Pembimbing :
Ibu. Budi Winarti
Oleh Kelompok I :
1.
2.
3.
4.
5.
Opan Chrisdianto
Pungki Rifat Hasmoro T
Reni Nur Lathifah
Riska Panduita
Rizky Damayanti
(201506057)
(201506060)
(201506062)
(201506064)
(201506066)
Tanggal
Malang,
Pembimbing Ruangan
Februari 2016
Pembimbing Akademik
Kutilang,
(
Safii, S. Kep, Ners
)
S.Kp.,M.Kep)
NIP : 19701105199203 1002
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmad-Nya yang memberi kesehatan,
kelancaran dan petunjuk-nya sehingga laporan review jurnal yang berjudul Peningkatan
Respon Kognitif dan Sosial Melalui Rational Emotiv Behaviour Therapy
(REBT) Pada Klien Perilaku Kekerasan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Dina Zakkiyatu Fuadah, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan ini yang telah memberikan dukungan baik materil maupun non materil
sehingga laporan ini dapat terseleseikan.
2. Bapak Phietoet selaku Kepala Ruangan Kutilang dan bapak Safii selaku pembimbing
Ruangan (Clinical Educator) di Ruang Kutilang yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun dalam penyeleseian laporan ini.
3. Kepada ibu dan keluarga tercinta yang telah memberi doa dan semangat juang yang
tak henti-hentinya.
Semoga Allah SWT memberi balasan dan berkahNya. Harapan penulis semoga laporan ini
berguna bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Untuk
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapan demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok I
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I
1.1 REVIEW JURNAL...................................................................................................6
1.2 LAPORAN ...............................................................................................................8
1.2.1 Konsep dan Model Teori dalam Jurnal...........................................................10
1.2.2 Metode Penelitian dalam Jurnal.....................................................................11
1.2.3 Hasil Penelitian dalam Jurnal.........................................................................12
BAB II
2.1 Pengkajian................................................................................................................. 19
IDENTITAS PASIEN.........................................................................................19
ALASAN MASUK.............................................................................................19
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI..............19
FAKTOR PREDISPOSISI..................................................................................20
PEMERIKSAAN FISIK.....................................................................................20
PENGKAJIAN PSIKOSOSIA............................................................................21
STATUS MENTAL.............................................................................................22
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG............................................................25
MEKANISME KOPING....................................................................................25
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN.........................................26
ANALISA DATA................................................................................................26
ASPEK MEDIS..................................................................................................26
2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................26
2 .3 Intervensi.................................................................................................................27
2.4 Implementasi dan Evaluasi ......................................................................................32
4
BAB III
PEMBAHASAN.............................................................................................................48
BAB IV
PENUTUP.......................................................................................................................50
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................50
4.2 SARAN.....................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................51
BAB I
LAPORAN REVIEW JURNAL
1.1 REVIEW JURNAL
Literatur
Judul :
Peningkatan Respon Kognitif dan Sosial Melalui
Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) Pada
Klien Perilaku Kekerasan
Penulis, Penerbit, Tahun :
Dewi Eka Putri, Budi Anna Keliat, Yusron Nasution. Jurnal
pada
Metode
Kesimpulan
kekerasan
Penelitian
Ringkasan
tidak diinginkan.
Rancangan Kelebihan :
Originalitas
Yang
Dengan
Membedakan
Jurnal Sebelumnya
penelitian
ini
adalah
desain
penelitian
1.2 LAPORAN
Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak mengalami perubahan
dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentu saja tidak terlepas dari
masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut.
Besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit
pula individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal inilah yang
dapat mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologi atau gangguan kesehatan
jiwa. Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah skizofrenia. Menurut UU No. 36
Tahun 2009 tentang kesehatan, tercantum bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif
secara
sosial
dan
(2009)
memperkirakan
dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan
jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030,
gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta
kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di
semua negara, pada perempuan dan laki- laki, pada semua tahap kehidupan, orang
miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun perkotaan mulai dari yang ringan sampai
8
2007 diperkirakan 1.037.454 orang. Provinsi Jawa Barat didapatkan data individu yang
mengalami gangguan jiwa sebesar 0,22 % (Riskesdas,2007). Skizofrenia
adalah
negatif
meliputi
berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara
sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Konsep diri merupakan semua perasaan
dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri,
dimana
hal
ini meliputi
kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada klien isolasi sosial dan harga
diri rendah adalah terapi generalis dan terapi spesialis (terapi psikososial/psikoterapi)
yang ditujukan kepada klien sebagai individu, kelompok klien, dan keluarga klien, serta
komunitas disekitar klien (Carson, 2000; Chen, et, al.,2006; Eiken, 2012). Tindakan
keperawatan spesialis diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan bersosialisasi adalah latihan ketrampilan sosial (Cacioppo, et, al, 2002).
