Anda di halaman 1dari 10

CORRELATION OF COMPLETENESS DIAGNOSTIC

WITHACCT'RATION OBSTETRICS PATIENTS DIAGNOSTIC


CODES IN RSU KALIWATES JEMBER
dr. Dian Damayantir, dr. Novita Nurainir, Siti Nurhidayah'
' Politek ik Negeri Jember

ABSTRACT
Medical records personnel responsible for the accuracy of the diagnosis
codes assigned by medical personnel. Coded data quality is an important force
personnel among health information management, health care facilities, and heatth
information management professionals. The accuracy of the diagnosis code was very
influential on the quality of statistical data of disease and health problem. This study
aimed to determine the correlation completeness diagnostic with obstetric patients
patients diagnostic codes at the Rumah Sakit Umum Kaliwates Jember. This study is
an observational analytic cross-sectional approach. The object ofthe this study is the
patient's medical record file obstetric period June 201I - May 2012. The sample in
this study were 75 medical record file with sampling by simple random sampling.
Process analysis using the Spearman by application program of SPSS version 16.0.
The results showed that there is no correlation between the completeness of the
diagnosis with the accuracy ofdiagnosis codes on the value ofpatient obstetrics p:
0,936 (p > 0,05).
KEYWORDS : diagnosis completeness, diagnostic codes accuration

ABSTRAK
Tenaga rekam medis bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu
diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Kualitas data terkode
merupakan hal penting kalangan tenaga personel manajemen informasi kesehatan,
fasilitas asuhan kesehatan, dan para profesional manajemen informasi kesehatan.
Keakuratan kode diagnosis tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas data
statistik penyakit dan masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kelengkapan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis pasien obstetri
di Rumah Sakit Umum Kaliwates Jember. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Objek penelitian pada
penelitian ini adalah berkas rekam medis pasien obstetri periode juni 20ll - mei

2012. Sampel dalam penelitian

ini

adalah

75 berkas rekam medis

dengan

pengambilan sampel secara simple random sampling. Proses analisis menggunakan


Spearman pada aplikasi program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara kelengkapan diagnosis dengan keakuratan kode
diagnosis pasien kasus obstetri pada nilai p: 0,936 (p>0,05).

KATA KUNCI: kelengkapan diagnosis, keakuratan kode diagnosis

PENDAHTILUAII
Rekam medis menurut
aturan
Permenkes No
269llVlenkeslPer/tll/2008 adalah

72

berkas yang berisikan catatan dan


dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang diberikan

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 2013

kepada pasien .Adapun manfaat


rekam medis yang tertuang dalam
Permenkes No. 269 tahun 2008
dapat dipakai untuk pemeliharaan
kesehatan, pengobatan pasien, alat

bukti dalam proses

penegakan

hukum atas tindakan medis, dasar

pembayaran

biaya

pelayanan

kesehatan, data statistik kesehatan,


keperluan pendidikan dan

penelitian.
Kompetensi Perekam Medis

menurut Keputusan

Menteri

Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 377/MerKes/SK/IIV2007
adalah Klasifikasi dan kodifikasi
penyakit, masalah-masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dan
tindakan medis. Klasifikasi dan
kodifikasi penyakit memudahkan
dalam menetukan nomor kode
diagnosis pasien sesuai petunjuk
dan peraturan pada pedoman buku

ICD yang berlaku, mengumpulkan

kode diagnosis pasien

untuk

memenuhi sistem pengelolaan,


penyimpanan data pelaporan untuk

kebutuhan analisis sebab tunggal


penyakit yang dikembangkan.

Tenaga perekam medis


bertanggung jawab atas keakuratan
kode dari suatu diagnosis yang

manjemen informasi kesehatan,


fasilitas asuhan kesehatan, dan

para profesional

manajemen

informasi kesehatan. Ketepatan


data diagnosis sangat krusial di
bidang manajemen data klinis,
penagihan kembali biaya, beserta
hal-hal lain yang berkaitan dengan
asuhan dan pelayanan kesehatan.

Untuk pengkodean yang akurat


diperlukan rekam medis yang
lengkap. Setiap fasilitas kesehatan
mengupayakan supaya pengisian
rekam medis harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengkode
harus melakukan analisis kualitatif
terhadap isi rekam medis tersebut

untuk

menemukan

diagnosis,

kondisi, terapi, dan pelayanan yang

diterima pasien.

Pengkode

membantu meneliti dokumen


untuk verifikasi diagnosis dan
tindakan kemudian baru ditetapkan
kode dari diagnosis dan tindakan
tersebut. ( Hatta, 200 8)

Berdasarkan

survey

pendahuluan yang dilakukan di


Rumah Sakit Umum Kaliwates
Jember pada bulan Agustus 2012,
diperoleh beberapa kasus yang
diagnosisnya
tidak
lengkapterutamapadakasusobstetri.

sudah ditetapkan oleh tenaga


medis. Apabila ada hal yang

Dari 10 berkas rekam medis pasien

kurang jelas, tenaga rekam medis


mempunyai hak dan kewajiban
menanyakan atau berkomunikasi

ketidaklengkapan
penulisan
diagnosis sebesar 60% sedangkan
keakuratan kode diagnosis sebesar
70o/o. Hasil tersebut menunjukan

dengan tenaga kesehatan yang


bersangkutan(budi, 201 1 )

Kualitas data terkode


merupakan hal penting bagi
kalangan tenaga personel

obstetri diperoleh

adanya

rata-rata

ketidaklengkapan

penulisan diagnosis pasien kasus


obstetri sehingga hasil pengkodean
diagnosis yang diperoleh menjadi

Jurnal Kesehatan Vol. L. No. 1. September-Desember

2013 173

tidak akurat. Dari

permasalahan

diatas melatar belakangi peneliti


untuk menganalisis hubungan
kelengkapan diagnosis dengan
keakuratan kode diagnosis pasien
kasus obstetriberdasarkan ICD-10
di Rumah Sakit Umum Kaliwates

METODE
Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini

adalah

penelitian

penelitian observasional analitik


dengan menggunakan rancangan
penelitian secara cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 75 berkas rekam medis
rawat inap pasien kasus obstetri

perbaikan serta masukan mengenai

menggunakan metode simple

Jember. Dengan harapan hasil dari

ini dapat dijadikan


referensi dalam perbaikanpentingnya melengkapi

kode
dengan
kualitas rekam medis pasien kasus
obstetric.

diagnosis kaitannya

dengan

menggunakan

random sampling. Instrumen yang

digunakan adalah formulir


observasi berupa check list.
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analisis
Korelasi Spearman

IIASIL DAI\{ PEMBAIIASAI\


Tabel 3.1 Deskripsi statistik Kelengkapan Diagnosi pasien Kasus obstetri di
Rumah Sakit Umum Kaliwates Jember 2012

Min Maks
Kelengkapan

75

Mean

Standar Deviasi

1,5200

0,50296

Diagnosis
Berdasarkan table 3.1 dapat
diketahui jurnlah sampel berkas
yang diambil sebanyak 75 berkas
rekam medis pasien obstetri. Total
skor kelengkapan diagnosis pasien

obstetri sedikitnya 1 dari 3 poin


yang harus ditulis. Rata-rata dari
total skor kelengkapan diagnosis
dari 75 berkas rekam medis pasien

74

obstetri adalah 1,5200

dengan

standar deviasi 0,5029.

Kelengkapan

diagnosis

dikategorikan menjadi 3 kategori,


yaitu:

a.
b.
c.

Lengkap,

bilaX>

2,2

Cukup Lengkap, bila 1,2 <

x<2,2

Tidak Lengkap, blla < 1,2

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 20j.3

cesarean (diagnosis

proses

melahirkannya)
tersebut tidak

dokter

dignosis

tapi

lain. Oleh sebab itu, perlu dibuat

SOP yang berkaitan

dilahirkan (mati atau

dengan

penulisan diagnosis pada rekam


medis agar terjadi keseragaman
antara dokter satu dengan dokter

mencantumkan
untuk anak yang

hidup,

tunggal atau kembar), dan lain-

lainnya.

Tabel 3.3 Keakuratan Kode Diagnosis Pasien Kasus Obstetri di Rumah Sakit
Umum Kaliwates Iember 2012
Persentase (7o)
Kategori
NO

Akurat

0%

Cukup Akurat

5%

Tidak Akurat

7t

9s%

75

t00%

Jumlah
Berdasarkan tabel 3.3 dapat

diketahui bahwa jumlah berkas


yang dikatakan memiliki kode
yang akurat sebanyak 0 berkas
rekam medis (0%), cukup akurat
sebanyak 4 berkas rekam medis
(5%) dan kurang akurat sebanyak
7l berkas rekam medis (95%).

Secara keseluruhan

dapat

dikatakan bahwa keakuratan kode

diagnosis pada pasien

kasus

obstetri adalah tidak akurat.

Menurut Hatta

(2008),

kualitas data terkode merupakan


hal penting bagi kalangan tenaga
personel manajemen informasi

kesehatan, fasilitas asuhan


kesehatan, dan para profesinal
manajemen informasi kesehatan.
Ketepatan data diagnosis sangant
krusial dibidang manajemen data

klinis, beserta hal-hal

yang
dan

berkaitan dengan asuhan


pelayanan kesehatan.

Persentase ketidakakuratan

kode diagnosis pasien obstetri


tersebut dikarenakan dalam
pengkodean petugas coding tidak

menambahkan pengkodean 237


untuk kasus obstetri. Pengkodean
237 harus ditambahkan pada

rekam medis obstetri

delivery). Berdasarkan hasil


penelitian pada kasus obstetri,
pengkodean rangkap (multiple
code) belum diterapkan oleh
petugas coding.

adalah masih

Penyebabnya
kurangnya

pemahaman petugas coding


mengenai multiple code pada

pengkodean

obstetri.Penyebab

76|1 Jurnal Kesehatan Vol. 1. No.

karena

apabila tidak ditambahkan pada


pengkodean kasus persalinan,
maka pihak internal dan eksternal
rumah sakit yang membutuhkan
laporan kasus obstetri tidak dapat
mengetahui informasi mengenai
hasil akhir persalinan (outcome of

kasus

lain

1. September-Desember 2013

adalah

cesarean (diagnosis

proses

melahirkannya)
tersebut tidak

dokter

tapi

lain. Oleh sebab itu, perlu dibuat

SOP yang berkaitan

mencantumkan
yang

dignosis untuk anak


dilahirkan (mati atau

dengan

penulisan diagnosis pada rekam


medis agar terjadi keseragaman
antara dokter satu dengan dokter

hidup,

tunggal atau kembar), dan lain-

lainnya.

Tabel 3.3 Keakuratan Kode Diagnosis Pasien Kasus Obstetri di Rumah Sakit
Umum Kaliwates Jember 2012
Persentase (7o)
Kategori

Akurat

0%

Cukup Akurat

5%

Tidak Akurat

7l

95%

75

r00%

Jumlah
Berdasarkan tabel 3.3 dapat
diketahui bahwa jumlah berkas
yang dikatakan memiliki kode
yang akurat sebanyak 0 berkas
rekam medis (0%), cukup akurat
sebanyak 4 berkas rekam medis
(5%\ dm kurang akurat sebanyak
7l berkas rekam medis (95Yr).

Persentase ketidakakuratan
kode diagnosis pasien obstetri

tersebut dikarenakan

dalam

pengkodean petugas coding tidak


menambahkan pengkodean 237
untuk kasus obstetri. Pengkodean

237 harus ditambahkan

pada

dikatakan bahwa keakuratan kode

rekam medis obstetri


apabila tidak ditambahkan pada
pengkodean kasus persalinan,

diagnosis pada pasien

kasus

maka pihak internal dan eksternal

(2008),
kualitas data terkode merupakan

rumah sakit yang membutuhkan


laporan kasus obstetri tidak dapat
mengetahui informasi mengenai

Secara keseluruhan

dapat

obstetri adalah tidak akurat.

Menurut Hatta

hal penting bagi kalangan tenaga


personel manajemen informasi

kesehatan, fasilitas asuhan


kesehatan, dan para profesinal
manajemen informasi kesehatan.
Ketepatan data diagnosis sangant
krusial dibidang manajemen data

klinis, beserta hal-hal

yang

berkaitan dengan asuhan


pelayanan kesehatan.

dan

karena

hasil akhir persalinan (outcome of


delivery). Berdasarkan hasil

penelitian pada kasus obstetri,


pengkodean rangkap (multiple
code) belum diterapkan oleh

petugas coding.

adalah

Penyebabnya
masih kurangnya

panahaman petugas coding


mengenai multiple code pada

pengkodean

obstetri.Penyebab

761

kasus

lain

JurnalKesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 2013

adalah

petugas coding

sering
menggunakan subkategori 9 dalam

menetapkan kode diagnosis. Dari

dalam pengkodean, maka petugas


coding perlu meningkatkan
pengetahuan tentang terminologi

75 sampel penelitian, terdapat


subkategori 9 sebanyak 66 kode

medis khusunya terminologi medis

dari 83 kode yang dihasilkan oleh


petugas coding. Padahal dalam

meningkatkan

pengkodean tidak dianjurkan untuk


menggunakan subkategori9 kecuali
diagnosis tersebut tidak spesifik.

Dalam penelitian Joy Turu


Allo (2003) tentang ketepatan dan

yang berkaitan dengan

obstetri dan

kasus

pemahaman tentang pengkodean


yang berhubungan dengan kasus
obstetri supaya dalam menentukan
kode diagnosis lebih spesifik
sampai dengan penggunaan kode

outcome

of delivery. Petugas
sebaiknya juga

keakuratan sandi penyakit pasien

coding

rawat inap guna

menghasilkan

berkomunikasi dengan dokter

informasi medis yang bermutu di

Rumah Sakit Pusat

apabila diagnosis yang ditulis oleh


dokter kurang jelas maupun kurang

menyebutkan

spesifik terutama pada kasus


obstetri misalnya saja partus

Pertamina
2003
bahwa sandi

Periode Bulan Mei

penyakit dengan subkategori 9


sebnyak 557 dari 1657 berkas
rekam medis pasien rawat inap

penyulit dengan penyirlit lilitan tali


pusat atau lilitan leher, karena
untuk lilitan tali pusat dengan

periode bulan mei 2003.

lilitan leher kode

diagnosisnya

Oleh karena itu, agar dapat


berbeda.
mengurangi terjadinya kesalahan
Tabel 3.4 Hubungan Keleng(apan Diagnosis dengan Keakuratan Kode
- Diagnosis Pasien Obstetri Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit
Umum Kaliwates Jember 20 I 2
Kelengkapan Keakuratan

Diagnosis
Kelengkapan

Correlation

Diagnosis

Coefficient

Keakuratan Kode

Correlation

Diagnosis

Coefficient

Kode Diagnosis
-0,010

1,000

sig (p)

0,936
-0,010

sie (p)

Dari hasil uji

1,000

0,936

analisis

kelengkapan diagnosis dengan

korelasi Spearman pada tabel 5.6


dapat diketahui bahwa nilai Sig (p)
: 0,936, dengan demikian Sig (p)
> 0,05. Jadi Ho diterima, artinya

keakuratan kode diagnosis pasien

antara

coding,

tidak ada hubungan

obstetri

di

Rumah Sakit Umum

Kaliwates Jember.

Dari hasil observasi peneliti

terhadap perugas

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember

2013 I 77

ketidakakuratan kode diagnosis di


Rumah Sakit Umum Kaliwates
Jember disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Ketidaklengkapan kode

diagnosis karena tidak

menambahkan

kode
outcome of delivery Q37)

Ketidaklengkapan

kode diagnosis dalam


obstetri

ini

dalam
kasus

disebabkan karena
petugas coding tidak mengikuti
peraturan yang terdapat di buku
ICD-10 yaitu petugas coding tidak
menambahkan kode outcome of
delivery pada berkas rekam medis
pasien obstetri. Hal ini disebabkan
ketidaktahuan petugas coding

mengenai peraturan dalam


penambahan kode . outcome of
delivery pada kasus obstetri.
Ketidaktahuan tersebut merupakan
salah satu kekurangtelitian petugas
coding dalam menentukan kode
kasus obstetri.

2.

Kesalahan
dalam
menentukan "kode karena
tidak sesuai dengan
diagnosis
Kesalahan penentuan kode
diagnosis disebabkan oleh
ketidaktelitian petugas coding
dalam menentukan kode diagnosis
seperti kode untuk diagnosis partus
dengan penyulit lilitan tali pusat
yang seharusnya diberi kode 069.0
namun diberi kode 036.9 yang
seharusnya untuk kode diagnosis

perawatan

ibu untuk

masalah

janin, tidak spesifik (maternal care

for fetal problem, unspecified).

faktor yang

mempangaruhi

keakuratan kode diagnosis adalah


kemampuan petugas coding untuk

memahami terminologi medis,


misalnya penggunaan istilah,
singkatan dan simbol dalam rekam
medis. Dalam hal ini, pendidikan
dan pengalaman (am terbang) bisa
berpengaruh.

3.

Petugas

menggunakan subkategori
9 dihampir semua berkas
rekam medis pasien
obstetri yang telah dikode.
Dari 75 sampel penelitian,
terdapat subkategori 9 sebanyak 66
kode dari 83 kode yang dihasilkan
oleh petugas coding. Dalam hal ini
petugas coding kurang teliti dalam
menganalisa berkas rekam medis
dan cukup menentukan kode

penyakit tersebut

hanya

berpedoman pada diagnosis yang

tertulis pada lembar ringkasan


keluar masuk (RM 0l) seperti
diagnosis partus normal yang
terdapat pada lembar ringkasan
keluar masuk yang - seharusnya
diberi kode 080.0 namun petugas
coding memberi kode 080.9 pada
berkas rekam medis tersebut yang
seharusnya untuk kode diagnosis
single spontaneous delivery,

unspeciJied (kelahiran tunggal


secara spontan, tidak spesifik). Ini
disebabkan karena petugas coding
tidak menelusuri berkas rekam

medis untuk

memperoleh

informasi lebih lanjut tentang


diagnosis yang terdapat pada
lernbar ringkasan keluar masuk.

Menurut Sudra (2008), salah satu

781

coding

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember2013

Dalam pengkodean

kasus

obstetri ini, petugas coding bisa


mendapatkan informasi lebih
lanjut tentang diagnosis dengan
menelusuri pada lembar catatan
dokter untuk pengantar pasien

rawat inap, lembar

daftar tabulasi (volume 1) untuk


mencari nomor kode yang paling
tepat.

6.

Petugas coding tidak


bertanya kepada dokter
jika diagnosis yang ditulis

catatan
lembar

oleh doter tidak jelas.


Menurut Sudra (2008), salah

kandungan, lembar catatan


persalinan, lembar catatan
perawatan, lembar pengkajian
keperawatan, resume medis,

keakuratan kode diagnosis adalah


kemampuan petugas coding untuk
berkomunikasi secara efektif dan
efisien dengan berbagai pihak

laporan operasi, lembar partograf,

seperti dokter.

perkernbangan pasien,
bagian kebidanan dan penyakit

satu faktor yang mempengaruhi

Ketidakakuratan

laporan tindakan persalinan dan

4.

Beban kerja
coding.

Petugas coding

petugas

di Rumah

Sakit Umum Kaliwates Jember ini

merangkap sebagai petugas


assembling. Menurut Sudra
(2008), salah satu faktor yang
mempengaruhi keakuratan kode
diagnosis adalah beban kerja
petugas coding
5. Tidak adanya ICD-10
Volume I
Di Rumah Sakit Umum
Kaliwates Jember, petugas coding
hanya menggunakan ICD-10
volume 3 saja dan petugas coding
menggunakan kamus pintar untuk
mengkode diagnosis, penggunaan
kamus pintar ini tidak dianjurkan

karena dalam

kode

diagnosis yang tidak akurat bisa

laporan anestesi.

peraturan

pengkodean menurut WHO.


Menurut Sudra (2008), salah satu
yang mempengaruhi keakuratan
kode diagnosis adalah sarana ke{a
yang tersedia, misalnya buku ICD10. Menurut Hatta (2008), lihat

Jurnal Kesehatan Vol.

1-.

berakibat pada beberapa

hal

diantaranya akan mempengaruhi

7.

Pelaporan Rumah Sakit


Dalam hal pelaporan rumah
sakit ini, apabila kode diagnosis

yang ditentukan dalam

berkas

rekam medis tidak akurat maka


akan terjadi kesalahan data dan
informasi yang terdapat pada
pelaporan tersebut, sehingga tidak
bisa digunakan sebagai pedoman
dalam pengambilan keputusan di
rumah sakit.

8.

