Anda di halaman 1dari 21

Disusun Oleh:

Dr. Noor Hafizah, SpM


Direvisi

KONJUNGTIVITIS
DEFINISI:
Adalah Peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, iritasi atau
reaksi alergi/hipersensitivitas. Bisa akut bila terjadi kurang dari 2 minggu atau kronis bila tidak
sembuh lebih dari 2 minggu.
GAMBARAN KLINIS:
mata merah
perih
sakit
rasa tidak enak (mengganjal)
berair
sekret
silau
tidak ada penurunan tajam penglihatan
DIAGNOSA BANDING :
Keratitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Test Flourosense
PENGOBATAN:

Tetes mata kloramfenikol (0,5%-1%) 6x/hari atau salep mata 3x/hari minimal 3 hari bila
curiga infeksi bakteri
Tetes mata antialergi bila curiga alergi/hipersensitivitas
Tetes air mata buatan 6x/hari bila curiga iritasi
Pada Steven Johnson Syndrome, diberi tetes mata antiinflamasi dan air mata buatan
kemudian dirujuk ke spesialis kulit
Pada konjungtivitis gonore, pada bayi diberikan injeksi penicillin procain 50.000 IU
/kgbb/hari dan kloramfenikol tetes mata (0,5%-1%) tiap jam

PENYULIT :
- keratitis
- ulkus cornea

Page

DAKRIOSISTITIS
DEFINISI:
Radang sakus lakrimalis
GAMBARAN KLINIS:
-

Daerah sakus lakrimalis hiperemis dan nyeri tekan


Daerah kanalikulus lakrimalis sedikit hiperemis
Dapat berupa abses, kadang-kadang dengan fistula
Kadang-kadang disertai konjungtivitis

DIAGNOSA BANDING :
-

Abses kulit di daerah sakus lakrimalis


Disingkarkan dengan melalui test anel, jika test anel positif disimpulkan bukan
dakriosistitis, tetapi abses kulit
Bila tets anel negative atau terjadi resusitasi, ditegakkan dengan dakriosistitis

PENGOBATAN:
-

Irigasi sakus lakrimalis setiap hari dengan povidone iodine


Kultur dan test resistensi secret dari sakus lakrimalis (dengan melakukan ekspresi)
Pemberian antibiotika sistemik dan obat antibiotika local minimal 5 hari
Rehabilitasi obstruksi duktus naso lakrimalis antara lain dengan intubasi dan
pemasangan silicon tube
Dakriosistitis kronik dilakukan probing, bila tidak berhasil dilakukan DCR

PENYULIT :
-

Inkaserasi atau strangulasi merupakan penyulit yang sering dijumpai bila dibiarkan
dapat menimbulkan kerusakan pada organ yang terjepit
Setelah pembedahan dapat terjadi hematoma

Page

KERATITIS EPITHELIAL
DEFINISI:
Peradangan atau reaksi toksik yang mengenai epitel kornea dapat tanpa atau dengan erosi
GAMBARAN KLINIS:
-

Penderita memiliki gejala subjektif seperti mata berair, silau, rasa pedas dan perih,
sakit
Gejala objektif tampak injeksi silier, kekeruhan pungtata atau filament pada epitel
kornea
Test fluoresense positif bila ada erosi
Gambaran klinik keratopathy seperti yang tertulis pada definisi
Penurunan tajam penglihatan

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Test fluoresense
Pemeriksaan tajam penglihatan
DIAGNOSA BANDING :
-

Degenerasi kornea
Distrofi kornea

PENGOBATAN:
-

Berikan obat sesuai gambaran klinis dan lakukan pemeriksaan laboratorium


Beri antibiotika tetes/salep mata kloramfenikol (0,5%-1%) 6x/hari atau salep mata
tetrasiklin 3x/hari untuk 3 hari bila diagnosa infeksi bakteri. Jangan berikan
kombinasi antibiotika dengan kortikosteroid.
Hentikan abat bila kesimpulan Iatrigenic (sitotoksik)
Beri air mata artificial
Beri obat antiviral bila didapat dugaaan infeksi virus

Page

ULKUS KORNEA SENTRAL


DEFINISI:
Radang ulseratif pada kornea sentral yang disebabkan oleh infeksi kornea (oleh karena
bakteri, jamur, virus atau alergi/imunologi) yang didahului oleh trauma, penggunaan lensa
kontak, pemakaian kortikosteroid topical yang tidak terkontrol.
GAMBARAN KLINIS:

mata merah, sakit, silau, penglihatan kabur


Visus terganggu, injeksi silier, infiltrate dengan ulkus pada kornea dapat terjadi akibat
konjungtivitis purulenta
Dapat mengakibatkan komplikasi perforasi kornea, uveitis atau endoftalmitis

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Test fluoresense
Pemeriksaan tajam penglihatan
Test sensitivitas kornea
Pemeriksaan tekanan intra okuler (TIO)
Pemeriksaan kerokan kornea dengan pewarnaan gram, giemsa dan pemeriksaan langsung
KOH 10% (untuk hifa jamur) dan kultur kerokan kornea

DIAGNOSA BANDING :
Degenerasi kornea sentral, uveitis, glukoma, endoftalmitis
PENGOBATAN :

Bila hasil gram (+) atau (-) berikan antibiotika tetes mata gol. Aminoglisida (gentamicin,
dibekasin, tobramisin) dengan konsentrasi yang ditingkatkan tiap jam atau golongan
quinolone (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin) tiap 5 menit pada 1 jam pertama
dilanjutkan tiap jam, kornea diperiksa tiap hari, bila ada kemajuan frekuensi pemberian
dikurangi hingga 2 minggu.
Bila ditemukan gambaran ulkus kornea dendritik, geografik atau stroma, diberikan salep
asiklovir 5x/hari atau tetes mata Idoksuridin tiap jam
Bila KOH (+), berikan tetes mata Natamisin 5% tiap jam dan salep mata Natamisin 5%
3x/hari. Bila ada kemajuan frekuensi pemberian dikurangi hingga 3-5 minggu.
Bila ada peningkatan TIO berikan tetes mata siklopegik dan antiglaukoma, disertai
analgetik bila perlu
Pasien sebaiknya dirawat apabila:
o Lesi ulkus kornea mengancam penglihatan, atau mengancam perforasi
Page

o Pasien dianggap kurang patuh untuk pemberian obat tiap jam


o Diperlukan follow up untuk menilai keberhasilan terapi
PENYULIT

Bantuan dalam hubungan sosial


Pekerjaan
Dan rumah tangga

Page

PTERYGIUM
DEFINISI
Pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva
menuju kornea pada daerah interpalpebra. Diduga paparan ultraviolet merupakan salah satu
factor risiko terjadinya pterygium.
PEMBAGIAN
Berdasarkan bagian kornea yang tertutup oleh pertumbuhan pterygium dibagi menjadi 4, yaitu:
Derajat 1
: pterygium terbatas pada limbus kornea
Derajat 2
: pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2
mm melewati kornea
Derajat 3
: pterygium sudah melebihi derajat 2, tidak melebihi pinggir an
pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 34 mm)
Derajat 4
: pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
GEJALA KLINIS

Asimptomatik
Mata sering berair dan sering merah
Merasa seperti ada benda asing
Mengganggu penglihatan (astigmatisme with the rule atau astigmatisme irregular)
Tajam penglihatan menurun (pada derajat 3 dan 4)

PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan dengan lup dan lampu senter untuk menentukan derajat pterygium
Tajam penglihatan diperiksa dengan Snellen
Tekanan intraocular diperiksa dengan tonometer schiotz, kecuali derajat 4 diperiksa dengan
palpasi digital

PENATALAKSANAAN

Non bedah untuk derajat 1 dan 2, berikan edukasi kepada pasien untuk mengurangi iritasi
dan paparan ultraviolet. Jika pterygium mengalami inflamasi berikan obat tetes mata
kombinasi antibiotic dan steroid 3x sehari selama 5-7 hari. Jangan berikan kortikosteroid
pada pasien dengan TIO yang tinggi atau pada kelainan kornea.
Bedah untuk derajat 3 dan 4, avulsi (pengangkatan) pterygium. Tindakan bedah untuk derajat
1 dan 2 dapat dipertimbangkan jika pasien ada keluhan atau alasan kosmetik
Page

Page

UVEITIS
DEFINISI
Peradangan yang mengenai jaringan uvea (iris, badan siliaris, dan koroid) akibat infeksi,
trauma, neoplasia atau proses autoimun. Berdasarkan anatomi dibedakan menjadi uveitis
anterior, intermedia, posterior atau panuveitis). Berdasarkan gambaran patologik menjadi
granulomatosa dan non granulomatosa. Secara klinis dibedakan menjadi idiopatik atau akibat
penyakit sistemik.
GAMBARAN KLINIK

Mata merah, silau, penglihatan kabur


Injeksi silier
Keratik presipitak, kadang-kadang ada hipopion
Miosis
Penurunan tekanan intra okuler
Kadang-kadang ada sinekia posterior

PEMERIKSAAN KLINIS

Menanyakan riwayat penyakit infeksi sistemik yang mungkin (infeksi TB, sifilis,
toksoplasmosis, penyakit lyme, brucellosis dan lepra) atau non infeksi (sarkoidosis,
rheumatoid arthritis, limfoma, trauma dan operasi mata sebelumnya)
Pemeriksaan tekanan intraocular dengan tonometer Schiotz
Pemeriksaan dengan slit lamp untuk mennilai peradangan pada mata depan (sel, flare dan
hipopion), keratik presipitat (ukuran kecil, sedang atau mutton fat), sinekia anterior dan/atau
posterior. Mencari komplikasi yang mungkin (katarak, glaucoma, band keratopathy), menilai
peradangan pada badan kaca (sel, flare, snowball dan snowbanks)
Pemeriksaan oftalmoskop direk atau indirek untuk mencari edema makula sistoid, koroiditis,
retinitis, vaskulitis atau optik neuritis
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari kelainan sistemik yang mungkin menyertai
uveitis, dipilih sesuai dengan gejala dan tanda penyakit sistemik pada masing-masing
penderita.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah:
Darah lengkap, VDRL, TPHA, toksoplasma serologis dan TORCH
2. Pemeriksaan radiologis:
Thoraks (TB, sarkoidosis, histoplasmosis)
Tulang belakang dan sendi sarkoiliaka (ankilosing spondilitis)
Sendi lain (rheumatoid arthritis)

Page

3. Skin test:
Uji Mantoux
4. USG
5. Flouremeter
PENGOBATAN

Pada uveitis anterior diberikan kortikosteroid topical 6x sehari, diberikan sikloplegia (sulfas
atropine 0,5-1%) 3x sehari untuk mencegah sinekia posterior dan mengurangi spasme siliar.
Apabila ada glukoma perlu diberi tinolol tetes mata dengan % sesuai tingginya TIO (consult
glaucoma)
Mungkin perlu pemberian glyserin oral (50 gram gliserin) 3 X sehari untuk 3 hari
Bila ada iris bombe perlu indektomi (bila mata tenang lebih dari bulan)
Bila ada gonio-synechiae luas, dilakukan trabekulektomi
Pemanfaatan bedah laser dapat dipertimbangkan
Apabila ada katarak, bila uveitas sudah tenang selama 2-6 bulan dapat dilakukan operasi
katarak dengan memberikan kortikosteroid sistemik dengan dosis imunosupresif 2 minggu
sebelum operasi dan 1-2 minggu pasca operasi

Penyulit:

Katarak
Glaukoma
Endoftamitis

Page

ENDOFTALMITIS
DEFINISI:
Infeksi berat jaringan intra okuler yang melibatkan seluruh jaringan segmen anterior dan
posterior mata. Berhubungan dengan proses infeksi (infectious endophthalmitis), kelainan non
infeksi seperti sisa massa lensa, didahului trauma tembus pada bola mata, ulkus kornea perforasi,
riwayat operasi intraokuler (ekstraksi katarak, operasi filtrasi, vitrektomi), hematogen dari
sumber infeksi lain terutama pasien dalam keadaan imunokompromis.
GAMBARAN KLINIK :
Visus sangat menurun, mata merah, tekanan intra okuler dapat tinggi dapat rendah dan
visus sakit. Terlihat peradangan berat yang mengenai segmen anterior dan posterior, hipopion,
abses, vitreous atau kekeruhan vitreous karena sel-sel radang.
DIAGNOSA BANDING :

Tumor intra okuler


Panoftalmitis
Panuveitis

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

USG
Kultur dan test sensitivitas

PENGOBATAN:

Segera lakukan pemeriksaan mikrobiologi dari tempat luka tumbuh, dari cairan bilik mata
depan dan dari vitreous, termasuk pemeriksaan resistensi.
Segera lakukan suntikan intra vitreal, intra kamera dan injeksi sistemis dengan antibiotika
sesuai hasil pemeriksaan awal
Setelah hasil test resistensi keluar (5 hari-1 minggu) sesuaikan antibiotika yang dipakai
Bila tekanan intra okuler tinggi, diberi obat untuk menurunkan TIO. Apabila visus sudah nol,
maka selain pemeriksaan dan penatalaksanaan di atas dilakukan observasi dan rekonstruksi
bola mata.
Pasien/penderita dirawat

PENYULIT :
Panoftalmitis
Trombosis sinus cavernosus

Page

PANOFTALMITIS
DEFINISI
Infeksi berat dari seluruh lapisan bola mata, baik jaringan intra okuler (iris, vitreous,
retina dan uvea), maupun jaringan ekstra okuler (kapsul tenon, episklera, sclera)
GAMBARAN KLINIK

selain gambaran endofthalmitis, terdapat proptosis


sakit yang hebat sekali
demam badan
tekanan intra okuler tinggi
palpebra edematous
visus nol

DIAGNOSA BANDING

Endoftalmitis
Panuveitis
Tumor intra okuler

PENGOBATAN
Sama seperti endoftalmitis
PENYULIT

trombosis sinus cavernosus


sellulitis orbita

Page

RUPTUR KORNEA / KORNEOSKLERA


GEJALA /TANDA YANG PERLU

DIPERHATIKAN

Laserasi palpebra
Khemosis konjungtiva
Laserasi/perdarahan konjungtiva
Adhesi iris/kornea
Bilik mata depan dangkal
Defek iris
Hipotoni
Defek kapsul lensa
Kekeruhan lensa (akut)
Perdarahan/ablasio retina

PEMERIKSAAN

Penampakan uvea, vitreous atau lensa


Tes Seidel positif
Tampak benda asing intra okuler
Benda asing intra okuler tampak pada pemeriksaan rontgen orbita dan ultrasonografi

TATALAKSANA PRE OPERASI


Bila tindakan operasi diperlukan, ideal untuk dilakukan sesegera mungkin sebelum 36
jam, untuk mencegah prolap jaringan intraokuler, mengurangi rasa sakit, kontaminasi mikroba
pada luka, migrasi epitel ke dalam luka, inflamasi intra okuler dan kekeruhan lensa
TINDAKAN PERTAMA YANG

DILAKUKAN

Berikan pelindung mata


Therapy topical
Berikan penenang
Berikan analgetik
Berikan antiemesis
Kultur
Antibiotika intravena (tobramisin, clindamysin atau vancomycin)
Page

Propilaksis tetanus
Konsul anesthesia

PENGOBATAN
Tanpa operasi:
Pada luka tembus yang minimal, tanpa kerusakan intraokuler, tidak ada prolap, diberikan
terapi antibiotika sistemik dengan atau topical dengan observasi yang ketat.
Bila luka tembus dengan bilik mata normal, diberikan obat-obatan supresi produksi
apnos, perban tekan atau lensa kontak, bila dalam 3 hari tidak berhasil dilakukan
penjahitan kornea.
Operasi:
Repair Korenosklera
Tujuan primer repair korneosklera adalah memperbaiki integritas bola mata. Tujuan
skunder adalah untuk memperbaiki visus. Bila prognosis visus kurang baik dan
mempunyai resiko simpatis optalmia, dilakukan enukliasi. Enukliasi primer lebih baik,
bila perlu ditunda tidak lebih dari 14 hari untuk mencegah simpatis oftalmia. Kemudian
diikuti pemeriksaan fungsi visus, vitreoretina atau konsultasi ke sub bagian plastic
rekonstruksi.
PENYULIT
-

oftalmia simpatika
phtisis bulbi

Page

TRAUMA KIMIA
Ada 2 Bentuk, yaitu:

Trauma alkali
Trauma asam

TRAUMA ALKALI:
Ammonia
NaOH, Ca (OH)2
PENGOBATAN

TRAUMA ALKALI

Bila terjadi trauma alkali maka segera dilakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanyak
2000 ml bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik
Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas
lakmus , pH normal air mata 7-3.
Bila penyebabnya adalah CaOH dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan
Ca OH yang melekat pada jaringan.
Diberi antibiotika dan dilakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh oportunis
Diberi sikloplegik karena terdapatnya iritis dan sinekia posterior.
Beta bloker dan Diamox untuk mengatasi glaukoma yang terjadi.
Steroid diberikan secara berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.
Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea
dan konjungtiva. Steroid topikal dan sistemik dapat diberikan pada tujuh hari pertama
pascatrauma. Diberikan deksametason 0,1% setiap 2 jam, steroid walaupun diberikan dalam
dosis tinggi tidak menegah terbentuknya fibrin dan membran siklitik.
Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase. Diberikan
satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini kologenase mulai terbentuk.
Vitamin C diberikan karena perlu untuk menghalangi efek kolagenase mulai terbentuk
Selanjutnya diberikan:
- Bebat (verband) pada mata
- Lensa kontak lembek
- Air mata buatan
Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan
PENGOBATAN

TRAUMA ASAM

Page

Irigasi segera dengan garam fisiologis atau air


Kontrol pit air mata untuk melihat apakah sudah normal
Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada trauma
alkali.

PENYULIT TRAUMA ASAM


Katarak
Glaukoma
Hipotoni bola mata
Air mata yang abnormal
Iritis
Enteropion
Trikiasis
Simblefaron

Page

GLAUKOMA PRIMER SUDUT


TERTUTUP AKUT
TERAPI MEDIKAMENTOSA :
-

Pasien rawat inap segera


24 jam pertama:

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Acetazolamid tablet 500 mg 4 dd 250mg


KCL 3 dd tablet 1
Glyserin 50% 3 dd100-150cc minum campur syrup
Pilocarpin 2 % setiap jam gtt 1
Timolol 0,5% 2 dd gtt 1
Steroid + antibiotika

Mata yang lain (yang tidak mendapat serangan) diberi pilocarpin 2% 3 dd gtt 1
Penderita dievaluasi untuk menetapkan tindakan iridektomi perifer laser/operasi
trabekulektomi

PEMBEDAHAN:
- Tunggu setenang mungkin bila respons terhadap terapi initial baik
- Bila tidak ada respon dalam 24 jam, operasi secepat mungkin
- Pra operasi:
Infuse manitol 20% bila TIO > 30mmHg 24 tetes

Page

GLAUKOMA PRIMER SUDUT


TERBUKA
TERAPI MEDIKAMENTOSA :
Pasien rawat jalan dengan terapi
Pilokarin
Timolol 0,5% 2 dd gtt 1
Acetazolamid 3 dd 250 mg KCL 3 dd 1
Obat-obat baru glaucoma sepjerti tiusopt, Azopt, Prostaglandin
PEMBEDAHAN:
-

Bila dengan medikamentosa TIO diatas 21 mmHg dan fungsi mata mundur
Bila fungsi mata tetap mundur dengan obat-obatan (Profasifitas) penentuan jenis
operasi di poliklinik

Page

HIFEMA
DEFINISI
-

Ada darah dalam bilik mata depan


Dapat terjadi akibat trauma ataupun trauma tumpul dapat juga perdarahan ini terjadi
spontan
Biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembentukan atau penyembuhan luka
Dapat terjadi penimbunan pigmen ini ke dalam lapis kornea

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

Tonometri
Funduskopi

PENATALAKSANAAN
-

Rawat tirah baring dengan kepala ditinggikan 60


Transamin oral
Steroid oral
Vitamin C dosis tinggi
Atropin tetes mata (kalau perlu)
Parasentase dengan indikasi

INDIKASI PARASENTASE
Tindakan pembedahan parasentase dilakukan bila terlihat tanda-tanda imbibisi:
a. Kornea
b. Glaukoma
c. Hifema
Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila:
-

Tekanan bola mata maksimal >50 mmHg selama 5 hari


- tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari

Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila:


- Tekanan bola mataa rata-rata >75 mmHg selama 6 hari
- Bila terlihat tanda-tanda dini imbibisi kornea
Untuk mencegah sinekia anterior perifer dilakukan pembedahan bila:
- Hifema total bertahan selama 5 hari
Page

Hifema difus bertahan selama 9 hari

PENYULIT
-

Imbibisi kornea
Sinekia inferior perifer
Atropi papil / saraf optik
Glaukoma

PENGOBATAN
Pada dasarnya pengobatan Hifema ditujukan untuk:
- menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang
- mengeluarkan darah dari bilik mata depan
- mengendalikan tekanan bola mata
- mencegah terjadinya imbibisi kornea
- mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini
- menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi.

Page

Page

Anda mungkin juga menyukai