Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN DIREKTUR

RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


NOMOR /2013
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
DIREKTUR RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG,
Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSU Dr. Saiful Anwar
Malang, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Anestesi yang bermutu
tinggi
b. bahwa agar pelayanan Anestesi di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSU Dr. Saiful Anwar
Malang sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Anestesi di RSU
Dr. Saiful Anwar Malang
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b
,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang
Pelayanan Anestesi
3. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor
. Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
4. Keputusan Gubernur Jawa Timur 021/YSP/10/ 2007 tentang Penunjukan
Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang
M E M U TU S KAN :
Menetapkan :
Pertama

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI RSU Dr. SAIFUL
ANWAR MALANG

Kedua

Kebijakan pelayanan Anestesi RSU Dr. Saiful Anwar Malang


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Anestesi


RSU Dr. Saiful Anwar Malang dilaksanakan oleh Wakil Direktur
Pelayanan Medis RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Keempat

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Malang
Pada tanggal ................ 2013
Direktur
RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Dr. Budi Rahaju MPH

Lampiran
Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Nomor

Tanggal

2013

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI


RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan

tugasnya

setiap

petugas

wajib

mematuhi

ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak
pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi
/ penyuluhan mengenai prosedur operasi yang akan dijalani, prosedur
pre medikasi dan dilakukan kunjungan pra anestesi di ruang perawatan
paling lambat 1 hari sebelum hari dilakukan tindakan pembedahan
untuk kasus elektif
2. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan
3. Setiap pasien sewaktu dating dikamar operasi dilakukan identifikasi
timbang terima dengan petugas ruangan pengantar pasien meliputi :
Jenis operasi
Lokasi yang akan dioperasi
Informed consent untuk tindakan anestesi dan tindakan

pembedahan
Obat premedikasi yang telah diberikan

4. Bila terjadi kecelakaan / kegagalan dari tindakan operasi yang


dimaksud, hal tersebut dilaporkan kepada manager pelayanan untuk
tindak lanjut
5. Bila terjadi bencana/hospital disaster plan, kamar operasi siap untuk
berperan di dalam penaggulangannya
6. Perhitungan kasa dilakukan sebelum penutupan lapisan peritonium bila
terdapat ketidak sesuaian penghitungsn kasa dan atau alat sebelum
dan sesudah operasi maka dilakukan penghitungan ulang dan sayatan
operasi belum ditutup
7. Informasi penjadwalan pasien operasi ( baik efektif maupun darurat )
didapatkan dari bagian admission dan tulisan pada papan informasi
jadwal operasi untuk dilengkapi oleh petugas kamar bedah, bila ada
penundaan atau prubahan jadwal operasi dari operator segera
diinformasikan kepada pasien, keluarga pasien dan dokter anestesi
8. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada
informed consent.
9. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga
ICU atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran
yang diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
10. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi.
11. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life
supporting.
12. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien
tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih.
13. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawatan ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine
( KIC, Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
14. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :

Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan

ventilasi mekanis.
Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.

Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring,

termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis

Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer

Resuitasi kardiopulmoner

Pipa thoracostomy
15. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator
pengelolaan pasien :
Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota team.
Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di
ICU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan
dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi
yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam
nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah
sakit dan luar rumah sakit :
Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di
bagian admission.
Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan
lain-lainnya
Indikasi pasien keluar ICU :

Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila
terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada
penanggung jawab pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun
non

medis

menjadi

tanggung

jawab

Ka

Ru

termasuk

pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan bagian


teknisi.
13. Untuk pencegahan

infeksi

nosokomial,

setiap

petugas

diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak


dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau
dokter konsulen lain berkoordinasi dengan dokter penanggung
jawab ICU
15. Setiap permintaan

laboratorium dan radiologi dituliskan pada

formulir yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas


administrasi untuk selanjutnya di informasikan pada bagian
terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU
DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga
IGD ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama
dengan dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU
harus jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat
bersama, maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU
DPJ Putama berwenang

dalam

melaksanakan

praktek

kedokteran yang di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan


staf ICU yang bertugas. Kewenangan tersebut harus dengan
tetap memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP
atau dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien

Bila ada

keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang

diberikan oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus


dikomunikasikan langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam
Intensif Care Unit pasien
Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan
DPJP lain yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka
dapat ditetapkan ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal
tersebut harus dicatat dalam Intensif Care Unit
Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal
tersebut dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera
mungkin
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal
yang terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien
akan di ajukan untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite
Audit pasien

Direktur,
Rumah Sakit Royal Progress

Dr. Djoti Atmodjo, SpA, MARS

Anda mungkin juga menyukai