Pendidikan dan Penelitian


Dalam hal pendidikan dan

penelitian

ini, apabila

kode
diagnosis yang ditentukan dalam
rekam medis tidak akurat maka
data dan informasi yang digunakan
untuk pengambilan data dalam
penelitian tersebut tidak akurat,
sehingga hasil penelitian yang
diperoleh juga tidak akurat.

No. 1. September-Desember

2013

|179

Kesimpulan Dan Saran

Kelengkapan

diagnosis
pasien kasus obstetri di Rumah
Sakit Umum Kaliwates Jember

adalah cukup lengkap

sebesar

65,3 3%.Keakuratan kode diagnosis

pasien kasus obstetri di Rumah


Sakit Umum Kaliwates Jernber

adalah tidak akurat

sebesar

95%.Tidak ada hubungan antara


kelengkapan diagnosis dengan
keakuratan kode diagnosis pasien
kasus obstetri di Rumah Sakit
UmumKaliwates Jember.

Pengobatan Penyakit Paruparu Yogyakarta. Skripsi.

Program Sarjana Fakultas


Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Hatta, G.R. 2008.

Pedoman

Informasi Kesehatan di

Sarana

Kesehatan.

Pelayanan

Edisi

Revisi.

Jakarta:
Universitas
Indonesia Press.
Keputusan Menteri Kesehatan R.I.

Nomor
3

77llvlenkes I SKfiW 2007

Tentang Standar
DAf,'TAR PUSTAKA
Allo, J.T. 2003. Ketepatan Dan
Keakuratan Sandi Penyakit
Pasien Rawat Inap Guna

Menghasilkan Informasi
medis Yang Bermutu Di

Perekam

Profesi
Medis Dan

Informasi Kesehatan.

Konsil Kedokteran Indonesia.


2006. Manual Rekam

Unggul

Medis.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka

Budi, S.C.2011. Manajemen Unit

Cipt'a.
Peraturan Menteri Kesehatana R.I.

Rumah Sakit

Pusat

Pertamina Periode Bulan

Mei 2003. Karya Tulis.


Akademi Perekam Medis
Dan Informasi Kesehatan,
Indonusa 6ia

Jakarta.

Kerja Rekam Medis.


Yogyakarta: Quantum
Sinergis Media.

Departemen Kesehatan R.I. 2006.

Pedoman Penyelenggaraan
Dan Prosedur Rekam Medis

Rimah Sakit Di Indonesia.


Revisi II. Jakarta
Fitasari, D.N. 2011. Hubungan

Kesesuaian
Diagnosis

Penulisan
Dengan

Keakuratan Kode Penyakit


Pasien Jamkesmas di Balai

80

Nomor
I

29l\denkes/SIOIV20O 8.

Tentang Standar Pelayanan


Minimal Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor
269lIvIenkes/PER/IIV200 8.
Tentang Rekam Medis.

Peraturan Menteri Kesehatan R.I.

Nomor
7 49 alMenkes/PeriXV I 9 8 9.
Tentang Rekam Medis.

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember 20i.3

H. 2010. Statistik
Penelitian
Kesehatan
Untuk
Dengan Aplikasi Program R
Dan SPSS. Yogyakarta:

Riwidikdo,

Pustaka Rihama.

Sandaka, Aris. 2011. Statistik


Untuk Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

B. 2011. Hubungan
Kelengkapan Anamnesis

Sasmita,

Dengan Keakuratan Kode

Diagnosis Pasien

Kecelakaan

Kasus
Berdasarkan

ICD-IO di RS

PKU

Muhammadiyah

Yogyakarta.

Skripsi.

Program Sarjana Fakultas


Ilmu Kesehatan, Universitas

Undang-undang

R.I. Nomor

Tahun 2004.

29

Tentang

Praktik Kedokteran.

Undang-undang

R.I. Nomor 44

Tahun 2009.

Tentang

Rumah Sakit.

H. 2002. Ilmu
Kebidanan. (Penyunting S.
Abdul Bari dan T.
Rachimhadhi). Edisi Ketiga.
Jakarta: Tridasa Printer.
World Health
Organization- 2044. ICD- I 0:
lnternational Statistical
Classification of Diseases and
Related Health Problems: Tenth
Revision. Second.Edition. Geneva
Winkjosastro,

Muhammadiyah Surakarta:

Jurnal Kesehatan Vol. 1. No. 1. September-Desember

2013 I 81

Anda mungkin juga menyukai