Nama Kelompok :
1. MUH KHAIRUNNAZAR
2. MASITAH
3. VIVI CANDRA
4. SUJATMIKO
5. NI PUTU SARI W
6. META A.W.D
7. RINA SUKAWATI
8. MAEZUL SOFIANDI
9. NUR ISMI S
10.
SILFI RUSDIANA
11.
NIKY NURFITRIYANA
12.
VARIKA WINA L
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotik
(gentamisin,
tobramisin,
neomisin,
kanamisin
dan
vankomisin)
Kimiawi (karbon tetraklorida dan timbal)
Logam berat (arsenik dan merkuri)
Nefritis interstitial akibat obat (tetrasiklin, furosemid, tiasid dan
sulfanomid)
2.3 Postrenal
a. Obstruksi Ureter dan Leher Kandung Kemih
Kalkuli
Neoplasma
Hiperplasia prostat
Tabel. 1 Etiologi dari Ketiga Tipe ARF
Perubahan Patologi
Prerenal
Penurunan aliran darah ke ginjal
hingga menimbulkan iskemia pada
nefron, bila hipoperfusi
berkepanjangan maka dapat
emnimbulkan nekrosis pada tubular
dan terjadinya ARF
Intrarenal (Intrinsik)
Kerusakan jaringan ginjal yang
disebabkan oleh proses inflamasi dan
imunologi atau dari hipoperfusi yang
berkepanjangan
Postrenal
Obstruksi pada sistem ginjal dari
batu kalkuli uretra/ dimanapun
letaknya
Obstruksi pada bladder secara
bilateral yang menyebabkan
kegagalan pada postrenal, tidak
hanya pada satu fungsi ginjal.
Etiologi
Kondisi yang disebabkan oleh
penurunan cardiac output :
Shock
CHF
Emboli pulmonali
Anafilaksis
Jantung tamponade
Sepsis
Nefritis internal akut
Terpapar nefrotoksin
Glomerulonefritis akut
Vasculitis
Syndrome hepatorenal
Akut tubular nekrosis
Stenosis/ trombosis arteri atau vena
ginjal
Kanker pada uretra atau bladder
Batu/ kalkuli ginjal
Atony bladder
Kanker atau hiperplasia prostat
Kanker cervix
Striktura uretra
From Ignatavicius, D. D., Workman, M. L, & Mishler, M. A. (1995). Medical surgical nusring
(2nd ed, p. 2148). Philadelphia : W. B Saunders. Used with permission.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada ARF seperti : pucat (anemia), oliguria, edema,
hipertensi, muntah, letargi, gejala kelebihan cairan berupa gagal jangtung
kongestif atau edema paru, aritmia jantung akibat hiperkalemia, hematemesis
dengan atau tanpa melena akibat gastritis atau tukak lambung, kejang,
kesadaran menurun sampai koma.
Fase gagal ginjal akut :
Fase oliguria atau anuria : jumlah urine berkurang sampai 10-30 ml/ hari,
dapat berlangsung 4-5 hari, kadang-kadang sampai 1 bulan. Terdapat gejala
uremia nyata seperti pusing, muntah, apatis sampai somnolen, haus, nafas
kussmaul, kejang dan lainnya. Ditemukan hiperkalemia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia, hiponatremia dan asidosis metabolik.
Fase diuretik : poliuria, dapat timbul dehidrasi. Berlangsung sekitar 2 minggu.
Fase penyembuhan atau pascadiuretik : poliuria dan gejala uremia berkurang.
Faal glomerulus dan tubulus membaik dalam beberapa minggu, tetapi masih
ada kelainan kecil. Yang paling lama terganggu adalah daya mengkonsentrasi
urine. Kadang-kadang faal ginjal tidak menjadi normal lagi dan albuminuria
tetap ditemukan.
4. Patofisiologi
Postrenal
Intrarenal
Prerenal
Vasodilat
curah
jantung
Hipovolem
ia
asi
Hipotensi
Kerusak
Perubaha
&
an
hipoperfusi
nerfon/
vaskuler
sistemik
Nefrotoks
Hyperplasi
kalkuli
a prostat
ik
Neoplasm
a
tubular
perkemihan
ginjal
terganggu
obstruksi
TD
Kongesti yg menyebabkan
lambat
Laju
Memperbesar
reabsorsi
GFRnatrium
reabsorsi dari
nefron
dan air
Pembuangan dari
interstisium
medulla renalis
tonusitas
Menekan dan
medular
merusak
nefron
GGA
5. Pemeriksaan Penunjang
5.1 Pemeriksaan Diagnosis
a. Rontgen Thorax
b. Ultrasonografi ginjal
c. Test Doppler
d. CT Scan
e. ECG (Electrocardiogram)
f. CVP (Central Venous Pressure)
g. Renal Arteriogram
5.2 Pemeriksaan Laboratorium
a. Lab darah lengkap : WBC, RBC, HCT, Platelet
b. Analisa Elektrolit : Sodium, potassium, calsium, kalium, natrium
c. AGD : PCO2, PO2, HCO3, Saturasi O2, PH
d. BUN, Creatinin, klirens kreatinin
e. Enzim hepar : SGOT, SGPT
f. Urinalisis : berat jenis urine, osmolalitas dan natrium urine
6. Penatalaksanaan Kegawatan
Penatalaksanaan
utama
kerusakan
fungsi
ginjal
diarahkan
pada
penatalaksanaan khusus dan adekuat dari keadaan hipoperfusi. Ketiga penyebab yang
paling pada penurunan fungsi ginjal adalah penurunan curah jantung, perubahan
tahanan vaskuler perifer, dan hipovolemia. Faktor-faktor seperti disritmia jantung,
infark miokard akut, dan temponande prikardial akut,semuanya ini menurunkan curah
jantung, mungkin berhubungan dengan penurunan aliran darah ginjal. Oleh karenanya
reversibilitas (kemampuan untuk kembali ke keadaan normal) dari gagal ginjal
tergantung pada kemampuan untuk meningkatkan fungsi jantung.
Pada kondisi ini, curah jantung biasanya terganggu secara akut dan sangat
payah. Bila curah jantung terganggu sampai batas yang lebih kecil selama periode
waktu yang lama, bagaimana pun, terjadi gambaran gagal jantung kongestif. Sekali
lagi, disini terjadi penurunan perfusi ginjal meskipun sampai batas yang terkecil.
Gambaran utama dari keadaan ini, dari aspek ginjal, makin menyerap natrium, yang
mengakibatkan peningkatan volume cairan ekstraselular, kenaikan tekanan vena
sentral, dan edema.
Beberapa mekanisme bertanggung jawab terhadap peningkatan reabsorpsi
tubular terhadap natrium. Pertama, terjadi penurunan lebih besar dalam aliran darah
ginjal daripada dalam filtrasi glomerulus, membawa ke mekanisme yang telah
dibicarakan sebelumnya. Kedua, telah diduga bahwa aliran darah ke kortek
superficial menurun, sementtara aliran darah kearea kortikal dalam meningkat. Selain
itu, diperkirakan bahwa nefron pada region kortikal dalam menyerap natrium
terfiltrasi dalam presentase yang lebih besar daripada nefron di korteks luar ginjal.
fungsi ginjal selama pemberian agen tersebut. Hal ini ditangani lebih mudah
dengan mengukur kadar kreatinin dengan jadwal dua hari sekali. Bila kreatinin
serum mulai meningkat, obat harus dihentikan.pada kebanyakan pasien, pada
penyimpanan fungsi dapat distabilkan dan pasien sembuh tanpa mengalami
kerusakan fungsi ginjal berat.
Masih ada perdebatan yang tajam berkenaan tentang efektifitas manitol
dan furosemid dalam mencegah GGA. Pada kenyataannya, berapa bukti telah
dikumpulkan yang menunjukkan bahwa furosemid secara nyata
dapat
idealnya
harus
kehilangan
2,2
lb
(1kg)
perhari
untuk
di
anjurkan
sebelumnya.
Oleh
karenanya,hiperalimentasi
dapat
menunjang
hiperkalemia.
Karena
proses
ini
Kriteria Hasil
Keperawatan
Perubahan perfusi
hemodinamik
Intervensi Keperawatan
12.
4 jam
Periksa berat jenis urine setiap
pergantian dinas. Laporkan
13.
adanya abnormalitas
Lakukan tindakan untuk
meningkatkan sirkulasi
(perubahan posisi, pertahankan
kehangatan)
Pasien akan
mempertahankan
keseimbangan cairan
Kondisi pasien akan
intravena
lingkungan sekitar.
1. Amati haluaran urine
2. Catat dan kaji masukan dan
haluaran
3. Kaji urine terhadap hematuria,
dipertahankan
berat jenis.
4. Berikan keamanan bila terjadi
kenaikan kadar BUN dan
kreatinin
5. Pantau tanda-tanda dan
akumulasi toksik obat
6. Kaji bunyi paru terhadap krakles
dan edema perifer
B. Koma uremikum
1. DEFINISI
Koma uremikum merupakan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan
keseimbangan lingkungan internal tubuh yang muncul secara bertahap sebelum jatuh
ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir
2. ETIOLOGI
1. infeksi: pielonepritis,tuberculosi
2. Penyakit vaskuler sistemik: hipertensi intrarenal,hipertensi ekstrarenal
3. Penyakit metabolik ginjal: amyloidosis, gout, nefropaty diabetic, syndrome milkalkali, sarcoidosis
4. penyakit jaringan konektif: Sklerosis sistemik progresif, SLE, poliartritis
3. MORFOLOGI
1. Penyakit di glomerulus:
Glomerulonefritis, penyakit membrane basal, syndrome goodpasture,
glomerulosklerosis interkapile
2. Penyakit di tubuler:
Hiperkalsemia kronik, hipokalemi kronik, syndrome fanconi, keracunan
logam berat
3. Penyakit vaskuler ginjal:
Penyakit iskemik ginjal, stenosis arteri ginjal bilateral, nefrosklerosis,
hiperparatiroid
sehat tidak
mampu lagi mengkompensasi
b. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema
c. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari
LFG
d. Perlunya pengobatan medis
3. Tahap III : End-Stage Renal Disease
a. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah
kreatinin dalam
darah
b. Ginjal tdak mampu mempertahankan
homeostatis
c. Pengobatan dengan dialisa atau penggantian ginjal
Karakteristik
Gagal
Ginjal
(
Kronik
Onset
Gradual
bulan
sampai
Presentasi
Durasi
Permanen
Prognosa
90-95
5. MANIFESTASI KLINIK
1. Neurologis
2. Kardiovaskuler
:
tahun
)
%
3. Respiratory
4. Hematologi
5. Gastrointestinal
6. Urinari
7. Integumen
8. Sistem
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Laboratorium darah
3. Pemeriksaan urine
4. Pemeriksaan EKG
5. Pemeriksaan USG
6. Pemeriksaan radiologi
7. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia
Terjadi karena penurunan ekskresi K, asidosis
metabolic,
akurat
3. Hipertensi
Disebabkan oleh retensi Na dan cairan, nalfungsi
sistem RAA
4. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, perdarahan
gastrointestinal
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik
Akibat retensi fosfat, kadar kalsium yang rendah, metabolisme vitamin D
abnormal, penurunan
kadar aluminium
8. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Memperlambat progresi gagal
ginjal
2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
3. Pengelolaan uremia dan koplikasinya
9. DIAGNOSA
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium
sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal.
2. Perubahan pola nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein,
pembatasan diet, peningkatan metabolisme anoreksi, mual, dan muntah.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi
produk sampah.
4. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, kulit pruritus kering.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
keterbatasan kognitif, kurang terpajan, misintepretasi informasi
C. Trauma ginjal
1. Definisi
Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yangmemberikan
manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan padastruktur. (Arif Muttaqin,
2011) Cedera ginjal dapat terjadi secara:
1. Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.
2. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara
tiba tiba didalam ronggaretroperitoneum. (Basuki B. Purnomo, 2003).
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau
trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan
trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur
berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan
lalulintas.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
2. Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalahsebagai berikut.
1. Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau tikam)
menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat trauma multisistem.
2. Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas, akibat
pukulan) menyebabkan ginjal malposisi, dan kontak dengan iga (tulang belakang).
3. Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal, prosedur
perkutaneus pada ginjal).
4. Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage).
5. Lainnya (misalnya: penolakan transplantassi ginjal, melahirkan [dapat
menyebabkan laserasi spontan ginjal]. (Arif Muttaqin, 2011)
3. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma
akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya
menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di
dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika
intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak pada rongga
retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah serta ureter,
sementara masa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam
fascia Gerota. Fascia Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil
hematom , tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas
kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena
cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga
perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero,
1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh adanya
akselerasi maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan trauma seperti
avulsi collecting system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi
parsial maupun komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap
didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem ini
sering terjadi pada pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil
sementara terdapat perdarahan retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis
yang cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan
perdarahan pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma
yang tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral aorta
sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur.
Karena letaknya yang berdekatan antara pankreas dan pole atas ginjal kiri serta
duodenum dengan tepi medial ginjal kanan bisa menyebabkan trauma kombinasi pada
pankreas, duodenum dan ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti
hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya
trauma ringan.(McAninch,2000).
4. Fungsi Ginjal
1. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
2. mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
oleh
berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi
relatif untuk dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
3) Ekstravasasi urin menandakan
adanya
cedera
ginjal
mayor. Bila
Kontusi ginjal
Minor laserasi korteks dan medula tanpa gangguan pada sistem pelviocalices
Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)
75 80 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade II
Lesi meliputi :
Pengkajian
Tanggal pengkajian
Ruangan
:
:
1. Identitas klien
a. Nama
b. No. MR
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Jenis kelamin
g. Alamat
h. Tanggal masuk RS
i. Alasan masuk RS
j. Cara masuk RS
k. Penanggung jawab
l. Riwayat alergi
m. Obat
n. Makanan
o. Alat bantu yang terpakai
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling sering adalah nyeri bagian pinggang
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami nyeri bagian abdomen, Hematuria,
Distensi abdomen, Syok akinat trauma multisistem,Nyeri pada bagian
punggung, Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin
besar,Massa di rongga panggul, Ekimosis, Laserasi atau luka pada
abdomen lateral dan rongga panggul
c. Riwayat kesehatan dahulu
Beberapa tahun sebelumnya pasien mengalami benturan mengenai
daerah pinggang, baik Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka
tembak, luka tusuk atau tikam), Trauma tumpul (misalnya: jatuh,
cedera atletik, kecelakaan lalulintas, akibat pukulan) Cedera iatrogenik
(misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal, prosedur
Perkusi
pekak
Auskultasi
tambahan
j. Abdomen :
Biasanya Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung,
k. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Anus kadang
terdapat incontinensia atau retionsio urine.
l. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang.
Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena nyeri,
m. Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Makanan dan cairan
Biasanya pasien Anoreksia, mual dan muntah, Intoleransi makanan,
sehingga
menyebabkan Penurunan
berat
badan,
kakeksia,
Nyeri
2)
Intoleransi aktivitas
3)
4)
Risiko infeksi
B. Intervensi keperawatan
N
o
1
Diagnosa keperawatan
Nyeri
NOC
Pain level
NIC
Pain managemen
Pain kontrol
dan
tidak
Compor level
muncul
Kriteria hasil
emosional
yang
menyenangkan
yang
atau
potensial
atau
dalam
hal
digambarkan
Tentukan
riwayat
nyeri,
Mampu mengontrol
frekuensi,
durasi,
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
0-10),
dan
mampu
tindakan
menggunakan
penghilangan yang
teknik
tiba-tiba
dari
farmakologi untuk
mengurangi nyeri,
terapi
tertentu
dengan
mencari bantuan )
misal:
radiasi,
atau
lambat
akhir
yang
dapat
non-
Melaporkan bahwa
Evaluasi/ sadari
pembedahan,
bln
nyeri
Batasan karakteristik
dengan
bioterapi,
menggunakan
manajemen nyeri
frekuensi
pernafasan
berkurang
digunakan
Mampu mengennali
nyeri
skala
intensitas,
kemoterapi,
ajarkan
diharapkan
Berikan
tindakan
Laporan isyarat
frekuensi,
Diaforesis
tanda nyeri)
misal:
Menyatakan rasa
gosokan punggung
nyaman
dan
Prilaku
berjalan
distraksi
(mis,
mondar-mandir
mencari
orang
lain
atau
prilaku
merengek,
menangis)
nyeri berkurang
resposisi,
aktifitas
hiburan
misal:
setelah
kenyamanan dasar,
Dorong
Mengekskresikan
(mis,
dan
bercahaya,
tampak
nyeri(misal: teknik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
meringis)
imajinasi), tertawa,
musik
Fokus
menyempit
(mis,
sentuhan
gangguan
persepsi
nyeri,
teraupetik.
hambatan
proses
berpikir,
Evaluasi
penurunan
interaksi
dengan
penghilangan
nyri
dan
nyeri/kontrol nilai
yang
dapat
aturan pengobatan
diamati
bila perlu
Perubahan
posisi
untuk
menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan
nyeri
secara
verbal
Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agen cedera (mis, biologis, zat
2
Definisi :
v Energy
conservation
Ketidakcukupan
energi
atau
menyelesaikan
kehidupan
Aktivity therapy
aktivitas
sehari-hari
yang
v Activity
dengan tenaga
tolerance
rehabilitasi
medik
Kriteria hasil :
merencanakan
v Berpartisipasi
program terapi
dalam aktivitas
Batasan karakteristik :
fisik
Respon
tekanan
darah
frekuensi
jantung
EKG
yang
- Kolaborasikan
tanpa
dalam
yang tepat
- Bantu
klien
disertai
untuk
peningkatan
mengidentifikas
tekanan darah,
i aktivitas yang
nadi dan RR
mampu
v Mampu
dilakukan
mencerminkan aritmia
Perubahan
melakukan
EKG
yang
mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan
setelah
beraktivitas
Dipsnea setelah beraktivitas
Menyatakan rasa letih
- Bantu
aktivitas
memilih
sehari-hari
aktivitas
(ADLs) secara
konsisten yang
mandiri
sesuai
v Tanda-tanda vital
normal
psikomotor
social
v Level kelemahan
Kelemaham umum
v Mampu
antara
dengan
tanpa
alat
- Bantu
untuk
mengidentifikas
berpindah
Imobilitas
kemampuan
psikologis, dan
dengan
fisik,
v Energy
untuk
:
atau
bantuan
dan
mendapatkan
sumber
yang
diperlukan
v Status
untuk
kardiopulmona
mendapatkan
ri adekuat
aktivitas
v Sirkulasi
status
baik
diinginkan
- Bantu
v Status respirasi :
yang
untuk
mendapatkan
pertukaran gas
alat
dan
aktivitas sperti
ventilasi
adekuat
bantuan
untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
- Bantu
klien
untuk membuat
jadwal
ltihan
diwaktu luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i
kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan
positif
bagi
yang
aktif
beraktivitas
- Bantu
pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
- Monitor respon
fisik,
emosi,
sosial,
3
v Ansiety
spiritual
Ansiety
Definisi :
v Fear level
Reduction
v Sleep
(penurunan
merasa
kurang
dimensi
fisik,
deprivation
kecemasan)
v Comfort,
sosial
Readines
Batasan karakteristik
Enchanced
Ansietas
Kriteria hasil :
Menangis
v Mampu
- Gunakan
for
pendekatan
yang
menenangkan
- Nyatakan
mengontrol
dengan
Takut
kecemasan
harapan
Ketidakmampuan
rileks
Iritabilitas
untuk
dan
v Status
lingkungan
yang nyaman
jelas
terhadap pelaku
pasien
- Jelaskan semua
Merintih
v Mengontrol
prosedur
nyeri
apa
v Kualitas
dan
tidur
istirahat
adekuat
v Agresi
pengendalian
diri
Melaporkan
kurang
puas
dengan keadaan
v Respon terhadap
pengobatan
dirasakan
selama
prosedur
- Pahami
prespektif
- Pasien terhadap
situasi stress
- Temani
pasien
untuk
v Status kenyaman
memberikan
v Dapat
yang
v Control gejala
meningkat
Berkeluh kesah
dan
mengontrol
ketakutan
keamanan dan
mengurangi
rasa takut
- Dorong keluarga
v Support social
untuk
Kurang
v Keinginan untuk
menemani anak
pengendalian
lingkungan
Kurang privasi
Kurang kontrol situasional
Stimulasi lingkungan yang
mengganggu
Efek samping terkait terapi
(mis, medikasi, radiasi)
hidup
- Lakukan
back/neck rub
- Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu
pasien
untuk mengenal
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong
untuk
pasien
mengungkapka
n
perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Berikan
obat
untuk
mengutrangi
kecemasan
Environment
Management
Confort
4
Resiko infeksi
Definisi :
peningkatan
Management
Infection Control
v Imune status
mengalami
resiko terserang
organisme patogenik
Pain
v Knowledge
infection
(Kontrol Infeksi )
- Bersihkan
control
lingkungan
Faktor-faktor resiko :
v Risk control
setelah dipakai
Kriteria hasil :
pasien lain
Penyakit kronis
- Diabetes melitus
- Obesitas
tanda
Pertahan
tubuh
gejala infeksi
v Mendeskripsika
n
primer
dan
proses
penularan
- Pertahankan
teknik isolasi
- Batasi
pengunjung
bila perlu
- Instruksikan
penyakit, faktor
pada
- Gangguan peritalsis
yang
pengunjung
- Kerusakan
mempengaruhi
untuk mencuci
penularan serta
tangan
penatalaksanaa
berkunjung dan
nnya,
setelah
kulit
kateter
integritas
(pemasangan
intravena,
prosedur infasif)
- Perubahan sekresi pH
v Menunjukkan
saat
berkunjung
kemampuan
meninggalkan
untuk
pasien
mencegah
- Gunakan sabun
- Merokok
timbulnya
antimikrobia
- Statis cairan
infeksi
untuk
destruksi
jaringan)
v Jumlah leukosit
dalam
batas
normal
Ketidakadekuatan pertahan
sekunder
- Penurunan hemoglobin
v Menunjukkan
tangan
- Cuci
dan
tindakan
sehat
keperawatan
imunitas
tidak
sarung
agen
sebagai
farmaseutikal
termasuk
imunosupresan,
antibodi
sesudah
perilaku hidup
(mis,
adekuat,
tangan
setiap sebelum
- Imunosepresi
didapat
cuci
- Gunakan
baju,
tangan
alat
pelindung
steroid,
- Pertahankan
monoklonal,
lingkungan
imunomudulator)
antiseptik
selama
pemasangan
Pemanjanan
alat
patogen
meningkat
terhadap
lingkungan
- Ganti letak IV
perifer dan line
- Wabah
central
dan
Prosedur infasif
dressing sesuai
Malnutrisi
dengan
petunjuk umum
- Gunakan kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
- Tingkatkan
intake nutrisi
- Berikan
terapi
antibiotik
bila
perlu
Infection
Protection
(
proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor
tanda
dan
gejala
infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung
granulosit,
WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi
pengunjung
- Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
- Pertahankan
teknik
aspesis
pada
pasien
yang berisiko
- Pertahankan
teknik
isolasi
k/p
- Berikan
perwatan kulit
pada
area
epidema
- Inspeksi
dan
kulit
membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi
luka/
insisi
bedah
- Dorong
masukkan
nutrisi
yang
cukup
- Dorong
masuk
cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan
pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
- Ajarkan pasien
dan
tanda
keluarga
dan
gejala infeksi
- Ajarkan
cara
menghindari
infeksi
- Laporkan kultur
positif
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hopfer Deglin, Judith & Hazard Vallerand, April. 2005. Pedoman Obat untuk
Perawat (Edisi 4). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kunz Howard, Patricia & A Steinmann, Rebecca. 2003. Sheehys Emergency Nursing
Principles and Practice (Sixth Edition). USA : Mosby Elsevier.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran (Edisi Ketiga, Jilid Kedua).
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
M. Hudak, Carolyn & M. Gallo, Barbara. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik (Edisi VI, Volume II). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat (Plus Contoh Askep dengan Pendekatan
NANDA, NIC, NOC). Yogyakarta : Nuha Medika.
ENA (Emergency Nurses Association). 2000. Emergency Nursing Core Curriculum
(Fifth Edition). Philadelphia : W.B Saunders Company.
Carpenito,
Linda
Jual.
(1995). Rencana
Asuhan
&
Dokumentasi