Kneisl (2004) menyatakan bahwa social skills training adalah metode yang didasarkan
pada prinsip-prinsip sosial pembelajaran dan menggunakan teknik perilaku bermain
peran, praktik dan umpan balik untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah. Social skills training didasarkan pada keyakinan bahwa keterampilan dapat
dipelajari oleh karena itu dapat dipelajari bagi seseorang yang tidak memilikinya (Stuart
& Laraia, 2005). Terapi ini merupakan metode yang didasarkan prinsip-prinsip sosial
9
dan menggunakan teknik perilaku bermain peran, praktek dan umpan balik guna
meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Teori Peplau
sangat tepat diaplikasikan pada klien yang mengalami isolasi sosial dan harga diri
rendah karena menjelaskan proses hubungan antara perawat dan klien dimulai dari
tahap orientasi dimana perawat merupakan orang asing yang baru dikenal oleh klien,
selanjutnya masuk kedalam tahap identifikasi dan eksploitasi dimana terjadi proses
hubungan terapeutik untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh klien dan diakhiri dengan tahap resolusi dimana klien diupayakan untuk tidak
tergantung kepada perawat karena telah dilakukan latihan mengatasi masalah oleh
perawat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan
memperhatikan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut Penerapan terapi latihan ketrampilan social pada klien isolasi social dan
harga diri rendah dengan pendekatan model hubungan interpersonal peplau di RS DR
Marzoeki mahdi bogor.
dengan orang lain (Ramdhani, 2008). Dan penelitian oleh Roekani (2012) menyimpulkan
bahwa terapi Terapi Latihan Keterampilan Sosial atau Social Skill Training (SST) dapat
meningkatkan kemampuan sosialisais pada klien isolasi sosial dan harga diri rendah.
Semua klien telah mampu melakukan latihan berbicara yang baik, melakukan latihan
berbicara untuk menjalin persahabatan, melakukan latihan berbicara untuk bekerja sama
dan melakukan latihan berbicara untuk menghadapi situasi yang sulit. Latihan
keterampilan sosial dapat menurunkan tanda dan gejala pada klein yang mengalami
isolasi sosial dan harga diri rendah. Rata rata respon secara keseluruhan pada harga diri
rendah sebelum diberikan latihan keterampilan sosial sebesar 60,92% dan sesudah
diberikan terapi latihan keterampilan sosial sebesar 40,17%.
peran
sehari-hari
dilingkungannya.
Pekerjaan
juga
mencerminkan
13
2. Faktor Predisposisi
a. Aspek Biologis
Sebagian besar dalam penelitian ini, faktor predisposisi pada klien yang
diberikan terapi latihan ketrampilan sosial adalah adanya riwayat genetik
yaitu sebanyak 66,7%. Faktor genetik memiliki peran terjadinya gangguan
jiwa pada klien yang menderita skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2007).
b. Aspek Psikologis
Sebagian besar dalam penelitian ini, faktor predisposisi pada aspek
psikologis adalah adanya riwayat kegagalan/kehilangan (77,8%). Menurut
Erickson (1963 ), dalam Townsend 2009) menyatakan bahwa pengalaman
penolakan orang tua pada masa bayi akan membuat anak menjadi tidak
percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain. Kondisi ini akan
membuat individu lebih cenderung merasa rendah diri. Pemberian terapi
latihan ketrampilan sosial dapat membantu klien mengembangkan
mekanisme koping dalam memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak
menyenangkan. Klien dilatih untuk mengidentifikasi kemampuan yang
masih dapat digunakan yang dapat meningkatkan harga dirinya sehingga
tidak akan mengalami hambatan dalam berhubungan sosial.
c. Aspek Sosial Budaya
Sebagian besar dalam penelitian ini, faktor predisposisi pada aspek sosial
budaya, didapatkan pendidikan menengah dan sosial ekonomi rendah yang
masing- masing sebanyak 11 klien (61,1%). Menurut Townsend (2009)
status sosioekonomi yang rendah lebih rentan mengalami gangguan jiwa
dibanding pada tingkat sosioekonomi tinggi. Kemiskinan yang dialami oleh
seseorang menjadikan terjadinya keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan
pokok seperti nutrisi, pemenuhan kesehatan, kurangnya perhatian terhadap
pemecahan masalah yang dapat menimbulkan munculnya stres. Terapi
latihan ketrampilan sosial akan melatih klien dalam meningkatkan hubungan
dengan orang lain dengan cara memberikan pengetahuan serta kemampuan
bagaimaa menjalani hubungan dengan orang lain yang akan meningkatkan
kemampuan untuk mencapai harga diri yang positif.
14
2. Faktor Presipitasi
Hasil pengkajian terhadap 18 klien yang mengalami isolasi sosial dan harga diri
rendah kronis diperoleh bahwa 6 klien (33,3%) mengalami putus obat. Ratarata klien menyampaikan bahwa mereka merasa bosan dan merasa sudah
sembuh sehingga tidak perlu lagi minum obat. Hal tersebut menunjukkan
bahwa seluruh klien yang mengalami masalah isolasi sosial dan harga diri
rendah memiliki stresor berasal dari diri klien sendiri dan juga ditambah
dengan stresor dari luar diri pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Stuart dan
Laraia (2005) bahwa stresor dapat berasal dari internal maupun eksternal. Dan
pendapat Stuart dan Laraia, ( 2005) bahwa setiap stresor atau masalah yang
muncul membutuhkan penyelesaian sehingga semakin banyak stresor yang
dimiliki oleh individu maka individu tersebut makin dituntut untuk memiliki
penyelesaian koping yang adekuat dan makin bervariasi dalam mengatasi
stresornya.
3. Penilaian Terhadap Stresor
Berdasarkan hasil penilaian terhadap stresor pada klien yang memiliki masalah
isolasi sosial didapatkan rata- rata respon kognitif 27,50, respon afektif sebesar
15,89, respon perilaku sebesar 14,94, respon sosial sebesar 19,61, respon
fisiologis sebesar 15,17 dan secara keseluruhan respon klien harga diri rendah
sebesar 93,11. Sedangkan penilaian stresor pada masalah harga diri rendah
didapatkan gambaran rata-rata respon kognitif klien sebelum diberikan terapi
latihan ketrampilan sosial sebesar 16,06, respon afektif sebesar 13,61, respon
perilaku sebesar 17,61, respon sosial sebesar 13,44, respon fisik sebesar 7,94
dan secara komposit didapatkan respon klien harga diri rendah sebesar 60,92.
Respon klien dengan isolasi sosial dan harga diri rendah dalam menghadapi
stresor tersebut sesuai dengan pendapat Stuart dan Laraia (2005) yang
melihatnya dari aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial. Kelima
aspek tersebut dijadikan pedoman dalam penilaian terhadap respon klien
dengan isolasi sosial dan harga diri rendah kronis dalam karya ilmiah ini.
Didapatkannya penilaian terhadap stresor pada kelima respon tersebut
mendorong penulis untuk memberikan terapi latihan ketrampilan sosial yang
bertujuan untuk membantu meningkatkan respon kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan sosialnya. Terapi latihan ketrampilan sosial merupakan proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik perilaku bermain peran, praktik dan
15
BAB II
LAPORAN APLIKASI PENERAPAN TERAPI LATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL
PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG NUSA INDAH RSJ DR RADJIMAN
WDIODININGRAT LAWANG - MALANG
2.1 Pengkajian
17
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. W
Umur
: 43 tahun
Alamat
: Malang
Pendidikan
: MI
Agama
: Islam
Status
: Janda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kel : Perempuan
No RM : 104503
II.
ALASAN MASUK
a. Data primer:
Saya selalu dikamar, saya tidak ingin orang tau kalau saya sakit, saya malu
b. Data sekunder
Pada tahun 2012 kilen pernah memukul anak dan tetangganya sehingga
dipasung selama 2 tahun kemudian dilepas dirumah berbicara sendiri, suka
menyendiri, marah-marah, dan merusak pintu kamar.
c. Data Saat Pengkajian
Kontak mata kurang, isi pembicaraan merendah, tidak berinisisataif
berinteraks dengan orang lain.
III.
IV.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ya
Tidak
Jika ya jelaskan:
Klien sudah 7 kali masuk rumah sakit jiwa sejak tahun 2002
2. Pengobatan sebelmnya
Berhasil
18
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan : selama dirumah klien measa sudah sembuh dan tidak rutin minum
obat
V.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 26 Januari 2015
1. Keadaan umum :
Cukup, GCS : 4,5,6
2. Tanda vital :
TD
: 110/80 mmHg
N
: 88 x/menit
S
: 366C
P
: 22x/menit
3. Ukur : BB = 56 kg
TB = 160 cm
4. Keluhan fisik : pasien tidak mengeluh nyeri
VI.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
X
X
X
Keterangan Gambar :
: Laki-laki
: Perempuan
X
: Meninggal
: Pasien
Jelaskan:
Klien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, klien tinggal dengan ibu dan
adik, ernah menikah 2x dan cerai. Perikan kedua klien punya anak perempuan.
Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
19
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh: klien mengatakan seluruh tubuhnya semua sakit dan tidak
suka dengan penyakitnya.
b. Identitas: klien sebagai ibu dai satu anak dan anaknya dititipkan pada ibu
klien karena takut anaknya tertular.
c. Peran: sejak klien hanya didalam kamar dan jarang menyapa
d. Ideal diri: klien ingin cepat sembuh sembuh dan pulang kerumah
e. Harga diri: klien merasa malu akan sakit yang dideritanya sebagai aib
Masalah keperawatan : Harga diri rendah situasional
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Ketika diajak komunikasi tentang orang yang berarti atau terdekat, pasien
mengataan ibu kandung yang paing dekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Ketika diajak komunikasi tentang peran serta pasien dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat, klien mengatakan aktif dalam kelompok
pengajian.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: ketika diajak
komunikasi tentang hambatan pasien dalam berhubungan, kliean
mengatakan malu dengan penyakitnya.
Masalah keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beribadah didalam kamarnya dan berharap sembuh
b. Kegiatan ibadah
Dijalankan namun tidak rutin
VII.
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien sering lupa utuk menutup kancing baju dan merapikan kerahnya,
rambut tidak tersisir rapi.
Masalah keperawatan : Deficit perawatan diri (berhias)
2. Pembicaraan
Pasien berbicara lambat, dan menjawab pertanyaan setelah diulang
beberapa kali pertanyaan.
Masalah keperawatan : penurunan komunikasi verbal
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Hipokinesia, Hipoaktifitas : klien nampak malas dan lamban dalam akifitas
20
Pasien saat diajak bicara tentang kemampuan penilaian diri pasien diam
Masalah keperawatan: 13. Daya Tilik Diri
Klien dapat menyiapkan makanan dan menghabiskan makanan sendiri.
Masalah keperawatan : -
VIII.
IX.
MEKANISME KOPING
Klien mengikuti instruksi dalam ADL dan tidak melakukan kegiatan apapun jika
tidak diberi perintah.
X.
XI.
XII.
DATA
DS:
Saya malu dengan penyakit ini, penyakit ini
adalah aib
DO:
- Px menyendiri
- Interaksi kurang
- Kontak mata kurang
- Isi pembicaraan merendah (pesimis)
2.2 . DIAGNOSA KEPERAWATAN
MASALAH/DIAGNOSA
KEPERAWATAN
23
2.3 Intervensi
1. SESI I: MELATIH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
TUJUAN:
a) Klien menyetujui langkah-langkah yang akan dijalani dalam Terapi Latihan
Ketrampilan Sosial (Social Skills Training).
b) Klien mampu menggunakan sikap tubuh yang baik dalam berkomunikasi.
c) Klien mampu mengucapkan salam.
d) Klien mampu memperkenalkan diri.
e) Klien mampu menjawab pertanyaan.
f) Klien mampu bertanya untuk klarifikasi.
SETTING
a) Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di sekolah.
b) Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c) Klien duduk menghadap terapis.
ALAT
a) Format evaluasi
b) Format jadwal kegiatan harian
c) Alat tulis
METODE
a) Diskusi dan tanya jawab
b) Modelling /demonstrasi dari terapis
c) Role model/ redemonstrasi dari Klien
d) Feed back dari terapis
e) Transfer training yang dilakukan oleh Klien kepada Klien lain
24
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a) PERSIAPAN
Membuat kontrak dengan Klien bahwa terapi akan dilaksanakan secara dalam 5
(lima) sesi, dimana sesi 1 (pertama) sampai sesi 4 (empat) dilakukan 3 (tiga) kali,
sesi 5 (lima) dilakukan satu kali dengan waktu pelaksanaan 30 sampai 45 menit.
Jika Klien berhasil melewati masing-masing sesi sesuai kriteria maka Klien dapat
melanjutkan ke sesi berikutnya, jika tidak maka Klien akan mengulangi sesi
tersebut dan mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) PELAKSANAAN
1.
ORIENTASI
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis.
