Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BELAJAR

Nama

: Evi Kusumawati

NIM

: 140341601274

Kelas/Off

:A

Tanggal Pertemuan

: Selasa, 29 Maret 2016


Rabu 30 Maret 2016

Materi

:1. Praktikum Amphibi


2. Presentasi materi Amphibi

A. Konsep yang Dipelajari

CIRI UMUM
ANATOMI

AMPHIBI

CIRI KHUSUS

HABITAT
KLASIFIKASI

B. Isi Jurnal
a. Eksplorasi Konsep Yang di Pelajari
1. Ciri Umum Amphibi
a. Merupakan hewan Vertebrata
b. Termasuk hewan pendaktil ( memiliki 5 jari)
c. Bernafas dengan insang (berudu) dan paru-paru dan kulit (dewasa)
d. Mengalami metamorfosis
e. Merupakan hewan ektotermis
2. Anatomi
a. Sistem Rangka
Amphibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara
proporsional, kebalikan dari ikan. Tengkorak amphibia modern
mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal, frontal, parietal dan
skuamosa. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi
bervariasi dari 10 ruas. Tengkorak bersendi dengan tulang tengkuk,
jumlah

vertebra

kaudal

bervariasi.

Sebagian

besar

amfibi

mempunyai 2 pasang tungkai dengan 4 jari kaki pada kaki depan dan
5 jari pada kaki belakang. Jumlah jari mungkin ada yang berkurang
sebanyak 2 buah.
b. Sistem Otot
Sistem otot pada amphibi, seperti sistem-sistem organ yang lain,
sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot pada ikan terpusat
pada gerakan tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta
gill apertura (operculum atau penutup lubang celah insang) dan
gerakan sirip yang relatif sederhana. Kebutuhan hidup di darat
mengubah susunan ini.
c. Sistem Sirkulasi
Sebagian besar amphibi mempunyai problem untuk mengisi jantung
yang menerima darah oksi dari paru-paru dan darah deoksi yang
tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk mencegah banyaknya
pencampuran dua jenis darah tersebut, bahwa amfibi telah
mengembangkan ke arah sistem sirkulasi transisional.
d. Sistem Pernafasan
Selama tahap larva, sebagian amfibi bernapas dengan insang. Insang
ini bertipe eksternal. Struktur paru-paru pada amfibi yang hidup di
air, pada permukaan dalam dari paru-paru lembut tetapi sebagian

besar dinding paru-paru pada katak dan kodok berisi lipatan alveoli
sehingga meningkatkan permukaan pernapasan. Kulit amphibia
sangat tipis dan hanya terdiri dari 5-8 sel, banyak mengandung
kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya kapiler darah yang
merupakan lanjutan dari arteri kutanea, memungkinkan Amphibia
untuk melakukan pernapasan kulit.
e. Sistem Urogenital
Pada amfibi berekor, ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada
Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi
pendek. Pembuluh arfinefrik (hanya melakukan transpor sperma)
amfibi jantan berupa genital ekskretori.
3. Ciri Khusus
Ciri khusus pada Amphibi terletak pada kulit dan kelenjar kulit, warna
tubuh, pergantian kulit dan sistem geraknya.
4. Habitat
Amphibi biasa di temukan di darat, namun kadang Amphibi dapat
ditemukan di air.
5. Klasifikasi
Ada sekitar 3000 spesies

amphibia hidup di dunia, yang

dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu Anura (katak dan kodok). Caudata


atau Urodela (salamander) dan Gymnophiona atau Apoda (Caecilia).
b. Hasil Eksplorasi Berupa Informasi Sebagai Bukti Belajar
Terminologi amphibia diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian
besar hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air, dari
bentuk larva berupa kecebong yang bernapas dengan insang luar kemudian larva
mengalami metamorfosis menjadi anak katak dengan alat pernapasan berupa paruparu. Kehidupan demikian ini tidak mutlak untuk semua amphibi, ada beberapa
yang tidak pernah meninggalkan air dan yang lainnya ada yang tidak pernah
masuk ke dalam air pada tahap tertentu dari siklus kehidupannya. Ada juga yang
tidak punya paru-paru sampai dewasa dan bernapas melalui kulit, karenanya kulit
tersebut selalu basah dan glandular (Sukiya, 2001: 33).

Amphibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional,


kebalikan dari ikan. Tengkorak amphibia modern mempunyai tulang-tulang
premaksila, nasal, frontal, parietal dan skuamosa. Kebanyakan permukaan dorsal
dari tubuh Anura tidak seluruhnya tertutup tulang. Bagian dari kondrokranium
masih belum mengeras, hanya daerah oksipital dan eksoksipitalnya mengeras, dan
masing-masing memiliki kondila bertemu dengan vertebra pertama. Tidak ada
langit-langit palatum sekunder pada amfibi, akibatnya nares internal lebih maju di
dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang
dinamakan parasfenoid. Gigi ada pada premaksila, maksila, palatine, vomer,
parasfenoid dan tulang dental. Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak
memiliki gigi atau gigi pada rahang bawah mereduksi (Sukiya, 2001: 34).
Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horisontal membagi otot dorsal dan ventral.
Bagian dari sistem otot epaksial dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot
ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh
amfibi (Sukiya, 2001: 36).
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding
mulutnya. Ada beberapa amphibia yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi
sebagian besar bangsa amphibia mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar
(Protrusible tongue) serta pada katak dan kodok lidah digulung ke belakang bila
tidak digunakan. Esofagus pendek dapat dibedakan dari lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil
dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok
terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka ke kloaka
(Sukiya, 2001: 38).
Kulit amphibia sangat tipis dan hanya terdiri dari 5-8 sel, banyak
mengandung kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya kapiler darah yang
merupakan

lanjutan dari arteri kutanea, memungkinkan Amphibia untuk

melakukan pernapasan kulit. Pernapasan kulit terjadi baik di darat maupun di air.
Urodela akuatik memperoleh kebutuhan oksigennya melalui pernapasan kulit,
katak pohon dan katak darat 1/3. Sebagian besar (hampir 90%) pengeluaran
CO2 pada amphibia dilakukan melalui kulit (Tenzer, et al., 2014).

