FEBY PRAMADITA
MISRANI OCTAVIA RAMBE
NELSIE SOPYA DAYANIE
SARI DWI ASTUTI
UNDARI PUSPITA DEWI
YUYUN ADRIANTI
TEORI
1.
Definisi
Upaya dari perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara dalam rangka
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan sehingga bekerja secara maksimal.
Upaya untuk menjamin keutuhan secara jasmani rohani untuk menuju
masyarakat adil dan makmur. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta praktek agar tenaga kerja memperoleh kesehatan
setinggi-tingginya. Keselamtan kerja berkaitan dengan cara kerja, mesin,
peralatan, lingkungan, sifat pekerjaaan. Ilmu pengetahuan untuk mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.
Tujuan
Untuk perlindungan bagi masyarakat dari bahaya yang timbul dari pekerjaan
kita. Kesehatan kerja dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
pekerja, melindungi dari gaguan kerja, meningkatkan efisiensi kerja,
menempatkan pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan. Keselamatan kerja
juga dapat melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber produksi
agar berdaya guna. Meningkatkan kesehatan tenaga kerja, menempakan
pekerja sesuai kemampuan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar
tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya dengan usaha
preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul selain itu juga
berguna sebagai :
a.
b.
c.
3. ruang lingkup
diterapkan ke semua tempat kerja (tenaga kerja, bahaya akibat kerja, usaha
yang diakibatkan)
aspek perlindungna dalam k3 (dara semua jenis dan jenjang keahlian)
lingkungan kerja, karakteristik dan sifat pekerja, metodologi pekerjaan, k3
dilakukan sebaik-baiknyanya dalam produksi barang dan jasa.
4. manfaat
Agar setiap pekerja bekerja dengan tanpa membahayakan diri untuk
memperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Faktor2 penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkannya
1) Faktor Biologis
2) Faktor Kimia
3) Faktor Ergonomi
4) Faktor Fisik
5) Faktor Psikososial
Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,
2.
3.
4.
(http://dscku.blogspot.co.id/2011/10/hiperkesergonomi-dan-k3-kesehatandan.html#more)
Faktor Penyebab Biologi
Yang menyebabkan pandangan tenggangu misalnya lalat,kecoa, lumut,
taman yang tak teratur, dan sebagainya. Penyakit akibat kerja yang di
sebabkan faktor biologi ini banyak yang bersumber dari. pekerjaan
pertanian,dimana pada sector pertanian ini para petani kontak langsung
dengan vector atau penyebab penyakit yaitu tanah yang didalamnya
terdapat sumber penyakit yaitu parasite atau bahkan vektor yang lain.
Pekerjaan yang berhubugan dengan penanganan hewan dan produknya,
pekerjaan inibiasanya terjadi pada tenaga kerja atau dokter yang
melakukan kontak langsung dengan hewan, seperti pada pekerja yang
bekerja pada rumah pemotongan Hewan (RPH) dan atau pada
peternak hewan seperti peternakan ayam, sapi dan peternakan lainnya.
Klinik dokter hewan, dokter hewan beresiko tertular penyakit karena
dokter berkontak langsung dengan hewan, RPH, pasar daging & hewan,
pasar daging dan pasar hewan juga beresiko terhadap penyakit yang
beresiko terhadap penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan, dimana pada
pasar hewan ini banyak hewan yang membawa penyakit sehingga para
pekerja dilingkungan sekitarnya dapat tertular penyakit yang dibawa oleh
hewan tersebut. Pekerja pada labolatorium, dimana ada kemungkinan
berkontak dgn tinja hewan yang dimana tinja hewan tersebut terdapat
vector atau parasite. faktor
1.Jamur
2.Parasit
4.Bakteri
5.Virus
1. jamur
a) Dapat berupa tunggal atau koloni
b) Multiseluler
c) Sumber makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati
dan hidup dari organisme atau hewan lain
d) Ukuran bervariasi mulai yang besar sampai mikroskopis
2. Parasit
Beberapa macam parasit diantaranya protozoa dan cacing banyak
yang di temukan di tempat kerja seperti penyakit malaria pada
tenaga kerja kehutanan, cacing tibang pada tenaga kerja pertanian.
Beberapa contoh parasit yang menyebabkan penyakit yaitu malaria
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles. anxylostomiosis
menyebabkan anemia kronis dan jamur menyebabkan gatal-gatal
pada kulit.
o Penyakit pada hewan,seperti serangga melalui sengatan binatang
berbisa melalui gigitan seperti ular, dan binatang buas atau
karnivora
o Tumbuhan debu yang dihasilkan oleh kayu seperti alergi dan
asma debu yang dihasilkan oleh kapas seperti alergi saluran nafas .
3. Bakteri
Bakteri adalah Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2
4.
Virus:
virus Mrpkn partikel hidup yang paling kecil yang berdiameter
antara 0,025-0,25 mikron
Merupakan parasit yang menginfeksi
manusia,hewan,tumbuhan,dan bakteri Hepatitis ini bias saja
terkena padapetugas labolatorium.
Hepatitis B dan hepartitis C dimana virus ini menyerang organ
hepar/liver/hati, dan
3.
Histoplasmosis
Histoplasma capsulatum
Blastomycosis
Blastomyces dermatitidis
Coccidioidomycosis
Coccidioides immitis
Anthrax
Bacillus anthracis
Demam hemoragic dengan sindrom
renal
Fransicella tularensis
Selain virus, jamur, bakteri dan parasit faktor biologis penyebab penyakit akibat k
erja yang lain
berasal dari binatang pengganggu seperti serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya. Untuk
binatang pengganggu jenis serangga memang memerlukan pengawasan lebih dari
binatang yang lain
karena sifatsifatnya lebih banyak mendatangkan penyakit. Diantara jenis
serangga yang bisa
menyebabkan infeksi bila menggigit manusia karena bibit penyakit yang dibawa s
erangga masuk ke
tubuh manusia, contohnya adalah nyamuk
aedes
aegypti
pembawa virus DHF. Jenis serangga lain yang
hidup ditempattempat kotor seperti kecoa, sangat berbahaya bila
merayap dialatalat dapur seperti
piring, cangkir dan lainlain karena alat dapur tersebut bisa
terkontaminasi oleh bibit penyakit.
Kemudian serangga yang suka hinggap pada kotoran yang mengandung bibit peny
akit, lalu terbang dan
1)Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen dan harus
dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dilakukan dengan ca
ra memindahka
objek kerja atau sistem kerja yang kehadirannya pada batas yang
tidak dapat diterima oleh
ketentuan atau kadarnya melebihi NAB. Eliminasi adalah cara
pengendalian resiko yang paling
baik, karena resiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadak
an.
2)Subtitusi
Pengendalian dengan subtitusi dilakukan dengan cara menganti bahanbahan
dan peralatan yang
berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang kurang berbahaya
atau yang lebih aman,
sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias diterima.
3)Rekayasa Teknik
Pengendalian dengan rekayasa teknik dilakukan dengan cara merubah struktur obj
ek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar potensi bahaya, misalnya dengan
memisahkan tempat untuk
pembuangan sampah sesuai dengan jenisnya, pemberian pengaman pada
mesin, pemberian alat
bantu mekanik.
4)Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem
kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode ini
meliputi; rekruitmen
tenaga kerja baru sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan
waktu kerja dan
waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan.
5)Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan
untuk jangka
pendek dan bersifat sementara. Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir da
ri suatu sistem
pengendalian resiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena
penggunaan APD mempunyai
beberapa kelemahan antara lain:
a.APD tidak menghilangkan resiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi anta
ra terpaparnya
tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka s
ecara otomatis
bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.
b.Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena pada umumnya pekerja kuran
g leluasa dalambergerak pada waktu bekerja, dan dirasakan adanya beban
tambahan karena harus dipakai
selama bekerja.
Selain hal diatas, perlu diperhatikan juga tentang kriteria dalam pemilihan dan pen
ggunaan alat
pelindung diri, sebagai berikut:
c.Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada peke
rja atas potensi
bahaya yang dihadapi ditempat kerja.
d.Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidakmerupakan beban tambahan bagi pemakainya.
e. Bentuknya cukup menarik sehingga pekerja tidak malu memakainya.
f.Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun
kenyamanan dalam pemakaian.
g.Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
h.Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta gangguan ke
sehatan lainny
i.pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.
jTidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tandatanda peringatan.
k.Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.
l.Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
m.Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
4.Lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per
block grill makadilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologic dan kimia.
5.Binatang pengganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing maka perlu dilakukan:
a.Penangkapan lalu dibuang jauh dari rumah sakit.
b.Bekerja sama dengan Dinas peternakan setempat untuk menagkap kucing dan a
njing.
Kesimpulan
1. Pengertian penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena
hubungan kerja yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Sedangkan penyakit akibat kerja karena paparan biologis adalah penyakit
yang disebabkan paparan biologis yang terjadi akibat kontak langsung
dengan bahan kerja.
2. Contoh penyakit yang dapat mengenai tenaga teknis kesehatan adalah
penyakit infeksius Hepatitis B dan Hepatitis C.
3. Cara pencegahan yang harus dilakukan cukup sederhana, yaitu dengan
mengikuti prosedur pengamanan diri dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Depnaker RI, 1970.
Undangundang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
Jakarta :
Depnaker.
Depnaker RI, 1970.
Undangundang No. 2 Tahun 1970 Tentang Pembentukan PK3.
Jakarta :
Depnaker.
Kepmenkes RI, 2007.
Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit
. Jakarta : Menkes.
Kepmenkes RI, 2004.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Jakarta: Menkes
Permenaker RI, 1987
. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan.
Jakarta: Menkes.
Sumamur, 1996.
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
Sumamur, 1996.
Keselamatan
dan Pencegahan Kecelakaan Kerja
. Jakarta : CV. Haji Masagung.
Tarwaka, 2008.
Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja.
Surakarta : Harapan Press.