2. Perkenalan nama dan panggilan terapis.
3. Menanyakan nama dan panggilan Klien.
b.
Evaluasi/validasi
1.
c. Kontrak
1. Menyepakati pelaksanaan
pertemuan.
2. Menyepakati sesi pertama yaitu melatih kemampuan Klien berkomunikasi.
3. Menjelaskan tujuan sesi pertama yaitu:
Membantu Klien mampu memahami langkah-langkah yang akan dijalani
dalam social skills training.
Menjelaskan kepada Klien kemampuan yang akan dilatih pada sesi 1 (satu)
yakni kemampuan berkomunikasi meliputi; sikap tubuh yang baik,
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan dan
bertanya untuk klarifikasi. Keterampilan ini dilakukan dengan metode
pemodelan/demonstrasi dari terapis, Klien melakukan keterampilan yang telah
dimodelkan oleh terapis, pemberian unpan balik terhadap apa yang telah
dilakukan Klien dan Klien mempraktekan kembali kemampuan yang telah
dilatih kepada Klien lain.
4. Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
25
2. FASE KERJA
a.
Terapis mendiskusikan
dengan Klien
tentang
c.
a.
b.
d.
h.
Melatih
kemampuan
Klien
mengucapkan
Klien
memperkenalkan
salam
Melatih
kemampuan
diri
(memperkenalkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi, dan lama sakit).
j.
menjawab pertanyaan
terkait dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Klien dirumah atau dirumah
sakit dengan menggunakan metode;
k.
3. TERMINASI
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan Klien setelah
berkomunikasi.
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama Klien yang baik.
2. Tindak lanjut
a. Menganjurkan Klien melatih kembali menggunakan sikap tubuh yang baik
dalam berkomunikasi, cara mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
menjawab pertanyaan, dan bertanya untuk klarifikasi.
b. Memberikan kesempatan kepada Klien mempraktekan kembali kemampuan
yang telah dilakukan kepada Klien lain diruangan.
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan untuk melatih kemampuan menjalin persahabatan
meliputi memberi pujian, meminta dan memberi pertolongan.
b. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 2 (dua).
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi proses : evaluasi dilakukan saat proses social skills training berlangsung,
khususnya pada tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 1 (satu) adalah
kemampuan Klien berkomunikasi meliputi : menggunakan bahasa tubuh yang tepat,
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan, dan bertanya untuk
tujuan klarifikasi.
2. SESI II: MELATIH KEMAMPUAN MENJALIN PERSAHABATAN
TUJUAN:
Klien mampu menjalin persahabatan dengan Klien lain meliputi:
1.
2.
3.
1.
2.
Format evaluasi.
3.
Alat tulis
METODE
1.
2.
3.
4.
5.
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan Klien
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
B. PELAKSANAAN
1.
ORIENTASI
a. Salam terapeutik
b. Salam dari terapis kepada Klien.
c. Evaluasi/validasi
d. Kontrak
28
Terapis mendiskusikan
Klien tentang kemampuan yang telah dilakukan
dengan
Memberikan
pujian
atas
2.
cara memberikan
pujian.
3.
4.
d.
berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan Klien dalam
30
3. SESI
AKTIFITAS
BERSAMA
TUJUAN
Klien mampu bekerja sama dalam suatu permainan dengan melatih kemampuan
berfikir, berhitung, fokus , dan mengambilkan suatu keputusan dalam suatu tim.
SETTING
1.
Format evaluasi.
3.
4.
Alat tulis
METODE
1.
2.
3.
4.
5.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan Klien
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
B. PELAKSANAAN
31
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada Klien.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan bagaimana perasaan Klien saat ini
2. Menanyakan pada Klien latihan menjalin persahabatan yang telah dilatih
sebelumnya.
3. Meminta Klien mengulang kegiatan yang telah dilatihkan.
4. Berikan pujian jika Klien telah melakukanya.
c. Kontrak
1. Menyepakati terapi sesi 3 (tiga)
2. Menjelaskan tujuan sesi 3 (tiga) yaitu
Terapis
membagi Klien
atau
3.
4.
5.
6.
7.
Begitu seterusnya sampai tidak ada lagi lawan main mempunyai titiktitik mata batu yang sama dengan Klien.
32
8.
9.
10.
11.
c.
12.
13.
Terapis memberikan unpan balik terhadap kemampuan yang telah dilakukan Klien
dan jelaskan apa makna yang dapat diambil dari permainan batu domino.
d.
Klien mempraktekan kembali permainan batu domino kepada Klien lain diruangan.
e.
3. TERMINASI
a.
Evaluasi
1. Terapis menanyakan pada Klien perasaannya setelah mengikuti social skills
training sesi 3 (tiga).
2. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien bersama pasangannya dalam
permainan batu domino.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan Klien mempraktekan latihan berfikir, berhitung, fokus dan
mengambil suatu keputusan bersama dalam kegiatan seharihari baik dalam
bentuk permainan maupun aktifitas diruangan, misalnya menghitung kursi
sebanyak Klien yang dirawat saat jam makan dalam bentuk kerjasama,
menghitung jumlah pakaian kotor yang akan dicuci .
2. Bantu Klien memasukkan kegiatan bekerjasama dalam jadwal kegiatan harian
Klien
c. Kontrak yang akan datang
33
TUJUAN
1. Klien mampu menerima kritik dari orang lain
2. Klien mampu menerima penolakan dari orang lain.
3. Klien mampu minta maaf kepada orang lain.
SETTING
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di ruang rawat nginap.
2. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
3. Klien duduk berhadapan dengan terapis.
ALAT
1. Format evaluasi proses.
2. Format jadwal kegiatan harian.
3. Alat tulis.
METODE
1.
2.
3.
4.
5.
Transfer training
perawat.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. PERSIAPAN
34
Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada Klien.
b.
Evaluasi/validasi
1. Menanyakan bagaimana perasaan Klien saat ini.
2. Menanyakan pada Klien tentang kemampuan mempraktekan perilaku dalam
melakukan aktifitas bersama dalam kelompok.
3. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien mempraktekan perilaku yang telah
dilakukannya.
c.
Kontrak
1. Menyepakati pertemuan sesi 4 (empat)
2. Menjelaskan tujuan terapi sesi 4 (empat) yaitu melatih kemampuan Klien
menghadapi situasi sulit meliputi: menerima kritik, menerima penolakan dan
minta maaf.
3. Menyepakati tempat dan waktu pertemuan sesi 4 (empat).
2. FASE KERJA
a. Terapis mendiskusikan dengan Klien tentang kemampuan yang telah dilakukan
dalam menghadapi situasi sulit meliputi; menerima kritik, menerima penolakan
dari orang lain dan minta maaf.
b. Memberikan pujian atas keterampilan yang telah dilakukan Klien.
c. Melatih kemampuan Klien menerima kritik dengan menggunakan metode:
1. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan cara menerima kritik.
2. Klien melakukan kembali/ redemonstrasikan cara menerima kritik.
3. Terapis memberikan unpan balik terhadap kemampuan yang telah dilakukan
Klien.
4. Klien mempraktekan kembali cara menerima kritik.kepada Klien lain atau
perawat diruangan.
d. Melatih kemampuan Klien
menggunakan metode:
35
1.
Terapis memodelkan/mendemonstrasikan
orang lain.
2.
4.
e.
2.
3.
4.
Klien mempraktekan kembali cara minta maaf kepada Klien lain atau
perawat diruangan.
f.
semangat Klien.
3.TERMINASI
a.
Evaluasi
1. Menanyakan perasaan Klien setelah mengikuti social skills training sesi 4
(empat)
2. Menanyakan manfaat belajar perilaku dalam menghadapi situasi sulit bagi
Klien.
3. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien mengungkapkan perasaannya
mendapatkan umpan balik dan menyebutkan manfaaat belajar menghadapi
situasi sulit bagi Klien.
4. Minta Klien mengulang latihan yang telah diajarkan .
5. Berikan pujian jika Klien melakukannya.
b.
Tindak lanjut
1. Memberikan kesempatan Klien mempraktekan kembali kemampuan yang telah
dilakukan kepada Klien lain diruangan.
36
2.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan Klien.
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
B. PELAKSANAAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
37
2.
tentang kemampuan
Memberikan
pujian
atas
keberhasilan
Klien
2.
3.
2. FASE KERJA
a. Terapis minta Klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan Klien dalam
latihan kemampuan komunikasi yakni; sikap tubuh yang baik, cara mengucapkan
salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan dan bertanya untuk klarifikasi.
b. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien menyampaikan pendapatnya terkait
manfaat yang didapatkan Klien dalam latihan kemampuan komunikasi yang telah
dilaksanakan.
c. Terapis minta Klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan Klien dalam
latihan menjalin persahabatan yakni; cara memberikan pujian, meminta dan
memberikan pertolongan kepada orang lain.
d. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien menyampaikan pendapatnya terkait
manfaat yang didapatkan Klien dalam latihan kemampuan menjalin persahabatan
yakni; memberikan pujian, menerima dan memberikan pertolongan kepada orang
lain yang telah dilaksanakan.
e. Terapis minta Klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan Klien dalam
kemampuan aktifitas bersama dalam bentuk permainan.
f. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien menyampaikan pendapatnya terkait
manfaat yang didapatkan Klien dalam aktifitas bersama saat melakukan suatu
permainan yang telah dilaksanakan.
38
g. Terapis minta Klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan Klien dalam
berlatih kemampuan menghadapi situasi sulit.
h. Memberikan pujian atas keberhasilan Klien menyampaikan pendapatnya terkait
manfaat yang didapatkan Klien dalam berlatih kemampuan menghadapi situasi
sulit.
b. TERMINASI
a. Evaluasi
1.
2.
3.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan Klien melatih kembali untuk semua kemampuan yang telah
dimiliki, baik dirumah sakit maupun dirumah.
2. Kerjasama dengan perawat ruangan untuk memonitor perilaku Klien dalam
berkomunikasi, menjalin persahabatan, melakukan aktifitas bersama dan
menghadapi situasi sulit.
3. Masukan dalam jadual kegiatan harian Klien.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik.
39
Nilai
Tanggal : 26 01 - 2015
bahasa
tubuh
yang tepat.
a. Mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjawab pertanyaan.
mendapatkan
umpan
yang tepat
Mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri.
Menjawab pertanyaan.
Bertanya untuk klarifikasi.
1
1
1
1
1
berkomunikasi
meliputi:
yang tepat,
mengucapkan salam
memperkenalkan diri
menjawab pertanyaan
bertanya untuk klarifikasi
2.
3.
4.
5.
1
1
40
No
1
Nilai
Tanggal : 26 01 - 2015
pasien menjalin
persahabatan meliputi;
a. Memberikan pujian
b. Meminta pertolongan
c. Memberikan pertolongan
Mengungkapkan perasaannya
dalam
melakukan
kemampuan
menjalin
persahabatan meliputi:
a. memberikan pujian
b. meminta pertolongan.
c. memberikan pertolongan.
Menjelaskan manfaat berlatih
kemampuan
dalam
menjalin
persahabatan meliputi;
a. Memberikan pujian
b. Meminta pertolongan
c. Memberikan pertolongan.
Nilai
Tanggal: 26-1-2015
2
3
permainan.
Kemampuan berhitung.
Kemampuan
pasien
1
1
menentukan
41
pemenang.
Kemampuan pasien memberi kepada
orang lain.
Sesi 4 Melatih kemampuan Pasien menghadapi situasi sulit
O
Nilai
No
Tanggal: 26 - 01 - 2015
1
1
1
1
Mengungkapkan
setelah
balik
mendapatkan
terkait
menghadapi
perasaan
perilaku
situasi
umpan
dalam
sulit
meliputi;
1. menerima kritik
2. menerima penolakan
3. minta maaf.
Menyebutkan manfaat berlatih
0
1
1
0
1
Penilaian:
1. 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
3. Nilai 3 : pasien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
4. Nilai 2 : pasien harus mengulangi sesi 4
Sesi 5 Evaluasi social skills training
42
Nilai
No
a. Kemampuan pasien
menyebutkan manfaat
berlatih kemampuan
berkomunikasi meliputi:
b. Menggunakan
bahasa
d.
Memperkenalkan diri.
e. Menjawab pertanyaan.
f. Bertanya
untuk
klarifikasi.
2
a. Memberikan pujian
b. Meminta pertolongan
c. Memberikan pertolongan.
Menyebutkan manfaat berlatih
0
1
b. menerima penolakan.
c. minta maaf.
Keterangan :
1. 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
43
44
BAB III
PEMBAHASAN
Sosial skill training atau latihan keterampilan sosial dapat melatih kemampuan pasien dalam
berkomunikasi meliputi penggunaan sikap tubuh yang baik saat berkomunikasi,
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan dan bertanya untuk
klarifikasi. Selain itu dapat melatih kemampuan pasien dalam menjalin persahabatan seperti
memberikan pujian, meminta dan memberikan pertolongan. Disini peran terapis sangat
penting sebelum dilakukan sosial skill training atau latihan keterampilan sosial terapi
melakukan pengkajian kepada pasien terhadap rasa percaya diri pasien yang meliputi
kemampuan dalam berkomunikasi, menjalin persahabatan dan menghadapi situasi sulit.
Setelah itu terapis mengumpulkan pasien dengan rasa percaya diri yang rendah dan
menerapkan pelaksanaan sosial skill training dimana dijelaskan terlebih lanjut langkah
langkah yang akan dilakukan dalam terapi ini. Untuk lebih efisiennya terapis terlebih dahulu
memodelkan atau mendemonstrasikan ketrampilan berkomunikasi yang baik. Kriteria peserta
untuk mengikuti terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial yaitu pasien yang
bersedia mengikuti 5 sesi program sosial skill training atau latihan keterampilan sosial. Terapi
dilaksanakan dalam 5 sesi yaitu sesi pertama melatih kemampuan pasien berkomunikasi
yakni menggunakan bahasa tubuh yang baik, mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
menjawab pertanyaan dan bertanya untuk klarifikasi. Sedangkan sesi 2 melatih kemampuan
pasien dalam menjalin persahabatan meliputi kemampuan memberikan pujian, meminta dan
memberikan pertolongan kepada orang lain. Pada sesi 3 melatih kemampuan pasien untuk
terlibat dalam aktifitas bersama dengan pasien lain diruangan. Sesi 4 melatih kemampuan
pasien menghadapi situasi sulit meliputi menerima kritik, menerima penolakan dan minta
maaf. Pada tahap terakhir yaitu pada sesi 5 tahap evaluasi kemampuan pasien dalam
mengungkapkan pendapatnya tentang manfaat kegiatan sosial skill training atau latihan
keterampilan sosial yang telah dilakukan.
Pada tanggal 26 januari 2015 pukul 16.00 telah dilakukan terapi sosial skill training atau
latihan keterampilan sosial di ruang nusa indah dengan pasien HDR Ny. W pada sesi pertama
didapatkan pasien mampu berkomunikasi dengan nilai 5, pada sesi kedua didapatkan pasien
mampu menjalin persahabatan dengan nilai 6, pada sesi tiga didapatkan pasien mampu
terlibat dalam aktifitas bersama dengan nilai 4, pada sesi empat didapatkan pasien mampu
45
menghadapi situasi sulit dengan nilai 7, pada sesi lima didapatkan pasien mampu
mengungkapkan pendapatnya tentang manfaat kegiatan sosial skill training atau latihan
keterampilan sosial dengan nilai 8.
Pasien pada sesi satu menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang baik, menggunakan
bahasa tubuh yang baik, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan
dan bertanya untuk klarifikasi. Pada sesi dua pasien mampu menjalin persahabatan meliputi
kemampuan memberikan pujian, meminta dan memberikan pertolongan kepada orang lain.
Pada sesi tiga pasien menunjukkan kemampuan untuk terlibat dalam aktifitas bersama dengan
remaja lain diruangan. Pada sesi empat pasien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi
situasi sulit
BAB IV
46
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial, efektif diterapkan pada
pasien dengan harga diri rendah dengan ditunjukkan hasil dari rata rata nilai yang
didapatkan ( > 3 ) pasien mampu melalui tahap tahap sosial skill training atau latihan
keterampilan sosial ( 5 sesi ). Melihat hal tersebut terapi ini bisa di aplikasikan dalam
salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi pasien dan harga diri rendah.
5.2 SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial bisa dimasukkan dalam
SOP intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa Harga Diri Rendah.
b. Bagi Ruangan
Terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial bisa diterapkan pada
pasien Harga Diri Rendah dengan atau tanpa modifikasi ataupun kolaborasi dengan
terapi lain.
c. Bagi Mahasiswa
Terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial bisa dijadikan bahan
penelitian lebih lanjut untuk menegtahui tingak kepercayaan diri dan komunikasi
pada pasien Harga Diri Rendah.
d. Bagi Perawat
Terapi sosial skill training atau latihan keterampilan sosial bisa jadi rujukan untuk
menambah wawasan dalam menerapkan intervensi pada pasien dengan diagnosa
Harga Diri Rendah dengan harapan tercapainya asuhan keperawatan jiwa yang
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Nyumirah Sri, November 2013. Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 1, No. 2. Penerapan
Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah
Dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bog.
Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia.
47
Fauzi, fuad S. Kep. 2014. Skripsi Efektifitas sosial skill training terhadap pembentukan rasa
percaya diri pada remaja di SMA
Wakhid Abdul, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD. 2013. Penerapan Terapi Latihan
Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bogor. AKPER Ngudi
Waluyo, Ungaran, 50515, Indonesia. Departemen Keperawatan Jiwa: Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Kaplan and Sadocks Synopsis of
Psychiatry
48