Anda di halaman 1dari 8

DATA JURNAL

Nama Penulis

: Thomas Kersey, Colin I. Clement, Phillip Bloom and Francesco

Judul Tulisan
Jurnal Asal

Cordeiro
: New Trends in Glaucoma Risk, Diagnosis & Management
: Indian Journal Medical Research 2013: 137, pp 659-668

ISI JURNAL
Pendahuluan
Glaukoma merupakan sekelompok keadaan yang ditandai oleh perubahan pada
lapisan serabut saraf retina dan papil nervus optikus yang mengakibatkan
penyempitan lapang pandangan. Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan oleh
penyakit ini adalah kebutaan yang berakibat pada kehidupan ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, banyak penelitian yang telah dilakukan dalam deteksi dini dan
pengobatan yang efektif untuk penyakit ini agar dapat menurunkan dampak yang
ditimbulkannya. Secara spesifik, tindakan yang dapat dilakukan, antara lain diagnosis
secara dini, menguraikan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, dan pengobatan untuk
menurunkan tekanan intraokuler.

Faktor Risiko
Tekanan Trans-Cribrosal dan Cairan Serebrospinal
Lamina cribrosa merupakan suatu struktur di bagian posterior sklera yang dilewati
oleh serabut saraf maupun pembuluh darah retina dan berfungsi untuk menyediakan
nutrisi untuk sel ganglion retina dan menjaga keseimbangan tekanan antara ruang
intraokuler dan ekstraokuler. Hal ini sering disebut sebagai Trans-cribrosal Pressure
Differential (TCPD) yaitu perbedaan tekanan antara tekanan intraokuler (TIO) dan

tekanan cairan serebrospinal (CSS). Ren et al, mendefiniskan TCPD dengan suatu
formula, yaitu:

TCPD = Tekanan intraokuler Tekanan cairan serebrospinal


Dalam penelitiannya, Ren et al telah melakukan pemeriksaan pada 43 pasien
dengan glaukoma sudut terbuka yang terdiri dari 14 pasien glaukoma normotensi
(NTG) dan 29 pasien glaukoma sudut terbuka primer (POAG), dan 79 pasien tanpa
glaukoma. Hal yang sama juga didapatkan oleh Berdahl et al dalam penilitiannya,
yaitu terdapat peningkatan TCPD pada pasien dengan POAG (12,5 + 4,1 mmHg) dan
NTG (6,6 + 3,6 mmHg) jika dibandingkan dengan pasien tanpa glaukoma (1,4 + 1,7
mmHg). Selain itu, didapatkan nilai tekanan CSS yang lebih rendah pada pasien
dengan POAG dan NTG. Oleh karena itu, terdapat dugaan bahwa penurunan tekanan
CSS dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan TCPD yang berkontribusi dalam
patogenesis terjadinya glaukoma.
Beberapa penelitian terbaru telah menemukan bahwa tekanan CSS merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya glaukoma. Sebuah penelitian telah menemukan
bahwa terjadi penurunan tekanan CSS setelah usia 50 tahun. Pada kelompok usia 8084 tahun dan kelompok usia 85-89 tahun didapatkan penurunan tekanan CSS masingmasing 20,4% dan 33,5% jika dibandingkan dengan kelompok usia 45-49 tahun. Hal
inilah yang dapat menjelaskan tingginya risiko terjadinya glaukoma pada usia di atas
50 tahun. Kelompok peneliti yang sama juga telah menjelaskan bahwa indeks massa
tubuh berhubungan dengan tekanan CSS. Individu dengan IMT 35 kg/m 2 memiliki
rata-rata tekanan CSS 32,4% lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang
memiliki IMT 18 kg/m2. Dengan asumsi rendahnya tekanan CSS akan berakibat pada
tingginya TCPD, maka dapat disimpulkan bahwa rendahnya IMT dapat menjadi
faktor risiko terjadinya glaukoma.