Bangsa amfibi memiliki kandung kemih yang merupakan hasil dari


perluasan ujung pembuluh arkinefrik distal melewati pembuluh ginjal menuju
kloaka, kemudian menuju ke penampung urine. Pada amfibi darat, air dari urine
yang terkum[ul diserap kembali pada waktu tertentu untuk mengimbangi
kelembaban kulit yang berkurang. Amfibi yang banyak menghabiskan waktu di
dalam tanah seperti spadefoot toad (Scaphious), dapat menyerap air dari tanah
selama tekanan osmotik cairan tubuh lebih tinggi daripada tegangan air dalam
tanah (Sukiya, 2001: 40).
Indung telur pada amfibi berpasangan dan berisi rongga yang di dalamnya
berisi getah bening. Oviduk juga berpasangan meskipun di daerah distal menyatu.
Pada ujung distal masing-masing oviduk diperluas ke uterus membentuk struktur
ovidak sebagai tempat penyimpanan ova secara temporer sebelum dikeluarkan.
Kelenjar yang mengeluarkan jelli untuk melumuri telur-telur biasanya berada di
dalam ovidak (Sukiya, 2001: 41).
Kelenjar racun pada katak dan kodok dapat menimbulkan iritasi pada kulit
jika seseorang menyentuh binatang ini. Racun pada katak mengandung steroidal
alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot. Tipe racun pada amfibi adalah
neurotoksin, halusinogen, vaskonstriktor, hemolitik, dan local irritant. Ketika
beberapa spesies amfibi ditempatkan besama-sama ditempat sempit, ada spesies
tertentu cepat mati karena racun yang dikeluarkan spesies yang lain (Sukiya,
2001: 44).
Pada beberapa amfibi apabila ditempatkan di lingkungan gelap maka
warna kulitnya tampak bercahaya. Hal ini disebabkan karena hasil simulasi
kelenjar pineal menghasilkan melatonin yang mampu mengurangi kuantitas
cahaya atau sinar gelombang panjang. Kontak hormon kromatrofik hipofisislah
yang

menyebabkan

perluasan

melanofora

sehingga

berkontraksi

dan

menghasilkan efek tubuh lebih bercahaya (Sukiya, 2001: 45).


C. Relevansi
Tabel Perbandingan Konsep sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
No

Konsep Sebelum Pembelajaran

.
1.

Amphibi

tidak

Konsep Sesudah Pembelajaran

mengalami Ciri khusu pada Amphibi salah satunya

pergantian kulit
yaitu mengalami pergantian kulit
Semua Amphibi pada tahap larva Ada beberapa Amphibi ketika tahap

2.

bernafas dengan insang dan ketika dewasa tetap bernafas dengan insang
dewasa dengan kulit dan paru-paru
Amphibia tidak memiliki gigi

3.

Amphibia memiliki gigi fomer dibagian


maksilar

D. Identifikasi Masalah
Pertanyaan

1. Apakah ada tidaknya gigi pada katak menentukan kelas?


2. Apa fungsi bladder pada katak?
3. Apa dasar pengklasifikasian Amphibia?
4. Bagaimanakah proses Salamander bisa hidp di darat?
Jawaban
1. Ada tidaknya gigi bukan ciri untuk mengklasifikasikan kelas Amphibi.
Misalkan Salamander Annura tidak berekor.
2. Bladder pada katak jantan merupakan rudimen dari ovarium, hampir sama
dengan uterus masculinus pada mamalia.
3. Dasar pengklasifikasian Amphibia adalah cara bernafas dan ada tidaknya
ekor.
4. Ketika Salamander berada di darat Salamander tersebut bernafas
menggunakan kulit karena pada kulit Salamander memiliki banyak kapiler.
E. Elemen yang Menarik
Elemen yang menarik dari pembelajaran minggu ini adalah saat pengamatan
Amphibi. Dari pengamatan tersebut saya baru menyadari katak ataupun kodok
yang sekilas sama ternyata setelah diamati dengan seksama memiliki perbedaan
yang sangat jelas.
F. Refleksi
- Secara Umum
Pembelajaaran

minggu

ini

memberikan

pengetahuan

dan

pengalaman yang banyak bagi saya mengenai berbagai macam ciri dan
karakteristik yang dimiliki oleh Amphibi. Banyak manfaat yang bisa saya
-

dapatkan dari pembelajan minggu ini.


Secara Khusus

Proses pembelajaran yang telah dilakukan pada minggu ini,


menunjukkan kepada kita semua, khususnya saya yang mempelajari
Amphi untuk lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT yang telah
menciptakan alam dan seisinya. Setiap mahkluk hidup di ciptakan pasti
memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda yang dapat dimanfaatkan sebagai
identifikasi dan pengklasifikasian mahkluk hidup.
G. Sumber
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia
Ery Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. 2014. Hand Out
Struktur Perkembangan Hewan I (NBIO606). Malang: Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai