Anda di halaman 1dari 6

2BIB4

Senin, 30 Mei 2016

Makalah Pilkada
PILKADA SEBAGAI CERMINAN OTONOMI DAERAH

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Bacharuddin Habibullah
NIM : 5202415062

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang lazim disebut dengan
PILKADA baik pemilihan gubernur dan Wakil Gubernur maupun pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati dan Wali Kota dan Wakil Wali Kota merupakan perwujudan dan pengembalian hak - hak
rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. dengan Pilkada langsung tersebut, rakyat memiliki
kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpiin daerah secara langsung, bebas, rahasia
dan otonom, sebagaimana rakyat memilih presiden dan wakil presiden 9eksekutif), dan anggota
DPD, DPR dan DPRD (legislatif). Adapun Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta
kewajiban daerah otonom guna untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat daerah tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan guna untuk membuat aturan untuk mengurus daerahnya sendiri. Sedangkan daerah

merupakan kesatuan masyarakat hukum dan mempunyai batas-batas wilayah dan seperti yang
kita tahu bahwa PILKADA dan Otonomi ini sangat berkaitan.
Yang menjadi masalah adalah sistem pilkada langsung mengandung sejumlah kelemahan.
Ada sejumlah kelemahan menonjol yang bisa direnungkan sebagai bahan kewaspadaan. Pertama,
pilkada dalam era liberalisasi politik dengan kekuatan partai politik yang masih dominan,
memungkinkan sekali yang bisa bertempur di sana adalah mereka yang memiliki kapital
ekonomi dan politik yang kuat. Para pengusaha yang sekaligus dekat dengan partai politik, atau
para incumbent yang kaya, adalah yang paling besar mendapatkan peluang masuk dalam bursa
pencalonan pilkada.
Jadi, bukan figur-figur yang kompeten dalam kacamata kepemimpinan modern yang bisa
masuk di sana, tetapi justru mereka yang berkategori orang-orang kaya yang berpeluang besar
ikut masuk dalam bursa pilkada. Sementara orang-orang kaya itu, dulu adalah yang justru selalu
menjadi bagian dari objek kebijakan pemerintah. Artinya, mereka yang selalu diatur, yang
didisiplinkan dan ditata dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Tetapi sekarang, mereka adalah
yang akan tampil sebagai pengatur. Sisi inilah yang merupakan salah satu aspek kelemahan yang
menonjol.Kapitalisme politik, dalam kerangka menyempurnakan kapitalisme ekonomi,
kemungkinan akan menemui momentumnya, dan di kemudian hari tidak mustahil akan menjadi
problem baru kita. Hal itu senada dengan teori "MPM" yang merupakan kepanjangan
dari Money - Power - More Money. Teori itu mengingatkan kepada kita akan arti pentingnya
pengaruh kapital dalam proyek demokrasi yang ujung-ujungnya kelas menengah yang
diuntungkan. Di titik itulah kewaspadaan publik tetap harus terjaga, agar pilkada yang agak
berbau kapitalistik ini tidak menimbulkan ekses bagi melunturnya interest kepala daerah ke
publik.

1.2 RUANG LINGKUP PENELITIAN


penulisan karya tulis ini menggunakan data sekunder bersumber dari situs web dan juga
observasi langsung kepada masyarakat.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Mengetahui tentang pentingnya pilkada sebagai cerminan otonomi daerah.
b. Mengetahui tentang keterkaitan pilkada dan otonomi daerah.
c. Mengetahui tentang pentingnya hak pilih yang dimiliki tiap masing-masing masyarakat.
2. Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Agar masyarakat mengetahui pengaruh adanya pilkada di tiap masing-masing daerah.
b. Agar masyarakat mengetahui pentingnya hak pilih yang dimiliki tiap masing-masing
masyarakat.
c. Agar masyarakat mengetahui dampak negatif dari golput.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pilkada Langsung dan Otonomi Daerah
Pada waktu sekarang ini sebagai ciri demokrasi ialah bahwa tiap-tiap keputusannya selalu
bersandarkan atas dasar kelebihan suara. Golongan besar memperoleh suara terbanyak,
sedangkan golongan kecil menderita kekalahan.Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang
ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan
Pemilihan Umum baik yang dilaksakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini terlihat
dari jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit. Pemilihan umum ini
langsung dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk memilih presiden dan wakil presiden
serta anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di tahun 2004. Walaupun masih terdapat masalah yang
timbul ketika waktu pelaksanaan. Tetapi masih dapat dikatakan suses.Indonesia pertamakali
dalam melaksanakan Pemilu pada akhir tahun 1955 yang diikuti oleh banyak partai ataupun
perseorangan. Dan pada tahun 2004 telah dilaksanakan pemilu yang secara langsung untuk
memilih wakil wakil rakyat serta presiden dan wakilnya. Dan sekarang ini mulai bulan Juni 2005
telah dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut pilkada langsung. Pilkada ini
merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Ada lima pertimbangan penting
penyelenggaraan pilkada langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
1.

Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden
dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara langsung.
2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan
Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur
dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Wasistiono berpendapat bahwa terdapat kelebihan Pemilihan Umum Kepala Daerah
secara langsung sebagai berikut :
1. Demokrasi langsung makna kedaulatan ditangan rakyat akan nampak secara nyata
2. Akan diperoleh kepala daerah yang mendapat dukungan luas dari rakyat sehingga
Memiliki legitimasi yang kuat. Pemerintah Daerah akan kuat karena tidak mudah
diguncang oleh DPRD
3. Melalui pemilihan Kepala Daerah secara langsung, suara rakyat menjadi sangat
berharga. Dengan demikian kepentingan rakyat memperoleh perhatian yang lebih besar
oleh siapapun yang berkeinginan mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah;
Daripada itu, pengaturan pilkada di dalam UU No. 32 Tahun 2004 mengandung sejumlah
kelemahan baik dari segi sistem maupun aturan teknisnya. Paradigma UU No. 32 Tahun 2004
meletakkan pilkada sebagai domain pemerintahan daerah bukan domain pemilu sehingga
instrument pelaksana (penyelenggara) dan peleksanaan (peraturan pelaksanaan) pilkada

mengalami bias pengaruh (intervensi) pemerintah. Hal ini berimplikasi pada independensi
penyelenggara dan penyelenggaraan pilkada. Padahal prinsip pemilihan langsung yang paling
penting adalah penyelenggara yang independen.Lahirnya UU No. 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu telah merevisi ketentuan penyelenggara di dalam UU No. 32 Tahun 2004.
UU No. 22 Tahun 2007 meletakkan pilkada sebagai bagian dari rejim pemilu sehingga KPU
dengan independensinya bertanggung jawab menyelenggarakan pilkada. Demikian juga dalam
pembentukan Badan Pengawas Pemilu (atau Panitia Pengawas di tingkat lokal), UU No. 22
Tahun 2007 mengatur pembentukan dan rincian tugasnya serta dijamin independensinya.
Perubahan Kedua UU No. 32 Tahun 2004 yang dituangkan dalam UU No. 14 Tahun 2008 juga
telah melakukan revisi subtansial terhadap penyelenggaraan pilkada khususnya dalam
mengakomodasi hadirnya calon perseorangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu
diciptakan satu undang-undang tersendiri (khusus) untuk mengatur penyelenggaraan pilkada
sehingga terwujud pilkada yang lebih berkualitas dan demokratis.Pemilihan umum (pemilu) dan
demokrasi berkaitan erat dalam subtansi maupun fungsi. Pemilu merupakan Aktualisasi nyata
demokrasi dalam praktek bernegara masa kini karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk
menyatakan kedaulatannya atas negara dan pemerintahan. Pernyataan kedaulatan rakyat
diwujudkan dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukan siapa-siapa yang harus
menjalankan pemerintahan dan siapa-siapa yang harus mengawasi jalannya pemerintahan.
Dengan kata lain, Pemilu memilih eksekutif berfungsi menjalankan pemerintahan dan memilih
anggota-anggota lembaga legislatif yang mengawasi jalannya pemerintahan. Karena itu, fungsi
utama pemilu bagi rakyat adalah untuk memilih dan melakukan pengawasan terhadap wakilwakil mereka, Ini menjadi inti praktek demokrasi modern yang secara umum dikenal sebagai
demokrasi perwakilan.
Pilkada juga dapat dilihat dari perspektif pendidikan politik kepada masyarakat daerah
untuk memilih dan menentukan pemimpinnya sendiri tanpa adanya intervensi dari siapa pun,
termasuk pemerintah pusat dan/atau elit-elit politik di tingkat pusat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejumlah penyelenggaraan pemilu kepala daerah menunjukkan hasil-hasil yang positif
maupun negatif. Dari aspek positif pemilukada langsung telah cukup berhasil, baik ditinjau dari
segi proses penyelenggaraannya, partisipasi masyarakat dan keanekaragaman peserta yang ikut
Pemilukada , maupun ditinjau dari hasil- hasil Pemilukada itu sendiri. Pemilu kepala daerah
yang sudah berlangsung sejak 2005 telah meletakkan dasar-dasar tradisi berdemokrasi yang
penting, berupa pembelajaran cara berpolitik dan berdemokrasi secara baik, serta kemampuan
masyarakat untuk ikut serta mengawal seluruh proses penyelenggaraan pemilu kepala daerah
sampai selesai. Hal lain, perlu mendapatkan catatan bahwa perkembangan demokrasi di
Indonesia ditandai pula dengan dipilihnya seluruh kepala daerah di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota seluruh Indonesia secara langsung oleh rakyat.Efek dari diselenggarakannya

Pemilukada langsung ini adalah masyarakat memiliki ruang demokrasi yang luas, kepala daerah
memiliki legitimasi yang tinggi, serta adanya platform visi misi kepala daerah yang akan menjadi
landasan dasar perencanaan di daerah. Kelemahan pemilukada langsung yaitu masih
terjadinyamoney politics, elit capture, kecurangan politik, dan kebocoran APBD karena
lemahnya kontrol terhadap kepala daerah. Tingginya kemungkinan kepala daerah untuk
mengembalikan ongkos politik pemilukada langsung melalui APBD sebagai akibat money
politics yang dilakukan selama proses pemilukada langsung. Akibatnya pelayanan publik jauh
dari harapan, masih belum adanya jaminan bahwa kepala daerah terpilih mampu menerjemahkan
visi misi untuk pelayanan publik. Korupsi di daerah menjadi lebih tinggi pasca pemilukada yang
membuat kualitas pelayanan publik semakin buruk. Agenda penting dari demokratisasi adalah
mentransformasikan janji politik kepala daerah menjadi program-program pembangunan yang
diimplementasikan secara sistematis dan memiliki skala prioritas berdasarkan perencanaan
pembangunan daerah. Visi misi kepala daerah yang diterjemahkan dalam Rencana pembangunan
angka menengah daerah perlu untuk dikawal oleh seluruh elemen pemerintahan bersama dengan
DPRD dan masyarakat sipil agar memiliki linearitas dengan manfaat bagi masyarakat.
Semestinya pemilukada langsung yang menghasilkan kepala daerah terpilih mampu
menunjukkan keberhasilannya dengan memimpin pembangunan daerah yang berorientasi bagi
pelayanan publik terutama pelayanan dasar dan pelayanan umum.

DAFTAR PUSTAKA
http://duniabembi.blogspot.co.id/2013/05/otonomi-daerah-dan-pilkada-langsung.html
http://woocara.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-otonomi-daerah-dasar-hukum-prinsip-asas-dantujuan-otonomi-daerah.html

http://mitrapustaka.blogspot.co.id/2011/04/pilkada-langsung-dan-otonomi-daerah.html

Mutiarin, Dyah, Nur Hayati dan Delina Asriyani. 2011. Analisis Dampak Positif dan Negatif Dalam
Pemilukada

Langsung Bagi

Kualitas

Pelayanan

Publik

di

Daerah.Yogyakarta:Magister

Ilmu

Pemerintahan (MIP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Wasistiono,Sadu. 7 Februari 2005. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Menurut Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 Dan Dampaknya Secara Politis, Hukum, Pemerintahan Serta Sosial Ekonomi.
Bahan Diskusi Panel PPMP dan Alumni Universitas Satyagama. Indramayu.
Diposkan oleh Muhammad Bacharuddin Habibullah di 20.11
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Muhammad Bacharuddin Habibullah


Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

2016 (1)
Mei (1)

Makalah Pilkada

Template Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai