Anda di halaman 1dari 79

1

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU
DARI AKTIVITAS BELAJAR POKOK
BAHASAN IKATAN KIMIA

SKRIPSI

Oleh:
ELMI DWI HAPSARI
K 3305030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU
DARI AKTIVITAS BELAJAR POKOK
BAHASAN IKATAN KIMIA

Oleh:
ELMI DWI HAPSARI
K 3305030

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. rer. nat Sri Mulyani, M. Si

Drs. Sugiharto, A.pt., M. S

NIP.19650916199103 2 003

NIP. 194903171976031002

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program


Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari

: .................................

Tanggal

: .................................

Nama Terang

Ketua : Dra. Tri Redjeki, M. S

Tanda Tangan

....

Sekretaris: Prof. AshadiDrs. Haryono, M.Pd.

Anggota I: Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M. Si.

Anggota II: Drs. Sugiharto, A. pt., M. S.

Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP. 19600727 198702 1 001

....

ABSTRAK
Elmi
Dwi
Hapsari.
K3305030.
STUDI
KOMPARASI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Maret 2010.
Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) menentukan efektifitas antara
metode pembelajaran Jigsaw dan TAI pada materi pokok ikatan kimia kelas X
semester I SMA tahun ajaran 2009/2010. (2) membuktikan bahwa siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi
daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah pada materi pokok ikatan
kimia. (3) mendeskripsikan interaksi antara penggunaan metode mengajar Jigsaw
dan TAI serta aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu
dengan desain faktorial 2 x 2. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA N 1 Ngemplak, Boyolali. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cluster random sampling dari 6 kelas yang ada diambil dua kelas yaitu
kelas X-6 sebagai kelas eksperimen 1 dan X-5 sebagai kelas eksperimen 2. Teknik
analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode
pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI pada materi ikatan kimia.
Fobs = 6.1884 > Ftabel = 4,00 dan tobs = 4.144 > ttabel = 1.65, dengan rataan selisih
nilai prestasi kognitif berturut-turut 41.80 dan 35.52. (2) siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar kognitif pada materi pokok
ikatan kimia yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah. Fobs = 9.831 lebih besar dari Ftabel = 4,00, sehingga Fobs > Ftabel, dengan
rataan selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut 42.81 dan 35.02. (3) tidak ada
interaksi antara metode pembelajaran TAI dan Jigsaw dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar materi pokok ikatan kimia siswa kelas X-5 dan X-6
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Harga Fobs = 0.266
dimana harga Ftabel = 4,00 sehingga Fobs < Ftabel.
Kata Kunci: Aktivitas , Jigsaw, TAI, Kimia.

ABSTRACT

Elmi Dwi Hapsari. K3305030. COMPARISON STUDY BETWEEN JIGSAW


TYPE
COOPERATIVE
LEARNING
AND
TEAM
ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) TOWARD STUDENTS LEARNING
ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENTS LEARNING ACTIVITY OF
CHEMICAL BONDING. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education
Faculty of Sebelas Maret University, March 2010.
This research has aims to: (1) ensure that Jigsaw learning method more
effective than TAI learning method of Chemical Bonding Subject Matter Class X
1st Semester of Senior High School at School year of 2009/2010. (2) proof that
students with high learning activity can results in students higher learning
achievement than low learning activity in learning achievement about chemical
bonding subject matter. (3) describe the interaction between Jigsaw teaching
method and TAI and students learning activity with students learning
achievement about chemical bonding subject matter.
This research is done by using quasi-experimental method with 2 x 2
factorial design. The sample population in this research is the students of Class X
SMA N 1 Ngemplak Boyolali. The sampling technique used is by using cluster
random sampling; from 6 existing classes the researcher takes two out of them
that are X- Class as experimental class and X-5 as experimental class 2. The data
analysis technique used is two-way variance analysis with non-similar cell.
The results of research show there is: (1) the Jigsaw learning method more
effective than TAI method in chemical bonding material. Fobs = 6,1884 > Ftable =
4,00 and tobs = 4.144 > ttabel = 1.65 with average difference of cognitive
achievement value is 41.80 and 35.52, respectively. (2) students having higher
learning activity produce learning achievement in chemical bonding material that
is higher than the students having lower learning activity. The Value of Fobs =
9,831 for cognitive aspect those values are bigger than Ftable = 4,00. Fobs > Ftable,
so with cognitive achievement value difference average respectively is 42,81 and
35,02 (3) no interaction between TAI and Jigsaw teaching method with students
learning activity toward the learning achievement on chemical bonding material
for the students of Class X-5 and X-6 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali at
2009/2010 school year. The value of Fobs = 0,266 for cognitive aspect, Fobs =
0,9631 for affective aspect, in which the value of Ftable = 4,00 so Fobs < Ftable.
Key words: Activity, Jigsaw, TAI, chemical

MOTTO

Pintu kebahagian terbesar adalah doa orang tua kita


(Penulis)
Usirlah bayangan kegagalan dan biarkan ia brada di luar hatimu
(Penulis)
Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah
jatuh, melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh
(Penulis)
Janganlah merasa gagal saat mengalami kegagalan, tapi belajarlah dari
kegagalan itu untuk melangkah kedepan lebih baik
(Penulis)
Jangan takut kesalahan, kebijaksanaan biasanya terlahir dari kesalahan
(Penulis)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk :


Ibu dan Bapak tercinta sebagai karunia terbaik dalam
hidupku
Mbak Eki dan Dek Ichsan tersayang
Mas Indra dan keluarga atas doa serta dukungannya
Teman-teman Kimia 2005
Teman-teman Seperjuangan
Almamater

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada
waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah
menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini serta selaku
penguji skripsi yang telah memberi evaluasi dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Drs. Sugiharto, A. pt., M. S selaku pembimbing II yang telah pula
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi selaku penguji skripsi yang telah memberi masukan
dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Tri Wahyudi selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngemplak,
Boyolali yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

10

8. Bapak S. Kristiyanto, selaku guru Kimia SMA N 1 Ngemplak yang telah


memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas X-4, X-5 dan X-6. Terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
10. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan yang terbaik, kasih sayang,
dan semangat bagi penulis.
11. Mbak Eki, mas Indra, dan Dik Ichsan yang senantiasa memberi bantuan dan
semangat pada penulis
12. Teman seperjuanganku (mbak Junarni, mas Pri, Ike, Wahyu, Endah, Dieni, dll).
Terima kasih sudah mau berbagi denganku dan selalu memberi semangat serta
bantuan dengan segenap tenaga dan pikiran.
13. Sahabat dan teman-teman Kimia Angkatan 05 (Titik, Apri, Wahyu dll) untuk
segala dukungan, persahabatan dan bantuannya.
14. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Maret 2010

Penulis

11

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................

ii

PERSETUJUAN ............................................................................................

iii

PENGESAHAN..............................................................................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

ABSTRACT....................................................................................................

vi

MOTTO ..........................................................................................................

vii

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

viii

KATA PENGANTAR....................................................................................

ix

DAFTAR ISI...................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................

B. Identifikasi Masalah .................................................................

C. Pembatasan Masalah ................................................................

D. Perumusan Masalah .................................................................

E. Tujuan Penelitian......................................................................

F. Manfaat Penelitian ....................................................................

LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar ..................................................................................

2. Pembelajaran Kooperatif......................................................

3. Metode Jigsaw......................................................................

10

4. Metode TAI ..........................................................................

13

5. Aktivitas ...............................................................................

16

6. Prestasi Belajar.....................................................................

18

7. Ikatan Kimia.........................................................................

21

B. Kerangka Pemikiran .................................................................

29

12

C. Hipotesis...................................................................................
BAB III

31

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................

32

B. Metode Penelitian.....................................................................

32

C. Populasi dan Sampel ................................................................

32

D. Variabel Penelitian ...................................................................

33

E. Teknik Pengambilan Data ........................................................

34

F. Teknik Analisis Data

BAB IV

1. Uji Prasyarat Analisis...........................................................

39

2. Pengujian Hipotesis..............................................................

41

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data..........................................................................

45

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis


1. Uji Normalitas ......................................................................

49

2. Uji Homogenitas ..................................................................

50

C. Hasil Pengujian Hipotesis


Hasil Analisis Variansi.............................................................

51

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

BAB V

1. Hipotes Pertama ...................................................................

52

2. Hipotesis Kedua ...................................................................

54

3. Hipotesis Ketiga ...................................................................

55

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

57

B. Implikasi...................................................................................

57

C. Saran.........................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

59

LAMPIRAN....................................................................................................

61

13

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan Senyawa Ion dan Kovalen................................................

27

Tabel 2. Rancangan Penelitian.........................................................................

32

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal.....................................

35

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Soal .......................................

36

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Item Soal Kognitif ..........................

37

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif..............................

38

Tabel 7. Rangkuman Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ......................

44

Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif PretesPostes Antara Kelas Jigsaw dan TAI ..............................................

45

Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif PretesPostes Antara Kelas Jigsaw dan TAI, serta Kelas Ceramah ...........

46

Tabel 10. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Aktivitas Belajar Tinggi dan
Rendah.............................................................................................

48

Tabel 11. Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Aktivitas Belajar Siswa


Antara Kelas Jigsaw dan TAI..........................................................

48

Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Skor Aktivitas Belajar Siswa..............

49

Tabel 13. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar


Kognitif Siswa .................................................................................................

49

Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa............

50

Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Skor Aktivitas Belajar Siswa.

50

Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretasi Belajar Siswa


Dengan Memperhatikan Aktivitas Belajar Siswa ............................................

50

Tabel 17. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa .....................................

51

Tabel 18. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Aspek Kognitif.................................................................................................

51

Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji t Pihak Kanan Selisih Nilai PretesPostes Kognitif.................................................................................................

51

14

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Contoh lambang Lewis untuk unsur gas mulia dan lainnya ..........

21

Gambar 2. Contoh ikatan ion ...........................................................................

21

Gambar 3. Contoh pembentukan ikatan kovalen tunggal ................................

22

Gambar 4. Contoh ikatan kovalen rangkap......................................................

22

Gambar 5. Pasangan Elektron Ikatan dan Pasangan elektron Bebas ...............

23

Gambar 6. Contoh pembentukan ion NH4+ dari molekul NH3 dan ion H+ ......

23

Gambar 7. Contoh senyawa yang tidak sesuai dengan aturan oktet (BCl3).....

24

Gambar 8. Senyawa NO2 ........................................................................................................................

24

Gambar 9. Senyawa PCl5........................................................................................................................

24

Gambar 10. Ion logam bermuatan positif di dalam elektron ...........................

26

Gambar 11. Bagan Kerangka Pemikiran .........................................................

31

Gambar 12. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara


Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).........................

46

Gambar 13. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara


Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI) serta Kelas
Pembanding (Ceramah) ...................................................................................

47

Gambar 14. Histrogram Skor Aktivitas Belajar Siswa Antara Kelas


Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI)...................................

48

15

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 :

Silabus ...................................................................................

63

Lampiran 2 :

RPP ........................................................................................

65

Lampiran 3 :

Rangkuman materi dan LKS..................................................

71

Lampiran 4 :

Kisi-kisi Instrumen Kognitif ..................................................

82

Lampiran 5 :

Soal Try Out Kognitif ............................................................

83

Lampiran 6 :

Jawaban Soal Try Out Kognitif..............................................

90

Lampiran 7 :

Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran


Soal Kognitif..........................................................................

91

Lampiran 8 :

Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa.........................

95

Lampiran 9 :

Daftar Nilai Ikatan Kimia Tahun Ajaran 2008/2009 .............

98

Lampiran 10 :

Daftar Nilai Ikatan Kimia Kelas Ceramah.............................

99

Lampiran 11 :

Daftar harga tabel................................................................... 100

Lampiran 12 :

Data Induk Penelitian............................................................. 104

Lampiran 13 :

Uji Normalitas Data penelitian .............................................. 106

Lampiran 14 :

Uji Homogenitas Data Penelitian........................................... 118

Lampiran 15 :

Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama............................ 123

Lampiran 16 :

Daftar Nilai Kemampuan Awal Kelas X-5............................ 124

Lampiran 17 :

Daftar Nilai Kemampuan Awal Kelas X-6...........................

Lampiran 18 :

Uji t-matching Kemampuan Awal ......................................... 126

Lampiran 19 :

Uji Normalitas Kemampuan Awal......................................... 127

Lampiran 20 :

Uji Homogenitas kemampuan Awal ...................................... 129

Lampiran 21 :

Jurnal Internasional................................................................ 130

Lampiran 22 :

Uji t Pihak Kanan................................................................... 147

125

16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berdaya guna dan mampu
membentuk manusia yang beradab dan berkeahlian. Pendidikan dapat dikatakan
berhasil apabila menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sedangkan kualitas
lulusan dapat dilihat dari prestasi yang diraih siswa di sekolah. Oleh karena itu,
pendidikan dikatakan berhasil apabila prestasi yang dicapai oleh siswa tinggi.
Prestasi belajar cenderung berbeda untuk mata pelajaran yang berbeda. Untuk
pelajaran yang dianggap mudah oleh siswa, akan menghasilkan prestasi kognitif
lebih tinggi. Sebaliknya, untuk pelajaran yang dianggap sulit, siswa cenderung
memiliki prestasi kognitif rendah. Beberapa sekolah menengah di kabupaten
Boyolali mencatat bahwa, mata pelajaran matematika, ilmu pengetahuan alam dan
bahasa inggris dianggap sangat sulit bagi sebagian besar murid.
Salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa SMA adalah mata
pelajaran kimia. Selama ini banyak anggapan bahwa ilmu kimia merupakan mata
pelajaran yang tergolong sulit bagi kebanyakan siswa, hal ini dapat diketahui dari
nilai semester ataupun ujian akhir nasional yang nilai rata-rata siswa masih
rendah. Kesulitan yang dialami siswa disebabkan antara lain oleh kemampuan
awal yang dimiliki siswa dan kesesuaian metode pembelajaran yang digunakan
dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Kemampuan mengajar dengan
menggunakan metode yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh
pengajar. Penggunaan metode diperlukan agar penyampaian materi tercapai
dengan baik. Di dalam menyampaikan materi pelajaran seorang guru dituntut
untuk piawai dalam cara penyajiannya. Guru di dalam mengajar hendaknya
memahami bakat dari sebagian besar siswa dengan memperhatikan prasyaratprasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mendapatkan materi baru. Dengan
demikian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai dan
diperoleh efisiensi kerja yang optimal.

17

Materi pokok ikatan kimia yang diajarkan pada siswa kelas X SMA
semester ganjil merupakan materi yang cukup sulit dalam pelajaran kimia karena
terdiri dari konsep-konsep dan contoh soal yang cukup banyak. Materi ini
membutuhkan daya hafalan dan pemahaman yang cukup karena siswa akan
dikenalkan pada jenis-jenis ikatan dan proses terjadinya ikatan, terjadinya ikatan
ini tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa. Karena itu diperlukan
kemampuan khusus yang dapat membantu dalam memahaminya. Namun tidak
semua

siswa

mempunyai

kemampuan

untuk

dapat

mengimajinasikan

bagaimanakah proses terbentuknya ikatan dalam suatu senyawa menjadi sesuatu


yang mudah mereka pahami. Dengan berbagai kendala yang dihadapi pada saat
proses pembelajaran ikatan kimia maka diperlukan alternatif lain untuk dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ini.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran
dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2008 : 4). Proses belajar dalam
kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri
pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada
metode ceramah.
Karena ikatan kimia membutuhkan daya hafalan dan pemahaman dari
siswa, sedangkan tidak semua siswa mempunyai kemampuan khusus untuk
mengimajinasikan bagaimana proses terbentuknya ikatan, maka penggunaan
model pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pada proses belajar dalam
kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok, siswa akan saling
membantu menemukan sendiri pemahaman mereka tentang materi ikatan
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang dikenal yaitu
metode TAI (Team Assisted Individualization). Metode TAI mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok yang mempunyai
pengetahuan lebih tinggi dibandingkan anggotanya. Kesulitan pemahaman materi

18

yang dialami oleh siswa dapat dipecahkan bersama ketua kelompok dengan
bimbingan guru. Kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan
dengan materi dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari tiap individu
ditentukan oleh keberhasilan kelompok, untuk itu pengajaran TAI menitik
beratkan pada keaktifan siswa dan memerlukan kemampuan interaksi sosial yang
baik antara semua komponen pengajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw (Anita Lie, 2002: 69), guru
memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkannya agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak
kesempatan

untuk

mengolah

informasi

dan

meningkatkan

ketrampilan

berkomunikasi. Sementara itu menurut Slavin (2008: 237), kunci pembelajaran


kooperatif jigsaw adalah tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk
dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada
saat

penilaian.

Selain

itu

penggunaan

pembelajaran

kooperatif

dapat

memungkinkan terjadinya pertukaran informasi baru pada saat diskusi kelompok,


baik diskusi kelompok ahli (expert group) maupun kelompok asal (home group).
Dengan penggunaan model jigsaw ini diharapkan dapat mengatasi kurangnya
interaksi antar siswa serta antara siswa dan guru, dengan kata lain mampu
mengaktifkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penggunaan metode Jigsaw dan TAI disebabkan karena kedua metode ini
sama-sama menuntut siswa aktif bekerja sama, saling membantu dalam
menemukan dan membangun sendiri pemahamannya. Dalam kedua metode ini
yang dinilai bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok melainkan proses
belajar dalam kelompok inilah yang dinilai, karena itu kedua metode dianggap
setara.
Berdasarkan survei awal di SMA N 1 Ngemplak proses belajar mengajar
kimia yang sering dijumpai adalah menggunakan metode ceramah. Melalui
metode ceramah siswa akan memperoleh pengetahuan dan informasi. Namun
pengetahuan dan informasi yang diperoleh siswa adalah sebatas yang dimiliki

19

oleh guru saja. Siswa tidak terlatih untuk menemukan pengetahuan baru dalam
pemahaman konsep dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Prestasi belajar siswa di SMA N 1 Ngemplak, Boyolali cukup rendah. Hal
ini dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang mampu mendapat nilai diatas KKM
(kriteria ketuntasan minimal). Nilai KKM untuk materi ikatan kimia adalah 60,
jumlah siswa dalam satu kelas yang diatas KKM hanya 32,5% , sedangkan 67,5%
siswa mendapat nilai dibawah KKM, dan rata-rata nilai kelas hanya mencapai
nilai 52,575 yang berarti nilai rata-rata kelas untuk materi ikatan kimia dibawah
KKM. Salah satu jalan keluar yang akan membantu siswa untuk menemukan
pengetahuan baru adalah dengan kegiatan diskusi.
Prestasi belajar siswa rendah dikarenakan guru menggunakan metode
ceramah, siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, pengetahuan yang
didapatkan hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru. Karena itu akan
dilakukan penelitian menggunakan metode yang dapat mendorong keaktifan siswa
yaitu dengan metode Jigsaw dan TAI.
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode
pembelajaran, dipengaruhi pula oleh aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu
siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah, maka siswa diharapkan
mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam
mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali
prestasi belajar yang diperolehnya.
Di SMA N 1 Ngemplak Boyolali, siswa tidak terlatih untuk menemukan
sendiri pengetahuan baru dalam pemahaman konsep dan mengembangkan ilmu
pengetahuan karena pengetahuan dan informasi yang diperoleh siswa hanya
sebatas apa yang disampaikan guru, hal ini membuktikan kurangnya aktivitas
siswa itu sendiri.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan
dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif
dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat dari
pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas belajar

20

siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan


situasi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa,
sedangkan siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya aktivitas belajar ini
kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan.
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
(TAI)

TERHADAP

PRESTASI

BELAJAR

SISWA

DITINJAU

DARI

AKTIVITAS BELAJAR POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA.

B. Identifikasi Masalah
Ber
dasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Mengapa prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia di SMA N 1
Ngemplak, Boyolali rendah?
2. Apakah aktivitas belajar siswa mempengaruhi penguasaan materi ikatan
kimia?
3. Apakah ada perbedaan antara siswa yang memiliki aktivitas belajar yang
tinggi dan yang rendah terhadap prestasi belajar?
4. Apakah penggunaan metode selain ceramah dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia?
5. Apakah penggunaan metode selain ceramah dapat meningkatkan prestasi
belajar khususnya pada materi pokok ikatan kimia?

C. Pembatasan Masalah
Aga
r penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah pada:
1. Subyek penelitian
Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri 1
Ngemplak tahun ajaran 2009/2010.

21

2. Obyek penelitian
Obyek penelitian dibatasi pada:
a. Materi pokok bahasan ikatan kimia untuk kelas X semester I
b. Metode pembelajaran
1) JIGSAW
2) Team Assisted Individualization (TAI)
c. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada aktivitas
siswa dalam belajar kimia meliputi: bertanya, diskusi kelompok,
mengeluarkan

pendapat,

menanggapi,

mengambil

keputusan,

berkomunikasi, dan membuat laporan.


Untuk klasifikasi tingkatan aktivitas belajar siswa dijelaskan sebagai
berikut:
1) Siswa aktivitas belajar tinggi : skor di atas/sama dengan (Mean + Sd)
2) Siswa aktivitas belajar rendah: skor di bawah (Mean + Sd)
d. Prestasi belajar kimia
Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar ranah
kognitif, menggunakan selisih nilai postes-pretes.
e. Efektifitas
Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila dalam
waktu yang sama, hasil prestasi belajar kelas Jigsaw maupun kelas TAI
lebih tinggi dari pada kelas Ceramah.
D. Perumusan Masalah
Den
gan memperhatikan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan efektifitas penggunaan metode Jigsaw dan TAI pada materi
pokok ikatan kimia?

22

2. Adakah perbedaan prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia antara
siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah?
3. Apakah antara penggunaan metode pembelajaran JIGSAW dan TAI serta
aktivitas belajar siswa berinteraksi terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Menentukan efektifitas antara metode pembelajaran Jigsaw dan metode
pembelajaran TAI pada materi pokok ikatan kimia kelas X semester I SMA
tahun ajaran 2009/2010.
2. Membuktikan

bahwa

siswa

yang

memiliki

aktivitas

belajar

tinggi

mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah pada materi pokok ikatan kimia.
3. Mendeskripsikan interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Jigsaw
dan TAI serta aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok ikatan kimia.
F. Manfaat Penelitian
Hasi
l dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada di bidang pendidikan
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan pada guru bidang studi kimia tentang penggunaan
metode kooperatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa materi
pokok ikatan kimia.
b. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya materi pokok
ikatan kimia.
c. Memberikan sumbangan dalam peningkatan sumber daya manusia di masa
yang akan datang.

23

BAB II
LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
Beb
erapa ahli mengemukakan teori belajar, yang dikutip oleh Muhhibin Syah (2006 :
90) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, diantaranya:
a. Caplin dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan
dua rumusan, yaitu pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan kedua, belajar ialah proses perolehan respon-respon sebagai akibat
adanya latihan khusus.
b. Hitzman, dalam bukunya The Psychology of Learning and memory, belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organism tersebut.
c. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman.
Jadi
belajar adalah suatu proses bukan hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung
secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai
suatu tujuan. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sangat terasa
sulit.

2. Pembelajaran Kooperatif

24

Pem
belajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok
kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang
optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan kepada siswa-siswa dengan latar belakang dan kondisi
beragam untuk bekerja sama secara independen pada tugas yang sama dan,
melalui penggunaan struktur reward kooperatif, belajar saling menghargai.
(Arends, 2008 : 6).
Anit
a Lie (2002 : 31) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar yang terdapat pada
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Adanya ketergantungan yang positif.
b. Interaksi dengan bertatap muka dalam kelompoknya.
c. Adanya tanggung jawab pribadi.
d. Menggunakan kemampuan bekerja sama.
e. Pembentukan kelompok.

Terdapat tiga tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kooperatif,


yaitu:
a. Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa
dibandingkan pembelajaran tradisional. Para pengembang pembelajaran
kooperatif telah menunjukkan bahwa keaktifan siswa dan penghargaan
kelompok dapat memberikan efek positif dan meningkatkan nilai yang
diperoleh siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik
pada siswa yang memiliki prestasi belajar rendah maupun tinggi yang bekerja
sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman

25

Pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar


belakang dan kondisi untuk bekerja sama, saling bergantung satu sama lain
atas tugas-tugas bersama, dan dengan penghargaan bersama siswa akan belajar
saling menghargai.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, dimana
banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung satu sama lain. (Arends, 2008 : 6).

Sedangkan menurut Anita Lie (2002: 2) manfaat proses pembelajaran


kooperatif, antara lain:
a. siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa
yang lain.
b. Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan
c. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat
d. Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri)
e. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif
f. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Metode Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode pembelajaran
yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif
jigsaw. Menurut Slavin (2008 : 14), metode jigsaw dikembangkan pertama kali
oleh Elliot Aronson. Metode ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
menghargai semua kemampuan siswa.
Jigsaw sangat mudah dilakukan, pelaksanaannya meliputi langkah-langkah
berikut:
a

Membentuk kelompok Jigsaw yang terdiri dari 5 siswa.

b Menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok.


c

Membagi materi menjadi 5 bagian.

26

d Meminta siswa untuk mempelajari satu bagian. Guru memeriksa dan


memastikan setiap siswa hanya mendapat satu bagian dan mempelajari
bagian mereka sendiri.
e

Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca bagiannya agar mereka


tahu apa yang harus mereka lakukan. Dalam langkah ini siswa tidak perlu
menghafal materi.

Membentuk kelompok sesaat (kelompok ini disebut juga kelompok ahli atau
kelompok expert). Siswa yang memiliki bagian yang sama membentuk satu
kelompok dan mendiskusikannya agar mereka benar-benar paham.

g Siswa kembali ke kelompok asal.


h Memberi waktu pada setiap siswa untuk menjelaskan apa yang mereka
peroleh dalam kelompok ahli dan siswa lain diberi kesempatan untuk
bertanya dan meminta penjelasan.
i

Guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain untuk
mengobservasi prosesnya. Guru dapat memberikan bantuan, penjelasan atau
mengintervensi secara tidak langsung.

Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar
mereka sadar bahwa pelajaran berlangsung serius (Slavin, 2008 : 13).
Tujuan metode jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Menyajikan metode alternatif di samping ceramah


b. mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima
diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir
c. Menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengarkan untuk melatih
kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.
Selama pelaksanaan metode jigsaw guru memantau kerja kelompokkelompok kecil untuk mengetahui bahwa kegiatan berlangsung dengan lancar.
Dalam metode ini guru juga tidak banyak menjelaskan materi kepada siswa
sebagaimana yang terjadi dalam proses belajar mengajar metode konvensional.
Guru hanya perlu menyiapkan garis besar materi dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang akan menjadi petunjuk atau kerangka diskusi bagi kelompok ahli

27

agar diskusi dapat terfokus. Disamping itu, guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Dari uraian di atas, dapat dilihat kelebihan metode jigsaw, yaitu:
a. Memacu siswa untuk berfikir kritis
b. Memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan
kepada teman lain, hal ini akan membantu siswa mengembangkan
kemampuan sosialnya.
c. Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu, tetapi semua
siswa dituntut untuk menjadi aktif.
Disamping kelebihan-kelebihan di atas, metode Jigsaw juga mempunyai
kekurangan, yakni:
a. Kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding
metode ceramah
b. Bagi guru, metode ini membutuhkan konsentrasi dan tenaga yang lebih ekstra,
karena setiap kelompok membutuhkan penanganan berbeda-beda.

Durmus Kilic (2008: 113) menyatakan dalam penelitiannya bahwa: Teknik


Jigsaw harus digunakan dalam semua fase dalam pendidikan. Pekerjaan siswa
yang menggunakan teknik jigsaw harus diawasi dengan hati-hati dan staf pengajar
ikut campur hanya jika dibutuhkan. Menggunakan teknik kolaborasi dalam kursus
sebuah paket program dari fakultas pendidikan akan memberikan efisiensi dan
kemudahan dalam mengajar pada calon pengajar.

Metode Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang


fleksibel. Penerapannya dalam proses belajar mengajar dapat dimodifikasi dengan
model-model belajar yang lain, dengan menyesuaikan pokok bahasan yang akan
dipelajari.
4. Metode TAI (Team Assisted Individualization)
Met
ode pengajaran TAI adalah suatu meode pengajaran yang dikemukakan oleh
Slavin. Metode pengajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang

28

berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini peran pendidik hanya
sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup
menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
Pad
a pengajaran TAI, pendidik memotivasi siswa untuk membantu anggota
kelompoknya sehingga tercipta semangat dan sistem kompetisi dengan sedikit
menonjolkan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan TAI sebagai berikut:
a. Tes pengelompokan
b. Membentuk kelompok TAI yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
c. Siswa diberikan lembar kerja.
d. Guru memberikan pengajaran berupa pengenalan materi dan konsep-konsep
utama pada siswa.
e. Masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui
lembar kerja pada buku mereka.
f. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian saling mencocokkan
dengan teman sekelompoknya.
g. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota
lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru
meminta penjelasan dari guru.
h. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain
untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai
oleh guru.
i.

S
etelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru menghentikan
program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Guru
menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Pada akhir
pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi

(Slavin, 2008: 102-104).

Kelebihan metode TAI, yaitu:


a. Operasional program sederhana sehingga para siswa mudah melakukannya.

29

b. Siswa termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan


cepat dan akurat, serta tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan
pintas.
Kek
urangan metode TAI, yaitu:
a. Diskusi didominasi siswa yang aktif tidak menuntut semua berperan aktif.
b. Memakan waktu yang lama.
c. Metode ini memberikan peluang pada siswa untuk mementingkan pencapaian
individu.
Sec
ara umum TAI terdiri dari 8 komponen utama, yaitu:
a. Kelompok/Tim
Fungsi utama dari tim adalah agar menginat materi yang telah diberikan
dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan
mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik.
b. Tes Pengelompokan
Tes awal ini berguna untuk pembentukan kelompok agar penyebaran
siswa berdasarkan poin yang didapat pada tes awal tersebut heterogen. Selain itu
dalam tes awal dapat digunakan untuk menunjuk ketua atau asisten yang
memimpin suatu kelompok.
c. Materi Kurikulum
Pada proses pengajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat
pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan
masalah untuk penguasaan materi.
d. Kelompok Belajar
Berdasarkan tes pengelompokan, maka dibentuk kelompok belajar. Jika
ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya
atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan
dari guru.
e. Penilaian dan pengakuan tim

30

Setelah diberikannya tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai


berdasarkan kriteria tertentu, tim akan mendapatkan sertifikat /penghargaan atau
sejenisnya jika melampaui kriteria yang telah ditentukan.
f. Mengajar Kelompok
Materi pelajaran yang belum dipahami oleh kelompok dapat ditanyakan
kepada guru, dan guru menjelaskan materi yang ditanyakan pada kelompok
tersebut.
g. Lembar Kerja
Paket soal yang terdapat pada lembar kerja diberikan menurut tingkat
kesukaran soal, diurutkan dari materi yang mudah dilanjutkan materi yang sukar.
h. Mengajar seluruh kelas.
Sete
lah akhir pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru menghentikan program
pengelompokkan dan menjelaskan yang belum dipahami. Guru menyimpulkan
penekanan materi yang dianggap penting. Pada akhir pembelajaran diberikan
kesimpulan dari materi (Slavin, 2008: 102-104).
Kamuran Tarim-Fikri Akdenis (2007: 87) menyatakan bahwa: TAI
menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individu.
Metode TAI mementingkan dua hal pencapaian tim dan kerja individu, hal
tersebut dapat dinyatakan bahwa TAI memimpin untuk mendapatkan hasil
lebih baik dalam kelas matematika. Dalam TAI, siswa pertama memecahkan
masalah secara individu dan kemudian meminta bantuan anggota timnya.
Kemudian, mereka harus bekerja dalam sebuah tim untuk tujuan memeriksa
dan membantu satu sama lain untuk kesuksesan tim. Selanjutnya mereka
hanya akan berpindah pada tingkat berikutnya jika mereka memecahkan
beberapa masalah dengan tepat. Dengan kata lain, dalam TAI, siswa bekerja
pada levelnya masing-masing, jadi, jika prasyarat ketrampilan mereka
kurang mereka dapat membangun fondasi yang kuat untuk mulai maju. Ini
sangat penting untuk membangun dasar yang kuat agar mampu belajar
struktur matematika, sebab jika konsep awal tidak dikuasai, tahap
berikutnya akan sulit untuk dipelajari. konsekuensinya, dapat dipikirkan
bahwa siswa dari TAI mungkin menguasai kelemahan mereka sebelum
pembelajaran yang lebih baik. Kesimpulannya, TAI dapat lebih sukses
karena ini mencakup dua tingkatan proses kontrol dan juga menggabungkan
kerja tim dan individu.
5. Aktivitas Belajar Siswa

31

Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas harus


melibatkan siswa yang menjadi subyek belajar. Aktivitas siswa diperlukan agar
suasana kelas menjadi hidup.
Kata aktivitas sendiri berasal dari bahasa Inggris activity yang berarti
kegiatan (Kamus Inggris Indonesia, 1997:10). Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (1998:17) menyatakan bahwa, Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan atau
kesibukan. Jadi aktivitas merupakan bentuk kegiatan. Sedangkan, belajar adalah
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1998:13). Jadi aktivitas belajar merupakan suatu bentuk
kegiatan untuk merubah tingkah laku.
Pada umumnya peserta didik telah berusaha untuk belajar. Akan tetapi
kadar keaktifannya dalam belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan (1994 :
128-129) dapat dinyatakan dalam bentuk:
a. Prestasi belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat
penggunaan. Para siswa pada umumnya belajar dengan menghafal saja.
Apabila telah hafal, maka siswa telah merasa cukup. Padahal dalam belajar,
prestasi belajar tidak hanya dinyatakan dalam penguasaan saja tapi juga perlu
adanya penggunaan dan penilaian.
b. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru dan satu
dua buku bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat
penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku itu dikuasainya
dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang optimal karena miskin
nya sumber-sumber belajar yang digunakan.
c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara
optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Jarang sekali diadakan diskusi dan
diberikan tugas-tugas yang menandai. Hal ini pun tidak jarang kurang
diunjang oleh penugasan dan ketrampilan guru dalam menggunakan metodemetode tersebut.
Ros
seau dalam S. Nasution (2000 : 86) Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan

32

harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri dengan bekerja


sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri,
tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Lebih lanjut
Montessori dalam S. Nasution (2000 : 86) menegaskan bahwa Anak-anak itu
memiliki tenagatenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.
Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana
perkembangan anak didiknya. Dari dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
yang lebih banyak melakaukan aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu
sendiri, sedangkan pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan
kegiatan untuk anak didiknya.
Dari
uraian diatas jelaslah bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif sendiri.
Dengan kata lain dengan belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa
aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Dal
am kegiatan belajar mengajar aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental. Dalam belajar kedua aktivitas itu harus selalu
terkait. Sebagai contoh, seseorang sedang belajar dengan menbaca. Secara fisik
terlihat bahwa orang tadi membaca, tetapi mungkin fikirannya tidak tertuju pada
buku yang dibaca, kalau sudah demikian belajar itu tidak akan optimal. Atau ada
seseorang yang berfikir tentang sesuatu atau ide-ide yang perlu diketahui oleh
orang lain, tapi kalau tidak disertai dengan aktivitas fisik misalnya dituangkan
dalam tulisan atau disampaikan pada orang lain, maka ide atau pemikiran tadi
tidak ada gunanya. Dengan demikian jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas,
baik yang bersifat fisik mauppun mental. Kaitan antara keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal.
Men
urut Paul B. Dienrich sebagaimana dikutip oleh S. Nasution (2000:91), jenis
aktivitas antara lain:

33

a. Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan


gambar demonstrasi, percobaan pekerjaan lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
d. Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
e. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bergairah, berani, tenang, gugup.
f. Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan, uraian, peta, diagram,
pola, dan sebagainya.
g. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola, dan sebagainya.
h. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada aktivitas siswa
dalam belajar kimia meliputi: oral activities, writing activities, mental activities
dan listening activities.
6. Prestasi Belajar
Bela
jar merupakan suatu proses, prestasi belajar berupa suatu bentuk perubahan di
mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi belajar
sebagai wujud keberhasilan proses tersebut.
Men
urut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43), prestasi belajar adalah hasil dari
pengukuran serta penilaian usaha belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar
siswa, guru dapat mengetahui kedudukan siswa termasuk kelompok anak pandai,
sedang

atau

kurang.

Lebih

lanjut

Sutratinah

Tirtonegoro

(2001:43)

mengemukakan bahwa prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
maupun simbol pada tiap-tiap periode tertentu.

34

Dap
at pula dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa
selama mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat digunakan
sebagai masukan bagi pengajar untuk mngetahui tingkat kemampuan siswa dalam
menguasai materi yang diberikan.
Dal
am pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem penilaian
ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Aspek Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada
percobaan yang dilakukan. Untuk aspek pengetahuan, evaluasi dapat digunakan
melalui tes lisan maupun tertulis yang relevan dengan indikator pencapaian hasil
belajar dalam materi pokok tersebut.
Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang
meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi: fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkam proses

ilmiah meliputi: pengamatan,

pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi (Mulyati Arifin, 1995 : 24).


b. Aspek Afektif
Terdapat lima tingkatan dalam ranah afektif, menurut taksonomi
Krathwohl, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan
characterization. Dari beberapa tingkatan tersebut, ranah afektif mempunyai
karakteristik, karakteristik tersebut antara lain:
1) Sikap

Sikap menurut Fishbein dan ajzen adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep,
atau orang. Obyek sekolah adalah sikap peserta didik terhadap sekolah dan mata
pelajaran.
2) Minat

35

Menurut Getzel, minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui


pengalaman yang mendorong seseorang memperoleh obyek khusus, aktivitas,
pemahaman dan ketrampilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian. Hal penting
pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik
afektif yang memiliki intensitas tinggi.
3) Konsep diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta
didik. Selain itu informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi
belajar peserta didik dengan tepat.
4) Nilai

Nilai menurut Rokeach adalah suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan atau perilaku yang dianggap baik atau jelek. Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh Tyler, yaitu nilai adalah suatu obyek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, atau
ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
karena itu sekolah harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan
nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik dalam memperoleh
kebahagiaan personel dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.
5) Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan sesorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang

36

berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan
seseorang (Depdiknas, 2003 : 5-10).
c. Aspek Psikomotor
Pengukuran keberhasilan pada aspek ketrampilan ditujukan pada
keterampilan dalam merangkai alat, ketrampilan kerja dan ketelitian dalam
mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa,
bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum,
khususnya dalam merangkai alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan
menyimpulkan. Dengan kata lain, ingin diketahui sejauh mana praktikan telah
mrnguasai keterampilan proses IPA. Penguasaan terhadap aspek keterampilan ini
dapat diukur malalui tes observasi, yang dilakukan guru langsung pada siswa
yang melakukan praktikum, yaitu dengan mengamati cara kerja siswa.
Dal
am penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah prestasi kognitif dan
afektif.
7. Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan materi kimia yang didalamnya diuraikan peranan
elektron pada pembentukan ikatan kimia, setelah itu dibahas berbagai jenis ikatan
kimia, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, serta ikatan
logam.
a. Peranan Elektron Pada Pembentukan Ikatan Kimia
1) Elektron-elektron, terutama yang berada pada kulit terluar, memainkan
peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
2) Pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya perpindahan satu atau lebih
elektron dari satu atom ke atom yang lain.
3) Pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari pemakaian bersama pasangan
elektron di antara atom-atom.
4) Perpindahan atau pemakaian bersama elektron bertujuan agar setiap atom
yang terlibat mendapatkan suatu konfigurasi yang mantap (Ralph Petruci,
2002 : 270).
b Aturan Oktet

37

Terdapat kecenderungan untuk atom-atom dengan nomor atom yang


selisihnya dengan nomor atom suatu gas mulia 3 satuan atau kurang, untuk
membuang atau menarik elektron sedemikian rupa untuk membentuk ion yang
isoelektronik dengan gas mulia itu. Ion semacam itu mempunyai delapan elektron
dalam tingkatan energi utamanya yang tertinggi. Kecenderungan ini disebut
aturan oktet (Keenan, 2001 :156).
c

Lambang Lewis
Lambang Lewis suatu unsur terdiri dari lambang unsur kimia biasa yang

dikelilingi oleh sejumlah titik. Lambang kimia melambangkan butir atom yang
terdiri dari elektron pada inti atom dan kulit bagian dalam. Titik-titik
melambangkan elektron pada kulit terluar, atau elektron valensi. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar 1 (Ralph Petruci, 2002 : 270).

Gambar 1. Contoh lambang Lewis untuk unsur gas mulia dan lainnya.
d. Ikatan Ion
Ikatan Ion terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara atom
logam dan sebuah atom bukan logam. Dalam perpindahannya atom logam
menjadi ion yang bermuatan positif ( kation) dan atom bukan logam menjadi ion
bermuatan negatif (anion). Lihat contoh-contoh ikatan ion pada gambar 2.

Gambar 2. contoh ikatan ion

38

Sec
ara umum sifat fisis senyawa ion, antara lain: umumnya senyawa ion dapat larut
dalam air. Dalam keadaan cair atau terlarut dalam air, senyawa ion dapat
menghantarkan arus listrik. Titik lebur dan titik didih tinggi. Kristal senyawa ion
merupakan zat padatyang keras tetapi rapuh.
e. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan ikatan antar atom berdasar penggunaan elektron
secara bersama-sama. Umumnya terjadi antara atom-atom non logam dengan
atom non logam.
1) Ikatan kovalen tunggal
Suatu ikatan kovalen yang terdiri dari sepasang elektron. Contoh
pembentukan ikatan kovalen tunggal dapat dilihat pada senyawa HCl berikut.

Gambar 3. Contoh pembentukan ikatan kovalen tunggal


2) Ikatan kovalen rangkap
Ikatan kovalen rangkap melibatkan penggunaan bersama lebih dari satu
pasang elektron oleh atom yang berikatan. Untuk mencapai konfigurasi stabil gas
mulia, dua atom tidak saja dapat membentuk ikatan dengan sepasang elektron,
tetapi juga dengan dua atau tiga pasang elektron. Ikatan dengan dua pasang
elektron milik bersama disebut ikatan kovalen rangkap dua, dan ikatan dengan
tiga pasang elektron milik bersama disebut ikatan kovalen rangkap tiga.
Sebagai contoh dalam molekul O2 terdapat ikatan kovalen rangkap dua,
oksigen mempunyai 6 elektron valensi, maka untuk mencapai kesetabilan masingmasing atom oksigen memerlukan tambahan 2 elektron, sedangkan pada molekul
nitrogen (N2) terdapat ikatan kovalen rangkap tiga.

Gambar 4. Contoh ikatan kovalen rangkap

39

Dalam pembentukan ikatan kovalen belum tentu semua elektron valensi


digunakan untuk membentuk pasangan elektron bersama. Pasangan elektron yang
digunakan bersama oleh dua atom yang berikatan disebut pasangan elektron
ikatan (PEI). Sedangakan pasangan elektron yang tidak digunakan oleh kedua
atom dalam ikatan disebut pasangan elektron bebas (PEB).

Gambar 5. Pasangan Elektron Ikatan dan Pasangan elektron Bebas


Atom nitrogen memerlukan tiga elektron untuk mendapatkan susunan
elektron gas mulia, sedangkan atom hydrogen hanya memerlukan sebuah elektron
untuk mempunyai susunan elektron gas mulia. Oleh karena itu, setiap atom
nitrogen memerlukan tiga atom hydrogen untuk membentuk senyawa NH3.
3) Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron
yang digunakan dalam ikatan hanya berasal dari salah satu atom saja. Ikatan
kovalen koordinasi umumnya terjadi pada molekul yang juga mempunyai ikatan
kovalen biasa.

Gambar 6. Contoh pembentukan ion NH4+ dari molekul NH3 dan ion H+ .
f. Pengecualian aturan oktet
Secara garis besar pengecualian aturan oktet dapat dikelompokkan dalam
tiga kelompok yaitu:

40

1) Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet


Termasuk dalam kelompok ini adalah senyawa yang atom pusatnya
mempuanyai elektron valensi kurang dari empat, sehingga setelah semua elektron
valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet.

Gambar 7. Contoh senyawa yang tidak sesuai dengan aturan oktet (BCl3)
2) Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Senyawa yang jumlah elektron valensinya ganjil tidak mungkin memenuhi
aturan oktet, lihat gambar 8.

Gambar 8. Senyawa NO2


3) Senyawa yang melampaui aturan oktet
Unsur-unsur dari periode 3 atau lebih dapat melampaui lebih dari 8
elektron pada kulit terluar.

(Ral
ph Petruci, 2002 : 274-283).
Gambar 9. Senyawa PCl5
g. Kepolaran senyawa kovalen
Kepolaran suatu senyawa kovalen dapat ditentukan oleh beberapa hal,
yaitu:
1) Pasangan elektron ikatan (PEI)
Suatu ikatan kovalen disebut polar bila PEI tertarik kuat kesalah satu
atom. Adanya kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan

41

maka makin besar pula kepolaran ikatan. Sementara ikatan pada suatu senyawa
disebut kovalen non polar bila PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Misalnya pada senyawa HCl, tarikan atom Cl terhadap PEI lebih kuat
daripada atom H karena keelektronegatifan Cl lebih besar daripada H sehingga
terjadi dua kutub/dipol dalam molekul HCl. Ikatan kovalen macam ini disebut
polar/ berkutub. Atom yang keelektronegatifannya lebih besar menjadi kutub
negatif dan sebaliknya, molekul yang memilki dipol disebut ikatan kovalen polar.
2) Pasangan elektron bebas (PEB)
Untuk molekul yang mengadung tiga atau lebih atom, kepolaran dapat
ditentukan berdasar PEB yang dimilki atom pusat/atom yang berada ditengah
molekul.

Jika atom pusat tidak mempunyai PEB, maka bentuk molekul simetris
sehingga PEI tertarik sama kuat kesemua atom, disebut nonpolar.
Contoh: CH4, CO2

Jika atom pusat mempunyai PEB, maka bentuk molekul asimetris sehingga
PEI atom ke atom pusat, disebut polar.
Contoh: H2O, NH3.
3) Atom penyusun ikatan
Untuk yang mengadung dua atom, kepolaran dapat ditentukan dari atom

penyusunnya.

Jika kedua atom sejenis naka ikatannya adalah kovalen non polar, missal: H2,
O2. N2.

Jika kedua atom tidak sejenis maka ikatannya adalah kovalen polar, missal:
HCl, HBr, dan H2O
4) Momen dipol
Kepolaran suatu molekul dapat diketahui dari harga momen dipol.

Semakin besar momen dipol sifatnya makin polar, senyawa nonpolar momen
dipolnya adalah 0.
Berdasarkan kepolarannya, senyawa kovalen dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Senyawa Kovalen Non Polar

42

Senyawa kovalen non polar terjadi bila dua atom non logam sejenis atau
dua atom non logam yang mempunyai keelektronegatifan yang sama saling
membentuk molekul (momen dipol = 0 atau tidak terjadi polarisasi) dengan ciri
bentuk molekul simetris.
Contoh:
Molekul sejenis: H2, O2, N2, dll
Molekul tak sejenis tapi simetris: BeF2, BH3, BCl3, CH4, dll
2) Senyawa Kovalen Polar
Senyawa ini dapat terjadi pada atom-atom non logam yang tidak sejenis
atau atom-atom yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang besar.
Dalam molekul kovalen polar, pasangan elektron milik bersama terletak lebih
dekat pada inti elektron dari yang mempunyai keelektronegatifan besar.
Contoh:
Senyawa-senyawa kovalen polar: HCl, HF, HI, H2O, NH3, dll. (Keenan, 2001
:168).
h. Ikatan Logam
Ikatan antar atom dalam unsur logam dengan menggunakan interaksi
elektron valensi. Menurut teori awan elektron, kristal logam terdiri atas kumpulan
ion logam bermuatan positif didalam larutan elektron yang mudah bergerak.
Ikatan logam terdapat antara ion logam positif dan elektron yang mudah bergerak
tersebut, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 10.

Gambar 10.
(Ralph Petruci, 2002 : 336).

43

i. Perbandingan Sifat Senyawa Ion Dengan Senyawa Kovalen


Untuk memastikan apakah suatu senyawa bersifat ionik atau kovalen,
khususnya jika perbedaan keelektronegatifan tidak terlalu besar, perlu dilakukan
pengamatan terhadap sifat-sifatnya, seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel perbedaan senyawa ion dengan senyawa kovalen.
No Perbedaan

Senyawa ion

Senyawa kovalen

a. relatif tinggi

a. relatif rendah

b. mendidih di atas

b. mendidih di bawah 200oC

sifat
1.

Titik didih

900oC

c. Pada suhu kamar berupa

c. Pada suhu kamar

2.

padatan dengan titik leleh

senyawa ion berupa

yang relatif rendah, ada

zat padat, keras tetapi

yang berupa cairan, ada

rapuh

yang berupa gas.

Kemudahan

tidak ada senyawa ion senyawa kovalen dengan titik

menguap

yang

(volatilitas)

menguap)

volatil

(mudah didih rendah pada suhu kamar


sudah cukup banyak yang
menguap

3.

Kelarutan

a. Larut dalam air

a. Tidak larut dalam air

b. tidak larut dalam

b. lebih mudah larut dalam

pelarut organik

pelarut yang kurang atau


nonpolar

4.

Daya hantar a. senyawa ion padat


listrik

a. lelehan maupun padatan

tidak menghantarkan

tidak dapat menghantar

listrik

listrik

b. lelehan dapat
menghantarkan listrik

B. Kerangka Berfikir

44

Ber
dasarkan latar belakang dan kajian pustaka, dapat disusun kerangka berpikir
sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TAI terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok ikatan kimia.
Ikatan kimia merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran
kimia yang dianggap sulit bagi siswa, karena banyak materinya yang bersifat
abstrak yang memadukan imajinasi dan hafalan yang menuntut siswa berpikir
keras. Materi pokok ikatan kimia akan mudah dipahami oleh siswa jika siswa
terlibat langsung dalam proses penemuan konsep, sehingga siswa dapat
membuktikan konsep yang ada dan konsep itu lebih tahan lama dalam ingatan
siswa.
Prestasi belajar siswa rendah dikarenakan penggunaan metode ceramah
siswa tidak terlibat langsung dalam penemuan dan pemahaman konsep materi
ikatan kimia tapi siswa hanya pasif mendengarkan apa yang disampaikan guru,
meskipun pada pelaksanaannya metode ceramah tidak hanya ceramah saja tapi
disertai dengan pemberian tugas dan PR namun siswa tidak didorong menemukan
sendiri pemahamannya sehingga sulit memahami dan menghafal materi ikatan
kimia.
Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi
pokok ikatan kimia dan melibatkan siswa dalam proses penemuan konsep, antara
lain: metode Jigsaw dan TAI. Pengunaan metode Jigsaw dan TAI tentu akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dalam metode jigsaw siswa dituntut untuk berdiskusi dalam 2 kelompok,
yaitu: kelompok asal dengan tiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab
materi berbeda-beda, kemudian siswa dituntut berdiskusi dalam kelompok ahli
membahas materi yang sama menjadi tanggung jawab mereka. Setelah itu
kembali lagi ke kelompok asal untuk berbagi dengan anggota kelompoknya
tentang materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli, supaya semua
anggota menguasai semua materi.

45

Sedangkan untuk metode TAI, siswa melakukan diskusi 1 kali disertai


dengan mengerjakan tugas baik individu maupun kelompok, dalam kegiatan
tersebut siswa akan berdiskusi dengan kelompoknya, jika ada kesulitan
dipecahkan bersama-sama. Selanjutnya mencocokkan hasil mengerjakan mandiri
dengan teman sekelompok. Setelah soal selesai dikerjakan maka dicocokkan
dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk
kemudian diberikan penilaian oleh guru. Dari diskusi yang mereka lakukan, maka
diharapkan siswa dapat menemukan konsep yang harus ditemukan sesuai materi
yang diberikan. Selain itu dalam kegiatan diskusi mereka dapat saling bertukar
pendapat dan membagi pengetahuannya kepada siswa yang lain dan guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator dalam diskusi tersebut.
Berdasarkan hal diatas maka diprediksikan siswa yang diajar dengan
metode Jigsaw dan metode TAI prestasi belajarnya lebih tinggi daripada siswa
yang diajar dengan metode ceramah. Tetapi penggunaan metode Jigsaw lebih
efektif daripada TAI karena aktivitas belajar siswanya lebih tinggi dalam proses
pembelajaran materi ikatan kimia.
2. Perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki aktivitas belajar siswa tinggi
dan aktivitas belajar rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
ikatan kimia.
Materi pokok ikatan

kimia adalah rangkaian konsep-konsep yang

dimunculkan dari hasil pemahaman dari bentuk suatu ikatan dan proses terjadinya
ikatan tersebut sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan daya imajinasi tinggi.
Aktivitas belajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa dilihat dari sifat materi
ikatan kimia yang memerlukan kemampuan berimajinasi yang tinggi, sehingga
tidak semua siswa mampu memahaminya. Aktivitas belajar inilah yang
mendorong siswa untuk berdiskusi saling berbagi antara siswa yang lebih
berimajinasi dengan yang kurang daya imajinasinya. Kelompok siswa aktivitas
tinggi akan cenderung lebih bertanggung jawab dalam belajar dan menyelesaikan
tugas, memiliki dorongan untuk berprestasi.
Kelompok aktivitas belajar rendah cenderung tidak dapat melihat hal-hal
yang baru dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga

46

kemampuannya tidak berkembang. Dengan keadaan seperti ini tidak akan ada
usaha untuk memecahkan masalah untuk menemukan jawaban. Keadaan yang
demikian akan menurunkan minat belajar sehingga prestasi belajar bisa menjadi
rendah.
Berdasarkan hal diatas, maka diprediksikan bahwa siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi akan mendapat prestasi belajar yang lebih tinggi daripada
siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.
3. Interaksi antara metode Jigsaw dan metode TAI dengan aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia.
Pada pengajaran materi pokok ikatan kimia dengan metode pembelajaran
Jigsaw dan TAI dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa, dimungkinkan
akan terjadi fenomena dimana siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi yang
diajar dengan metode pembelajaran Jigsaw prestasi belajarnya akan lebih baik
dari pada yang diajar dengan metode TAI.
Sedangkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah yang diajar
dengan metode pembelajaran TAI diharapkan akan mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik karena siswa dituntut untuk mengerjakan tugas secara berurutan
mulai dari materi yang mudah ke materi yang sukar, sehingga siswa akan
berusaha mengauasai materi dengan baik agar tidak ketinggalan dengan siswa
lainnya.
Berdasarkan hal diatas, maka diprediksikan ada interaksi antara metode
pembelajaran yaitu Jigsaw dan TAI, dengan aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa.

47

Aktivitas
aktivitas
rendah

aktivitas

berperan

tinggi

dalam
proses

metode

Metode

TAI

ceramah

metode TAI

prestasi

siswa aktif, melakukan 1

belajar

kali diskusi

prestasi
belajar
siswa
rendah

siswa
pasif, tidak
ada diskusi

metode JIGSAW

metode

siswa lebih aktif,

JIGSAW

melakukan 2 kali diskusi

prestasi
belajar

Aktivitas
aktivitas

berperan

aktivitas

rendah

dalam

tinggi

siswa lebih

proses

Gambar 11. Bagan Kerangka Pemikiran

C. HIPOTESIS
Ber
dasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terhadap
prestasi belajar siswa materi pokok ikatan kimia.
2. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang
lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas belajarnya rendah.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran Jigsaw dan TAI dengan aktivitas belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.

48

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tem
pat penelitian dilaksanakan di kelas X semester I SMA Negeri 1 Ngemplak tahun
ajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Pen
elitian ini dilakukan sejak bulan Juli 2009 sampai bulan Desember 2009.
B. Metode Penelitian
Pen
elitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan rancangan desain yang
digunakan adalah faktorial desain 2x2. Adapun rancangan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Metode Pembelajaran

Aktivitas Belajar Siswa


Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Jigsaw (A1)

A1B1

A1B2

TAI (A2)

A2B1

A2B2

Keterangan:
A

Metode pembelajaran
A1

Metode pembelajaran JIGSAW


A2

Metode pembelajaran TAI


B
Aktivitas Belajar Siswa

49

B1

Aktivitas Belajar Siswa tinggi


B2

Aktivitas Belajar Siswa rendah

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Pop
ulasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA N 1 Ngemplak tahun
ajaran 2009/2010.
2. Sampel
Pen
entuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random
sampling. Dalam hal ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat
peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tapi kelas.
Dari keenam kelas yang sudah ada di kelas X SMA N 1 Ngemplak, Boyolali
dilakukan pengambilan sacara random dua kelas untuk dijadikan sampel. Kelas
pertama untuk TAI dan kelas kedua untuk Jigsaw. Selanjutnya untuk mengetahui
kesamaan kemampuan awal, kedua kelas akan di uji t dua pihak terhadap nilai
materi pokok sebelumnya (Struktur atom).

D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat
yaitu:
1. Variabel bebas
a. Metode pembelajaran
1) Definisi Operasional:
a) Metode jigsaw merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk menguasai semua materi dengan berdiskusi dalam kelompok
asal maupun kelompok ahli.

50

b) Metode TAI merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa


untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui LKS pada buku
mereka, dalam kegiatan tersebut siswa akan berdiskusi dengan
kelompoknya, jika ada kesulitan dipecahkan bersama-sama.
2) Skala pengukuran : nominal
b. Aktivitas Belajar Siswa
1) Definisi Operasional : Aktivitas belajar merupakan suatu bentuk kegiatan
untuk merubah tingkah laku. Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini
dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar kimia meliputi: berkomunikasi,
bertanya, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mengeluarkan
pendapat, menanggapi, mengambil keputusan, menarik kesimpulan dan
membuat laporan.
2) Skala pengukuran : nilai siswa

2. Variabel terikat
Vari
abel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang terdiri dari aspek
kognitif. Skala penilaian untuk aspek kognitif adalah skor dari 0 sampai 100,
sedangkan indikator terlampir.

E. Teknik Pengambilan Data


1. Sumber Data
Ses
uai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data prestasi belajar
siswa pokok bahasan ikatan kimia yang meliputi 2 aspek penilaian, yaitu kognitif
dan data penilaian aktivitas belajar siswa. Penilaian aspek kognitif diperoleh
langsung dari siswa menggunakan tes bentuk obyektif. Sedangkan penilaian
aktivitas belajar siswa dilakukan langsung oleh guru pada saat siswa mengadakan
unjuk kerja diskusi.
2. Instrumen Penelitian

51

Pen
elitian ini menggunakan dua macam instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan
instrumen penilaian. Instrumen pembelajaran berupa Rencana Pembelajaran (RP).
Instrumen penilaian berupa instrumen untuk penilaian aktivitas belajar dan
kognitif. Untuk mengetahui validitas item dari instrumen penelitian diadakan uji
coba soal. Untuk menguji item tersebut harus mempunyai persyaratan baik dalam
hal tingkat kesukaran, daya beda, validitas maupun reliabilitasnya. Uji coba
instrumen penilaian kognitif dilakukan pada siswa kelas XI Ilmu Alam SMA
Negeri 1 Ngemplak, Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Kemudian dilakukan uji
validitas dan reliabilitas, serta uji untuk menghitung tingkat kesukaran dan daya
beda.
a. Instrumen Penilaian Kognitif
Instr
umen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal obyektif
pokok bahasan ikatan kimia.

1) Tingkat Kesukaran Soal


Indeks

kesukaran

item

adalah

bilangan

yang

merupakan

hasil

perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dari suatu item (Masidjo,
2000:189). Indeks kesukaran soal ini digunakan untuk menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Untuk menunjukkan indeks kesukaran soal digunakan
rumus sebagai berikut:

Keterangan rumus:
IK
:
indeks kesukaran soal

52

B
:
jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
:
kelompok siswa
Skor maksimal: besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu
item
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
0,81-1,00

mudah sekali
0,61-0,80

mudah
0,41-0.60

sedang/ cukup
0,21-0,40

sukar
0,00-0,20

sukar sekali
(Masidjo, 2000: 189-192)
Rangkuman taraf kesukaran item soal setelah dilakukan try out dapat
dilihat pada tabel 3 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal.
Variabel
Soal tes prestasi belajar
ikatan kimia

Jumlah soal SM
40

MD

SD

SS

10

53

2) Daya Pembeda Soal


Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

Keterangan rumus:
ID

= indeks diskriminasi

KA

= jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa


yang tergolong kelompok atas

KB

= jumlah

jawaban benar yang diperoleh dari

siswa yang tergolong kelompok bawah


NKA atau NKB

= jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau


kelompok bawah

NKA atau NKB x Skor

= besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban


benar dari suatu item

Daya pembeda soal diklasifikasikan :


0,80 - 1,00

sangat membedakan (SM)


0,60 - 0,79

lebih membedakan (LM)


0,40 - 0,59

cukup membedakan (CM)


0,20 - 0,39

kurang membedakan (KM)


negatif - 0,19

sangat kurang membedakan (SKM)


(Masidjo, 2000: 189-192)
Rangkuman taraf pembeda item soal setelah dilakukan try out dapat dilihat
pada tabel 4 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Soal.
Variabel

Jumlah soal

SM

LM

CM

KM

SKM

54

Soal tes prestasi belajar

40

14

17

ikatan kimia

3) Validitas Soal
Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 2000: 242). Validitas yang diuji dalam
penelitian ini adalah validitas isi dan validitas item. Validitas isi adalah suatu
validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukuran
mencerminkan hal-hal yang mana diukur atau diteskan. Validitas item adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas item dilakukan
dengan menggunakan rumus product moment dari karl Pearson sebagai berikut:

Keterangan:
X

skor yang diperoleh seluruh siswa dari satu item


Y

skor total yang diperoleh siswa dari seluruh item


rxy

koefisien validitas
N

jumlah subyek
Kaidah pengujiannya adalah :
Jika r hitung

rtabel, maka signifikan.

Jika r hitung

rtabel, maka tidak signifikan.

Ketentuan tingkat kesalahan, = 0,05 dengan rumus derajad kebebasan (db) = n2.
Rangkuman hasil uji validitas item soal setelah dilakukan try out dapat dilihat
pada tabel 5 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Item Soal kognitif.

55

Variabel

Jumlah soal

Valid

Invalid

40

32

Soal tes prestasi belajar ikatan kimia

4) Reliabilitas Soal
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:

Keterangan:
r11

: reliabilitas instrumen

: banyaknya butir pertanyaan

Vt

: standar varians

: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

pq

: jumlah hasil perkalian antara p dengan q

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r


product moment. Apabila harga rhitung > rtabel maka tes instrumen tersebut adalah
reliabel (Suharsimi, 2006 : 187-188).
Adapun acuan penilaian reliabilitas suatu butir soal atau item adalah sebagai
berikut:
0,91-1,00

: Sangat Tinggi

0,71-0,90

: Tinggi

0,41-0,70

: Cukup

0,21-0,40

: Rendah

negatif- 0,20

: Sangat Rendah
(Masidjo, 2000:223)

56

Rangkuman hasil uji reliabilitas item soal setelah dilakukan try out dapat dilihat
pada tabel 6 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item Soal kognitif.
Instrumen
Soal tes prestasi belajar ikatan kimia

r11

Kriteria reliabilitas

0.778

tinggi

b. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa


Instr
umen penilaian aktivitas belajar siswa berupa lembar penilaian observasi kinerja
(Performance Assesment). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi sistematik, yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sejumlah
aspek yang dinilai dari kegiatan siswa selama melakukan diskusi.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji kesamaan rata-rata,
normalitas, dan homogensitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
a. Uji Kesamaan rata-rata
Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal. Dengan
cara menguji rata-rata nilai ulangan materi struktur atom antara kelas eksperimen
1 dan eksperimen 2. Uji yang digunakan adalah uji t dua pihak, dengan rumus:
t=

Sp 2 =

( X 1 - X 2)
1 1
Sp
+
n1 n 2

(n1 - 1) s1 2 + (n 2 - 1) s 2 2
n1 + n 2 - 2

Di mana:
X = rata-rata; n = jumlah; s 2 = varian ;

Daerah Kritik: DK = {tt < -t/2;n1+n2-2 atau t > t/2;n1+n2-2 }

57

(Budiyono, 2000: 156)


b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan metode
Liliefors. Pada metode Lilliefors, setiap data Xi diubah menjadi bilangan baku zi
dengan transformasi:

statistik uji untuk metode ini ialah:


L = MaksF(zi) S(zi)
Dengan;
F(zi) = P(Z zi)
Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah z zi terhadap seluruh zi
Sebagai daerah kritik untuk uji ini ialah:
DK = {LL > L;n }dengan n adalah ukuran sampel.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 13.
(Budiyono, 2004: 169-171)
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Untuk uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett. Rumus yang digunakan adalah :
(f log RKG fj log sj)
Dengan:

c 2 ~ c 2 (k 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
fj = nj-1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, , k;

58

f=Nk=

f
j =1

c=1+

SSj =

1
3(k - 1)

2
j

= derajat kebebasan untuk RKG

1 1
- ;
f j f
( X j )
nj

= (nj 1)sj2;

RKG = rataan kuadrat galat =

SS
f

daerah kritik: DK = { c 2 c 2 > c 2 ;k-1}


(Budiyono, 2000: 176-177)
Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 14.

2. Pengujian Hipotesis
a

Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi

dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek dua varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi kedua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Adapun modelnya sebagai berikut:
Xijk
+ a i + b j + (ab) ij + e ijk
Dengan:
Xijk

= data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j;

= rerata dari seluruh data (rerata besar);

ai

= i = efek baris ke-i pada variabel terikat;

bj

= j = efek kolom ke-j pada variabel terikat;

( ab )ij = ij ( + i + j)
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;

= m

59

e ijk

= deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( m ij) yang


berdistribusi normal dengan rataan 0

= 1,2; 1. pemberian pembelajaran dengan metode Jigsaw


2. pemberian pembelajaran dengan metode TAI

= 1,2; 1. Aktivitas belajar tinggi


2. Aktivitas belajar rendah

=1,2,3,n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel

Langkah-langkahnya sebagai berikut:


1) Hipotesis
a) HoA : a i = 0 untuk setiap i
H1A : a i 0 paling sedikit ada satu a i yang tidak nol
b) HoB : b i = 0 untuk setiap j
H1B : b j 0 paling sedikit ada satu b j yang tidak nol
c) HoAB : ( a b )ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ...,p dan j = 1, 2, ...,q
H1AB : ( a b )ij 0 paling sedikit satu ( a b )ij yang tidak nol
2) Komputasi
Rerata harmonik frekuensi seluruh sel
nh =

pq
1

i , j nij

Dengan : n h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel


P = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
2

ijk

k
; SS = X 2 - C
Cij =
ijk
ij
ij
k
n ij

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besar-besaran (1), (2), (3),


(4), dan (5) sebagai berikut.

(1) =

(2)

60

(3)

(5)

(4)
Terdapat lima jumlah kuadrat pada analisis variasi dua jalan, yaitu jumlah
kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi
(JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat total (JKT). Berdasarkan
sifat-sifat matematis tertentu dapat diturunkan formula-formula untuk JKA, JKB,
JKAB, JKG dan JKT sebagai berikut.
JKA

(3) - (1)
JKA

(4) - (1)
JKAB

(1) + (5) (3) (4)


JKG

(2) (5)
JKT

(2) (1)
(atau JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG)

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:


dkA

= p

dkB

= q

dkAB

= (p

1) (q 1)
dkG
(n 1) = N pq

= pq

61

dkT

= N

1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,
diperoleh rataan kuadrat berikut:

3) Statistik Uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
a) Untuk HoA adalah

yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N-pq;


b) Untuk HoA adalah

yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-pq;


c) Untuk HoAB adalah

yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1) (q-1) dan Npq;
4) Daerah Kritik
Untuk masing-masing nilai nilai F di atas, daerah kritiknya adalah sebagai
berikut:
a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { F/F > Fa; p-1, N-pq}
b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { F/ F > Fa;q-1, N-pq}
c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { F/ F > Fa; (p-1)(q-1), N-pq}

Untuk rangkuman anava dua jalan sel tak sama disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Anava dua jalan

62

Sumber

JK

DK

RK

Fobs

Fa

Baris (A)

JKA

p-1

RKA

Fa

F*

<a atau >a

Kolom (B)

JKB

q-1

RKB

Fb

F*

<a atau >a

JKAB

(p-1)(q-1)

RKAB

Fab

F*

<a atau >a

Galat(G)

JKG

N-pq

RKG

Total

JKT

N-1

Interaksi (AB)

(Budiyono, 2000: 224-228).


b Uji t Pihak Kanan
1) Menentukan Hipotesis
H0 : 1 = 2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen sama
dengan nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas kontrol)
H1 : 1 > 2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen lebih besar
dari nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas kontrol)
2) Taraf Signifikasi : = 0,05
3) Statistik Uji
S

(
n 1 - 1)S 12 + (n 2 - 1)S 22
=
n1 + n 2 - 2

t =
S

- X

1
n 1

1
n

Keterangan :
S2
n
t
X1

= standar deviasi sampel kelas eksp 1 dan kelas eksp 2.


= banyaknya sampel pada kelas
= nilai uji kesamaan
= rata-rata nilai tes kelas eksperimen

X 2 = rata-rata nilai tes kelas kontrol


4) Daerah Kritik

DK
= n1+n2 2
5) Keputusan Uji
H0 diterima jika t hitung < t tabel
H0 ditolak jika t hitung > t tabel

(Sud
jana, 2000: 239)
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar kognitif dan
afektif pada materi ikatan kimia dan skor aktivitas belajar siswa. Untuk lebih
memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan disajikan deskripsi
data hasil penelitian berikut ini.
1. Data Nilai Kognitif Siswa
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif siswa antara kelas
eksperimen Jigsaw dan kelas eksperimen TAI serta distribusi frekuensi dengan
pembanding Kelas Pembanding disajikan dalam tabel 8, 9, dan histogramnya pada
gambar 12, 13.
Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest
Antara Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
No
Nilai
Jigsaw
TAI

ii

siswa

Nilai

Tengah

Nilai

Frekuensi

Tengah

%
Frekuensi

12 19

15.5

0%

15.5

6.67 %

20 27

23.5

9.375 %

23.5

20 %

28-35

31.5

9.375 %

31.5

23.33 %

36-43

39.5

13

40.625 %

39.5

26.67 %

44-51

47.5

10

31.25 %

47.5

13.33%

52-59

55.5

6.25 %

55.5

10 %

60-67

63.5

3.125 %

63.5

0%

Jumlah

276.5

32

100 %

276.5

30

100 %

Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest


Antara Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI)
serta Kelas Pembanding (Ceramah).
nilai
nilai
Kelas Jigsaw
Kelas TAI
Kelas
No
siswa
tengah
Pembanding
F
%F
F
%F
F
%F
40%
1
12 19
15.5
0
0%
2
6.67 %
12
2

20 27

23.5

9.375 %

20 %

30%

28-35

31.5

9.375 %

23.33 %

6.67%

36-43

39.5

13

40.625 %

26.67 %

0%

44-51

47.5

10

31.25 %

13.33%

10%

52-59

55.5

6.25 %

10 %

10%

60-67

63.5

3.125 %

0%

3.33%

jumlah

276.5

32

100 %

30

100 %

30

100 %

ii

iii

Gambar 12. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara Kelas
Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI)

Selisih Nilai Postes dan Pretes


15

13

12

10

is10
n
e
u
k
e
rf
5

6
2

jigsaw
tai
kontrol

4
2

33

0
12 19 20 27

28-35

36-43
44-51
nilai siswa

52-59

60-67

Gambar 13. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara Kelas
Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI) serta Kelas
Pembanding (Ceramah).
Berdasarkan data diatas, rata-rata nilai kelas, untuk metode Jigsaw 41.80,
TAI 35.52 dan ceramah 27.72. Karena rata-rata nilai kelas Jigsaw dan TAI lebih

iii

iv

tinggi daripada rata-rata nilai kelas ceramah maka dapat disimpulkan kedua
metode efektif digunakan dalam pembelajaran materi ikatan kimia, dan metode
Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terlihat pada nilainya yang lebih tinggi.

2. Data Skor Aktivitas Belajar Siswa


Data
aktivitas belajar siswa diperoleh dari angket kinerja dan dikelompokkan dalam 2
kategori yaitu kategori aktivitas belajar tinggi dan rendah. Siswa yang terdiri dari
30 siswa kelas TAI dan 32 siswa kelas Jigsaw, terdapat 29 siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi dan 33 siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.
Secara rinci disajikan dalam Tabel 10, sedangkan distribusi frekuensi skor
aktivitas belajar siswa disajikan dalam tabel 11 dan histogram pada gambar 14.

Tabel 10. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah

Aktivitas Belajar
Siswa
Tinggi

Rendah

17

16

Total

32

30

No

Jumlah Siswa
Kelas Jigsaw
Kelas TAI
15
14

Total
29
33

Tabel 11. Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Aktivitas belajar Siswa Antara
Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
Kelas Jigsaw
Kelas TAI
Nilai
No
Nilai Frekuensi
%
Frekuensi
%
siswa
Tengah
Frekuensi
Frekuensi
1
34-38
36
1
3.125 %
5
16.67 %
2

39-43

41

15.625 %

13.33 %

44-48

46

21.875 %

23.33 %

49-53

51

12.5 %

26.67 %

54-58

56

12

37.5 %

13.33 %

59-63

61

9.375 %

6.67 %

iv

Jumlah

32

100 %

30

100 %

Gambar 14. Histrogram Skor Aktivitas Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen I
(Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sesu
ai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji t-matching, uji
normalitas Liliefors dan uji homogenitas varian Barlett.
1. Uji t-matching
Uji
t-matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel dalam
penelitian. Dalam penelitian ini uji t-matching dilakukan dengan mencari
kesetaraan nilai materi pokok sebelum ikatan kimia, yaitu struktur atom pada
kelas eksperimen-1 yang menggunakan metode TAI dan kelas eksperimen -2 yang
menggunakan metode Jigsaw. Hasil uji t-matching diperoleh harga thitung sebesar
0.1245yang lebih kecil dari ttabel yaitu 1.96. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara rata-rata nilai struktur atom siswa kelas TAI dan Jigsaw.
Dengan demikian kedua sampel setara.
2. Uji Normalitas

vi

Uji
normalitas terhadap skor aktivitas belajar siswa, selisih nilai kognitif pada taraf
signifikansi 5% tertera pada lampiran 13 dan dirangkum pada Tabel 12, dan 13.
Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Skor Aktivitas Belajar Siswa.
Kelompok Siswa
Lo
Ltabel
Kesimpulan
Kelas metode TAI

0.0734

0.1610

Normal

Kelas metode Jigsaw

0.0723

0.1566

Normal

Tabel 13. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif
Siswa.
Kelompok Siswa
Lo
Ltabel
Kesimpulan
Kelas metode TAI

0.0827

0.1610

Normal

Kelas metode Jigsaw

0.1292

0.1566

Normal

Aktivitas belajar tinggi

0.0947

0.1640

Normal

Aktivitas belajar rendah

0.1024

0.1542

Normal

Aktivitas tinggi kelas TAI

0.1475

0.2270

Normal

Aktivitas rendah kelas TAI

0.1107

0.2130

Normal

Lo

Ltabel

Kesimpulan

Aktivitas tinggi kelas Jigsaw

0.1580

0.2200

Normal

Aktivitas rendah kelas Jigsaw

0.1857

0.2060

Normal

Kelompok Siswa

Ber
dasarkan hasil uji normalitas diatas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh
harga Lo yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi = 0.05. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas skor aktivitas belajar siswa, selisih nilai kognitif
menggunakan metode Barlett dengan taraf signifikansi 0.05 dapat dilihat pada
Tabel 14, 15, dan 16.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa.
Prestasi
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan

vi

vii

Kognitif

0.1492

3.841

Homogen

Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Aktivitas Belajar Siswa


X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
0.2218

3.841

Homogen

Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa dengan
Memperhatikan Aktivitas Belajar Siswa.
Prestasi
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
Kognitif

1.3674

3.841

Homogen

Dari
tabel hasil uji homogenitas diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh
harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (X2hitung < X2tabel ). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi
yang homogen. Perhitungan uji homogenitas secara lengkap pada Lampiran 14.

C. Pengujian Hipotesis
Sete
lah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis
penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi dua jalan sel tak
sama (lampiran 15). Selain itu hipotesis pertama dilakukan uji tambahan
menggunakan uji t pihak kanan ( lampiran 22).
Hasi
l analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap selisih nilai prestasi
belajar kognitif materi ikatan kimia ditinjau dari variabel-variabel metode
pengajaran dan aktivitas belajar siswa dirangkum dalam tabel 17 dan 18.
Tabel 17. Rangkuman Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Kognitif
Aktivitas Belajar
TAI
Jigsaw
Total
Tinggi

40.36

45.26

vii

85.62

viii

Rendah

31.29

38.75

Total

71.65

84.01

70.04

Tabel 18. Rangkuman Hasil Analsis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Kognitif.
Sumber
JK
dk RK
Fobs F
Keputusan
Metode Mengajar (A)

588.701

588.701

6.188

4.00

H0A Ditolak

Aktivitas Belajar (B)

935.213

935.213

9.831

4.00

H0B Ditolak

Interaksi

25.263

25.263

0.266

4.00

H0AB

Galat

5517.552

58

95.130

Total

7066.729

61

Diterima

Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji t Pihak Kanan Selisih Nilai Pretes Postes Kognitif
Sampel Jigsaw TAI
Ceramah tobs Jigsaw tobs TAI- tobs Jigsaw-Ceramah Ceramah= TAI = 2.286
n
32
30
30
= 4.144 > 2.153
> > ttabel =1.65
rerata
41.80
35.52
27.72
ttabel =1.65 ttabel = 1.65
variansi 86.04
131.15 249.52
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa:
a Pada efek utama baris (A), tabel 18 menunjukkan Fobs > F = 6.188 > 4
dengan keputusan uji Ho ditolak. Pada uji t pihak kanan Jigsaw menghasilkan
prestasi kognitif lebih baik daripada TAI dan Ceramah terlihat pada tobs>ttabel,
lihat tabel 19. Rata-rata selisih nilai kognitif siswa pada kelas Jigsaw 41.80
dan kelas TAI 35.52. Dengan demikian, siswa yang diajar dengan Jigsaw
menghasilkan prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada TAI.
b Pada efek utama baris (B), tabel 18 menunjukkan Fobs > F = 9.831 > 4
dengan keputusan uji Ho ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dibanding
dengan siswa yang memiliki aktivitas rendah.
c Pada efek utama baris (AB), tabel 18 menunjukkan Fobs < F = 0.266 < 4
dengan keputusan uji Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang
signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan TAI terhadap
prestasi belajar siswa.
D. Pembahasan Hasil Analsis Data
Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah: (1) penggunaan metode
Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terhadap prestasi belajar siswa materi
pokok ikatan kimia. (2) siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas
belajarnya rendah. (3) terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan

viii

ix

metode pembelajaran Jigsaw dan TAI dengan aktivitas belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.
Hipotesis tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis variansi
dua jalan sel tak sama dengan hasil: 2 hipotesis diterima 1 ditolak. Adapun
pembahasan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 6.1884 untuk aspek kognitif
dimana Ftabel = 4.00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5%, maka untuk
prestasi aspek kognitif H0A ditolak dan H1A diterima. Hal ini berarti ada perbedaan
yang signifikan terhadap nilai prestasi belajar kognitif siswa antara yang diajar
dengan metode Jigsaw dan TAI pada materi ikatan kimia.
Ber
dasarkan data rataan pada tabel 17, terdapat perbedaan rataan selisih nilai prestasi
belajar kognitif materi ikatan kimia pada kelas yang diajar dengan metode Jigsaw
dan kelas dengan metode TAI. Rataan selisih nilai prestasi kognitif pada kelas
yang diajar dengan metode Jigsaw lebih tinggi daripada kelas yang diajar dengan
metode TAI. Hal ini berlaku baik bila dilihat tanpa membedakan aktivitas belajar
maupun bila dilihat dari masing-masing aktivitas belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan atau tanpa membedakan aktivitas belajar siswa
penggunaan metode Jigsaw menghasilkan prestasi belajar siswa aspek kognitif
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode TAI pada materi pokok
ikatan kimia.
Met
ode pembelajaran Jigsaw menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga meminimalkan kekurang aktifan siswa di dalam proses
pembelajaran. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan pendapatnya, saling menghormati pendapat temannya, saling
berdiskusi, berargumentasi, serta melatih jiwa bertanggung jawab terhadap
kepentingan bersama dalam belajar. Selain itu, dalam pembelajaran Jigsaw siswa
dituntut untuk belajar secara berkelompok.
Apabila ada salah satu siswa yang belum memahami tentang materi pada

ix

tugasnya, maka siswa yang lain dalam kelompok ahlinya akan membantu
menjelaskan materi yang belum dipahami siswa tersebut. Selanjutnya siswa
tersebut dapat menjelaskan pada kelompok asal tentang materi yang menjadi
tugasnya dengan bahasa mereka sendiri yang lebih mudah ditangkap oleh teman
satu kelompoknya. Bila dalam kelompok asal ada siswa yang tidak bisa
menjelaskan materi yang menjadi tugasnya, maka teman satu kelompoknya akan
mengalami hal yang sama yaitu tidak menguasai materi tersebut, karena itu siswa
termotivasi berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai semua materi
terutama yang menjadi tugasnya, agar kelompoknya memperoleh nilai tertinggi.
Apabila tanggung jawab pribadi telah muncul dalam diri siswa maka, siswa akan
senantiasa merasa percaya diri menyelesaikan berbagai soal yang berkaitan
dengan materi tersebut. Sehingga siswa akan berusaha mendapatkan prestasi yang
tinggi.
Sedangkan untuk metode pembelajaran TAI siswa dituntut untuk saling
berbagi pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya, semuanya akan
berusaha menonjolkan peran individu tanpa mengabaikan aspek koopertif untuk
mendapatkan nilai terbaik dibanding kelompok lainnya. Selain itu, siswa juga
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menguasai semua
materi secara bersama-sama. Apabila ada salah satu siswa yang kurang memahami
materi tertentu, maka teman satu kelompoknya akan membantu menjelaskan
materi yang belum dipahami oleh siswa tersebut.
Tingginya nilai kognitif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran
Jigsaw disebabkan karena siswa yang diajar dengan metode Jigsaw, akan lebih
fokus pada suatu materi yang didiskusikan secara berulang. Rata-rata siswa akan
lebih memahami suatu materi apabila dipelajari secara berulang dan mampu
mengajarkan materi tersebut pada siswa yang lain.
Dari uraian di atas dapat diperkuat dengan adanya kelas pembanding yaitu
kelas yang diajar dengan metode ceramah. Kelas pembanding disini diajar dengan
metode ceramah tapi tetap diberikan penugasan dan latihan soal agar tetap
seimbang dengan metode Jigsaw serta TAI, namun terlihat hasilnya tetap lebih
baik dengan metode Jigsaw. Rata-rata kelas untuk metode Jigsaw 41.80, untuk

xi

metode TAI 35.52 dan untuk metode ceramah 27.72. Selain uji anava dilakukan
pula uji t pihak kanan untuk melihat efektifitas kedua metode dibanding dengan
metode ceramah, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 19, bahwa Jigsaw diuji
dengan ceramah hasilnya lebih tinggi Jigsaw, selanjutnya Jigsaw di uji t dengan
TAI hasilnya juga lebih tinggi Jigsaw dengan kata lain Jigsaw paling efektif
dibanding kedua metode itu. Hal ini disebabkan siswa kurang dilibatkan dalam
proses belajar mengajar, siswa menerima materi dari guru secara keseluruhan
setelah itu diberi latihan soal dan penugasan, sehingga siswa kurang aktif
berusaha belajar sendiri memahami suatu materi. Lebih banyak siswa akan
berusaha menghafal apa yang disampaikan guru, padahal kenyataannya materi
yang dihafal akan mudah dilupakan jika dibanding dengan materi yang dipahami.
Kalau siswa sudah bisa menjelaskan suatu materi pada siswa lain berarti siswa
tersebut telah memahami materi itu dengan baik, sehingga jika diberi soal dengan
variasi jawaban atau variasi soal tertentu akan lebih mudah mengerjakannya
dibanding dengan siswa yang hanya manghafalkan suatu materi.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 9.831 untuk aspek kognitif
yang melampaui harga Ftabel = 4.00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5%,
maka untuk prestasi kognitif H0B ditolak dan H1B diterima. Hal ini berarti ada
perbedaan pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa
pada materi ikatan kimia.
Ber
dasarkan data rataan pada tabel 17, terdapat perbedaan rataan selisih nilai prestasi
kognitif dan nilai prestasi materi ikatan kimia pada siswa yang memiliki aktivitas
belajar tinggi dan rendah. Rataan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi lebih tinggi daripada rataan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah, baik bila dilihat tanpa membedakan metode pembelajaran, maupun bila
ditinjau dari masing-masing metode pembelajaran. Maka dapat disimpulkan
bahwa tanpa membedakan metode pembelajaran maupun ditinjau dari masingmasing metode pembelajaran siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi

xi

xii

memiliki prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah pada materi ikatan kimia.
Sis
wa yang memiliki aktivitas belajar tinggi cenderung lebih bertanggung jawab
dalam belajar dan menyelesaikan tugas, memiliki dorongan untuk berprestasi,
mempunyai keinginan untuk memperluas wawasan, mandiri dalam belajar, suka
bekerjasama, sering bertanya, sering menjawab pertanyaan, sering berpendapat,
banyak berlatih, banyak membaca dan lain sebagainya. Dengan banyak
melakukan aktivitas belajar maka, siswa akan lebih mudah dala mengkonstruksi
pengetahuan dan pikirannya. dengan demikian dalam bekerja sama dengan
sesama anggota kelompoknya, siswa tersebut akan lebih memberikan kontribusi
yang mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang diharapkan.
3. Hipotesis Ketiga
Dari
hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 0.266 untuk aspek kognitif, dimana harga
Ftabel = 4,00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Fobs <
Ftabel sehingga untuk prestasi kognitif H0AB diterima dan H1AB ditolak. Hal ini
berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
Tida
k adanya interaksi berarti tidak ada efek yang berbeda pada metode Jigsaw dan
TAI pada aktivitas belajar siswa tinggi dan rendah. Untuk siswa dengan aktivitas
belajar tinggi baik di Jigsaw maupun TAI sama-sama mendapatkan prestasi yang
lebih tinggi daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
Sesuai yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1990:107), bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah
faktor yang berasal dari dalam dan luar diri. Faktor yang berasal dari dalam
berupa karakteristik fisiologis meliputi kondisi fisik dan panca indera,
sedangkan psikologis adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, aktivitas,
kemampuan kognitif. Faktor dari luar berupa lingkungan dan faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasi seperti kurikulum atau bahan pelajaran,
metode pembelajaran, guru, serta manajemen sekolah.
Pen

xii

xiii

elitian ini menggunakan uji keseimbangan dengan mengambil data dari nilai
ulangan materi sebelumnya (struktur atom) untuk mengetahui kondisi awal siswa.
Dari hasil uji keseimbangan tersebut dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor lain
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dianggap tidak berbeda.
Tida
k adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian Mugiarno (2009 : 60) bahwa tidak ada interaksi
antara metode pembelajaran interacting setting kooperatif dan metode ceramah
dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika dimana Fobs =
2,9617 < 3,1313 = F tabel.
Sum
arsono dalam penelitiannya (2006 : 5) menyatakan bahwa tidak ada interaksi
antara metode pembelajaran Jigsaw dan STAD dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Selain itu Salimatul Hidayah (2009 : 68) juga menyatakan
bahwa: harga FAB =0,034 < F tabel = 3,98, berarti tidak ada interaksi antara
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD dengan
aktivitas belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika pada pokok bahasan
getaran.
Berbagai uraian diatas memperkuat hasil penelitian ini bahwa memang
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Disamping itu dalam menentukan hipotesis ketiga referensi
tentang interaksi tersebut masih sangat terbatas.

xiii

xiv

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Ber
dasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI
pada materi ikatan kimia. Fobs = 6.1884 > Ftabel = 4,00, dan tobs = 4.144 > ttabel =
1.65 dengan rata-rata selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut 41.80 dan
35.52.
2. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar
kognitif pada materi pokok ikatan kimia yang lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki aktivitas belajar rendah. Fobs = 9.831 lebih besar dari Ftabel = 4,00,
sehingga Fobs > Ftabel, dengan rataan selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut
42.81 dan 35.02.
3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TAI dan Jigsaw dengan
aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar materi pokok ikatan kimia
siswa kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran
2009/2010. Harga Fobs = 0.266 dimana harga Ftabel = 4,00 sehingga Fobs < Ftabel.

B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara
sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka
sebaiknya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diterapkan sebagai alternatif

xiv

xv

dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sebaiknya dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya materi ikatan
kimia, guru memperhatikan aktivitas belajar siswa dan mendorong peningkatan
aktivitas belajar guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat diajukan saran-saran


sebagai berikut :
1. Untuk pengajaran materi ikatan kimia, sebaiknya menggunakan pembelajaran
Jigsaw. Agar pelaksanaan metode berjalan lebih baik, maka guru sebaiknya
memilih waktu yang panjang minimal dua jam pelajaran agar pelaksanaan
diskusi kelompok asal dan kelompok ahli tidak terputus karena akan
mempengaruhi

hasilnya,

selain

itu

guru

sebaiknya

mengusahakan

ketersediaan SPU di dalam kelas.


2. Karena aktivitas belajar mempengaruhi proses belajar untuk menghasilkan
prestasi belajar yang tinggi. Guru dapat mengusahakan agar penyajian
pembelajaran kimia menarik, sehingga menumbuhkan aktivitas belajar yang
tinggi. Selain itu guru sebaiknya mengukur keaktifan belajar siswa di setiap
materi dan mencari penyebab ketidak aktifan siswa tersebut agar dapat
diperbaiki dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
3. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pokok
bahasan kimia lain yang bersifat hafalan dan pemahaman.

xv

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Terjemahan


Helly, P. S. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Surabaya: Airlangga University Press.
Budiyono. 2000. Statistik Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas
Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta.
Echols, J. M. & Hassan Shadily. 1997. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., & Wood, J. H. 2000. Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Terjemahan A. H. Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Kilic, D. 2008. The Effect of the Jigsaw Technique on Learning the Concept of
the Principles and Methods of Teaching. World Applied Sciences Journal
4 (Supple 1): 109-114.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Masidjo. 2000. Penelitian Pencapaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Mugiarno. 2009. Perbandingan Metode Pembelajaran Interacting Setting
Kooperatif dan Metode Ceramah pada Prestasi Belajar Matematika
Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau dari Aktivitas Belajar
Siswa Kelas VIII Semester Genap SMPN 1 Nguter. Surakarta: UNS.
Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto, MP. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Petrucci, R. H. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Terjemahan
Suminar Achmadi. Jakarta: Erlangga.

xvi

xvii

Salimatul Hidayah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student


Team Achievement Division) dan TAI (Team Assisted Individualization)
Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Getaran dan
Gelombang untuk SMP Tahun Ajaran 2008/2009. Surakarta: UNS.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Terjemahan Nurulita. Bandung: Nusa Media.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarsono. 2006. Peranan Pembelajaran Kooperatif STAD dan Jigsaw Terhadap
Prestasi Belajar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta: UNS.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta : Bumi Aksara.
S. Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tabrani Rusyan A., Atang Kusdinara & Zaenal Arifin. 1990. Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarim, K. & Akdeniz, F. 2007. The Effect of Coopertive Learning on Turkish
Elementary Student Mathematic Achievement and Attitude Towards
Mathematics Using TAI and STAD Methods. Educ Stud Math (2008) 67:
77-91.
W. J. S. Poerwodarminto. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

xvii

Anda mungkin juga menyukai