1 PB PDF
1 PB PDF
PENDAHULUAN
Gerusan adalah merupakan fenomena alami yang
disebabkan oleh erosi akibat aliran air pada dasar dan
tebing saluran alluvial.1 Juga merupakan proses
menurunnya atau semakin dalamnya dasar sungai di
bawah elevasi permukaan alami (datum) karena interaksi
antara aliran dengan material dasar sungai. Proses
penggerusan akan terjadi secara alami, baik karena
pengaruh morfologi sungai seperti tikungan sungai atau
penyempitan aliran sungai, atau pengaruh bangunan
hidraulika yang menghalangi aliran seperti abutmen
jembatan.2
Menurut Rawiyah danYulistiyanto,3 gerusan yang
terjadi disekitar abutmen merupakan akibat sistem
pusaran (vortex system) yang timbul karena aliran
dirintangi oleh bangunan tersebut. Sistem pusaran yang
menyebabkan lubang gerusan (scour hole) berawal dari
sebelah hulu abutmen yaitu pada saat mulai timbul
komponen aliran dengan arah aliran ke bawah. Karena
aliran yang datang dari hulu dihalangi oleh abutmen,
maka aliran akan berubah arah menjadi arah vertikal
menuju dasar saluran dan sebagian berbelok arah menuju
depan abutmen selanjutnya diteruskan ke hilir. Aliran
arah vertikal ini akan terus menuju dasar yang selanjutnya
akan membentuk pusaran. Di dekat dasar saluran
komponen aliran berbalik arah vertikal ke atas, peristiwa
ini diikuti dengan terbawanya material dasar sehingga
terbentuk aliran sepiral yang akan menyebabkan gerusan
dasar. Hal ini akan terus berlanjut hingga tercapai
keseimbangan.3
______________________________________________
1
Universitas
1, Pabelan
Universitas
1, Pabelan
Note. The manuscript for this paper was submitted for review and
possible publication on May 18, 2009; approved on October 26, 2009.
Discussions open until February 2010. This paper is part of the ITS
Journal of Civil Engineering, Vol. 29, No.1, May 2009. ITS Journal
of Civil Engineering, ISSN 2086-1206/2009.
28
(1)
= f
ULb U 2
, gL
h0
Lb
d
Lb
(2)
atau
ds
Lb
= f
U* Lb
2
U*
h0
gd L
b
d
L
b
(3)
dengan,
d
ds
s L
b
= f
U* Lb
2
U*
h0
gd L
b
d
L
b
= kedalaman gerusan
U*
= kecepatan gesek
= f
Lb
U 2 h0
,
gd 50 Lb
d 50
, g , Sh , Al , G
(5)
U 2 Lb d50
gd , h , h , g , Sh , Al , G
50 0 0
(6)
L
b
atau
d se
= f
h0
Lb
25 ;
h0
didefinisikan
mempunyai nilai
L
b
abutmen
yang
1.
h0
29
Debit
lt/dt
10
12
15
17
20
23
25
27
28
30
Pos.1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Pos.2
-0.07
-0.13
-0.25
-0.49
-1.42
-4.1
-4.56
-7.09
-8.9
-9.02
Pos.3
-0.43
-1.02
-2.22
-3.43
-4.82
-5.89
-7.25
-8.21
-8.66
-10
Pos.8
0
-0.08
-0.12
-0.14
-0.17
-0.19
-0.68
-0.81
-0.88
-1.09
Pos. 9
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Tabel 2. Lebar dan panjang lubang gerusan pada kontur, serta hubungannya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Q .10-3
(m3/dt)
10
12
15
17
20
23
25
27
28
30
U*
(m/dt)
0.00548
0.00668
0.00837
0.00924
0.01096
0.01226
0.01335
0.01438
0.01489
0.01583
L
(m)
0.58
0.64
0.76
0.77
0.78
0.82
0.84
0.85
0.85
0.86
P
(m)
0.85
0.9
0.96
0.99
1.05
1.25
1.28
1.31
1.33
1.35
U
(m/dt)
0.091
0.111
0.141
0.159
0.188
0.216
0.235
0.254
0.263
0.282
U/U*
16.605839
16.616766
16.845878
17.207792
17.153285
17.618271
17.602996
17.663421
17.662861
17.814277
ds
(m)
0.0043
0.0102
0.0222
0.0343
0.0482
0.0589
0.0725
0.0821
0.0866
0.1
L/ds
P/ds
134.88372
62.745098
34.234234
22.44898
16.182573
13.921902
11.586207
10.353228
9.8152425
8.6
197.67442
88.235294
43.243243
28.862974
21.784232
21.222411
17.655172
15.956151
15.357968
13.5
arah aliran
30
Gambar 4. Posisi
spilltrough
titik-titik
pengamatan
pada
tipe
31
ds/Lb
t/t total
Gambar 5. Hubungan (t/t total) dengan (ds/Lb) Kondisi Clear-Water Scour pada Sembilan Posisi Titik Pengamatan.
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
-120.00 -100.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
Gambar 6. Kontur Permukaan Gerusan Tanpa Proteksi Pada kondisi Clear-Water Scour untuk Q = 30 lt/ detik.
32
ds
U.Lb
15
= 9.10
0,3
0,25
dds/Lb
s/Lb
0,2
0,15
0,1
0,05
2,6399
(7)
0,005
0,01
Lb
0,015
0,02
0,35
y = 9E-15x 2,6399
R2 = 0,97
0,3
0,25
dds/Lb
s/Lb
0,025
U^2/g.Lb
U2/gLb
Gambar 10.
Hubungan (
ds
Lb
) dengan (
U2
g Lb
) pada
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0
50000
100000
1,3199
150000
ds
Lb
) dengan (
ULb
v
) pada kondisi
y = 3E-12x
R2 = 0,9719
0,3
dds/Lb
s/Lb
0,25
(9)
1
0,8
dds/ho
s/h0
Gambar 8. Hubungan (
U2
g.L b
ds
= 50, 291
Lb
U.Lb/Nu
UL /v
0,6
0,4
0,2
0,2
0,15
0,1
10
15
2
U^2/g.d50
U
/gd50
0,05
0
0
2000
4000
6000
8000
U
U*.Lb/Nu
*Lb/v
Gambar 9. Hubungan (
ds
Lb
) dengan (
U Lb
*
v
) pada
ds
Lb
= 3.10
U .L
* b
) dengan (
U
gd
) pada
50
12
ds
ho
0, 0314
U2
g.d 50
(10)
2,8331
(8)
33
250
200
-30,028
P/ds
y = 4E+38x
150
R = 0,8489
100
50
0
16,5
17
17,5
18
U/U*
U/U*
-31,99
y = 8E+40x
L/ds
120
R = 0,8949
100
80
60
40
17
17,5
18
U/U
*
U/U*
34
8.10
U
40
U*
31,99
(11)
ds
= 4.10
U*
30,028
38
(12)
ds
160
140
20
0
16,5
2. Kedalaman gerusan maksimum pada kondisi clearwater scour pada titik separasi aliran (point of
separation) yaitu posisi titik-3 untuk tipe abutmen
spill-trough. Sedangkan agradasi terjadi pada posisi
titik-9.
3. Proses kedalaman gerusan untuk kondisi clear-water
scour pada akhirnya akan sampai kepada kedalaman
gerusan yang mencapai keseimbangan pada waktu
tertentu.
4. Berdasarkan kajian persamaan fungsi menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara kedalaman
gerusan dengan angka Reynold dan angka Froude
aliran. Sehingga kedalaman gerusan sangat
dipengaruhi oleh kecepatan aliran, kecepatan gesek,
kedalaman aliran, kekentalan aliran, gravitasi aliran
dan lebar dasar abutmen. Semakin besar kecepatan
aliran atau semakin lebar dasar abutmen atau juga
semakin tinggi kedalaman aliran akan menyebabkan
semakin besarnya kedalaman gerusan.
5. Kontur gerusan di sekitar abutmen mempunyai bentuk
yang hampir sama untuk semua debit aliran yaitu
lubang gerusan berbentuk setengah sepatu kuda.
Besarnya lubang gerusan sangat dipengaruhi oleh
besarnya kecepatan aliran, kecepatan gesek, dan
kedalaman gerusan, yang mempengaruhi ukuran
panjang maupun lebar lubang gerusan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas seluruh
pembiayaan penelitian ini yang merupakan bagian dari
Research Grant Program Hibah Technological and
Professional Skills Development Sector Project (TPSDP),
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta untuk Tahun Anggaran
2004 Batch III di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffmans, G. J. C. M.; and Verheij, Scour Manual,
A.A. Balkema, Rotterdam, 1997.
35