Microsoft Word - Hal Depan - Jadi PDF
Microsoft Word - Hal Depan - Jadi PDF
SKRIPSI
Oleh:
ELMI DWI HAPSARI
K 3305030
Oleh:
ELMI DWI HAPSARI
K 3305030
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PERSETUJUAN
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP.19650916199103 2 003
NIP. 194903171976031002
HALAMAN PENGESAHAN
: .................................
Tanggal
: .................................
Nama Terang
Tanda Tangan
....
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
....
ABSTRAK
Elmi
Dwi
Hapsari.
K3305030.
STUDI
KOMPARASI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Maret 2010.
Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) menentukan efektifitas antara
metode pembelajaran Jigsaw dan TAI pada materi pokok ikatan kimia kelas X
semester I SMA tahun ajaran 2009/2010. (2) membuktikan bahwa siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi
daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah pada materi pokok ikatan
kimia. (3) mendeskripsikan interaksi antara penggunaan metode mengajar Jigsaw
dan TAI serta aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu
dengan desain faktorial 2 x 2. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA N 1 Ngemplak, Boyolali. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cluster random sampling dari 6 kelas yang ada diambil dua kelas yaitu
kelas X-6 sebagai kelas eksperimen 1 dan X-5 sebagai kelas eksperimen 2. Teknik
analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode
pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI pada materi ikatan kimia.
Fobs = 6.1884 > Ftabel = 4,00 dan tobs = 4.144 > ttabel = 1.65, dengan rataan selisih
nilai prestasi kognitif berturut-turut 41.80 dan 35.52. (2) siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar kognitif pada materi pokok
ikatan kimia yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah. Fobs = 9.831 lebih besar dari Ftabel = 4,00, sehingga Fobs > Ftabel, dengan
rataan selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut 42.81 dan 35.02. (3) tidak ada
interaksi antara metode pembelajaran TAI dan Jigsaw dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar materi pokok ikatan kimia siswa kelas X-5 dan X-6
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Harga Fobs = 0.266
dimana harga Ftabel = 4,00 sehingga Fobs < Ftabel.
Kata Kunci: Aktivitas , Jigsaw, TAI, Kimia.
ABSTRACT
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada
waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah
menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini serta selaku
penguji skripsi yang telah memberi evaluasi dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Drs. Sugiharto, A. pt., M. S selaku pembimbing II yang telah pula
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi selaku penguji skripsi yang telah memberi masukan
dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Tri Wahyudi selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngemplak,
Boyolali yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
10
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ............................................................................................
iii
PENGESAHAN..............................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT....................................................................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR....................................................................................
ix
DAFTAR ISI...................................................................................................
xi
xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
E. Tujuan Penelitian......................................................................
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar ..................................................................................
2. Pembelajaran Kooperatif......................................................
3. Metode Jigsaw......................................................................
10
13
5. Aktivitas ...............................................................................
16
6. Prestasi Belajar.....................................................................
18
7. Ikatan Kimia.........................................................................
21
29
12
C. Hipotesis...................................................................................
BAB III
31
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
32
B. Metode Penelitian.....................................................................
32
32
33
34
BAB IV
39
2. Pengujian Hipotesis..............................................................
41
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data..........................................................................
45
49
50
51
BAB V
52
54
55
PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
57
B. Implikasi...................................................................................
57
C. Saran.........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
59
LAMPIRAN....................................................................................................
61
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan Senyawa Ion dan Kovalen................................................
27
32
35
36
37
38
Tabel 7. Rangkuman Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ......................
44
Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif PretesPostes Antara Kelas Jigsaw dan TAI ..............................................
45
Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif PretesPostes Antara Kelas Jigsaw dan TAI, serta Kelas Ceramah ...........
46
Tabel 10. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Aktivitas Belajar Tinggi dan
Rendah.............................................................................................
48
48
49
49
50
Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Skor Aktivitas Belajar Siswa.
50
50
51
Tabel 18. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Aspek Kognitif.................................................................................................
51
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji t Pihak Kanan Selisih Nilai PretesPostes Kognitif.................................................................................................
51
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Contoh lambang Lewis untuk unsur gas mulia dan lainnya ..........
21
21
22
22
23
Gambar 6. Contoh pembentukan ion NH4+ dari molekul NH3 dan ion H+ ......
23
Gambar 7. Contoh senyawa yang tidak sesuai dengan aturan oktet (BCl3).....
24
24
24
26
31
46
47
48
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 :
Silabus ...................................................................................
63
Lampiran 2 :
RPP ........................................................................................
65
Lampiran 3 :
71
Lampiran 4 :
82
Lampiran 5 :
83
Lampiran 6 :
90
Lampiran 7 :
91
Lampiran 8 :
95
Lampiran 9 :
98
Lampiran 10 :
99
Lampiran 11 :
Lampiran 12 :
Lampiran 13 :
Lampiran 14 :
Lampiran 15 :
Lampiran 16 :
Lampiran 17 :
Lampiran 18 :
Lampiran 19 :
Lampiran 20 :
Lampiran 21 :
Lampiran 22 :
125
16
BAB I
PENDAHULUAN
17
Materi pokok ikatan kimia yang diajarkan pada siswa kelas X SMA
semester ganjil merupakan materi yang cukup sulit dalam pelajaran kimia karena
terdiri dari konsep-konsep dan contoh soal yang cukup banyak. Materi ini
membutuhkan daya hafalan dan pemahaman yang cukup karena siswa akan
dikenalkan pada jenis-jenis ikatan dan proses terjadinya ikatan, terjadinya ikatan
ini tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa. Karena itu diperlukan
kemampuan khusus yang dapat membantu dalam memahaminya. Namun tidak
semua
siswa
mempunyai
kemampuan
untuk
dapat
mengimajinasikan
18
yang dialami oleh siswa dapat dipecahkan bersama ketua kelompok dengan
bimbingan guru. Kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan
dengan materi dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari tiap individu
ditentukan oleh keberhasilan kelompok, untuk itu pengajaran TAI menitik
beratkan pada keaktifan siswa dan memerlukan kemampuan interaksi sosial yang
baik antara semua komponen pengajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw (Anita Lie, 2002: 69), guru
memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkannya agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak
kesempatan
untuk
mengolah
informasi
dan
meningkatkan
ketrampilan
penilaian.
Selain
itu
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
dapat
19
oleh guru saja. Siswa tidak terlatih untuk menemukan pengetahuan baru dalam
pemahaman konsep dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Prestasi belajar siswa di SMA N 1 Ngemplak, Boyolali cukup rendah. Hal
ini dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang mampu mendapat nilai diatas KKM
(kriteria ketuntasan minimal). Nilai KKM untuk materi ikatan kimia adalah 60,
jumlah siswa dalam satu kelas yang diatas KKM hanya 32,5% , sedangkan 67,5%
siswa mendapat nilai dibawah KKM, dan rata-rata nilai kelas hanya mencapai
nilai 52,575 yang berarti nilai rata-rata kelas untuk materi ikatan kimia dibawah
KKM. Salah satu jalan keluar yang akan membantu siswa untuk menemukan
pengetahuan baru adalah dengan kegiatan diskusi.
Prestasi belajar siswa rendah dikarenakan guru menggunakan metode
ceramah, siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, pengetahuan yang
didapatkan hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru. Karena itu akan
dilakukan penelitian menggunakan metode yang dapat mendorong keaktifan siswa
yaitu dengan metode Jigsaw dan TAI.
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode
pembelajaran, dipengaruhi pula oleh aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu
siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah, maka siswa diharapkan
mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam
mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali
prestasi belajar yang diperolehnya.
Di SMA N 1 Ngemplak Boyolali, siswa tidak terlatih untuk menemukan
sendiri pengetahuan baru dalam pemahaman konsep dan mengembangkan ilmu
pengetahuan karena pengetahuan dan informasi yang diperoleh siswa hanya
sebatas apa yang disampaikan guru, hal ini membuktikan kurangnya aktivitas
siswa itu sendiri.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan
dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif
dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat dari
pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas belajar
20
TERHADAP
PRESTASI
BELAJAR
SISWA
DITINJAU
DARI
B. Identifikasi Masalah
Ber
dasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Mengapa prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia di SMA N 1
Ngemplak, Boyolali rendah?
2. Apakah aktivitas belajar siswa mempengaruhi penguasaan materi ikatan
kimia?
3. Apakah ada perbedaan antara siswa yang memiliki aktivitas belajar yang
tinggi dan yang rendah terhadap prestasi belajar?
4. Apakah penggunaan metode selain ceramah dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia?
5. Apakah penggunaan metode selain ceramah dapat meningkatkan prestasi
belajar khususnya pada materi pokok ikatan kimia?
C. Pembatasan Masalah
Aga
r penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah pada:
1. Subyek penelitian
Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri 1
Ngemplak tahun ajaran 2009/2010.
21
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian dibatasi pada:
a. Materi pokok bahasan ikatan kimia untuk kelas X semester I
b. Metode pembelajaran
1) JIGSAW
2) Team Assisted Individualization (TAI)
c. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada aktivitas
siswa dalam belajar kimia meliputi: bertanya, diskusi kelompok,
mengeluarkan
pendapat,
menanggapi,
mengambil
keputusan,
22
2. Adakah perbedaan prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia antara
siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah?
3. Apakah antara penggunaan metode pembelajaran JIGSAW dan TAI serta
aktivitas belajar siswa berinteraksi terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Menentukan efektifitas antara metode pembelajaran Jigsaw dan metode
pembelajaran TAI pada materi pokok ikatan kimia kelas X semester I SMA
tahun ajaran 2009/2010.
2. Membuktikan
bahwa
siswa
yang
memiliki
aktivitas
belajar
tinggi
mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah pada materi pokok ikatan kimia.
3. Mendeskripsikan interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Jigsaw
dan TAI serta aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok ikatan kimia.
F. Manfaat Penelitian
Hasi
l dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada di bidang pendidikan
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan pada guru bidang studi kimia tentang penggunaan
metode kooperatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa materi
pokok ikatan kimia.
b. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya materi pokok
ikatan kimia.
c. Memberikan sumbangan dalam peningkatan sumber daya manusia di masa
yang akan datang.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
Beb
erapa ahli mengemukakan teori belajar, yang dikutip oleh Muhhibin Syah (2006 :
90) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, diantaranya:
a. Caplin dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan
dua rumusan, yaitu pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan kedua, belajar ialah proses perolehan respon-respon sebagai akibat
adanya latihan khusus.
b. Hitzman, dalam bukunya The Psychology of Learning and memory, belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organism tersebut.
c. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman.
Jadi
belajar adalah suatu proses bukan hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung
secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai
suatu tujuan. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sangat terasa
sulit.
2. Pembelajaran Kooperatif
24
Pem
belajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok
kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang
optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan kepada siswa-siswa dengan latar belakang dan kondisi
beragam untuk bekerja sama secara independen pada tugas yang sama dan,
melalui penggunaan struktur reward kooperatif, belajar saling menghargai.
(Arends, 2008 : 6).
Anit
a Lie (2002 : 31) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar yang terdapat pada
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Adanya ketergantungan yang positif.
b. Interaksi dengan bertatap muka dalam kelompoknya.
c. Adanya tanggung jawab pribadi.
d. Menggunakan kemampuan bekerja sama.
e. Pembentukan kelompok.
25
3. Metode Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode pembelajaran
yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif
jigsaw. Menurut Slavin (2008 : 14), metode jigsaw dikembangkan pertama kali
oleh Elliot Aronson. Metode ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
menghargai semua kemampuan siswa.
Jigsaw sangat mudah dilakukan, pelaksanaannya meliputi langkah-langkah
berikut:
a
26
Membentuk kelompok sesaat (kelompok ini disebut juga kelompok ahli atau
kelompok expert). Siswa yang memiliki bagian yang sama membentuk satu
kelompok dan mendiskusikannya agar mereka benar-benar paham.
Guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain untuk
mengobservasi prosesnya. Guru dapat memberikan bantuan, penjelasan atau
mengintervensi secara tidak langsung.
Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar
mereka sadar bahwa pelajaran berlangsung serius (Slavin, 2008 : 13).
Tujuan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
27
agar diskusi dapat terfokus. Disamping itu, guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Dari uraian di atas, dapat dilihat kelebihan metode jigsaw, yaitu:
a. Memacu siswa untuk berfikir kritis
b. Memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan
kepada teman lain, hal ini akan membantu siswa mengembangkan
kemampuan sosialnya.
c. Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu, tetapi semua
siswa dituntut untuk menjadi aktif.
Disamping kelebihan-kelebihan di atas, metode Jigsaw juga mempunyai
kekurangan, yakni:
a. Kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding
metode ceramah
b. Bagi guru, metode ini membutuhkan konsentrasi dan tenaga yang lebih ekstra,
karena setiap kelompok membutuhkan penanganan berbeda-beda.
28
berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini peran pendidik hanya
sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup
menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
Pad
a pengajaran TAI, pendidik memotivasi siswa untuk membantu anggota
kelompoknya sehingga tercipta semangat dan sistem kompetisi dengan sedikit
menonjolkan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan TAI sebagai berikut:
a. Tes pengelompokan
b. Membentuk kelompok TAI yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
c. Siswa diberikan lembar kerja.
d. Guru memberikan pengajaran berupa pengenalan materi dan konsep-konsep
utama pada siswa.
e. Masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui
lembar kerja pada buku mereka.
f. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian saling mencocokkan
dengan teman sekelompoknya.
g. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota
lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru
meminta penjelasan dari guru.
h. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain
untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai
oleh guru.
i.
S
etelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru menghentikan
program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Guru
menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Pada akhir
pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi
29
30
31
32
33
atau
kurang.
Lebih
lanjut
Sutratinah
Tirtonegoro
(2001:43)
mengemukakan bahwa prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
maupun simbol pada tiap-tiap periode tertentu.
34
Dap
at pula dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa
selama mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat digunakan
sebagai masukan bagi pengajar untuk mngetahui tingkat kemampuan siswa dalam
menguasai materi yang diberikan.
Dal
am pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem penilaian
ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Aspek Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada
percobaan yang dilakukan. Untuk aspek pengetahuan, evaluasi dapat digunakan
melalui tes lisan maupun tertulis yang relevan dengan indikator pencapaian hasil
belajar dalam materi pokok tersebut.
Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang
meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi: fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkam proses
Sikap menurut Fishbein dan ajzen adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep,
atau orang. Obyek sekolah adalah sikap peserta didik terhadap sekolah dan mata
pelajaran.
2) Minat
35
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta
didik. Selain itu informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi
belajar peserta didik dengan tepat.
4) Nilai
Nilai menurut Rokeach adalah suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan atau perilaku yang dianggap baik atau jelek. Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh Tyler, yaitu nilai adalah suatu obyek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, atau
ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
karena itu sekolah harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan
nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik dalam memperoleh
kebahagiaan personel dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.
5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan sesorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
36
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan
seseorang (Depdiknas, 2003 : 5-10).
c. Aspek Psikomotor
Pengukuran keberhasilan pada aspek ketrampilan ditujukan pada
keterampilan dalam merangkai alat, ketrampilan kerja dan ketelitian dalam
mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa,
bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum,
khususnya dalam merangkai alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan
menyimpulkan. Dengan kata lain, ingin diketahui sejauh mana praktikan telah
mrnguasai keterampilan proses IPA. Penguasaan terhadap aspek keterampilan ini
dapat diukur malalui tes observasi, yang dilakukan guru langsung pada siswa
yang melakukan praktikum, yaitu dengan mengamati cara kerja siswa.
Dal
am penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah prestasi kognitif dan
afektif.
7. Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan materi kimia yang didalamnya diuraikan peranan
elektron pada pembentukan ikatan kimia, setelah itu dibahas berbagai jenis ikatan
kimia, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, serta ikatan
logam.
a. Peranan Elektron Pada Pembentukan Ikatan Kimia
1) Elektron-elektron, terutama yang berada pada kulit terluar, memainkan
peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
2) Pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya perpindahan satu atau lebih
elektron dari satu atom ke atom yang lain.
3) Pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari pemakaian bersama pasangan
elektron di antara atom-atom.
4) Perpindahan atau pemakaian bersama elektron bertujuan agar setiap atom
yang terlibat mendapatkan suatu konfigurasi yang mantap (Ralph Petruci,
2002 : 270).
b Aturan Oktet
37
Lambang Lewis
Lambang Lewis suatu unsur terdiri dari lambang unsur kimia biasa yang
dikelilingi oleh sejumlah titik. Lambang kimia melambangkan butir atom yang
terdiri dari elektron pada inti atom dan kulit bagian dalam. Titik-titik
melambangkan elektron pada kulit terluar, atau elektron valensi. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar 1 (Ralph Petruci, 2002 : 270).
Gambar 1. Contoh lambang Lewis untuk unsur gas mulia dan lainnya.
d. Ikatan Ion
Ikatan Ion terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara atom
logam dan sebuah atom bukan logam. Dalam perpindahannya atom logam
menjadi ion yang bermuatan positif ( kation) dan atom bukan logam menjadi ion
bermuatan negatif (anion). Lihat contoh-contoh ikatan ion pada gambar 2.
38
Sec
ara umum sifat fisis senyawa ion, antara lain: umumnya senyawa ion dapat larut
dalam air. Dalam keadaan cair atau terlarut dalam air, senyawa ion dapat
menghantarkan arus listrik. Titik lebur dan titik didih tinggi. Kristal senyawa ion
merupakan zat padatyang keras tetapi rapuh.
e. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan ikatan antar atom berdasar penggunaan elektron
secara bersama-sama. Umumnya terjadi antara atom-atom non logam dengan
atom non logam.
1) Ikatan kovalen tunggal
Suatu ikatan kovalen yang terdiri dari sepasang elektron. Contoh
pembentukan ikatan kovalen tunggal dapat dilihat pada senyawa HCl berikut.
39
Gambar 6. Contoh pembentukan ion NH4+ dari molekul NH3 dan ion H+ .
f. Pengecualian aturan oktet
Secara garis besar pengecualian aturan oktet dapat dikelompokkan dalam
tiga kelompok yaitu:
40
Gambar 7. Contoh senyawa yang tidak sesuai dengan aturan oktet (BCl3)
2) Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Senyawa yang jumlah elektron valensinya ganjil tidak mungkin memenuhi
aturan oktet, lihat gambar 8.
(Ral
ph Petruci, 2002 : 274-283).
Gambar 9. Senyawa PCl5
g. Kepolaran senyawa kovalen
Kepolaran suatu senyawa kovalen dapat ditentukan oleh beberapa hal,
yaitu:
1) Pasangan elektron ikatan (PEI)
Suatu ikatan kovalen disebut polar bila PEI tertarik kuat kesalah satu
atom. Adanya kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan
41
maka makin besar pula kepolaran ikatan. Sementara ikatan pada suatu senyawa
disebut kovalen non polar bila PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Misalnya pada senyawa HCl, tarikan atom Cl terhadap PEI lebih kuat
daripada atom H karena keelektronegatifan Cl lebih besar daripada H sehingga
terjadi dua kutub/dipol dalam molekul HCl. Ikatan kovalen macam ini disebut
polar/ berkutub. Atom yang keelektronegatifannya lebih besar menjadi kutub
negatif dan sebaliknya, molekul yang memilki dipol disebut ikatan kovalen polar.
2) Pasangan elektron bebas (PEB)
Untuk molekul yang mengadung tiga atau lebih atom, kepolaran dapat
ditentukan berdasar PEB yang dimilki atom pusat/atom yang berada ditengah
molekul.
Jika atom pusat tidak mempunyai PEB, maka bentuk molekul simetris
sehingga PEI tertarik sama kuat kesemua atom, disebut nonpolar.
Contoh: CH4, CO2
Jika atom pusat mempunyai PEB, maka bentuk molekul asimetris sehingga
PEI atom ke atom pusat, disebut polar.
Contoh: H2O, NH3.
3) Atom penyusun ikatan
Untuk yang mengadung dua atom, kepolaran dapat ditentukan dari atom
penyusunnya.
Jika kedua atom sejenis naka ikatannya adalah kovalen non polar, missal: H2,
O2. N2.
Jika kedua atom tidak sejenis maka ikatannya adalah kovalen polar, missal:
HCl, HBr, dan H2O
4) Momen dipol
Kepolaran suatu molekul dapat diketahui dari harga momen dipol.
Semakin besar momen dipol sifatnya makin polar, senyawa nonpolar momen
dipolnya adalah 0.
Berdasarkan kepolarannya, senyawa kovalen dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Senyawa Kovalen Non Polar
42
Senyawa kovalen non polar terjadi bila dua atom non logam sejenis atau
dua atom non logam yang mempunyai keelektronegatifan yang sama saling
membentuk molekul (momen dipol = 0 atau tidak terjadi polarisasi) dengan ciri
bentuk molekul simetris.
Contoh:
Molekul sejenis: H2, O2, N2, dll
Molekul tak sejenis tapi simetris: BeF2, BH3, BCl3, CH4, dll
2) Senyawa Kovalen Polar
Senyawa ini dapat terjadi pada atom-atom non logam yang tidak sejenis
atau atom-atom yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang besar.
Dalam molekul kovalen polar, pasangan elektron milik bersama terletak lebih
dekat pada inti elektron dari yang mempunyai keelektronegatifan besar.
Contoh:
Senyawa-senyawa kovalen polar: HCl, HF, HI, H2O, NH3, dll. (Keenan, 2001
:168).
h. Ikatan Logam
Ikatan antar atom dalam unsur logam dengan menggunakan interaksi
elektron valensi. Menurut teori awan elektron, kristal logam terdiri atas kumpulan
ion logam bermuatan positif didalam larutan elektron yang mudah bergerak.
Ikatan logam terdapat antara ion logam positif dan elektron yang mudah bergerak
tersebut, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 10.
Gambar 10.
(Ralph Petruci, 2002 : 336).
43
Senyawa ion
Senyawa kovalen
a. relatif tinggi
a. relatif rendah
b. mendidih di atas
sifat
1.
Titik didih
900oC
2.
rapuh
Kemudahan
menguap
yang
(volatilitas)
menguap)
volatil
3.
Kelarutan
pelarut organik
4.
tidak menghantarkan
listrik
listrik
b. lelehan dapat
menghantarkan listrik
B. Kerangka Berfikir
44
Ber
dasarkan latar belakang dan kajian pustaka, dapat disusun kerangka berpikir
sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan TAI terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok ikatan kimia.
Ikatan kimia merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran
kimia yang dianggap sulit bagi siswa, karena banyak materinya yang bersifat
abstrak yang memadukan imajinasi dan hafalan yang menuntut siswa berpikir
keras. Materi pokok ikatan kimia akan mudah dipahami oleh siswa jika siswa
terlibat langsung dalam proses penemuan konsep, sehingga siswa dapat
membuktikan konsep yang ada dan konsep itu lebih tahan lama dalam ingatan
siswa.
Prestasi belajar siswa rendah dikarenakan penggunaan metode ceramah
siswa tidak terlibat langsung dalam penemuan dan pemahaman konsep materi
ikatan kimia tapi siswa hanya pasif mendengarkan apa yang disampaikan guru,
meskipun pada pelaksanaannya metode ceramah tidak hanya ceramah saja tapi
disertai dengan pemberian tugas dan PR namun siswa tidak didorong menemukan
sendiri pemahamannya sehingga sulit memahami dan menghafal materi ikatan
kimia.
Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi
pokok ikatan kimia dan melibatkan siswa dalam proses penemuan konsep, antara
lain: metode Jigsaw dan TAI. Pengunaan metode Jigsaw dan TAI tentu akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dalam metode jigsaw siswa dituntut untuk berdiskusi dalam 2 kelompok,
yaitu: kelompok asal dengan tiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab
materi berbeda-beda, kemudian siswa dituntut berdiskusi dalam kelompok ahli
membahas materi yang sama menjadi tanggung jawab mereka. Setelah itu
kembali lagi ke kelompok asal untuk berbagi dengan anggota kelompoknya
tentang materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli, supaya semua
anggota menguasai semua materi.
45
dimunculkan dari hasil pemahaman dari bentuk suatu ikatan dan proses terjadinya
ikatan tersebut sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan daya imajinasi tinggi.
Aktivitas belajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa dilihat dari sifat materi
ikatan kimia yang memerlukan kemampuan berimajinasi yang tinggi, sehingga
tidak semua siswa mampu memahaminya. Aktivitas belajar inilah yang
mendorong siswa untuk berdiskusi saling berbagi antara siswa yang lebih
berimajinasi dengan yang kurang daya imajinasinya. Kelompok siswa aktivitas
tinggi akan cenderung lebih bertanggung jawab dalam belajar dan menyelesaikan
tugas, memiliki dorongan untuk berprestasi.
Kelompok aktivitas belajar rendah cenderung tidak dapat melihat hal-hal
yang baru dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga
46
kemampuannya tidak berkembang. Dengan keadaan seperti ini tidak akan ada
usaha untuk memecahkan masalah untuk menemukan jawaban. Keadaan yang
demikian akan menurunkan minat belajar sehingga prestasi belajar bisa menjadi
rendah.
Berdasarkan hal diatas, maka diprediksikan bahwa siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi akan mendapat prestasi belajar yang lebih tinggi daripada
siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.
3. Interaksi antara metode Jigsaw dan metode TAI dengan aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia.
Pada pengajaran materi pokok ikatan kimia dengan metode pembelajaran
Jigsaw dan TAI dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa, dimungkinkan
akan terjadi fenomena dimana siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi yang
diajar dengan metode pembelajaran Jigsaw prestasi belajarnya akan lebih baik
dari pada yang diajar dengan metode TAI.
Sedangkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah yang diajar
dengan metode pembelajaran TAI diharapkan akan mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik karena siswa dituntut untuk mengerjakan tugas secara berurutan
mulai dari materi yang mudah ke materi yang sukar, sehingga siswa akan
berusaha mengauasai materi dengan baik agar tidak ketinggalan dengan siswa
lainnya.
Berdasarkan hal diatas, maka diprediksikan ada interaksi antara metode
pembelajaran yaitu Jigsaw dan TAI, dengan aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
47
Aktivitas
aktivitas
rendah
aktivitas
berperan
tinggi
dalam
proses
metode
Metode
TAI
ceramah
metode TAI
prestasi
belajar
kali diskusi
prestasi
belajar
siswa
rendah
siswa
pasif, tidak
ada diskusi
metode JIGSAW
metode
JIGSAW
prestasi
belajar
Aktivitas
aktivitas
berperan
aktivitas
rendah
dalam
tinggi
siswa lebih
proses
C. HIPOTESIS
Ber
dasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terhadap
prestasi belajar siswa materi pokok ikatan kimia.
2. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang
lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas belajarnya rendah.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran Jigsaw dan TAI dengan aktivitas belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rendah (B2)
Jigsaw (A1)
A1B1
A1B2
TAI (A2)
A2B1
A2B2
Keterangan:
A
Metode pembelajaran
A1
49
B1
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat
yaitu:
1. Variabel bebas
a. Metode pembelajaran
1) Definisi Operasional:
a) Metode jigsaw merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk menguasai semua materi dengan berdiskusi dalam kelompok
asal maupun kelompok ahli.
50
2. Variabel terikat
Vari
abel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang terdiri dari aspek
kognitif. Skala penilaian untuk aspek kognitif adalah skor dari 0 sampai 100,
sedangkan indikator terlampir.
51
Pen
elitian ini menggunakan dua macam instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan
instrumen penilaian. Instrumen pembelajaran berupa Rencana Pembelajaran (RP).
Instrumen penilaian berupa instrumen untuk penilaian aktivitas belajar dan
kognitif. Untuk mengetahui validitas item dari instrumen penelitian diadakan uji
coba soal. Untuk menguji item tersebut harus mempunyai persyaratan baik dalam
hal tingkat kesukaran, daya beda, validitas maupun reliabilitasnya. Uji coba
instrumen penilaian kognitif dilakukan pada siswa kelas XI Ilmu Alam SMA
Negeri 1 Ngemplak, Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Kemudian dilakukan uji
validitas dan reliabilitas, serta uji untuk menghitung tingkat kesukaran dan daya
beda.
a. Instrumen Penilaian Kognitif
Instr
umen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal obyektif
pokok bahasan ikatan kimia.
kesukaran
item
adalah
bilangan
yang
merupakan
hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dari suatu item (Masidjo,
2000:189). Indeks kesukaran soal ini digunakan untuk menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Untuk menunjukkan indeks kesukaran soal digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan rumus:
IK
:
indeks kesukaran soal
52
B
:
jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
:
kelompok siswa
Skor maksimal: besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu
item
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
0,81-1,00
mudah sekali
0,61-0,80
mudah
0,41-0.60
sedang/ cukup
0,21-0,40
sukar
0,00-0,20
sukar sekali
(Masidjo, 2000: 189-192)
Rangkuman taraf kesukaran item soal setelah dilakukan try out dapat
dilihat pada tabel 3 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal.
Variabel
Soal tes prestasi belajar
ikatan kimia
Jumlah soal SM
40
MD
SD
SS
10
53
Keterangan rumus:
ID
= indeks diskriminasi
KA
KB
= jumlah
Jumlah soal
SM
LM
CM
KM
SKM
54
40
14
17
ikatan kimia
3) Validitas Soal
Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 2000: 242). Validitas yang diuji dalam
penelitian ini adalah validitas isi dan validitas item. Validitas isi adalah suatu
validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukuran
mencerminkan hal-hal yang mana diukur atau diteskan. Validitas item adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas item dilakukan
dengan menggunakan rumus product moment dari karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
X
koefisien validitas
N
jumlah subyek
Kaidah pengujiannya adalah :
Jika r hitung
Jika r hitung
Ketentuan tingkat kesalahan, = 0,05 dengan rumus derajad kebebasan (db) = n2.
Rangkuman hasil uji validitas item soal setelah dilakukan try out dapat dilihat
pada tabel 5 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Item Soal kognitif.
55
Variabel
Jumlah soal
Valid
Invalid
40
32
4) Reliabilitas Soal
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:
Keterangan:
r11
: reliabilitas instrumen
Vt
: standar varians
pq
: Sangat Tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
negatif- 0,20
: Sangat Rendah
(Masidjo, 2000:223)
56
Rangkuman hasil uji reliabilitas item soal setelah dilakukan try out dapat dilihat
pada tabel 6 dan hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item Soal kognitif.
Instrumen
Soal tes prestasi belajar ikatan kimia
r11
Kriteria reliabilitas
0.778
tinggi
Sp 2 =
( X 1 - X 2)
1 1
Sp
+
n1 n 2
(n1 - 1) s1 2 + (n 2 - 1) s 2 2
n1 + n 2 - 2
Di mana:
X = rata-rata; n = jumlah; s 2 = varian ;
57
c 2 ~ c 2 (k 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
fj = nj-1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, , k;
58
f=Nk=
f
j =1
c=1+
SSj =
1
3(k - 1)
2
j
1 1
- ;
f j f
( X j )
nj
= (nj 1)sj2;
SS
f
2. Pengujian Hipotesis
a
dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek dua varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi kedua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Adapun modelnya sebagai berikut:
Xijk
+ a i + b j + (ab) ij + e ijk
Dengan:
Xijk
ai
bj
( ab )ij = ij ( + i + j)
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;
= m
59
e ijk
pq
1
i , j nij
ijk
k
; SS = X 2 - C
Cij =
ijk
ij
ij
k
n ij
(1) =
(2)
60
(3)
(5)
(4)
Terdapat lima jumlah kuadrat pada analisis variasi dua jalan, yaitu jumlah
kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi
(JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat total (JKT). Berdasarkan
sifat-sifat matematis tertentu dapat diturunkan formula-formula untuk JKA, JKB,
JKAB, JKG dan JKT sebagai berikut.
JKA
(3) - (1)
JKA
(4) - (1)
JKAB
(2) (5)
JKT
(2) (1)
(atau JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG)
= p
dkB
= q
dkAB
= (p
1) (q 1)
dkG
(n 1) = N pq
= pq
61
dkT
= N
1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,
diperoleh rataan kuadrat berikut:
3) Statistik Uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
a) Untuk HoA adalah
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1) (q-1) dan Npq;
4) Daerah Kritik
Untuk masing-masing nilai nilai F di atas, daerah kritiknya adalah sebagai
berikut:
a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { F/F > Fa; p-1, N-pq}
b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { F/ F > Fa;q-1, N-pq}
c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { F/ F > Fa; (p-1)(q-1), N-pq}
Untuk rangkuman anava dua jalan sel tak sama disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Anava dua jalan
62
Sumber
JK
DK
RK
Fobs
Fa
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
JKAB
(p-1)(q-1)
RKAB
Fab
F*
Galat(G)
JKG
N-pq
RKG
Total
JKT
N-1
Interaksi (AB)
(
n 1 - 1)S 12 + (n 2 - 1)S 22
=
n1 + n 2 - 2
t =
S
- X
1
n 1
1
n
Keterangan :
S2
n
t
X1
DK
= n1+n2 2
5) Keputusan Uji
H0 diterima jika t hitung < t tabel
H0 ditolak jika t hitung > t tabel
(Sud
jana, 2000: 239)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar kognitif dan
afektif pada materi ikatan kimia dan skor aktivitas belajar siswa. Untuk lebih
memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan disajikan deskripsi
data hasil penelitian berikut ini.
1. Data Nilai Kognitif Siswa
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif siswa antara kelas
eksperimen Jigsaw dan kelas eksperimen TAI serta distribusi frekuensi dengan
pembanding Kelas Pembanding disajikan dalam tabel 8, 9, dan histogramnya pada
gambar 12, 13.
Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest
Antara Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
No
Nilai
Jigsaw
TAI
ii
siswa
Nilai
Tengah
Nilai
Frekuensi
Tengah
%
Frekuensi
12 19
15.5
0%
15.5
6.67 %
20 27
23.5
9.375 %
23.5
20 %
28-35
31.5
9.375 %
31.5
23.33 %
36-43
39.5
13
40.625 %
39.5
26.67 %
44-51
47.5
10
31.25 %
47.5
13.33%
52-59
55.5
6.25 %
55.5
10 %
60-67
63.5
3.125 %
63.5
0%
Jumlah
276.5
32
100 %
276.5
30
100 %
20 27
23.5
9.375 %
20 %
30%
28-35
31.5
9.375 %
23.33 %
6.67%
36-43
39.5
13
40.625 %
26.67 %
0%
44-51
47.5
10
31.25 %
13.33%
10%
52-59
55.5
6.25 %
10 %
10%
60-67
63.5
3.125 %
0%
3.33%
jumlah
276.5
32
100 %
30
100 %
30
100 %
ii
iii
Gambar 12. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara Kelas
Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI)
13
12
10
is10
n
e
u
k
e
rf
5
6
2
jigsaw
tai
kontrol
4
2
33
0
12 19 20 27
28-35
36-43
44-51
nilai siswa
52-59
60-67
Gambar 13. Histogram Selisih Nilai Kognitif Pretes - Postest Antara Kelas
Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI) serta Kelas
Pembanding (Ceramah).
Berdasarkan data diatas, rata-rata nilai kelas, untuk metode Jigsaw 41.80,
TAI 35.52 dan ceramah 27.72. Karena rata-rata nilai kelas Jigsaw dan TAI lebih
iii
iv
tinggi daripada rata-rata nilai kelas ceramah maka dapat disimpulkan kedua
metode efektif digunakan dalam pembelajaran materi ikatan kimia, dan metode
Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terlihat pada nilainya yang lebih tinggi.
Tabel 10. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Aktivitas Belajar Tinggi dan Rendah
Aktivitas Belajar
Siswa
Tinggi
Rendah
17
16
Total
32
30
No
Jumlah Siswa
Kelas Jigsaw
Kelas TAI
15
14
Total
29
33
Tabel 11. Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Aktivitas belajar Siswa Antara
Kelas Eksperimen I (Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
Kelas Jigsaw
Kelas TAI
Nilai
No
Nilai Frekuensi
%
Frekuensi
%
siswa
Tengah
Frekuensi
Frekuensi
1
34-38
36
1
3.125 %
5
16.67 %
2
39-43
41
15.625 %
13.33 %
44-48
46
21.875 %
23.33 %
49-53
51
12.5 %
26.67 %
54-58
56
12
37.5 %
13.33 %
59-63
61
9.375 %
6.67 %
iv
Jumlah
32
100 %
30
100 %
Gambar 14. Histrogram Skor Aktivitas Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen I
(Jigsaw) dan Kelas Eksperimen II (TAI).
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sesu
ai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji t-matching, uji
normalitas Liliefors dan uji homogenitas varian Barlett.
1. Uji t-matching
Uji
t-matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel dalam
penelitian. Dalam penelitian ini uji t-matching dilakukan dengan mencari
kesetaraan nilai materi pokok sebelum ikatan kimia, yaitu struktur atom pada
kelas eksperimen-1 yang menggunakan metode TAI dan kelas eksperimen -2 yang
menggunakan metode Jigsaw. Hasil uji t-matching diperoleh harga thitung sebesar
0.1245yang lebih kecil dari ttabel yaitu 1.96. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara rata-rata nilai struktur atom siswa kelas TAI dan Jigsaw.
Dengan demikian kedua sampel setara.
2. Uji Normalitas
vi
Uji
normalitas terhadap skor aktivitas belajar siswa, selisih nilai kognitif pada taraf
signifikansi 5% tertera pada lampiran 13 dan dirangkum pada Tabel 12, dan 13.
Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Skor Aktivitas Belajar Siswa.
Kelompok Siswa
Lo
Ltabel
Kesimpulan
Kelas metode TAI
0.0734
0.1610
Normal
0.0723
0.1566
Normal
Tabel 13. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif
Siswa.
Kelompok Siswa
Lo
Ltabel
Kesimpulan
Kelas metode TAI
0.0827
0.1610
Normal
0.1292
0.1566
Normal
0.0947
0.1640
Normal
0.1024
0.1542
Normal
0.1475
0.2270
Normal
0.1107
0.2130
Normal
Lo
Ltabel
Kesimpulan
0.1580
0.2200
Normal
0.1857
0.2060
Normal
Kelompok Siswa
Ber
dasarkan hasil uji normalitas diatas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh
harga Lo yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi = 0.05. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas skor aktivitas belajar siswa, selisih nilai kognitif
menggunakan metode Barlett dengan taraf signifikansi 0.05 dapat dilihat pada
Tabel 14, 15, dan 16.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa.
Prestasi
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
vi
vii
Kognitif
0.1492
3.841
Homogen
3.841
Homogen
Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa dengan
Memperhatikan Aktivitas Belajar Siswa.
Prestasi
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
Kognitif
1.3674
3.841
Homogen
Dari
tabel hasil uji homogenitas diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh
harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (X2hitung < X2tabel ). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi
yang homogen. Perhitungan uji homogenitas secara lengkap pada Lampiran 14.
C. Pengujian Hipotesis
Sete
lah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis
penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi dua jalan sel tak
sama (lampiran 15). Selain itu hipotesis pertama dilakukan uji tambahan
menggunakan uji t pihak kanan ( lampiran 22).
Hasi
l analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap selisih nilai prestasi
belajar kognitif materi ikatan kimia ditinjau dari variabel-variabel metode
pengajaran dan aktivitas belajar siswa dirangkum dalam tabel 17 dan 18.
Tabel 17. Rangkuman Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Kognitif
Aktivitas Belajar
TAI
Jigsaw
Total
Tinggi
40.36
45.26
vii
85.62
viii
Rendah
31.29
38.75
Total
71.65
84.01
70.04
Tabel 18. Rangkuman Hasil Analsis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Kognitif.
Sumber
JK
dk RK
Fobs F
Keputusan
Metode Mengajar (A)
588.701
588.701
6.188
4.00
H0A Ditolak
935.213
935.213
9.831
4.00
H0B Ditolak
Interaksi
25.263
25.263
0.266
4.00
H0AB
Galat
5517.552
58
95.130
Total
7066.729
61
Diterima
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji t Pihak Kanan Selisih Nilai Pretes Postes Kognitif
Sampel Jigsaw TAI
Ceramah tobs Jigsaw tobs TAI- tobs Jigsaw-Ceramah Ceramah= TAI = 2.286
n
32
30
30
= 4.144 > 2.153
> > ttabel =1.65
rerata
41.80
35.52
27.72
ttabel =1.65 ttabel = 1.65
variansi 86.04
131.15 249.52
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa:
a Pada efek utama baris (A), tabel 18 menunjukkan Fobs > F = 6.188 > 4
dengan keputusan uji Ho ditolak. Pada uji t pihak kanan Jigsaw menghasilkan
prestasi kognitif lebih baik daripada TAI dan Ceramah terlihat pada tobs>ttabel,
lihat tabel 19. Rata-rata selisih nilai kognitif siswa pada kelas Jigsaw 41.80
dan kelas TAI 35.52. Dengan demikian, siswa yang diajar dengan Jigsaw
menghasilkan prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada TAI.
b Pada efek utama baris (B), tabel 18 menunjukkan Fobs > F = 9.831 > 4
dengan keputusan uji Ho ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dibanding
dengan siswa yang memiliki aktivitas rendah.
c Pada efek utama baris (AB), tabel 18 menunjukkan Fobs < F = 0.266 < 4
dengan keputusan uji Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang
signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan TAI terhadap
prestasi belajar siswa.
D. Pembahasan Hasil Analsis Data
Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah: (1) penggunaan metode
Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI terhadap prestasi belajar siswa materi
pokok ikatan kimia. (2) siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki aktivitas
belajarnya rendah. (3) terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan
viii
ix
metode pembelajaran Jigsaw dan TAI dengan aktivitas belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia.
Hipotesis tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis variansi
dua jalan sel tak sama dengan hasil: 2 hipotesis diterima 1 ditolak. Adapun
pembahasan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 6.1884 untuk aspek kognitif
dimana Ftabel = 4.00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5%, maka untuk
prestasi aspek kognitif H0A ditolak dan H1A diterima. Hal ini berarti ada perbedaan
yang signifikan terhadap nilai prestasi belajar kognitif siswa antara yang diajar
dengan metode Jigsaw dan TAI pada materi ikatan kimia.
Ber
dasarkan data rataan pada tabel 17, terdapat perbedaan rataan selisih nilai prestasi
belajar kognitif materi ikatan kimia pada kelas yang diajar dengan metode Jigsaw
dan kelas dengan metode TAI. Rataan selisih nilai prestasi kognitif pada kelas
yang diajar dengan metode Jigsaw lebih tinggi daripada kelas yang diajar dengan
metode TAI. Hal ini berlaku baik bila dilihat tanpa membedakan aktivitas belajar
maupun bila dilihat dari masing-masing aktivitas belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan atau tanpa membedakan aktivitas belajar siswa
penggunaan metode Jigsaw menghasilkan prestasi belajar siswa aspek kognitif
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode TAI pada materi pokok
ikatan kimia.
Met
ode pembelajaran Jigsaw menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga meminimalkan kekurang aktifan siswa di dalam proses
pembelajaran. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan pendapatnya, saling menghormati pendapat temannya, saling
berdiskusi, berargumentasi, serta melatih jiwa bertanggung jawab terhadap
kepentingan bersama dalam belajar. Selain itu, dalam pembelajaran Jigsaw siswa
dituntut untuk belajar secara berkelompok.
Apabila ada salah satu siswa yang belum memahami tentang materi pada
ix
tugasnya, maka siswa yang lain dalam kelompok ahlinya akan membantu
menjelaskan materi yang belum dipahami siswa tersebut. Selanjutnya siswa
tersebut dapat menjelaskan pada kelompok asal tentang materi yang menjadi
tugasnya dengan bahasa mereka sendiri yang lebih mudah ditangkap oleh teman
satu kelompoknya. Bila dalam kelompok asal ada siswa yang tidak bisa
menjelaskan materi yang menjadi tugasnya, maka teman satu kelompoknya akan
mengalami hal yang sama yaitu tidak menguasai materi tersebut, karena itu siswa
termotivasi berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai semua materi
terutama yang menjadi tugasnya, agar kelompoknya memperoleh nilai tertinggi.
Apabila tanggung jawab pribadi telah muncul dalam diri siswa maka, siswa akan
senantiasa merasa percaya diri menyelesaikan berbagai soal yang berkaitan
dengan materi tersebut. Sehingga siswa akan berusaha mendapatkan prestasi yang
tinggi.
Sedangkan untuk metode pembelajaran TAI siswa dituntut untuk saling
berbagi pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya, semuanya akan
berusaha menonjolkan peran individu tanpa mengabaikan aspek koopertif untuk
mendapatkan nilai terbaik dibanding kelompok lainnya. Selain itu, siswa juga
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menguasai semua
materi secara bersama-sama. Apabila ada salah satu siswa yang kurang memahami
materi tertentu, maka teman satu kelompoknya akan membantu menjelaskan
materi yang belum dipahami oleh siswa tersebut.
Tingginya nilai kognitif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran
Jigsaw disebabkan karena siswa yang diajar dengan metode Jigsaw, akan lebih
fokus pada suatu materi yang didiskusikan secara berulang. Rata-rata siswa akan
lebih memahami suatu materi apabila dipelajari secara berulang dan mampu
mengajarkan materi tersebut pada siswa yang lain.
Dari uraian di atas dapat diperkuat dengan adanya kelas pembanding yaitu
kelas yang diajar dengan metode ceramah. Kelas pembanding disini diajar dengan
metode ceramah tapi tetap diberikan penugasan dan latihan soal agar tetap
seimbang dengan metode Jigsaw serta TAI, namun terlihat hasilnya tetap lebih
baik dengan metode Jigsaw. Rata-rata kelas untuk metode Jigsaw 41.80, untuk
xi
metode TAI 35.52 dan untuk metode ceramah 27.72. Selain uji anava dilakukan
pula uji t pihak kanan untuk melihat efektifitas kedua metode dibanding dengan
metode ceramah, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 19, bahwa Jigsaw diuji
dengan ceramah hasilnya lebih tinggi Jigsaw, selanjutnya Jigsaw di uji t dengan
TAI hasilnya juga lebih tinggi Jigsaw dengan kata lain Jigsaw paling efektif
dibanding kedua metode itu. Hal ini disebabkan siswa kurang dilibatkan dalam
proses belajar mengajar, siswa menerima materi dari guru secara keseluruhan
setelah itu diberi latihan soal dan penugasan, sehingga siswa kurang aktif
berusaha belajar sendiri memahami suatu materi. Lebih banyak siswa akan
berusaha menghafal apa yang disampaikan guru, padahal kenyataannya materi
yang dihafal akan mudah dilupakan jika dibanding dengan materi yang dipahami.
Kalau siswa sudah bisa menjelaskan suatu materi pada siswa lain berarti siswa
tersebut telah memahami materi itu dengan baik, sehingga jika diberi soal dengan
variasi jawaban atau variasi soal tertentu akan lebih mudah mengerjakannya
dibanding dengan siswa yang hanya manghafalkan suatu materi.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 9.831 untuk aspek kognitif
yang melampaui harga Ftabel = 4.00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5%,
maka untuk prestasi kognitif H0B ditolak dan H1B diterima. Hal ini berarti ada
perbedaan pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa
pada materi ikatan kimia.
Ber
dasarkan data rataan pada tabel 17, terdapat perbedaan rataan selisih nilai prestasi
kognitif dan nilai prestasi materi ikatan kimia pada siswa yang memiliki aktivitas
belajar tinggi dan rendah. Rataan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi lebih tinggi daripada rataan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah, baik bila dilihat tanpa membedakan metode pembelajaran, maupun bila
ditinjau dari masing-masing metode pembelajaran. Maka dapat disimpulkan
bahwa tanpa membedakan metode pembelajaran maupun ditinjau dari masingmasing metode pembelajaran siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
xi
xii
memiliki prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah pada materi ikatan kimia.
Sis
wa yang memiliki aktivitas belajar tinggi cenderung lebih bertanggung jawab
dalam belajar dan menyelesaikan tugas, memiliki dorongan untuk berprestasi,
mempunyai keinginan untuk memperluas wawasan, mandiri dalam belajar, suka
bekerjasama, sering bertanya, sering menjawab pertanyaan, sering berpendapat,
banyak berlatih, banyak membaca dan lain sebagainya. Dengan banyak
melakukan aktivitas belajar maka, siswa akan lebih mudah dala mengkonstruksi
pengetahuan dan pikirannya. dengan demikian dalam bekerja sama dengan
sesama anggota kelompoknya, siswa tersebut akan lebih memberikan kontribusi
yang mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang diharapkan.
3. Hipotesis Ketiga
Dari
hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 0.266 untuk aspek kognitif, dimana harga
Ftabel = 4,00 dengan N = 62 pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Fobs <
Ftabel sehingga untuk prestasi kognitif H0AB diterima dan H1AB ditolak. Hal ini
berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
Tida
k adanya interaksi berarti tidak ada efek yang berbeda pada metode Jigsaw dan
TAI pada aktivitas belajar siswa tinggi dan rendah. Untuk siswa dengan aktivitas
belajar tinggi baik di Jigsaw maupun TAI sama-sama mendapatkan prestasi yang
lebih tinggi daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
Sesuai yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1990:107), bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah
faktor yang berasal dari dalam dan luar diri. Faktor yang berasal dari dalam
berupa karakteristik fisiologis meliputi kondisi fisik dan panca indera,
sedangkan psikologis adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, aktivitas,
kemampuan kognitif. Faktor dari luar berupa lingkungan dan faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasi seperti kurikulum atau bahan pelajaran,
metode pembelajaran, guru, serta manajemen sekolah.
Pen
xii
xiii
elitian ini menggunakan uji keseimbangan dengan mengambil data dari nilai
ulangan materi sebelumnya (struktur atom) untuk mengetahui kondisi awal siswa.
Dari hasil uji keseimbangan tersebut dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor lain
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dianggap tidak berbeda.
Tida
k adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian Mugiarno (2009 : 60) bahwa tidak ada interaksi
antara metode pembelajaran interacting setting kooperatif dan metode ceramah
dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika dimana Fobs =
2,9617 < 3,1313 = F tabel.
Sum
arsono dalam penelitiannya (2006 : 5) menyatakan bahwa tidak ada interaksi
antara metode pembelajaran Jigsaw dan STAD dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Selain itu Salimatul Hidayah (2009 : 68) juga menyatakan
bahwa: harga FAB =0,034 < F tabel = 3,98, berarti tidak ada interaksi antara
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD dengan
aktivitas belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika pada pokok bahasan
getaran.
Berbagai uraian diatas memperkuat hasil penelitian ini bahwa memang
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Disamping itu dalam menentukan hipotesis ketiga referensi
tentang interaksi tersebut masih sangat terbatas.
xiii
xiv
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Ber
dasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada metode TAI
pada materi ikatan kimia. Fobs = 6.1884 > Ftabel = 4,00, dan tobs = 4.144 > ttabel =
1.65 dengan rata-rata selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut 41.80 dan
35.52.
2. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar
kognitif pada materi pokok ikatan kimia yang lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki aktivitas belajar rendah. Fobs = 9.831 lebih besar dari Ftabel = 4,00,
sehingga Fobs > Ftabel, dengan rataan selisih nilai prestasi kognitif berturut-turut
42.81 dan 35.02.
3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TAI dan Jigsaw dengan
aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar materi pokok ikatan kimia
siswa kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran
2009/2010. Harga Fobs = 0.266 dimana harga Ftabel = 4,00 sehingga Fobs < Ftabel.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara
sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka
sebaiknya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diterapkan sebagai alternatif
xiv
xv
dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sebaiknya dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya materi ikatan
kimia, guru memperhatikan aktivitas belajar siswa dan mendorong peningkatan
aktivitas belajar guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Saran
hasilnya,
selain
itu
guru
sebaiknya
mengusahakan
xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii
xvii