalor, kalor jenis dan kalor laten. Jadi
walaupun mendapat jatah kalor yang sama dari ma tahari, daratan lebih cepat panas
(suhu lebih tinggi) daripada air laut (suhu air laut lebih rendah). Daratan yang sudah
kepanasan tadi memanaskan udara yang berada tepat di atasnya sehingga suhu udara
pun meningkat. Karena mengalami peningkatan suhu maka udara memuai. Ketika
memuai, volumenya bertambah. Akibatnya massa jenis udara berkurang. Karena
massa jenis udara berkurang, maka udara tersebut bergerak ke atas (1). Posisi udara
yang bergerak ke atas tadi digantikan oleh udara yang berada di atas permuka laut.
Hal ini disebabkan karena massa an jenis udara yang berada di atas permukaan laut
lebih besar. Ketika bergerak ke darat, posisi udara tadi digantikan oleh temannya
yang berada tepat di atasnya (2) Sampai pada ketinggian tertentu, udara panas yang
bergerak ke atas mengalami penurunan suhu. Ingat ya, ketika suhu udara menurun,
volume udara juga berkurang. Berkurangnya volume udara menyebabkan massa jenis
udara bertambah. Akibatnya, udara yang sudah mendingin tadi meluncur ke bawah
untuk menggantikan posisi udara yang kabur dari permukaan laut (3). Proses ini
terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar di atas. Dirimu menyebutnya dengan julukan angin laut. Di
sebut angin laut karena udara yang berada di atas permukaan air laut melakukan
pengungsian massal menuju darat. Angin laut hanya terjadi pada siang hari Kalau
malam hari kasusnya sudah berbeda. Angin darat Ketika malam tiba, daratan lebih
cepat dingin daripada air laut. Dengan kata lain, pada malam hari, suhu daratan lebih
rendah daripada suhu air laut. Hal ini disebabkan karena kalor jenis daratan (zat
padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat cair). Walaupun jumlah kalor yang
dilepaskan oleh daratan dan air laut sama, tetapi karena kalor jenis daratan lebih kecil
daripada kalor jenis air laut, maka penurunan suhu yang dialami oleh daratan lebih
besar daripada air laut. Ingat saja rumus Q = (m)(c)(deltaT). Jika bingung berlanjut
silahkan pelajari kembali pokok bahasan kalor, kalor jenis dan kalor laten. Air laut
yang memiliki suhu lebih tinggi menghangatkan udara yang berada di atasnya.
Akibatnya suhu udara yang berada di atas permukaan laut meningkat. Peningkatan
suhu udara menyebabkan massa jenis udara berkurang sehingga udara bergerak ke
atas (1) Daratan yang memiliki suhu lebih rendah mendinginkan udara yang berada di
atasnya. Akibatnya suhu udara yang berada di atas daratan menurun. Penurunan suhu
udara menyebabkan massa jenis udara bertambah. Udara yang berada di atas daratan
segera meluncur ke laut (2) Sampai pada ketinggian tertentu, udara yang bergerak ke
atas mendingin (suhunya menurun). Penurunan suhu menyebabkan massa jenis udara
bertambah. Si udara pun meluncur ke bawah, menggantikan posisi udara yang
meluncur ke laut tadi (3). Proses ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus
konveksi udara sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di atas. Dirimu
menyebutnya dengan julukan angin darat. Di sebut angin darat karena udara yang
berada di daratan melakukan pengungsian massal menuju laut. Angin darat hanya
terjadi pada malam hari. http://www.gurumuda.com/konveksi IV
BAB lll

METODELOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : kamis 18 januari 2018
Waktu : 09:00 – 10:30 wib
Tempat : lantai 2 kesehatan universitas muhammadiyah mataram

B. ALAT DAN BAHAN


1. Kompor listrik
2. Tinta
3. Gelas beaker
4. Thetermometer
5. Air 600 ml

C. LANGKAH KERJA
1. Menit 1 tinta mulai naik bergerak keatas
2. Menit 2 tinta mulai tercampur dengan air
3. Menit 3 tinta sudah tercampur dengan air sehingga berwarna ungu
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PERHITUNGAN :

Tawal (T1) = 3 drajat celcius

(T2) = 35 drajat celcius

Rumus perhitungan :

Q = h . A .Dt

Keterangan :

h = koefisien pindah panas . w ( m2 k)

A = luas permukaan ( m2)

Dt = suhu akhir- suhu awal

Q = h . A dt

= 1700 . 40,82 . 32

= 2,220 . 608 kj/kg

Dt = T2 – T1

A = 40,82 M2

Pembahasan :

1. Bejana kaca diisi air sampai hamper penuh, kemudian dicampur dangan sedikit tintah
warna hitam, diaduk sampai merata. Bejana dipanaskan dan diamati pergerakan tintah
hitamnya
2. Saat bejana belum panas titah hitam yang ada didasar ada pula yang berada dipermukaan
air.
3. saat bejana mulai memanas hingga air didalamnya mendidih, tntah hitam gergaji tersebut
bergerak berputar-putar mengitari aliran air, yang semula berada diatas berputar
kebawah, begitupun sebaliknya secara acak.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Udara / air mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu
rendah
 Udara disekitar pembakar lilin lebih panas dari pada udara yang jauh dari nyala
pembakar lilin.
 Udara di titik A mmliki tekanan yang kecil disbandingkan tekanan udara dititik
B atau di sekitar ruangan.

B. SARAN
Diharapkan sebelum melakukn percobaan, praktika mengetahui tujuan percobaan
yang akan dilakukan Hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan praktikum,
hingga diperoleh hasil yang maksimal. Praktikum hendaknya dilaksanakan di tempata
yang lapang.
DAFTAR PUSTAKA

faculty.petra.ac.id/herisw/Fisika1/13-
kalor.dochttp://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan-konduksi/
http://www.gurumuda.com/konveksi Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas
X 1B. Jakarta: Erlangga TIM MGMP IPA SMA. 2007 . Pendalaman Materi Sukses Ujian
Nasional. Jakarta : Akasia Zemansky, sears. 1982. Fisika Untuk Universitas 1. Bandung:
Bina Cipta
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
Kalorimeter juga dapat digunakan untuk mengukur kalor. Kalor adalah perpindahan
energi dari sistem satu ke sistem yang lain karena disebabkan adanya perbedaan
temperatur. Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Benda yang menerima kalor akan mengalami perubahan wujud benda.
Sedangkan benda yang melepas kalor akan mengalami penurunan suhu atau wujud benda
berubah. Kalorimeter juga dapat digunakan untuk menentukan kalor lebur zat. Kalor
lebur adalah kalor yang dipakai suatu zat untuk melebur seluruhnya pada zat leburnya.
Kalor dapat ditimbulkan dari energi listik, energi kinetik, energi kimia dan lain-lain.
Pada kehidupan sehari-hari sering ditemui beberapa kejadian yang melibatkan
perpindahan kalor. Misalnya satu gelas air dingin dicampur dengan satu gelas air panas,
maka air panas akan melepas kalor sedangkan air dingin akan menerima kalor. Sehingga
akan didapatkan suhu campuran yagn seimbang. Oleh karena itu begitu banyaknya
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kejadian perpindahan kalor maka
percobaan ini penting untuk dipahami oleh semua orang sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada percobaan kalorimeter bertujuan
untuk menentukan kalor jenis bahan dan kalor lebur es. Alat yang digunakan dalam
percobaan adalah pemanas, kalorimeter listrik, kubus lubang, air, es dan penakar panas.
Dalam percobaan ini terlebih dahulu dilakukan yaitu menentukan suhu dan usahakan agar
masing-masing percaksi ini memiliki suhu yang sama, lalu larutan tersebut dimasukkan
ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik sehingga kita dapat
menentukan besarnya kapasitas kalorimeter dan dapat pula menentukan kalor jenis bahan
serta kalor lebur es dengan menggunakan kalorimeter.
B. TUJUAN
Dapat menentukan kapasitas calorimeter berdasarkan asas black
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

Kalorimeter adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses kimia.
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor dari reaksi yang dikeluarkan. Kalorimeter
dapat digunakan untuk menghitung energi dalam makanan dalam atmosfer dan mengukur
jumlah energi yang meningkat dalam suhu kalorimeter (Wahyu, 2010).

Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan melepas kalor maksimum, maka zat akan
mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor
terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat
(Soedojo, 1999).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia
dengan eksperimen disebut kalorimeter. Dengan menggunakan hukum hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi. Pembentukan
standart, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung
secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar kedalam
kalorimeter, dan hukum yang berlaku pada proses ini adalah hukum azas black yaitu:
Qlepas = Qterima Q = M.C.∆T Keterangan: Q = jumlah kalor (joule) M = massa zat
(gram) C = kalor jenis (kal/groc) ∆T = perubahan suhu (Zemansky, 1988)

Sebelum lebih jauh dijelaskan mengenai kalorimeter, terlebih dahulu mengenal istilah-
istilah dalam kalorimeter sebagai berikut: Kalor jenis zat adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat tersebut sebanyak satu derajat. Kapasitas
kalor adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu seluruh benda sebanyak satu
derajat. Kalor lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk melebur satu satuan massa pada
suhu tetap. Kalor beku adalah kalor yang dilepaskan ketika zat membeku. Titik lebuh
normal adalah titik dimana benda tersebut berubah wujud menjadi cair. Kalor uap adalah
jumlah kalor yang diperlukan untuk menguapkan satu satuan massa cairan pada suhu
tetap. Kalor embun adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk berubah wujud dari gas
ke cair satu satuan massa cairan pada suhu tetap. Titik didih normal adalah suhu dimana
tekanan zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan (Bueche, 2006).

Azas black adalah hukum yang menyatakan bahwa kalor yang dilepaskan oleh zat
bersuhu tinggi akan selalu sama dengan jumlah kalor yang diterima dan zat lain yang
bersuhu rendah. Untuk menentukan kalor jenis suatu benda digu32nakan:
Cb=((Mk+Ck+Ma+Cd)(Tc Ta))/(Mb(Tb-Tc)) (persamaan 4.4) Dari persamaan tersebut
dapat diturunkan menjadi: Mb Cb (Tb-Tc) = (Mk.Ck+Ma.Ca) (Tc-Ta) Mb Cb ∆T1 = Mk
Ck (Tc-Ta) + Ma Ca (Tc-Ta) Qb = Qk+Qa (persamaan 4.6) Sedangkan untuk
menentukan kalor lebur es digunakan: Les= ((Mk Ck+Ma Ca)(Ta-Ta)-Mc Ca Tc)/Mes
(persamaan 4.5) Dari persamaan tersebut dapat diturunkan menjadi: Les.Mes =
(Mk.Ck+Ma.Ca) Tc-Ta – Mc Ca Tc Mes.Les+Ma Ca Ta = Mk Ck (Tc-Ta) + Ma Ca (Tc-
Ta) QL + Qa.C = Qk+Qa (persamaan 4.6) (Giancoli, 2001)

Bila dua sistem yang temperaturnya berbeda-beda dipersatukan, maka temperature


terakhir yang dicapai oleh kedua sistem tersebut berada diantara dua temperatur
permukaan tersebut. Suatu zat bahan (material substance) yakni kalorik, terdapat didalam
setiap benda. Sebuah benda pada temperatur tinggi mengandung lebih banyak kalori
daripada benda temperatur rendah. Bila kedua benda tersebut disatukan, maka benda
yang kaya kalorinya kehilangan sebagian kalorinya yang diberikank epada benda lain
sampai kedua benda tersebut belum mencapai temperatur yang sama. Teori kalorik
mampu menjelaskan percampuran zat-zat didalam sebuah kalorimeter. Sedangkan
kalorimeter tersebut merupakan alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat(Halliday,
1999).
BAB lll

METODELOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : kamis 18 januari 2018
Waktu : 09:00 – 10:30 wib
Tempat : lantai 2 kesehatan universitas muhammadiyah mataram

B. ALAT DAN BAHAN


1. Calorimeter
2. Thermometer
3. Neraca
4. Gelas beker
5. Kompor listrik
6. Statif

C. LANGKAH KERJA
1. Bersihkan calorimeter dari debu atau kotoran, lalu timbang calorimeter kosong
2. Calorimeter diisi 50 ml air dingin, lalu timbang
3. Ukur suhu air dingin dalam calorimeter
4. Siapkan air secukupnya, lalu dipanaskan hingga 80 drajat clasius
5. Dimasukan sebagian air panas kedalam calorimeter berisi air dingin. Lakukan dengan
cepat untuk menghindari adanya perubahan suhu air panas.
6. Aduklah secara perlahan agar air dingin bercampur rata dengan air panas
7. Ukur suhu campuran setiap satu menit hingga dicapai suhu konstan
8. Setelah itu calorimeter dengan semua isinya ditimbang kembali. Massa air panas yang
dimasukan kedalam calorimeter kemudian dapat ditentukan
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Table calorimeter pada menit ke 1 sampai 5

1 menit 60
2 menit 39
3 menit 59
4 menit 58
5 menit 58

Rumus : Q = M .CP AIR . DT keterangan :

M = massa

Cp = kapasitas panas jenis

Dt = waktu akhir waktu awal

Diket : dt = 58 -29 = 29

Massa jenis = 293,91 x cp air

Q = M . CP air . dt

= 293,91 . cp air . 29

= 293,91 . 29

Cp air = 8523,39
Pembahasan :

Dua macam zat cair sejenis tapi berbeda suhu dicampur. massa jenis zat cair yang lebih
panas (m₁) sama dengan dua kali massa zat cair yang kedua (m₂). suhu awal zat cair yang
lebih panas (T₁) juga sama dengan dua kali suhu awal zat cair yang lebih dingin T₂=
30°C suhu campuran pada kedua setimbang

Kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
sejumlah zat sebesar satu derajat Celsius. Hubungan kapasitas kalor dan kalor jenis suatu
zat adalah C=ms dimana m adalah massa zat dalam gram. jenis zat (kalor jenis)perubahan
suhu.

Pengertian kalor jenis Ketika mempelajari kalor, kita juga dikenalkan dengan istilah kalor
jenis. Apa itu kalor jenis ? kalor jenis ialah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan
oleh 1 gram zat untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai
kemampuan suatu benda untuk melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda
mempunyai kalor jenis yang berbeda-beda. Satuan kalor jenis J/Kg⁰C. Bentuk
Kalorimeter Kalorimeter ialah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu
zat.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan diantaranya :
Praktikum kalorimeter ini berdasarkan pada azas black, dimana jika ada dua buah benda
bersentuhan maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda bertemperatur tinggi ke
rendah.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis dan kalor Es yang
mampu mempertahankan / mengisolasi suhu didalamnya agar tidak terpengaruh oleh
suhu di luar sistem. Kalor jenis bahan dan kalor lebur es dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan kalorimeter, kalori jenis pada emas adalah lebih kecil daripada
kalor jenis pada perak. Sedangkan kalor lebur es pada percobaan 2 lebih besar
dibandingkan pada percobaan 1. Berdasarkan hasil yang mendekati keakuratan dan
hasilnya tidak terlalu berbeda dengan literature.

B. SARAN
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum, praktikum diharapkan lebih tanggap dan cepat
dalam memindah bahan ke dalam kalorimeter agar bahan teerap terisolasi di dalam kalorimeter
dan bercampur dengan suhu luar. Asisten diharapkan lebih membimbing dan menguasai
praktikum, agar tidak terjadi banyak kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick. 2006. Schaums outline of theory and problems of college physics.
Jakarta : Erlangga.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Halliday, Resnick. 2004. Fisika Dasar. Bandung : ITB.
Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.
Tim Fisika Dasar. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Fakultas MIPA
Wahyu, dkk. 2010. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Zemansky, Sears. 1986. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai