Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak didefenisikan sebagai iuran tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaranpengeluaran umum.1
Pajak sangat berpengaruh penting terhadap jalannya suatu negara, karena
seperti yang kita ketahui sumber pemasukan negara berasal dari pajak. Menurut Prof.
Dr. Rochmat Soemirto, SH, hukum pajak merupakan bagian dari hukum administrasi
negara karena merupakan perilaku pemerintah aparatur negara terhadap rakyatnya.
Hubungan hukum pajak sendiri dengan hukum administrasi negara sebagai sarana
preventif agar wajib pajak tidak melanggar norma-norma dan ketentuan-ketentuan
hukum perpajakan.
Dan bukan masalah baru lagi, bahwa selama ini yang terjadi banyaknya
wajib pajak yang memiliki kekayaan diluar negeri dan memiliki catatan utang pajak
yang menumpuk. Hal ini tentu berimbas pada pemasukan kas negara.
Permasalahnnya penegakan hukum perpajakan di Indonesia sendiri masih
dipertanyakan ketegasannya karena permasalahan setiap tahun tetap hal yang itu-itu
saja.
Maka pada tahun 2016 sejak tanggal diundangkan sampai 31 Maret 2017
diberlakukan Tax Amnesty atau pengampunan pajak, yang terdiri dari tiga periode :
1. Periode I: Dari tanggal diundangkan s.d 30 September 2016
2. Periode II: Dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016
3. Periode III: Dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017
1

1 Supramono dan Theresia Woro Damayanti. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.

Yang mana langkah ini dapat memperbaik permasalahan yang sering terjadi
mengenai wajib pajak yang tercatat memiliki utang pajak serta menimbun kekayaan
diluar negeri.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik permasalahan sebagai
berikut :
1.

Apa yang dimaksud Tax Amnesty dan apa dasar hukumnya?

2.

Bagaimana sejarah penetapan Tax Amnesty dan ruang lingkupnya?

3.

Apa implikasinya terhadap pendapatan negara dan apa saja problematikanya?

4.

Siapa saja tokoh yang telah mendaftar?

5.

Bagaimana tentang regulasi pengaturan Tax Amnesty?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi dan Dasar Hukum Tax Amnesty
Tax amnesty atau pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana
di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.2 Secara sederhana tax amnesty adalah
pengampunan pajak, yaitu adanya penghapusan pajak bagi Wajib Pajak (WP) yang
menyimpan dananya di luar negeri dan tidak memenuhi kewajibannya dalam
membayar pajak dengan imbalan menyetor pajak dengan tarif lebih rendah.
Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa bagi wajib pajak yang mengikuti
tax amnesty maka kepadanya mendapatkan keuntungan diantaranya adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan. Tax amnesty atau amnesti pajak
merupakan pengampunan atau pengurangan pajak terhadap properti yang dimiliki
oleh perusahaan yang akan segera diatur dalam UU Pengampunan Nasional.
Tax amnesty sendiri diatur dalam UU No. 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampuan Pajak.

2.2. Sejarah Penetapan Tax Amnesty dan Ruang Lingkupnya


Sejarah tax amnesty di Indonesia dimulai pada tahun 1964 atau 20 tahun
3
setelah
Kemerdekaan Indonesia. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait

2 UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

pengampunan pajak (tax amnesty) ini bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi,
melalui perangkat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres).
Sejarah tax amnesty tahun 1964 ini berakhir pada 17 Agustus 1965. Saat itu,
Penjelasan oleh Kepala Inspeksi Keuangan Jakarta Drs Hussein Kartasasmita yaitu,
sampai bulan Juli tahun 1965, jumlah dana yang diterima dari tax amnesty hanya
sejumlah Rp 12 miliar. Jumlah tersebut sama jumlahnya dengan penerima dana SWI
(Sumbangan Wajib Pajak Istimewa) Dwikora. Hal ini dianggap sangat aneh karena
memang seharusnya penerimaan dana dari tax amnesty lebih besar jika dibandingkan
dengan dana pungutan SWI Dwikora.
Sejarah tax amnesty mencatat, rendahnya pemasukan dari dana hasil tax
amnesty ini akibat dari banyaknya pungutan-pungutan lainnya, yaitu diantaranya
Gekerev dan SWI Dwikora. Hal ini berakibat mengurangi daya bayar pajak para
wajib pajak.
Target dana yang diterima dari tax amnesty ini untuk wilayah Jakarta sendiri
berjumlah Rp 25 miliar. Namun ternyata, dana dari tax amnesty yang masuk baru
setengahnya. Sehingga Presiden/Panglima Besar mengeluarkan keputusan yaitu,
NO.53/Kotoe Tahun 1965 yang isinya memperpanjang masa tax amnesty, yang
awalnya dalam Perpres No.5 Tahun 1964 batas waktu ditetapkan 17 Agustus 1965
menjadi sampai 10 November 1965.
Keputusan tersebut dianggap perlu untuk memberikan kelonggaran waktu
kepada para pengusaha/pemilik modal yang mana belum sepenuhnya memenuhi
Penpres Nomor 5 Tahun 1964. Namun ternyata, tax amnesty tersebut diperpanjang
lagi sampai dengan 30 November 1965. Perpanjangan masa pembayaran tax amnesty
tersebut, bertujuan memberikan kesempatan lagi kepada para wajib pajak yang
memang melakukan kesalahan, utamanya dalam melakukan penghitungan harta
kekayaan,

seperti

contohnya

melaporkan

harta

berdasarkan

harga

yang

tertera/tercantun dalam kuitansi, padahal seharusnya penghitungan berdasarkan harga


yang berlaku saat itu.
Namun, sejarah tax amnesty tahun 1964 ini tergolong gagal karena adanya
Gerakan 30 September PKI atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI.
4

Sejarah tax amnesty tahun 1984 merupakan pelaksanaan kebijakan tax

amnesty kedua. Sama halnya dengan tahun 1964, pada tahun 1984 Indonesia
mencatat sejarah tax amnesty. Tetapi, bukan untuk mengembalikan dana Revolusi,

melainkan untuk mengubah sistem perpajakan di Indonesia dari official-assesment


(besarnya jumlah pajak ditentukan oleh pemerintah) diubah ke self-assesment
(besarnya pajak ditentukan oleh wajib pajak sendiri).
Sejarah tax amnesty di Indonesia tahun 1984 ini mengalami kegagalan
karena memang sistem perpajakan belum terbangun.
Tax amnesty pada tahun 2016 merupakan kebijakan tax amnesty ketiga, yang
mana diharapkan bisa sukses dari berjalan lebih baik dari kebijakan-kebijakan tax
amnesty yang sebelumnya.
Dalam sosialisasi terkait pengampunan pajak alias tax amnesty, Direktorat
Jenderal Pajak bahkan mengkampanyekan tagline ungkap, tebus, lega. Tagline
tersebut memiliki makna atas upaya pemerintah meningkatkan penerimaan negara
khususnya dari pajak.
Dalam situs resmi Direktorat Jenderal Pajak www.pajak.go.id disebutkan
bahwa ungkap merupakan sebuah pernyataan dari Wajib Pajak (WP) untuk bersedia
melaporkan seluruh kekayaan, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk
usaha, yang berada di dalam dan/ atau di luar negeri, yang belum dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh terakhir.
Belum dilaporkannya kekayaan tersebut bisa dikarenakan kelalaian atau
keadaan di luar kekuasaan yang dialami WP. Sehingga, kolom harta dan utang dalam
SPT Tahunan PPh belum diisi dengan benar, lengkap dan jelas.
Tebus adalah pembayaran sejumlah uang ke kas negara untuk mendapatkan
pengampunan pajak atau tax amnesty berupa pelepasan hak negara untuk menagih
pajak yang seharusnya terutang dari pengungkapan kekayaan yang dilakukan oleh
WP kepada Direktorat Jenderal Pajak. Uang tebusan atas Amnesti Pajak dihitung
dengan cara mengalikan tarif utang tebusan dengan nilai harga bersih yang telah
diungkapkan oleh WP.
Lega adalah sebuah perasaan yang nantinya akan menaungi WP manakala
mereka telah memanfaatkan Pengampunan Pajak. Dengan diterimanya Pengampunan
5
Pajak,
maka WP akan mendapatkan penghapusan atas pajak yang seharusnya

terutang, sanksi administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan


untuk kewajiban perpajakan sebelum 31 Desember 2015.

Berikut adalah daftar pihak-pihak yang dapat memanfaatkan kebijakan


pengampunan pajak:
1.

Wajib Pajak Orang Pribadi

2.

Wajib Pajak Badan

3.

Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan
(UMKM)

4.

Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak


Kebijakan tax amnesty juga dapat dimanfaatkan oleh golongan yang luas.

Antara lain wajib pajak (WP) yang belum terdaftar, WP yang belum menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT), WP yang belum membayar pajak, WP yang belum
melaporkan penghasilan atau kurang melaporkan penghasilannya, termasuk WP yang
dalam penyampaian SPT-nya terdapat kesalahan.
Sedangkan pihak-pihak yang tidak boleh mengikuti kebijakan tax amnesty
adalah WP yang sedang:
1.

Dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap


oleh Kejaksaan

2.

Dalam proses peradilan ; atau

3.

Menjalani hukuman pidana Atas Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.


Lebih jauh, ruang lingkup pengampunan yang diberikan kali ini lebih luas, di

mana tax amnesty memberikan pengampunan atas kewajiban perpajakan, termasuk


pidana pajak. Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro juga menjamin data
yang masuk tidak dapat dijadikan dasar untuk penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana lainnya.
Fasilitas tax amnesty yang akan didapat oleh Wajib Pajak yang mengikuti
program tax amnesty antara lain:
1.

Penghapusan pajak terutang (PPh dan PPN dan/atau PPn BM), sanksi
administrasi, dan sanksi pidana, yang belum diterbitkan ketetapan pajaknya;

2.

Penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan;

3.6

Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan


penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

4.

Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan


penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang
dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan; dan

5.

Penghapusan PPh Final atas pengalihan Harta berupa tanah dan/atau


bangunan serta saham.3

2.3.

Implikasinya

Tax

Amnesty

Terhadap

Pendapatan

Negara

dan

Problematikanya
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat perekonomian yang
rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut, antara lain
kasus-kasus yang menyangkut dunia perpajakan yang akhir-akhir ini marak terjadi di
Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan baik dari pemerintah maupun lembagalembaga yang berhubungan dengan perpajakan. Salah satu kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah ialah kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).
Tax amnesty merupakan kebijakan yang digunakan untuk menghimpun
penerimaan negara dalam waktu cepat. Biasanya, tax amnesty dilakukan karena
empat alasan:
1.

Maraknya aktivitas underground economy atau penggelapan pajak (tax evasion)

2.

Pelarian modal ke luar negeri (capital flight)

3.

Rekayasa transaksi keuangan

4.

Politik penganggaran untuk menghadapi kontraksi anggaran negara yang sedang


terjadi.
Kebijakan ini memiliki potensi yang cukup besar dan berpengaruh positif

bagi pasar Bursa Efek Indonesia, dimana akan terjadi penambahan emiten baru
karena perusahaan-perusahaan tidak perlu khawatir atas permasalahan pajak yang
telah lewat. Karena masalah perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap
7
memberatkan
bagi calon emiten untuk mengubah status perusahaannya menjadi

perusahaan terbuka.
3 http://swa.co.id/beritabca/bca/serial-tax-amnesty-ruang-lingkup-siapa-saja-yang-bolehikut-tax-amnesty. 2016

Namun,

upaya-upaya

yang

harus

dilakukan

pemerintah

dalam

mengoptimalkan pajak, Indonesia harus terlebih dahulu melakukan program


sosialisasi keseluruh lapisan masyarakat luas dengan strategi yang tepat dan terarah
agar masyarakat mengerti tujuan diadakannya kebijakan pengampunan pajak ini.
Kebijakan pemerintah tersebut mempunyai tujuan selain untuk menegakkan
hukum, tapi disisi lain akan mengampuni dan mau memutihkan dosa-dosa perpajakan
Tax amnesty juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan prekonomian
Nasional, yaitu mampu meningkatkan sumber penrimaan Negara dalam jangka waktu
pendek. Kebijakan tax amnesty kini makin dekat dan makin jelas. Terbaru, Badan
Legislasi DPR RI menyatakan setuju dengan substansi RUU Tax Amnesty yang
disusun pemerintah, setelah telah bertemu secara informal dengan wakil pemerintah.
Tarifnya pun sangat murah: 1% 2% 3% dari selisih harta yang tidak
dilaporkan bagi wajib pajak yang melakukan repatriasi dananya dari luar negeri ke
Indonesia. Dana 3%,4%, 6% bagi wajib pajak yang tidak merepatriasi dana. Tarif
yang cukup rendah ini menyebabkan penerimaan pajak dari kebijakan ini tidak
maksimal. Hanya Rp 60 triliun-Rp 80 triliun, sangat rendah dibandingkan dengan
aset objek tax amnesty yang diperkirakan mencapai Rp 2.000 triliun. Bandingkan
tarif normal PPh pribadi (5%-30% tergantung penghasilan) dan badan (25%).
Kebijakan tax amnesty ini dijalankan sebelum pemerintah melaksanakan
pertukaran data transaksi dan data harga wajib pajak dengan negara-negara G20 pada
2017. Kerjasama ini dapat digunakan untuk menagih kekurangan pajak. Tapi ketika
tax amnesty diberikan sekarang, kerjasama transfer data itu tidak berdampak apa-apa.
Seperti senjata lengkap dengan peluru, tapi tidak bisa digunakan. Terkesan kebijakan
tax amnesty hanya untuk menyelamatkan para pengemplang pajak, ketimbang
menggali penerimaan negara.4
Bank Indonesia (BI) menilai kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty
bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 2016. Target 5,2% yang dipatok oleh
pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan
2016 tak sulit dicapai.
Pertumbuhan ekonomi 5,1% adalah baseline, tapi 5,2% dengan adanya tax
8
amnesty
tentunya dengan dorongan yang lain juga. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur

BI menjelaskan, dampak dari kebijakan tersebut akan dimulai dari penerimaan


4 https://kipbandung.wordpress.com/2016/07/01/dampak-penerapan-tax-amnesty-bagiperekonomian-di-indonesia/

negara. Dari repatriasi yang diperkirakan Rp 1.000 triliun dan deklarasi Rp 4.000
triliun, maka tambahan untuk penerimaan adalah sekitar Rp 165 triliun.
Sisi lain adalah dorongan terhadap investasi swasta. Hal ini memang belum
dapat diperhitungkan, sebab dimungkinkan pemilik dana lebih memilih untuk
meletakkan dana di pasar keuangan, sehingga belum memberikan pengaruh besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi baru mulai terasa di tahun depan, dan tahun-tahun selanjutnya. Sebab,
pemilik dana baru akan masuk ke sektor rill.5
Ada beberapa langkah yang ditempuh pemerintah Indonesia khususnya
Direktorat Jenderal Pajak guna meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak,
antara lain melaksanakan program Sensus Pajak Nasional. Selain itu melakukan
penyempurnaan peraturan untuk menangani tindakan penghindaran pajak (tax
avoidance), tindakan penggelapan pajak melalui transfer pricing, dan pengenaan
pajak final.
Langkah lainnya adalah pembenahan internal aparatur dan sistem
perpajakan. Demikian juga akan dilakukan kenaikan tarif cukai tembakau mulai
tahun 2012 yang rata-rata sebesar 12,2 persen. Upaya berikutnya adalah akan
dilakukan peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor
serta peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang. Termasuk penyempurnaan
implementasi Indonesia National Single Windows (INSW) serta pengembangan
otomatisasi pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai.
Selain itu salah satu bentuk upaya atau inovasi lain dalam sistem perpajakan
yang berguna meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban baik jenis
pajak baru maupun persentase pajak yang sudah ada kepada masyarakat, dunia usaha
dan para pekerja adalah melalui program tax amnesty. Salah satu tujuan
pengampunan pajak ini diharapkan dapat mengurangi citra negatif pada aparat
perpajakan yang selalu dipersepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus
selalu dihindari, berubah menjadi hubungan yang lebih friendly.
Pada dasarnya inovasi atau upaya ini dapat diterapkan di Indonesia.
9
Keunggulan
yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty diimplementasikan yaitu

akan dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka
5 Detik.com

panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya


bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional. Di sisi lain kelemahannya
bila diterapkan pengampunan pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan
kinerja setoran pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi terjadinya
penyelewengan, manipulasi dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang
memperoleh pemutihan pajak akan melakukan penggelapan kewajiban pajaknya.
Kecuali bila diberlakukan pengampunan pajak bersyarat. Contohnya pengampunan
pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan terhadap aset-aset dan penghasilan
mereka. Hal ini guna menghindari kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang
kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan minimnya
keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.6
Tidak dapat dipungkiri, tax amnesty ini masih menjadi isu yang sangat
kontroversial dalam perpajakan di Indonesia. Di satu sisi, tax amnesty dapat menjadi
salah satu jalan keluar bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak karena
memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk masuk kembali ke dalam
administrasi perpajakan di Indonesia. Di sisi lain, penerapan tax amnesty juga akan
mencederai keadilan dan melemahkan penegakan hukum.
Hal itu disebabkan tidak adanya payung hukum yang mengatur dan target
operasi yang disasar aparat penegak hukum berpotensi lepas. Penerapan tax
amnesty harus terfokus pada pengampunan pidana pajak dan tidak diperluas dengan
penghapusan pidana lainnya seperti pidana korupsi, pencucian uang dan kejahatan
lainnya di sektor industri.
Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Agus Santoso mengatakan, jika kebijakan tax amnesty diberlakukan, maka akan
kontraproduktif bagi Indonesia di mata dunia. Hal ini sama saja terkesan pemerintah
hanya akan berusaha melegalkan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Padahal
Indonesia sudah dikeluarkan dari daftar hitam dunia pencucian uang oleh FATF
(Financial Action Task Force).
10

6http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Analisis%20Implementasi%20Tax
%20Amnesty%20di%20Indonesia.pdf

Jika tax amnesty diberlakukan, juga akan merusak upaya pengejaran aset
penjahat keuangan yang telah dibangun PPATK. Karena tidak sedikit terpidana
korupsi kelas kakap yang menaruh dana korupsinya di negara lain seperti Singapura.

2.4. Tokoh Yang Telah Mendaftar Tax Amnesty


1. Hutomo

Mandala

Putra

Pelaporan: 26 September 2016

Pengusaha
Pelaporan: 15 September 2016

7.

Alim

Pemilik
2.

Hotman

Paris

Hutapea

Markus

Maspion

Group

Pelaporan: 27 September 2016

Pengacara
Pelaporan: 15 September 2016

8.
CEO

3.
Pemilik

James
Grup

Riady

Anindya
PT

Pelaporan:

27

9.

Sandiaga

Pendiri

Pemilik

Sofjan
Grup

Wanandi

Pelaporan:

PT

September

Saratoga
27

10.

2016
Uno

Investama

September

Arifin

Pemilik
5. Erick Thohir dan Garibaldi

11

Ventura

2016

Gemala

Pelaporan: 13 September 2016

Boy

Global

Lippo

Pelaporan: 3 September 2016


4.

Bakrie

Bakrie

Pelaporan:

Panigoro

Medco
29

Grup

September

2016

Thohir

Pemilik dan pendiri Mahaka

11.

Group

Pendiri

Pelaporan: 14 September 2016

Pelaporan:

29

6.

12.

Anthoni

Chandra

Lie

Pendiri dan pemilik Sriwijaya

Pemilik

Air

Pelaporan:

Group

Prajogo
Barito

Pacific

Group

September

2016

Grup
30

Pangestu

Salim
Indofood

September

2016

13.

Franky

Pemilik

Grup

Pelaporan:

30

Widjaja
Sinar

Pelaporan:

30

Pemilik

12

Djoko

2016

Mas

September

2016

15.

Aburizal

Bakrie

Grup

Bakrie

Pendiri
14.

September

Susanto
Alfamart

Pelaporan:

29

September

2016

2.5. Regulasi Pengaturan Tax Amnesty


Tax Amnesty atau pengampunan pajak diatur dalam UU No. 11 Tahun 2016
Tentang Pengampuan Pajak. Pada saat UU ini baru diberlakukan sudah banyak
mengundang kontrovesi. Bahkan Yayasan Satu Keadilan (YSK) dan Serikat
Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) pernah berencana menguggat UU ini dengan
mengajukan judicial riview (uji materi undang-undang) ke MK.
Jika diperhatikan lagi Pasal 1 angka 1 : Pengampunan Pajak adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 2 ayat (1) : Pengampunan Pajak dilaksanakan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
b. keadilan;
c. kemanfaatan; dan
d. kepentingan nasional.
Bertentangan dengan Pasal 23 huruf A UUD 1945 : Pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Hal tersebut dianggap bertentangan selama dimaknai penghapusan pajak
yang seharusnya terutang tidak dikenai sanksi administrasi dan pidana perpajakan
dengan membayar uang tebusan.
Termasuk pada Pasal 1 angka 7 UU Pengampunan Pajak, dimana pasal
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang uang tebusan adalah
sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara unuk mendapatkan pengampunan
pajak.

UU merupakan produk hukum yang disamping mengatur juga memberi efek


jera bagi pelaku pelanggar dan menjadi pelajaran untuk yang lain untuk tidak
melanggar hukum, sedangkan pada UU Tax Amnesty memberikan keringanan bagi
pengemplang pajak. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi wajib pajak yang taat akan
berpikiran toh ada UU Tax Amnesty yang cuma bayar uang tebusan.
Uang tebusan dengan tarif ringan juga terkesan menyederhanakan persoalan,
jika dilihat dari instrumen penegakan hukum perpajakan yang dimiliki dan dapat
digunakan oleh pemerintah. Instrumen ini terkait dengan langkah Direktorat
Perpajakan Internasional dan Direktorat Intelijen Perpajakan yang baru dibentuk.

2.6. Ulasan Singkat Tax Amnesty


Menurut Peraturan Dirjen (Perdirjen) nomor Per-11/PJ/2016, tentang
Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak, masyarakat yang belum menikah dengan
penghasilan di bawah 54 juta per tahun, atau keluarga dengan penghasilan di bawah
112,5-126 juta per tahun (tergantung jumlah anak) tidak perlu mengikuti tax amnesty.
Serta, harta warisan tidak perlu tax amnesty, cukup pembetulan SPT saja.

Apa itu tax amnesty?


Tax amnesty adalah fasilitas dari pemerintah agar harta-harta kekayaan yang
belum dilaporkan, atau dilaporkan namun tidak dalam keadaan yang sebenarnya, bisa
diputihkan dengan menebus sejumlah tarif yang ditentukan.
Cara menghitung tarif tebusan:
Sebelum oktober: 2% dari selisih yg blm dilaporkan
Sebelum tahun dpn: 3% dari selisih

Sebelum

maret

2017:

5%

dari

selisih

Kalau punya harta di luar dibawa ke sini, sama tarifnya.

Fasilitas untuk UMKM


Definisi UMKM adl pengusaha yang bergerak di bid industri, atau dagang,
atau jasa, yang omzet kotornya dalam setahun tidak sampai 4,8M. Sepanjang
dibawah 4,8M, dia berhak menyandang UMKM dan dapat tarif spesial 0.5%. Ada
0.5%, ada 2%. Bedanya apa? Kalau hartanya dibawah 10M, maka berhak dapat tarif
0.5%, dan itu berlaku dari 1 juli 2016 sampai 31 maret 2017. Begitu hartanya di atas
10M, tarifnya 2%. 10M ini adalah batasan total harta. 0.5% itu dihitung dari selisih
antara yang sudah dilaporkan dengan total harta.
Lalu bagaimana bila makelar? Makelar kan hanya menyampaikan orang
punya jual apa, lalu siapa yang mau beli, dia dapat komisi. Itu tidak bisa disebut
UMKM. UMKM itu kalau kita membeli, lalu dijual ke orang lain. Jadi harus berhatihati dengan definis UMKM. Orang dulu berlomba-lomba mengaku makelar, krn tarif
tidak kena pajaknya lebih besar. Tapi ketika tax amnesti ini orang-orang berlombalomba ngaku pengusaha UMKM, spy bisa pakai rate tebusan 0.5%. Tapi tidak akan
bisa, karena makelar dan UMKM itu berbeda. Kalau mau dianggap UMKM, harus
beli barang dari satu tempat, lalu dijual ke tempat lain, bukan cuma terima komisi
saja.
Tax amnesti ini banyak fasilitasnya.
Kalau kita ikut tax amnesti, maka tunggakan pajak dari 1985-2015 itu dihapuskan.

Asal

usul

harta

tidak

diusut

dan

ditanyakan.

Data ini tidak akan dibeberkan ke pihak lain, sifatnya privat. Semua alat
komunikasi

akan

Jangan diwakilkan, tidak akan dilayani.


Minus nya kalau tidak ikut tax amnesty:

dititipkan.

Sekarang tarif pph 5%. Misal, saya punya uang 100 juta, tidak dilaporkan.
Maka akan didenda dari 100 juta itu 5% + 200% dari 5%. Jadi kalau dilaporkan,
hanya perlu bayar 5 juta, kalau nda dilaporkan, akan bayar 15 juta.
Plus, akan dikejar dari mana ini uang nya didapat. Seluruh data keuangan di bank
akan dibuka dan dipetani, terus sampai ujungnya.
Begitu ikut tax amnesty, seluruh kewenangannya pegawai pajak untuk
melihat data keuangan itu diprotoli.
Bagaimana dengan asuransi? Apakah harus dilaporkan? Bagaimana caranya?
Asuransi itu ada 2 tipe: yg masa manfaat diatas 1 tahun, dan yang dibawah
atau sama dengan 1 tahun. Yang masa manfaat nya 1 tahun itu misalnya seperti
asuransi mobil. Bagi asuransi di bawah atau sama dengan 1 tahun, itu bukan kategori
harta. Itu kategorinya konsumsi, bukan investasi.
Asuransi

yang

masa

manfaatnya

diatas

tahun,

ada

jenis:

Asuransi konvensional: bayar premi tiap bulan atau bayar sekaligus. Kalau asuransi
model gini, ini namanya investasi. Yang harus dilaporkan apa? Uan pertanggungan di
polis. Kalau bayarnya sekaligus, tidak bisa diklaim sebagai hutang. Tetapi bila
bayarnya

bulanan,

sisa

preminya

bisa

diakui

sebagai

hutang.

Asuransi unit link: asuransi + manfaat tambahan. Kalau yang seperti ini, kita kan
sering dapat laporan account statement. Di situ ada NAV (asset value), yang
dilaporkan adalah NAVnya. Cut off nya sampai des 2015. Posisinya pas des 2015 itu
berapa besar NAV nya? Itu yang dilaporkan utk tax amnesty.
Perincian harta yang detail.
Pada saat mengikuti tax amnesty, kita harus membuat perincian secara detail.
Biasanya kita suka menuliskan harta itu digelondongkan, misalnya saya punya
perhiasan. Tapi lewat tax amnesty, harus detail, punya cincin berapa, cincinnya
berapa gram saja, etc. belinya di toko mana, dll. Kenapa? Bila kita punya cincin 5,
lalu karena malas mendata, kemudian malas ikut tax amnesty. Tapi toko emas yang
kita beli cincin ikut tax amnesty gak?

Contoh lain: kalau seseorang menjual rumah seharga 1M, tetapi NJOP nya
500jt. Di pelaporan pajak 500jt. Tetapi pembeli nya akan bingung dia mau
melaporkan beli rumah 1M atau 500jt, karena uangnya di bank berkurang 1M bukan
500jt.

Bagaimana bila harta di mark up? Ditulis lebih besar daripada yang dimiliki?
Ada orang yang suka menulis harta setara kas 1M misalnya. Sebelum tax
amnesty tidak apa-apa. Tapi setelah tax amnesty, maka pegawai pajak akan melihat
yang modelnya seperti ini akan dilihat, punya safety box atau tidak? Kalau tidak
punya safety box, ini aneh, duitnya disimpan dimana? Maka akan dikejar setelah tax
amnesty selesai. Karena itu melaporkan hartanya harus detail.
Ada

Quantity:

dua
lapor

punya

jenis
10

mark

rumah,

padahal

up:
cuman

1.

Value: lapor punya cash 100jt, padahal cuman 10jt.


Kalo

quantity,

lebih

mudah

diadjust.

Kalau value, itu yang sukar.


Kenapa? Karena pelaporan pajak di SPT 2015 itu dianggap negara sudah
benar. Kalau kurang, maka itu bisa amnesti. Tapi kalau kelebihan, itu tidak bisa pakai
amnesti. Jadi bagaimana? Itu pemecahannya spesifik. Tetapi apakah bisa
diselesaikan? Bisa. Tetapi penyelesaiannya beda-beda tergantung kasusnya.
Setelah tax amnesty, transaksi dibatasi.
Semua transaksi di atas 5 juta, harus melalui perbankan. Kalau lewat tunai,
akan dikenakan pasal tindak pidana pencucian uang.
Bagaimana bila pemegang NPWP (misal: suami) meninggal?
Maka dilaporkan saja tax amnesty pake NPWP tersebut. Nanti kan akan
keluar surat keputusannya sesuai dgn apa yang dilaporkan.

Bagaimana menilai besarnya harta (appraisal)?


Dihitung berdasarkan harga wajar, yaitu harga yang sebenarnya. Tetapi itu
kan nanti bisa diperdebatkan? Nah itu gunanya tax amnesty, yaitu bila misalnya kita
laporkan harga rumah 500jt, maka ya sudah itu diterima, dan tidak dipermasalahkan
lagi, karena orang pajak menganggap itu sudah sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Bagaimana tentang perhiasan?
Kalau menikah, kan biasanya dikasih kalung, perhiasan, etc, kan nda ada
surat-suratnya? Ya caranya datang ke toko emas, desember 2015 kemarin harga emas
itu berapa?
Untuk yang tidak bisa menunjukkan ini perhiasan dibeli dimana, bikin surat
pengakuan harta. Bisa langsung borongan dimasukkan semua harta itu. Tapi harus
detail.
Gimana kalo males ngitung hartanya terus gak dilaporin di tax amnesty atau
dilaporin tidak detail?
Ya tidak apa-apa, selama harta itu tidak dijual. Begitu dijual, akan terdetesi
oleh petugas pajak. Akan diusut nanti, dari mana ini? Kok sebelumnya tidak ada?
Nah, nanti dendanya akan juga dihitung dari harga emas yang pada saat itu berlaku.
Bagaimana bila punya rumah di atas namakan supirnya misalnya, karena mau
menghindari pajak?
Kalau supirnya melaporkan sebagai tax amnesty, akan jadi milik supirnya
rumah itu. Solusi: Ke notaris, bikin akta pernyataan nomini (pengakuan harta).
Rumah saya yang di graha family, oleh karena suatu hal, belum bisa atas nama saya,
tapi atas nama supir saya. Tanda tangan anda dan supirnya.
Bagaimana bila punya mobil, supaya tidak kena tarif progresif, di atas
namakan orang lain?

Bila tidak dilaporkan, ketika dibuka rekeningnya, ada pengeluaran untuk beli
mobil, ditanya duitnya kemana ini? Dijawab untuk beli mobil, dilihat hartanya kok
tidak ada mobilnya, akan menjadi masalah.
Bagaimana bila ada outstanding utang dari tahun 2014, lalu karena mau ikut
tax amnesty kemudian dilunasi dulu? Apakah dilaporkan sebagai utang atau
lunas? (Sebab kan cut off nya des 2015)
Jawaban: lihat outstanding 2015 itu hutangnya berapa? Lalu hutang itu kan
ada pokok dan bunga kan? Tanya kepada bank nya, pokok nya berapa? Nah, yang
bisa dihitung terutang nya adalah pokok nya, bukan total pokok dan bunga. Kalo di
2016 mau dilunasi, sepanjang kemarin rumah ini sudah dilaporkan di pajak, maka
terserah.
Bagaimana bila SPT 2015 belum lapor?
Syarat pengajuan tax amnesty adalah sudah lapor SPT 2015. Kalau belum
dilaporkan, maka laporkan dulu.

Tapi gimana bila terakhir lapor 2010? Lalu mau ikut tax amnesty? Bagaimana
cara lapor? Apa harus lapor 2011-2015?
Kalo kasusnya begitu, tidak perlu lapor semua. Cukup lapor 2015.
Hartanya bagaimana?
Kemarin ada yang coba nakal. Agar tebus nya kecil, harta 2015 dibesarbesarin. Kan yang ditebus kan selisihnya. 2010 lapor harta 100jt, 2015 lapor harta
950jt, lapor tax amnesty total 1M. Kan nebusnya cuman dihitung dari 50jt. Tapi kalau
ketahuan,

Mau

maka
ikut

tax

akan

dikasih

amnesty

1M

dua

100jt

pilihan:
x

2%,

Atau SPT 2015 pajaknya dihitung normal 950jt 100jt?


Intinya jangan sampai transaksi yang tidak terjadi di 2015 dimasukkan jadi
2015.

Tax amnesty itu hanya dua: pph dan ppn. Gimana SPT PBB misalnya?
Tidak masuk tax amnesty. Kalo belum dibayar ya dibayar sesuai ketentuan
yang berlaku.
Bagaimana kalau punya NPWP di luar pulau, mau pindah ke Surabaya agar
bisa ikut tax amnesty di Surabaya?
Pertanyaannya, KTP nya di mana? Kalau masih di luar pulau, ya tidak bisa.
Kalau KTP nya sudah dipindah, maka bisa datang ke kantor pajak, bawa NPWP yang
luar pulau itu, bilang sama kantor pajaknya, tolong dipindah ke surabaya. Ditunggu
saja, cepat prosesnya. Saat itu juga bisa dapat NPWP surabaya.
Yang berhak diikutkan tax amnesty:

Harta
Harta

yang
Punya

yang
dilaporkan,

belum
tetapi

rumah

tidak
2,

pernah
sesuai
tapi

dilaporkan

keadaan

sebenarnya:

lapornya

* Punya duit 100jt, tapi lapornya 50jt.


Bagaimana bila semua sudah dilaporkan? Kalau mau ikut tax amnesty, saya
bingung apa yang mau dilaporkan? Saya boleh tidak ikut? Boleh. Kalau sudah pernah
melaporkan punya rumah harganya berapa, maka nilai itu sudah tidak perlu diutak
atik lagi, tidak perlu dilaporkan lagi di tax amnesty. Jadi harganya naik turun gak
masalah.
Bagaimana tentang warisan?
Mari pakai istilah harta bersama. Kalau warisan itu terlalu sempit. Orang
indo mengenal istilah harta bersama, misal: harta peninggalan ortu, sengaja tidak
dibagi. Dikelola rame-rame. Misalnya nanti suatu saat keluarga besar mau reuni,
dipakailah aset itu. Atau suami meninggal, tapi istri belum.

Nah, ini kan selama ini tidak pernah dilaporkan. Saya mau ikut amnesti.
Boleh? Boleh. Pertanyaannya, ini sekarang punyanya siapa? Ini punyanya 5 orang.
Yang 4 lainnya nda ikut tax amnesty. Gimana? Tidak bisa. 5 5 nya harus ikut. Tadi
kan sudah disebutkan, utk harta yang kita tidak punya bukti kepemilikan, bisa dibuat
surat pengakuan aset nomini tadi. Tapi 5 5 nya harus membuat surat pernyataan
nomini ini. Jadi tax amnesty ini menuntut keterbukaan. Kalau tidak terbuka, jangan
harap ikut tax amnesty, karena nanti akan menjadikan masalah.
Bagaimana bila badan sosial?
Badan sosial itu kategorinya macam2. Bagi yang murni non profit oriented,
seperti gereja atau masjid, dia memang bukan merupakan subyek pajak. Jadi
berapapun uang yang diterima, itu bukan subyek pajak. Tapi ada lembaga sosial
yang ngakunya non profit oriented, tapi prakteknya tidak. Untuk yang modelnya
seperti itu, tidak ada toleransi. Tapi begitu disebutkan gereja, masjid, pura, dll, akan
dipinggirkan dulu sama orang pajak. Tidak akan diutik-utik oleh orang pajak.
Termasuk juga aset atas nama gereja.
Lalu bagaimana bila pendeta?
Pendeta itu katanya profesi, tapi bukan profesi pada umumnya. Ada unsur
sosialnya, ada unsur sekulernya. Nah, yang dibebaskan dari pajak adalah
organisasinya, bukan personnya. Jadi sepanjang person terima uang, sudah dalam
sensornya orang pajak, termasuk pendeta atau kiai.
Bagaimana bila saya punya usaha UMKM, tapi juga dapet penghasilan dari
tempat lain, misalnya punya part time job atau full time job?
Kalau UMKM itu ukurannya adalah ya kerjaannya hanya itu saja, sematamata. Bila dia dicampur dengan pekerjaan lain, tidak bisa ikut yang rate 0.5%. Harus
yang umum, 2%.
Bagaimana bila ppn lebih bayar?
Misal punya kelebihan bayar 10M. Restitusi itu paling lambat 1 thn. Bila
restitusi itu sblm Maret 2017, coba dihitung. Kalau saya nunggu restitusi saya keluar,

baru saya ikut tax amnesty, boleh. Tentu ada plus minus nya. Plus nya, dapat uang
restitusi. Minusnya, kena tarif mahal 5%. Kalau ternyata njagani uang restitusi 10M
itu membuat biaya tebus tax amnesty malah lebih besar dari 10M, ya pilih yang mana
yang lebih menguntungkan.
Bagaimana bila barang antik yang nilainya bisa tidak terhingga? Guci, lukisan,
batu akik, dll.
Bicara barang antik itu sangat subyektif nilainya. Tiap orang bisa berbedabeda. Karena itu definisinya nilai wajar adalah penilaian menurut kondisi yang
wajar, yaitu self assessment. Memang ada rambu-rambunya. Tapi penilaiannya
diserahkan kepada masing-masing wajib pajak. Tidak akan ditanyakan atau
dipermasalahkan lebih jauh.
Bagaimana dengan investasi off shore (luar negeri)?
Bila kita investasi, manajer investasi nya perbankan di indo, tapi investasi di
luar negeri. Bila statusnya belum dilaporkan, kita kan dapat laporan account
statement kan? Lihat di laporan des 2015. Itu yang kita laporkan di tax amnesty.
Kalau nilainya nanti turun atau naik setelah des 2015 maka tidak masalah. Bila nanti
investasi itu pailit, bila uangnya sudah dikembalikan setelah des 2015, maka yang
kita laporkan adalah sisa uang real yang kita terima. Tapi bila waktu mau tax amnesty
uangnya belum keluar, maka yang dilaporkan adalah account statement des 2015.
Apakah warisan bisa kena pajak?
Warisan itu bukan obyek pajak. Warisan itu tidak kena pajak. Tapi bicara aset
itu macam-macam. Secara umum, warisan itu bukan merupakan obyek pajak. Tapi
ada yang bilang utk aset tanah bangunan tetap kena pajak? Itu bukan pajak, tetapi bea
balik nama, dan yang menagih adalah BPN, bukan pajak. Tapi kadang-kadang di
lapangan kita suka pukul rata bahwa kalau bayar, itu pasti pajak. Undang-undangnya
itu warisan bukan obyek pajak. Jadi dulu kalau ada orang terima warisan berapapun,
tidak masalah.
Tapi sekarang ini berbeda. Begitu kita bicara tax amnesty, aturan yang lain
dikesampingkan. Yang dipakai adalah aturan tax amnesty, yang hanya berbicara dua

hal:

sudah

lapor,

atau

belum.

Hanya

itu.

Lalu, tolong diingat bahwa ketika terima warisan, sekalipun yang diterima itu
adalah harta orang tua sendiri, walaupun anda selamat, orang lain belum tentu
selamat.
Contoh: di SPT 2015, ada orang mencantumkan kekayaan tambahan 500M,
isinya hibah hibah hibah dari orang tua. Ketika data nya orang itu dimasukkan di
komputer, keluar semua keluarga-keluarganya. Ketika dilihat data papa nya, tidak
sampai 50M. Maka papa nya dipanggil, ditanya, apa benar pernah ngasih 500M? Iya,
tapi baru rencana. Nanti kalau meninggal, akan diwariskan ke anak. Lalu ditanya,
apakah berani buat pernyataan tentang itu? Kemudian pernyataan itu direkam.
Kemudian anaknya datang juga, membuat pernyataan yang direkam, hibah hibah
hibah. Waktu dikonfrontasi dengan papanya, langsung bertengkar. Itu lah masalah
tentang mark up harta.
Amnesti ini bertujuan bahwa apapun yang terjadi pada masa lalu, baik
disengaja maupun tidak disengaja, mari tidak kita bahas.
Mari kita mulai dari nol lagi, kantor pajak juga dari nol lagi. Seluruh catatan
akan diputihkan. Mau kelirunya sebesar apapun, akan ditutup. Pegawai pajak tidak
akan bisa membahas 2015 ke bawah.
Kalau berbicara aturan, uang rampok pun boleh dilaporkan di tax amnesty,
Walau secara standar normatif, mestinya tidak boleh. TAPI yang dimaafkan
itu hanya pajaknya. Rampoknya ya tetap harus dipertanggungjawabkan, kalau di
masa depan ketahuan polisi. Tapi kalau kejaksaan atau polisi mau nuntut berdasarkan
data dari kantor pajak, itu tidak bisa. Itu dijamin sesuai undang-undang tax amnesty.
Polisi dan kejaksaan harus mencari sendiri buktinya. Kantor pajak tidak akan
membuka data yang sudah dimasukkan tax amnesty, walau untuk kepentingan
penyelidikan sekalipun.
Tujuan tax amnesty bukan hanya sekedar lapor lalu selesai.
Yang dituntut pemerintah adalah konsistensinya. Kalau sekarang lapor punya
100 juta dengan 20 item. Tahun depan balik kebiasaan lama ada yang tidak

dilaporkan? Tidak bisa. Tetap akan dipermasalahkan, tapi hanya permasalahan di


2016. Apa yang sudah dilaporkan di tax amnesty, laporkan terus di SPT selanjutnya.
Baru nanti akan berubah bila misalnya deposito yang dilaporkan sekarang berubah
wujud menjadi mobil, dll.
Harta dalam negeri yang dilaporkan tax amnesty, tidak boleh dibawa keluar
negeri terhitung sejak SK tax amnesty keluar sampai 3 tahun.
Termasuk juga harta yang dari luar negeri dibawa masuk kedalam negeri dan
dilaporkan tax amnesty. Tapi kalau kita punya harta yang sudah dilaporkan sebelum
tax amnesty ini, ya boleh saja. Gimana kalau anak sekolah di luar negeri? Boleh koq
kalau pelaporan harta tambahan tidak lewat tax amnesty, tapi paka dasar pembetulan
biasa. Tapi ya nunggu setelah tax amnesty lewat, dan juga dengan denda yang
normal. Harta yang dilaporkan dengan cara ini tidak terikat dengan aturan tax
amnesty.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tax amnesty adalah pengampunan pajak, yaitu adanya penghapusan pajak
bagi Wajib Pajak (WP) yang menyimpan dananya di luar negeri dan tidak memenuhi
kewajibannya dalam membayar pajak dengan imbalan menyetor pajak dengan tarif
lebih rendah. Tax amnesty sendiri diatur dalam UU No. 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampuan Pajak.
Tax amnesty di Indonesia dimulai pada tahun 1964 atau 20 tahun setelah
Kemerdekaan Indonesia. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait pengampunan
pajak (tax amnesty) ini bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi, melalui
perangkat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres). Namun, sejarah tax
amnesty tahun 1964 ini tergolong gagal karena adanya Gerakan 30 September PKI
atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI.
Tax amnesty tahun 1984 merupakan pelaksanaan kebijakan tax amnesty
kedua. Sama halnya dengan tahun 1964, pada tahun 1984 Indonesia mencatat sejarah
tax amnesty. Tetapi, bukan untuk mengembalikan dana Revolusi, melainkan untuk
mengubah sistem perpajakan di Indonesia dari official-assesment (besarnya jumlah
pajak ditentukan oleh pemerintah) diubah ke self-assesment (besarnya pajak
ditentukan oleh wajib pajak sendiri). Sejarah tax amnesty di Indonesia tahun 1984 ini
mengalami kegagalan karena memang sistem perpajakan belum terbangun.
Sedangkan tax Amnesty pada tahun 2016 merupakan kebijakan tax amnesty
ketiga.
Dalam sosialisasi terkait pengampunan pajak alias tax amnesty, Direktorat
Jenderal Pajak bahkan mengkampanyekan tagline ungkap, tebus, lega. Tagline
tersebut memiliki makna atas upaya pemerintah meningkatkan penerimaan negara
khususnya dari pajak.

Berikut adalah daftar pihak-pihak yang dapat memanfaatkan kebijakan


pengampunan pajak:
5.

Wajib Pajak Orang Pribadi

6.

Wajib Pajak Badan

7.

Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan
(UMKM)

8.

Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak


Kebijakan tax amnesty juga dapat dimanfaatkan oleh golongan yang luas.

Antara lain wajib pajak (WP) yang belum terdaftar, WP yang belum menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT), WP yang belum membayar pajak, WP yang belum
melaporkan penghasilan atau kurang melaporkan penghasilannya, termasuk WP yang
dalam penyampaian SPT-nya terdapat kesalahan.
Sedangkan pihak-pihak yang tidak boleh mengikuti kebijakan tax amnesty
adalah WP yang sedang:
4.

Dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap


oleh Kejaksaan

5.

Dalam proses peradilan ; atau

6.

Menjalani hukuman pidana Atas Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.


Lebih jauh, ruang lingkup pengampunan yang diberikan kali ini lebih luas, di

mana tax amnesty memberikan pengampunan atas kewajiban perpajakan, termasuk


pidana pajak. Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro juga menjamin data
yang masuk tidak dapat dijadikan dasar untuk penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana lainnya.
Kebijakan ini memiliki potensi yang cukup besar dan berpengaruh positif
bagi pasar Bursa Efek Indonesia, dimana akan terjadi penambahan emiten baru
karena perusahaan-perusahaan tidak perlu khawatir atas permasalahan pajak yang
telah lewat. Karena masalah perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap
memberatkan bagi calon emiten untuk mengubah status perusahaannya menjadi
perusahaan terbuka.
Sisi lain adalah dorongan terhadap investasi swasta. Hal ini memang belum
dapat diperhitungkan, sebab dimungkinkan pemilik dana lebih memilih untuk

meletakkan dana di pasar keuangan, sehingga belum memberikan pengaruh besar


terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi baru mulai terasa di tahun depan, dan tahun-tahun selanjutnya. Sebab,
pemilik dana baru akan masuk ke sektor rill.
Tidak dapat dipungkiri, tax amnesty ini masih menjadi isu yang sangat
kontroversial dalam perpajakan di Indonesia. Di satu sisi, tax amnesty dapat menjadi
salah satu jalan keluar bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak karena
memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk masuk kembali ke dalam
administrasi perpajakan di Indonesia. Di sisi lain, penerapan tax amnesty juga akan
mencederai keadilan dan melemahkan penegakan hukum.
Hal itu disebabkan tidak adanya payung hukum yang mengatur dan target
operasi yang disasar aparat penegak hukum berpotensi lepas. Penerapan tax
amnesty harus terfokus pada pengampunan pidana pajak dan tidak diperluas dengan
penghapusan pidana lainnya seperti pidana korupsi, pencucian uang dan kejahatan
lainnya di sektor industri.
UU merupakan produk hukum yang disamping mengatur juga memberi efek
jera bagi pelaku pelanggar dan menjadi pelajaran untuk yang lain untuk tidak
melanggar hukum, sedangkan pada UU Tax Amnesty memberikan keringanan bagi
pengemplang pajak. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi wajib pajak yang taat akan
berpikiran toh ada UU Tax Amnesty yang cuma bayar uang tebusan.
Uang tebusan dengan tarif ringan juga terkesan menyederhanakan persoalan,
jika dilihat dari instrumen penegakan hukum perpajakan yang dimiliki dan dapat
digunakan oleh pemerintah. Instrumen ini terkait dengan langkah Direktorat
Perpajakan Internasional dan Direktorat Intelijen Perpajakan yang baru dibentuk.

3.2. Saran
Ada beberapa saran terkait pelaksanaan tax amnesty di Indonesia, antara lain
sebagai berikut :
1.

Pemberian kebijakan pengampunan pajak semestinya tidak hanya menghapus


hak tagih atas wajib pajak tetapi memperbaiki kepatuhan wajib pajak, sehingga
pada jangka panjang dapat meningkatkan penerimaan pajak.

2.

Implementasi tax amnesty dapat diterapkan jika syarat-syarat keterbukaan dan


akses informasi terhadap masyarakat terpenuhi, oleh karena itu sosialisasi sangat
berperan penting untuk menyukseskan kebijakan ini.

3.

Tax amnesty dapat diterapkan terutama pada bidang-bidang atau sektor-sektor


industri tertentu saja yang dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan tax
ratio dengan syarat terpenuhinya kesiapan sarana dan prasarana pendukung
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Supramono dan Theresia Woro Damayanti. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Fidel. 2010. Cara Mudah & Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan:
Mulai dari Konsep dasar sampai aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Santoso, Brotodiharjo. 1998. Pengantar Hukum Pajak. Bandung: Refika Aditama.
Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
UUD 1945
Detik.com
www.pajak.go.id
Tax Amnesty di Indonesia. 2014. Diakses pada 07 November 2016,
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3656/B
ab%202.pdf?sequence=7
Berita BCA. 2016. Diakses pada 07 November 2016,
http://swa.co.id/beritabca/bca/serial-tax-amnesty-ruang-lingkup-siapa-sajayang-boleh-ikut-tax-amnesty
Dampak Penerapan Tax Amnesty Bagi Perekonomian di Indonesia. 2016. Diakses
pada 07 November 2016,
http://kipbandung.wordpress.com/2016/07/01/dampak-penerapan-taxamnesty-bagi-perekonomian-di-indonesia/
Analisi Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia. 2016.
Diakses pada 07 November 2016,
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Analisis%20Implementasi
%20Tax%20Amnesty%20di%20Indonesia.pdf
Tax Amnesty Dengan Serba-serbi Kasusnya. 2016. Diakses pada 07
November 2016,
https://martintjandra.wordpress.com/2016/08/08/tax-amnestydengan-serba-serbi-kasusnya/

Tax Amnesty Sebagai Upaya Pengendalian Pajak. 2015. Diakses pada 07 November
2016,
https://www.academia.edu/20428370/Tax_Amnesty_Sebagai_Upaya_Pengen
dalian_Pajak

Anda mungkin juga menyukai