DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
1
2
3
4
4
6
14
15
15
29
I
II
III
IV
V
VI
16
19
24
26
27
ABSTRAK
Kelahiran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai wadah peran serta masyarakat
dalam dunia pendidikan merupakan salah satu implikasi dari otonomi pemerintahan pada
umumnya dan otonomi pendidikan pada khususnya. Penyelenggaraan pemerintahan pada
umumnya dan penyelenggaraan pendidikan pada khususnya harus melibatkan peran serta
masyarakat. Itulah sebabnya maka pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang pendidikan
telah melahirkan pula manajemen berbasis sekolah (MBS) atau school-based management
(SBM). Salah satu karakteristik manajemen berbasis sekolah tidak lain adalah pelibatan
peran serta orangtua dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan, program, dan kegiatan
sekolah.
Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki landasan teoritis yang
cukup kuat. Secara konseptual Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara bahkan
telah mengemukakan konsep tripusat pendidikan, yang menegaskan bahwa keluarga,
sekolah dan masyarakat merupakan satu kesatuan sinergis yang bertanggung jawab bukan
saja hasil belajar peserta didik tetapi juga proses pendidikan itu sendiri. Dalam buku
bertajuk How Communities Build Stronger Schools, Anne Wescott dan Jean L. Konzal
menggambarkan pola hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang berkembang
menjadi paradigma baru yang bekerja sama secara sinergis.
Dewasa ini Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah telah terbentuk. Pelaksanaan peran
dan fungsinya memang belum optimal dalam mendukung upaya peningkatan mutu layanan
pendidikan. Itulah sebabnya upaya pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
melalui berbagai program dan kegiatan, seperti (1) workshop Dewan Pendidikan, (2)
pemberian subsidi stimulant Dewan Pendidikan, (3) pemilihan Komite Sekolah Hibah
Bersaing, (4) lokakarya Komite Sekolah Hibah Bersaing, dan kegiatan pendukung lainnya.
Pelaksanaan program dan kegiatan tersebut tidak lain bertujuan untuk memberdayakan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional (key development
milestones), yaitu: (1) 50% Dewan Pendidikan Pendidikan telah berfungsi dengan baik
pada tahun 2009, (2) 50% Komite Sekolah telah berfungsi dengan baik pada tahun 2009,
dan (3) Dewan Pendidikan Nasional terlah terbentuk pada tahun 2009. Untuk mencapai
sasaran dalam Renstra tersebut, program pemberdayaan ini perlu mengembangkan standar
kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang akan digunakan sebagai indikatorindikator pelaksanaan peran dan fungsi dengan baik tersebut.
Kata-kata kunci: Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, otonomi daerah, MBS, tripusat
pendidikan, key development milestones, peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah, kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, indikator pelaksanaan peran dan
fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
I.
LATAR BELAKANG
Education is the shared responsibility of students, teachers, parents, tertiary
educators and the community
(Curriculum Framework for Kindergaten to Year 12 Education in Western
Australia, hal. 17)
Di masa sekarang dan yang akan datang pengelolaan pendidikan harus lebih
demokratis dalam bentuk memberikan otonomi seluas-luasnya kepada
masyarakat. Saat ini pemerintah sedang menggulirkan kebijakan otonomi
pendidikan. Ini merupakan momentum bagi masyarakat untuk berpartisipasi
tidak saja dalam aspek manajemennya, lebih penting lagi adalah dalam
memperkaya muatan pendidikan dengan wacana kultural, sosial, agama, dan
lain sebagainya yang berkembang di lingkungan sekitarnya
(Abdul Malik Fadjar)
Kelahiran Komite Sekolah ibarat bayi cantik yang sedang ditimang-timang oleh
banyak orang. Masyarakat, sebagai pihak konsumen pendidikan (customer),
mempunyai harapan yang sangat besar terhadap pelaksanaan peran dan fungsi
Komite Sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sementara
itu
pemerintah,
sebagai
pihak
penyedia
layanan
pendidikan
(provider),
sama
secara
sinergis
untuk
bersama-sama
melaksanakan
tugas
kalau belum, apakah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah telah menyusun
program dan kegiatan yang inovatif sehingga dapat mengoptimalkan peran dan
fungsinya, agar benar-benar memiliki manfaat besar dalam upaya peningkatan
mutu layanan pendidikan? Lima pertanyaan itulah yang akan dikupas tuntas dalam
tulisan ini.
II.
SEJARAH SINGKAT
Sekolah tidak dapat lagi kita pikirkan sebagai suatu lembaga sosial yang berdiri
sendiri, terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang lain. Sekolah harus kita
pandang sebagai suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang
ada di sekitarnya, baik masyarakat lokal, maupun masyarakat daerah atau
masyarakat nasional. Kemudian, pendidikan tidak dapat lagi kita bayangkan
sebagai kegiatan yang hanya dilaksanakan oleh sekolah, dan bersifat terlepas dari
kegiatan pembinaan anak yang terjadi di lingkungan keluarga serta kegiatan
pengembangan diri yang dialami anak dalam lingkungan masyarakat
(Mochtar Buchori)
What can all of us together do to educate all children well.
(Anne Wescott dan Jean L. Konzal)
Landasan Yuridis-Legalistik
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat UU Nomor 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat
rakyat tersebut oleh Departemen Pendidikan Nasional dijabarkdan lebih lanjut ke
dalam Kepmendiknas 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Kepmendiknas tersebut telah melahirkan Buku Panduan Umum Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah yang digunakan sebagai acuan pembentukan dan pelaksanaan
kegiatan operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Ketentuan Pasal 56 (4) tersebut pada saat ini masih sedang dirumuskan oleh
Kelompok Kerja dalam bentuk RPP tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Dalam waktu dekat RPP tersebut akan segera diterbitkan menjadi PP
yang akan menjadi acuan operasional yang lebih rinci tentang proses pembentukan
dan pelaksanaan organisasi dan manajemen Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.
Sekilas sejarah pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tersebut telah
memberikan gambaran yang demikian jelas bahwa kelahiran Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah sesungguhnya telah memiliki landasan hukum yang amat
kuat, bukan hanya dalam bentuk Kepmendiknas, tetapi dalam bentuk undang-
undang, dan diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama tentang dapat segera
diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP).
Landasan Teoritis-Ilmiah
Dalam buku bertajuk How Communities Build Stronger Schools, Anne Wescott
dan Jean L. Konzal menggambarkan pola hubungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam tiga paradigma yang mengalami perubahan dan perkembangan.
Ketiga paradigma hubungan tripusat pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Paradigma lama
Guru dan dan warga sekolah dalam paradigma lama ini pada umumnya
masih berkutat pada pertanyaan, what can parents, community members,
and organizations do for us? atau apa yang orangtua, warga masyarakat,
dan organisasi masyarakat dapat lakukan untuk kami (sekolah)? Jawaban
yang ingin mereka dapatkan dari pihak orangtua dan masyarakat hannyalah
hanya berupa uang transpor atau baju seragam atau honorarium kelebihan
6
jam mengajar. Jadi, guru dan warga sekolah masih terfokus pada dukungan
finansial dari keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga dan
warga masyarakat pun sudah merasa telah memberikan peran utamanya,
jika ia telah memberikan dukungan finansial kepada sekolah. Masalah
proses belajar mengajar, urusan belajar anak di rumah, pembinaan moral
peserta didik, seluruhnya telah diserahkan sepenuhnya kepada sekolah.
Orangtua dan masyarakat hanya ingin tahu bahwa anaknya lulus dengan
nilai yang tinggi. Kalau kemudian ada anak yang perilakunya tidak baik,
atau tidak dapat mencapai standar kelulusan, orangtua dan masyarakat akan
segera mengembalikan tanggung jawab semua itu kepada sekolah.
PARADIGMA LAMA
SEKOLAH
KELUARGA
MASYARAKAT
2.
Paradigma Transisional
lebih manusiawi, dan telah terjadi hubungan dua arah, (4) proaktif, (5)
lebih inklusif, (6) perbedaan kultural dan sosial sudah memperoleh
perhatian, (7) kerja sama dengan orangtua sudah terbentuk secara
terbatas, (8) menjalin hubungan dengan masyarakat jika bermanfaat
kepada sekolah, dan (9) guru mulai mengadakan penelitian tentang
kegiatan belajar mengajar tetapi belum melibatkan orangtua dalam proses
ini.
PARADIGMA TRANSISIONAL
SEKOLAH
KELUARGA
MASYARAKAT
3.
Paradigma Baru
Dalam paradigma baru ini, semua orang (orangtua dalam keluarga, kepala
sekolah dan guru di sekolah, serta warga masyarakat) secara bersama-sama
mengajukan pertanyaan tentang what can all of us together do to educate
all children well atau tentang apa yang kita dapat kerjakan bersama
untuk mendidik semua anak dengan baik.
tentang bagaimana cara mendidik peserta didik itu tidak lagi hanya menjadi
tanggung jawab profesional para pendidik dan kepala sekolah dan tenaga
administrasi di sekolah saja, melainkan telah melibatkan peran serta secara
sinergis dari semua stakeholder pendidikan. Dengan kata lain, pemangku
kepentingan pendidikan (stakeholder) tidak lagi pernah menyebut murid
saya, atau siswa saya, atau siswa-siswa itu atau anak-anak saya,
melainkan dengan sebutan kolektif anak-anak kita.
PARADIGMA BARU
Apa yang dapat kita
kerjakan bersamasama untuk mendidik
semua peserta didik
dengan baik?
SEKOLAH
MASYARAKAT
KELUARGA
1.
2.
Hubungan keluarga dan sekolah masih bersifat satu arah dan bersifat
biokratis dan hierarkis
Hubungan seperti ini masih kental dalam kegiatan sekolah. Orangtua siswa
akan datang ke sekolah dalam acara pengambilan rapor, pertemuan orangtua siswa, penerimaan siswa baru, atau panggilan resmi dari kepala sekolah
karena ada masalah yang berkenaan dengan kenakalan siswa masih bersifat
birokratis. Dengan kata lain, hubungan sekolah dan orangtua siswa masih
bersiifat satu arah, yakni dari sekolah kepada orangtua siswa. Belum
banyak arah yang sebaliknya. Paling-paling surat pemberitahuan karena
anaknya sakit, atau memintakan izin anak karena ada keperluan keluarga.
Belum ada misalnya surat dari warga masyarakat atau orangtua yang berisi
evaluasi atau masukan kepada sekolah.
3.
Merasa sebagai unit birokrasi terendah, maka hubungan antara sekolah dan
keluarga lebih bersifatr defensif. Sekolah tidak merasa perlu berhubungan
dengan keluarga dan masyarakat jika tidak ada keperluannya. Demikian
11
4.
5.
12
6.
Pola hubungan tripusat pendidikan diharapkan akan berubah menjadi lebih baik
dengan pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yang menjadi
wadah peran serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Dengan catatan, lembaga itu tidak hanya sekedar menjadi stempel sekolah, seperti
yang terjadi dengan BP3 atau POMG di masa lalu.
13
Sebagai contoh, inilah yang terjadi di satu Sekolah Dasar yang boleh disebut telah
mulai menerapkan paradigma baru ini. Menjelang kegiatan ulangan semester,
semua orangtua siswa diundang ke sekolah. Dalam arena pertemuan yang sengaja
dibuat tidak formal itu, semua siswa dan didampingi oleh masing-masing
orangtuanya bertatap muka dengan kepada sekolah dan semua guru. Kepala
sekolah menjelaskan tentang rencana kegiatan ulangan semester itu, yang menurut
jadwal kurang dua minggu lagi. Akan lebih baik lagi jika jadwal ini dapat dilihat
setiap hari pada papan pengumuman di halaman sekolah. Bunyinya Ulangan
Semester kurang 14 hari lagi. Setiap hari papan pengumuman ini akan diganti
menjadi kurang 13 hari lagi, kurang 12 hari lagi dan seterusnya. Sehari kemarin
papan pengumuman itu masih tertulis Ulangan Semester kurang 15 hari lagi.
Pada saat papan pengumuman tersebut tertulis Ulangan Semester kurnag 14 hari
lagi, semua orangtua telah diundang ke sekolah untuk memperoleh penjelasan dari
kepala sekolah, tentang apa yang telah dilakukan sekolah selama ini, dan apa saja
yang perlu dilakukan oleh orangtua, termasuk untuk mendorong anaknya untuk
belajar, dan memberikan doa restu kepada anak-anak kita. Acara diakhiri dengan
acara permohonan doa restu anak-anak kepada orangtua dan kepada semua
gurunya dengan cara saling berjabat tangan. Ini merupakan satu prosesi yang
terjadi di satu sekolah dasar swasta terkenal di Yogyakarta. Contoh tersebut
minimal dapat dijadikan satu model atau bahan diskusi lebih lanjut tentang apa
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Semua itu dilakukan semata-mata untuk
kepentingan pendidikan anak-anak kita, anak-anak pewaris masa depan bangsa.
Sekolah. Kedua, ada bupati yang baru terpilih dalam pilkada yang telah memecat
Ketua Dewan Pendidikan, dengan alasan tertentu. Ketiga, ada kepala sekolah yang
telah memecat komite sekolah, karena tidak mau menandatangani laporan
pertanggungjawaban BOS. Keempat, masih ada beberapa gubernur belum
memiliki respon dalam pembentukan Dewan Pendidikan Provinsi.
Jika eksistendi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sudah sepenuhnya dapat
diterima oleh pihak-pihak birokasi, legislatif, dan pemangku kepentingan yang lain,
atau jika semua pihak tersebut telah memiliki pemahaman yang benar tentang
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, maka diharapkan akan terjadi peningkatan
kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Pada gilirannya Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah akan mampu melaksanakan peran dan fungsinya secara
optimal.
15
Meskipun demikian, dari segi kualitatif kondisi Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, proses pembentukan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah masih ada yang belum sepenuhnya dengan
ketentuan yang berlaku. Kedua, beberapa Komite Sekolah dibentuk hanya untuk
tujuan sesaat, yakni sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh subsidi.
Ketiga, ada beberapa Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah bahkan ada yang
belum memiliki AD/ART. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa beberapa
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tersebut belum dapat melaksanakan peran
dan fungsinya secara obtimal untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan
nasional.
meningkat lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah perlu diberdayakan agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara
optimal. Singkat kata, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah perlu diberdayakan
antara lain melalui proses revitalisasi, baik organisasinya, kebijakan, program, dan
kegiatannya, sehingga lembaga mandiri ini benar-benar dapat berfungsi dengan
baik, sebagaimana telah diamanatkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa: (1) 50% Dewan Pendidikan
Kabupaten/Kota telah berfungsi dengan baik pada tahun 2009, (2) 50%
Komite Sekolah telah berfungsi dengan baik pada tahun 2009, dan (3) Dewan
Pendidikan Nasional telah dibentuk pada tahun 2009. Apakah karakteristik
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang telah berfungsi dengan baik?
Beberapa indikator berikut ini dapat dijadikan pegangan.
Tabel 1
Indikator Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Yang Telah Berfungsi Dengan Baik
No.
Fungsi
1 Mendorong tumbuhnya
perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap
penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
Indikator
1 Memiliki AD/ART Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah
2 Menyusun program kerja Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah
3 Menjalin komunikasi efektif dengan
pemangku kepentingan (stakeholder)
pendidikan
4 Menyusun rencana, melaksanakan, dan
melakukan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Melakukan kerja sama
5 Melaksanakan kerja sama (MOU) dengan
dengan masyarakat
institusi terkait.
(institusi terkait)
6 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
kerja sama (MOU)
Menampung dan
7 Melaksanakan kegiatan pendataan, survai,
menganalisis aspirasi, ide,
pemetaan masalah pendidikan, studi,
tuntutan, dan berbagai
kajian, seminar, dan sebagainya, serta
kebutuhan pendidikan dari
mengumumkan kepada masyarakat
masyarakat
8 Melaksanakan inventarisasi aspirasi, ide,
tuntutan, dan kebutuhan masyarakat
tentang pendidikan
Memberikan masukan,
9 Memberikan rekomendasi secara periodik,
pertimbangan, dan
terutama secara tertulis, kepada
rekomendasi kepada
pemerintah dan sekolah
pemerintah dan sekolah
10 Mengawasi pelaksanaan rekomendasi
17
tentang:
tersebut dan meminta klarifikasi kepada
a. kebijakan dan program
pemerintah dan sekolah tentang
pendidikan
rekomendasi yang belum dilaksanakan.
b. kriteria kinerja daerah 11 Menyusun berbagai kriteria, standar,
dan sekolah
norma, dan panduan yang diperlukan
c. kriteria tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di
kependidikan,
daerah dan sekolah
d. kriteria fasilitas
12 Memberikan andil yang besar dan aktif
pendidikan
dalam proses penyusunan Peraturan
e. hal-hal yang terkait
Daerah (Perda) Pendidikan
dengan pendidikan
Mendorong orangtua dan
13 Menyusun program-program inovatif
masyarakat untuk
yang secara langsung memiliki dampak
berpartisipasi dalam
mendorong orangtua dan masyarakat
pendidikan
untuk berpartisipasi dalam pendidikan
14 Mengevaluasi pelaksanaan programprogram inovatif tersebut secara
berkelanjutan.
Melakukan evaluasi dan
15 Melaksanakan monitoring dan evaluasi
pengawasan terhadap
terhadap pelaksanaan kebijakan, program,
kebijakan, program,
dan kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan, dan
penyelenggaraan pendidikan
keluaran pendidikan.
16 Menyusun laporan pelaksanaan program
dan kegiatan serta hasil kegiatan
pengawasan.
17 Menyampaikan laporan kegiatan dan hasil
pengawasan kepada pihak-pihak yang
terkait.
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah akan dapat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik jika memenuhi minimal 17 (tujuh belas) indikator tersebut.
Dengan demikian, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah benar-benar dapat
menjadi lembaga masyarakat yang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi jika
disejajarkan dengan posisi lembaga birokrasi, legislatif, dan pemangku kepentingan
lanilla. Dengan Pendidikan dan Komite Sekolah tidak boleh lagi hanya menjadi
lembaga stempel. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga tidak boleh
menjadi eksekutor yang ditakuti oleh lembaga yang harus diajak mandiri. Yang
diharapkan adalah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang benar-benar dapat
mengembangkan pola kemitraan dengan daerah dan sekolah.
18
19
Foto:
Penyampaian Pengalaman Dewan Pendidikan,
dalam Acara Workshop Dewan Pendidikan
Kedua,
pelaksanaan
program
pemberdayaan
Komite
Sekolah
sekaligus
mempunyai tujuan ibarat pisau bermata dua. Satu sisi memang untuk
memberdayaan Komite Sekolah, di sisi lain sekaligus juga untuk memberdayaan
Dewan Pendidikan. Untuk dapat melaksanakan program pemberdayaan Komite
Sekolah dengan baik, maka Dewan Pendidikan harus dapat memberdayakan
dirinya sendiri. Tahap awal mengirimkan master trainer untuk mengikuti training
of trainer (TOT) di Jakarta, dan pada tahap berikutnya melakukan TOT mandiri
dengan menggunakan master trainer yang telah dimilikinya.
20
Foto:
Penyampaian Paparan Materi Penggunaan Subsidi Stimulan Dewan Pendidikan,
dalam Acara Workshop Dewan Pendidikan
Ketiga,
untuk
menghasilkan
fasilitator
pemberdayaan
Komite
Sekolah
21
Foto:
Penutupan Kegiatan
dalam Acara Workshop Dewan Pendidikan
Untuk tahap awal, tiga modul telah disusun oleh tim penulis yang ditunjuk oleh
Direktroat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada tahun
anggaran 2005 tiga modul pemberdayaan Komite Sekolah telah berhasil disusun.
Pada tahun anggaran 2006, modul-modul tersebut digunakan sebagai materi TOT,
dan kemudian dicetak untuk kemudian disebarluaskan kepada Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah.
22
Tiga moful pemberdayaan Komite Sekolah tersebut dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 2
Tiga Modul Pemberdayaan Komite Sekolah
Modul
1
Topik
Penguatan
Kelembagaan Komite
Sekolah
Peningkatan
Kemampuan
Organisasional
Komite Sekolah
Peningkatan
Wawasan
Kependidikan
Pengurus Komite
Subtopik
Pembentukan --- Revitalisasi --Komite Sekolah
Pelaksanaan Peran dan Fungsi Komite
Sekolah Untuk Meningkatkan
Layanan Pendidikan
Membangun Hubungan Kemitraan dan
Kerjasama Secara Sinergis Antara
Komite Sekolah dengan Keluarga,
Sekolah, dan Masyarakat
2.1. Memutar Roda Organisasi dan
Manajemen Komite Sekolah
2.2. Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS) dan Rencana
Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS)
2.3. Menjalin Hubungan Kemitraan dan
Kerjasama Sinergis Komite Sekolah
dengan Institusi Terkait
1. Sekolah Sebagai Suatu Sistem
2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
3. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAKEM)
23
1.
Sosialisasi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah melalui media radio dan
televisi. Kegiatan ini telah dilakukan oleh beberapa Dewan Pendidikan,
antara lain Dewan Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Dewan Pendidikan Kabupaten Ponorogo.
3.
24
4.
5.
Menjalin hubungan dan kerja sama antara Dewan Pendidikan dan birokrasi
dan legislatif. Berkat jalinan hubungan dan kerja sama tersebut, beberapa
masalah disharmoni antara pemerintah dan masyarakat dapat diselesaikan
dengan baik. Masalah pembubaran Komite Sekolah yang terjadi di satu
kota, berhasil diklarifikasi dengan baik oleh Dewan Pendidikan, dan
akhirnya surat perintah pembubaran Komite Sekolah tersebut telah dicabut
kembali oleh Walikota yang bersangkutan.
6.
Masih banyak program inovatif tersebut tidak dapat dipaparkan semua dalam
tulisan ini. Berbagai program inovatif didiseminasikan kepada Dewan Pendidikan
lain melalui kegiatan workshop Dewan Pendidikan yang diselenggarakan setiap
tahun. Untuk terus dapat meningkatkan program inovatifnya, Dewan Pendidikan
telah memperolah subsidi stimulan yang diberikan dengan sistem evaluasi
kinerjanya. Dengan sistem ini Dewan Pendidikan diberikan motivasi untuk
melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal. Melalui program inovatif
tersebut, diharapkan Dewan Pendidikan dapat terus meningkat kinerjanya dari
25
waktu ke waktu, sejalan dengan sasaran milestone yang telah ditetapkan Depdiknas
bahwa 50% Dewan Pendidikan telah berfungsi dengan baik pada tahun 2009.
Foto:
Acara Panyampaian Paparan Tentang Pengalaman Dewan Pendidikan
dalam Acara Workshop Dewan Pendidikan
V.
1.
2.
26
3.
4.
5.
Dengan kata lain, tidak ada lagi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
stempel dan Komite Sekolah eksekutor. Dengan kata lain, Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah yang berhasil dibentuk adalah Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah yang memiliki semangat kemitraan dengan
pemerintah daerah dan satuan pendidikan sekolah/madrasah.
6.
7.
VI. PENUTUP
Kesimpulan: Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, beberapa kesimpulan
dapat dipetik sebagai berikut:
1.
2.
27
4.
Kondisi dan kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sampai saat ini
masih sangat variatif, baik dari secara kuantitatif maupun kualitatif;
5.
6.
7.
1.
28
2.
untuk
satuan
pendidikan
sekolah/madrasah
pada
jenjang
pendidikan dasar dan menengah, dan juga pada jalur pendidikan luar
sekolah memerlukan komitmen dan dukungan anggaran yang cukup besar
dari pemerintah;
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Dodd, Anne W. dan Konzal, Joan L. 2002. How Communities Build Stronger Schools,
Stories, Strategies and Promising Practices for Education Every Child. New York:
Palgrave Macmillan.
Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
RPP tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
29