Sebuah penelitian retrospektif pada individu yang menjalani pungsi lumbal


didapatkan tekanan CSS yang rendah pada pasien dengan POAG (9,1 + 0,77 mmHg)
dan NTG (8,7 + 1,16 mmHg) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (11,8 +
0,71 mmHg).
Fluktuasi Tekanan Intraokuler
Dalam menurunkan progresifitas glaukoma, penurunan TIO masih menjadi salah satu
acuan utama dalam pengobatan glaukoma. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian
dengan desain Randomised Controlled Trials (RCT) yang telah menemukan bahwa
penurunan TIO dapat mengurangi kerusakan akibat glaukoma. Ocular Hypertension
Treatment Study (OHTS) menunjukkan bahwa kerusakan akibat glaukoma yang
meliputi kerusakan papil nervus optikus, kehilangan lapang pandangan, atau
keduanya dapat dikurangi dengan penurunan TIO. Penurunan TIO dapat mengurangi
kerusakan sekitar 5-10% setelah 5 tahun pengobatan.
The Collaborative Normal Tension Glaucoma Study merupakan kelompok
penelitian pertama yang mengajukan gagasan bahwa penurunan TIO berlaku pada
POAG maupun NTG. Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study (CIGTS) dan
Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS) telah mempublikasikan bahwa
fluktuasi TIO berkontribusi pada progresifitas hilangnya lapang pandangan. Fluktuasi
TIO terdiri dari dua jenis, yaitu fluktuasi jangka pendek yang terjadi dalam beberapa
hari sampai minggu dan fluktuasi jangka panjang yang terjadi dalam beberapa bulan
sampai tahun. CIGTS melaporkan bahwa puncak dan fluktuasi TIO, keduanya
berpengaruh dalam perjalanan penyakit glaukoma.
Mekanisme fluktuasi TIO dalam perjalanan penyakit glaukoma sampai saat
ini belum dimengerti. Fluktuasi TIO diyakini dapat menimbulkan kerusakan
mekanisme keseimbangan hemostatik yang melindungi sel ganglion retina dan dapat
menimbulkan kerusakan pada papil nervus optikus. Fluktuasi TIO juga diduga dapat

mengakibatkan terjadinya remodeling pada lamina cribrosa. Hal ini yang dapat
menyebabkan rusaknya mekanisme proteksi.

Diagnosis
Glaukoma mengakibatkan perubahan anatomi dan fisiologi yang sebagian besar
bersifat ireversibel. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu deteksi dini dalam mencegah
kerusakan fungsi penglihatan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan struktur
dan fungsi nervus optikus menggunakan pencitraan nervus optikus dan perimeter.
Akan tetapi, kedua teknik pemeriksaan ini masih perlu dilengkapi dengan teknik
pemeriksaan terbaru, yaitu analisis serabut saraf retina dan deteksi apoptosis sel
ganglion retina secara in vivo.
Optical Coherence Tomography (OCT)
Teknik pemeriksaan ini memungkinkan untuk melakukan penilaian terhadap lapisan
serabut saraf retina. Pemeriksaan ini memiliki beberapa kelebihan lainnya meliputi
pemeriksaan glaukoma tanpa kontak langsung dan memiliki pengukuran dengan
resolusi tinggi.
Detection of Apoptotic Retinal Cells (DARC)
Dalam perjalanan penyakit glaukoma, terdapat 40% sel ganglion retina yang hilang
sebelum terjadinya gangguan lapang pandangan. Sebuah teknik pemeriksaan baru
memiliki kemampuan dalam mendeteksi kematian sel ganglion retina, yaitu
pemeriksaan dengan DARC. Pemeriksaan ini menggunakan Annexin V yang mampu
mendeteksi kematian sel yang terjadi.

IOP Telemetry
Mengingat kembali bahwa fluktuasi TIO juga berperan dalam perjalanan penyakit
glaukoma, tipe dan waktu pengobatan sangat berpengaruh dalam terjadinya fluktuasi
tersebut. Oleh karena itu, teknik pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan
potensi pengobatan pada setiap pasien.

Penatalaksanaan
Sejauh ini, penatalaksanaan glaukoma masih menggunakan penatalaksanaan
medikamentosa dan bedah. Keduanya bekerja dengan cara menurunkan tekanan
intraokuler. Akan tetapi, hal ini tidak menjamin dapat menghentikan kemungkinan
terjadinya glaukoma.
Rho Kinase Inhibitors
Rho merupakan kelompok guanosin trifosfatase (GTPase) yang berperan dalam
motilitas dan kontraksi seluler. Rho kinase inhibitors merupakan golongan
antihipertensi okuler yang dapat menurunkan TIO dengan cara menurunkan resistensi
aliran cairan aquos melalui relaksasi seluler di trabekula dan kanal Schlemm.
Pembedahan
Segala jenis teknik pembedahan bertujuan untuk menurunkan TIO dengan efek
samping yang lebih sedikit. Beberapa alat yang digunakan untuk meningkatkan hasil
kerja trabekulektomi, antara lain:
1. Express mini shunt
Merupakan sebuah alat yang terbuat dari besi anti karat yang ditanam di
bawah

sklera.

Efikasi

penggunaan

alat

ini

hampir

sama

dengan

trabekulektomi, yaitu mengontrol aliran cairan aquos pada awal post operasi

dengan sedikit efek hipotoni. Erosi dan pajanan pada alat ini dapat terjadi
setelah penggunaan 12 bulan.
2. OlogenTM
Alat ini ditanamkan setelah trabekulektomi yang ditanam di bawah
konjungtiva. Alat ini dipercaya dapat menurunkan keparahan pembentukan
jaringan parut pada subkonjungtiva. Akan tetapi, efikasi dari alat ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan trabekulektomi dengan mitomycin C
(MMC). Tingkat keberhasilan MMC mencapai 100% jika dibandingkan
dengan OlogenTM (50%).
Beberapa alat yang digunakan untuk meningkatkan aliran cairan aquos dari
dalam ke kanal Schlemm, antara lain :
1. Glaukos istent
Suatu alat yang dipasang dari trabekular meshwork ke kanal Schlemm.
Hasil yang memuaskan didapatkan pada operasi glaukoma sudut terbuka
yang dikombinasi dengan operasi katarak, dimana didapatkan penurunan
TIO dan penurunan penggunaan obat pada glaukoma.
2. Trabectome
Alat ini digunakan pada operasi intraokuler untuk menghubungkan secara
langsung antara bilik mata depan dengan kanal Schlemm. Penggunaan alat
ini dapat menurunkan TIO sebanyak 40%.

Selain itu, terdapat suatu alat yang dipasang pada ruang suprakoroidal yang
memungkinkan terjadinya pengeluaran cairan via uveoskleral. Alat ini disebut
sebagai Cypass micro-shunt, sebuah alat berukuran 6 mm yang digunakan pada
operasi katarak. Berbeda halnya dengan alat-alat tersebut, EyeOP1 digunakan secara
eksternal dan bekerja merusak bagian dari badan siliaris yang berfungsi untuk
menghasilkan cairan aquos. Oleh karena itu, alat ini dapat digunakan untuk
menurunkan jumlah produksi cairan aquos dan menurunkan TIO.
Neuroprotection, neuromodulation, dan neurorecovery

Glaukoma merupakan keadaan yang ditandai oleh kematian sel ganglion retina yang
merupakan suatu kelainan neurodegeneratif. Strategi dalam mencegah kematian sel
ganglion retina (neuroprotection), menghambat kematian sel ganglion retina (neuromodulation), dan memutarbalikkan proses apoptosis (neuro-recovery) mungkin saja
dapat digunakan dalam penatalaksanaan glaukoma. Beberapa contoh obat yang biasa
digunakan adalah timolol dan betaxolol. Pada penggunaannya, timolol dapat
menurunkan TIO lebih tinggi daripada betaxolol, tetapi penelitian membuktikan
bahwa pada penggunaan timolol, terdapat lebih banyak proses penyempitan lapang
pandangan. Selain obat-obatan tersebut, calcium channel blocker (CCB) dapat
digunakan dalam penurunan jumlah apoptosis pada sel ganglion retina.

Kesimpulan
Glaukoma tidak pernah terlihat sebelumnya seperti dalam penelitian dan terapi. Hal
inilah yang menjadi kesempatan untuk para dokter dan peneliti saat ini dan pada
dekade selanjutnya dalam deteksi dini, efikasi pengobatan, dan neuroproteksi.

LAPORAN ANALISA JOURNAL READING


Topik
No
Halaman dan penjelasan
Judul
dan 1
Tujuan dari penulisan jurnal ini tertulis pada halaman
abstrak

awal. Hasil penelitian yang telah dilakukan diringkas

secara baik dan informatif.


Introduksi
Pendahuluan

Pendahuluan tertulis secara ringkas dan mencakup semua


isi jurnal

Metodologi penelitian
Populasi
3
Populasi
Subyek

yang

digunakan

dalam

penelitian

yang

disebutkan dalam jurnal tidak dijelaskan.


Tidak. Pada penelitian-penelitian yang disebutkan dalam

penelitian

jurnal tidak disampaikan secara rinci mengenai kriteria

Besar sampel
Prosedur

inklusi dan eksklusi dari subyek penelitian.


Dalam jurnal dijelaskan besar sampel
Ya. Pada sebagian penelitian dijabarkan

5
6

prosedur

penelitian

penelitian yang meliputi pemeriksaan klinis dan tes

Rancangan

laboratorium.
Tidak, tidak ada penjelasan mengenai rancangan penelitian

penelitian
Teknik analisa 8

yang dilakukan.
Tidak disebutkan dalam jurnal mengenai teknik analisis

data
Hasil
Alur penelitian 9
Outcome dan 10

data
Tidak dijelaskan waktu (periode) penelitian.
Hasil penelitian hanya dijabarkan secara deskriptif

estimasi
penelitian

Anda mungkin juga menyukai