Anda di halaman 1dari 30

RANGKUMAN MATERI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Geologi Umum
Yang dibina oleh Drs. Mustafa, Mpd

oleh
nama: Adhitya Candra Kusuma
nim: 140721601264
prodi: S1 Pendidikan Geograf
off : A/2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
NOVEMBER 2014

1. Pengertian Geologi

Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya
bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi.
Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk
Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Karena Bumi tersusun oleh batuan,
pengetahuan mengenai komposisi,pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal
utama dalam memahami sejarah bumi.
Demikianlah dari Geologi bermunculan sub-bidang Geologi antara lain:
a. Petrologi, yaitu ilmu yang khusus mempelajari batuan
b. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral sebagai penyusun batuan
c. Geologi Struktur, mempelajari struktur/susunan/hubungan batuan-batuan penyusun
kerak bumi
d. Stratigrafi, mempelajari pelapisan batuan sedimen
e. Paleontologi, mempelajari fosil-fosil yang terkandung di dalam batuan dan rangka
f.
g.
h.
i.

mengungkapkan rahasia kehidupan pada masa silam


Vulkanologi, mempelajari masalah ke gunung apian
Seismologi, mempelajari asal usul gempa bumi
Geologi pertambangan, mempelajari bahan galian yang bernilai ekonomi
Geologi minyak dan gas, lebih mengkhususkan pada asal usul terjadinya minyak dan

gas
j. Geologi teknik, mempelajari kondisi geologis dalam kaitannya dengan kontruksi
bangunan
k. Geomorfologi, mempelajari asal usul bentuk-bentuk permukaan bumi
2.

Hubungan Geologi dan Geografi


Geografi mempelajari hubungan dan interaksi manusia dan lingkungannya
dengan tekanan pada manusianya. Geo dalam geografi sama dengan pengertian world
( dunia, bumi dan manusia serta segala yang ada di atas permukaan), sedang geo
dalam geologi lebih tepat diartikan earth (bumi). Dengan demikian yang lebih tepat
disebut ilmu bumi adalah geologi. Obyeknya memang ada kesamaan yaitu bumi
tetapi sudut pandangnya berbeda. Geografi memandang bumi sebagaiman yang ada,
seolah-olah statis, sedang geologi memandang bumi selalu berubah sebagai akibat
proses yang dialaminya. Dari hubungan tersebut terlihat bahwa geologi berperan
sebagai ilmu bantu bagi geografi sebab salah satu fenomena geosfer yang dipelajari
dalam geografi menjadi kajian geologi, yaitu litosfer. Geologi bukan cabang

Geografi, sama seperti Ilmu tanah, Meteorologi, Hidrologi dan sebagainya yang juga
dipelajari dalam Geografi.
3. Teori-teori Terjadinya Bumi
Pada dasarnya asal mula bumi atau teori pembentukan bumi adalah suatu
masalah dibidang astronomi hal ini dikarenakan tidak adanya kesepakatan yang di
capai ketika para ahli berdiskusi tentang masalah ini. Hal ini terjadi pada tahun 1952,
pada saat itu para ahli cenderung mempertahankan pendapatnya masing-masing.dan
akhirnya Horold Urey berdiri dan mengatakan None of us was there at that time
(tidak ada seorang pun yang ada di sana pada saat itu).
Berikut merupakan beberapa teori yang dikemukakan :

Teori kabut (nebula)


Teori planetisimal
Teori pasang surut gas
Teori bintang kembar
Teori big bang
Sebenarnya masih banyak teori yang menyatakan asal muasal terbentuknya
bumi akan tetapi ke lima teori inilah yang dianggap mendekati meyakinkan

4. Bagian-bagian Bumi
Berdasarkan gelombang seismic struktur internal bumi dapat dibedakan
menjadi tiga komponen utama, yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
a. Inti (core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat
jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya
bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
b. Mantel (mantle)

Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan
mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu
mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400
km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan
kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah
yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
c. Kerak Bumi (crust)
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 580 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu :
Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat
jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena
batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata
35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut
sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang
berkomposisi granit.
5. Jenis- jenis Mineral
Bumi tersusun dari materi padat yaitu batuan sedangkan batuan sendiri
tersusun dari mineral- mineral. Dalam geologi yangdi maksud dengan mineral adalah
bahan alamiah yang anorganik, umumnya berbentuk Kristal, tersusun dari satu unsur
atau senyawa beberapa unsur dengan bentuk dan komposisi kimia tetap serta
memiliki sifat-sifat fisik yang khas (Wicander Monroe, 2002)
Lebih dari 3500 jenis mineral sudah di ketahui akan tetapi hanya sekitar 20-an
jenis saja yang banyak di jumpai dalam batuan.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-

silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Phospat.
a. Mineral-mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum
adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan nonferromagnesium.
Berikut adalah Mineral Silikat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kuarsa: ( SiO2 )
Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )
Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)
Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2
Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2
Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
Olivin: (Mg,Fe)2SiO4
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.

b. Mineral-mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali
sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah
dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H 2O),
korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

c. Mineral-mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan
sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa
dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau
bijih, seperti pirit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit
(ZnS).
d. Mineral-mineral Halida
Dibentuk oleh persenyawaan dengan unsur klor. Termasuk di dalamnya adalah
mineral halid(garam dapur dan garam).
e. Mineral-mineral Karbonat
Mineral ini dibentuk oloeh persenyawaan karbonat, jenis mineral ini
pembetuk utam batuan sedimen.
Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal
mineral secara cepat, yaitu:
a. Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi
apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga
akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas,
yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari
susunan kristalnya didalam. Bentuk bentuk kristal antara lain adalah (gambar 3.1):
Triklin, Monoklin, Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Kubik, Trigonal dll.
Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri
dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu
cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Selama suhunya tetap
dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu

dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan
bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan
berkelompok untuk membentuk persenyawaan Natrium Chlorida.
Dengan semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok
tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral Halit yang padat.
Mineral kuarsa, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya
pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut
masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur
kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak perduli
apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang sempurna,
bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap
dapat dikenali. Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan
atau oktahedron dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun
keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur
Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya
yang berbeda.
b. Berat jenis (specific gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh
unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam
susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan, mempunyai
berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar
antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
c.

Pecahan (fracture)
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atomatomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang
dimiliki oleh suatu mineral.

d. Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat
membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada
warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu
didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan
terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan
banyak mengandung aluminium.
e. Kekarasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).
Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling
digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang
relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral
mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh
Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
f. Cerat (streak)
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
g. Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap NonLogam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera,
kelap resin, dan kilap tanah.
h. Bidang Belah/belahan(Cleavage)

Tendensi mineral membelah pada bidang-bidang tertentu dengan arah tertentu.


Dimana ikatan atom lemah dan relatif sedikit maka di situlah mineral cenderung
membelah. Biasanya untuk melihat belahannya kita putar-putar sambil melihat kearah
mana belahannya.
i. Lain-lain
Disini kitamenganalisis jenis mineral dengan cara rasa (taste), touch (rasa
ketika disentuh), tenacity (yang dapat dilihat dari mudah tidaknya di tempa), sifat
kemagnetan, sifat kelistrikan, radio aktif, dan bau.
6. Jenis-jenis Batuan
Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga yaitu batuan
beku, sedimen, dan metamorf.
a. Batuan Beku
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan
bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga
dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai
permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan
beku ekstrusif.
Batuan Beku Dalam, Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,
pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan
tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan
beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat
menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada
batuan di sekelilingnya.

Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya


disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang
volkanik.
* Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang
diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuhtubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan
bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari
1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian
singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite
tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan
yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang
di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang
bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang
naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan
stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik,
sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian
terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur
magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah
membeku dinamakan Xenolith.
Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran
yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi,

maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi
disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi,
baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di
permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga
terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya.
Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku
fanerik.
Batuan Beku Luar, Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui
rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat
dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi
melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis
yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan
lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan
gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai
aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava
terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan
tempat terbentuknya.

Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal


(pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air.
Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam
kelompok batuan beku afanitik.
Klasifikasi Batuan Beku
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas
tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh
sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada
kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya.
Tekstur Batuan Beku
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus hanya dapat dilihat
dengan mikroskop
3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen
mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran
antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus.
Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran
halus di sekitar fenokrist disebut massadasar.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi
dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian
terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari
partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral

sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme.
Partikel sedimen diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder,
cobble dan pebble), pasir, lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen
menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai
kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak transportasi dan
proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi batuan sedimen terjadi
melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen dapat di bedakan menjadi 3 yaitu :

Batuan sedimen klastik terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun mineral
Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena penguapan, evaporasi
Batuan sedimen organic terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/ tumbuhan
Klasifikasi batuan sedimen klastik adalah berdasarkan besar butirnya, oleh
karenanya digunakan skala Wentworth. Sedangkan untuk klasifikasi batuan sedimen,
kimiawi dilakukan berdasarkan matriks maupun fragmennya dengan klasifikasi dari
Dunham, Embry-Klovan.

c. Batuan Metamorf/Malihan
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh
perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan
strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi.
Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah:
* Terjadi dalam suasana padat
* Bersifat isokimia
* Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
* Terbentuknya tekstur dan struktur baru
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu Tekanan dan
Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang
menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas
(lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya
tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan

magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat proses
metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis
dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada
daerah

kovergensi

lempeng.

Jenis-jenis metamorfosa adalah:


* Metamorfosa kontak a dominan pengaruh suhu
* Metamorfosa dinamik dominan pengaruh tekanan
* Metamorfosa Regional kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang
mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral
index.
Beberapa contoh mineral index antara lain:
* Staurolite: intermediate a high-grade metamorphism
* Actinolite: low a intermediate metamorphism
* Kyanite: intermediate a high-grade
* Silimanite: high grade metamorphism
* Zeolite: low grade metamorphism
* Epidote: contact metamorphism
Batuan metamorf befoliasi membentuk urutan berdasarkan besar butir dan
atau berdasarkan perkembangan foliasi. Urut-urutannya adalah: slate phyllite
schist gneiss. Selain menunjukkan besar butir dan derajat foliasi urut-urutan ini juga
menunjukkan kandungan mika yang semakin banyak dari kiri ke kanan. Salah satu
ciri khas batuan metamorf yang dapat teridentifikasi adalah kenampakkan kilap mika.
Pada prinsipnya batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur
foliasi terjadi akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak
memperlihatkan orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi
mineral-mineral pada batuan metamorf yang inequigranular.
Sedangkan, untuk batuan metamorf non-foliasi contohnya adalah marmer, kuarsit dan

hornfels.Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:
* Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit,

biotit)

Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas,


k-felspar, piroksen
* Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
* Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik
saja.
* Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik
dan granoblastik.
7. Teori-teori Tektonik Global
a. Teori Pergeseran Benua
Hipotesis Pergeseran benua (continental drift) merupakan gagasan yang
dituangkan Alfred L. Wegener pada hipotesisnya yang dituangkan dalam buku
berjudul The Origin of Continent and Oceans (1912). Isinya, benua tersusun dari
batuan sial yang terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya.
Pergerakan benua itu menuju khatulistiwa dan juga ke arah barat.
Hipotesis utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang
disebut Pangaea (artinya "semua daratan") yang dikelilingi oleh Panthalassa ("semua
lautan"). Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua
yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai
saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya
tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat
mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa ini terjadi. Pemahaman para
ilmuwan pengkritik adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal.
gaya vertical.

Tidaklah mungkin gaya vertikal ini mampu menyebabkan benua yang besar
tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener
mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan fosil,
struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia karena Wagener tidak
mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang bekerja
adalah gaya lateral bukan.
b. Teori Konveksi
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H.
Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam
bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah
lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang
membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge
(punggung tengah samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit
bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti

kebenaran

teori

konveksi

adalah

terdapatnya

tanggul

dasar

samudera (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic
Ridge. Bukti

lainnya

didasarkan

pada

penelitian

umur

dasar

laut

yang

membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan
semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke
arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di
bawah kulit bumi.
c. Teori Pemekaran Samudera
Hipotesa pemekaran lantai samudera dikemukakan pertama kalinya oleh
Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul Essay in geopoetry describing
evidence for sea-floor spreading. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti
adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di pematang tengah samudera (mid
oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak samudera yang lebih muda dari 180 juta
tahun. Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudera Atlantik tepatnya di
pematang tengah samudera mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan

(tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel
bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran yang terjadi disepanjang sumbu pematang
tengah samudera, maka magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan
membeku. Magma ini terus keluar keatas di pematang tengah samudera dan
menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah berbeda dan menghasilkan
kekuatan yang mampu membelah pematang tengah samudera. Pada saat lantai
samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang
meleleh mampu keluar dan membentuk lantai samudera yang baru. Arus konveksi
yang menggerakkan lantai samudera (litosfir), pembentukan material baru di
Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai samudera
kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi.
8. Struktur Sekunder Batuan
a. Warping (Pelengkungan)
Gerakan vertical yang tidak merata di suatu daerah khususnya yang berbatuan
sedimen, akan menghasilkan perubahan struktur pelapisan yang semula kurang lebih
horizontal menjadi melengkung. Kalau melengkung ke atas maka disebut dome
(kubah) dan bila melekung ke bawah disebut basin (cekungan). Diameternya bisa
mencapai beberapa kilometer.
b. Folding (lipatan)
Strukttir batuan akan mengalami suatu pelipatan apabila memiliki tekanan
lemah, tetapi berlangsung lama. Bagian pada puncak lipatan disebut sinklin
sedangkan bagian bawah lipatan disebut antikln
Berdasarkan sumbu lipatan,dikenal beberapa tipe lipatan

Lipatan simestris yaitu lipatan yang antiklin dan sinklinnya simetris, atau sumbu

lipatan tepat di tengah membagi dua sama besar kedua biir lipatan.
Isoklin adalah lipatan tegak atau miring yang sudut kemiringannya sama.
Lipatan asimetris yaitu lipatan yang antiklin dan sinklinnya tidak simetris, atau

sumbu lipatannya tidak membagi dua sama besar.


c. Faulting (Patahan atau Sesar)

Patahan terjadi apabila tekanan cukup kuat melampaui titik patah batuan
apalagi bila terjadinya cepat. Batuan tidak hanya retak melainkan akan patah atau
bergeser. Berdasarkan arah gerak batuan di sepanjang bidang patahan dikenal
beberapa tipe patahan antara lain strike-siip Fault/transcurrent fault, Dip-siip Fault,
Rotational Fault (Hinge Fault), Oblique-siip Fault.
Selain jenis-jens patahan ada beberapa istilah dalam patahan antara lain :
Graben atau Slenk, Horst, Fault Scarp, Step Fault, Rift valley, Overthurst Fault.
d. Jointing (retakan)
Retakan adalah struktur yang terbentuk karena gaya regangan yang
menyebabkan batuan retak, namun tidak mengalami dislokasi. Gaya regangan bekerja
tegak lurus pada bidang retakan kedua arah berlawanan. Biasanya dijumpai pada
batuan yang rapuh sehingga dengan tenaga kecil saja mengalami retak.
9. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismic. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng
Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang
di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat
Seismometer.
a. Jenis-jenis gempa bumi :
Gempa Tektonik.
Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng
tektonik. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng tektonik bumi kita ini
terus bergerak. Ada yang saling mendorong, saling menjauh, atau saling
menggelangsar. Karena tepian lempeng tektonik ini tidak rata, jika bergesekan maka
timbullah friksi. Friksi inilah yang kemudian melepaskan energi goncangan. Gempa
ini sering terjadi di muka bumi dengan kekuatan skala richter (SR) antara 2 - 7++
SR.

Gempa Vulkanik.

Gempa vulkanik terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi, yang


disebabkan oleh naiknya magma dari bawah gunung tersebut ke permukaan. Cairan
magma ini mendesak batuan-batuan di atasnya, sehingga menyebabkan goncangan
dan apabila tekanannya cukup besar berpotensi menimbulkan letusan. Gempa ini juga
sering terjadi di daerah daerah yang penuh aliran magma dengan kekuatan antara 2 7 ++ SR.

Gempa Runtuhan.
Gempa yangg sangt jarang terjadi. Gempa ini di sebabkan karena runtuhan
runtuhan goa goa besar di bawah tanah. Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah
kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat
lokal. Efek dari gempa ini bisa di bilang hanya terasa di wilayah runtuhan saja,
melainkan di luar daerah runtuhan tidak akan terasa kuat. Kekuatan gempa runtuhan
berkisar antara 5 - 7 SR dan kekuatan episetrum hanya mencapai wilayah runtuhan
saja.

Gempa Buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan
bumi.

Gempa Tumbukan (Sangat Langka Terjadi).


Gempa yg amat sangat langka dan jarang terjadi. Gempa tumbukan terjadi akibat
tubrukan meteor yang jatuh meteor. Kekuatan gempa ini di hasilkan dr seberapa besar
batu meteor itu menghantam bumi. Dalam kurun waktu 30.000 thn terakhir hanya 5
kali bumi di tubruk batu meteor yg menyebabkan gempa. Dan yang paling parah
adalah terjadi pada akhir jaman preciatus atau zaman purba atau sekitar 76 juta tahun
lalu, ketika meteor sebesar kota di Amerika menubruk wilayah tanjung meksiko.
Gempa yg di hasilkan tidak bisa di perkirakan antara 30 MSR ++ yg menyebabkan
reaksi gempa berantai di seluruh dunia. (MSR = Mega Skala Richter). Dan akibat
gempa tumbukan ini mengakibatkan Gempa vulkanis, runtuhan, dan tektonik secara
bersamaan di seluruh dunia, dan akibat hal ini juga membuat benua saling berpisah.

Berdasarkan kekuatannya atau magnitude (M), gempabumi dapat dibedakan atas :

Gempabumi sangat besar dengan magnitude lebih besar dari 8 SR.


Gempa terdasyat di muka bumi tak lagi di hitung dgn SR (skala richter atau hitungan
utk kekuatan gempa) melainkan dengan menggunakan hitungan MSR (mega skala
richter, 1 MSR = 10 ++ SR).

Gempabumi besar magnitude antara 7 hingga 8 SR.


Gempabumi merusak magnitude antara 5 hingga 6 SR.
Gempabumi sedang magnitude antara 4 hingga 5 SR.
Gempabumi kecil dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR.
Gempabumi mikro magnitude antara 1 hingga 3 SR.
Gempabumi ultra mikro dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR.
Berdasarkan kedalaman sumber (h), gempa bumi digolongkan atas :

b.

Gempabumi dalam > 300 Km .


Gempabumi menengah 80 > < 300 Km.
Gempabumi dangkal h < 80 Km.
Mitigasi Gempa Bumi
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika
berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.

1. Sebelum terjadi gempa


Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar selalu siaga adalah

Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah2 yang baku.
Diskusikan lah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa. Jangan

membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan


Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja, apakah tidak berada

pada patahan gempa atau tempat lain seperti rawan longsor dsb.
empatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya lemari, ada
baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut menindih ketika terjadi

gempa. Jika ada perabotan yang digantung, periksalah secara rutin keamananya.
Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga
Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP,
Televisi, Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan
sangat berguna disaat bencana.

Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak digunakan.
Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
Kenalilah jalur evakuasi. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah rawan

Tsunami, saat ini telah membangun jalur evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

2. Ketika berlangsung gempa


Yang pertama sekali adalah DONT BE PANIC, kuasai diri anda bahwa anda dapat

lepas dari bencana tersebut.


Menghindar dari bangunan, pohon, tiang listrik dsb yang berkemungkinan roboh
menimpa kita. Jika anda berada dalam gedung, berusahalah untuk lari keluar. Jika
tidak memungkinkan berlindunglah di bawah meja yang kuat, tempat tidur. Atau

berlindunglah di pojok bangunan, karena lebih kuat tertopang.


Perhatikan tempat anda berdiri, karena gempa yang besar akan memungkinkan

terjadinya rengkahan tanah.


Jika anda sedang berkendara, matikan kendaraan anda dan turunlah. Jika anda sedang
berada di pantai, maka berlarilah menjauhi pantai tersebut. jika anda sedang berada di
daerah pegunungan, maka perhatikan disekitar anda apakah ada kemungkinan

longsor.
3. Setelah terjadi gempa
ika anda masih berada dalam gedung, maka yu keluar dengan tertib, jangan gunakan

Lift, gunakanlah tangga.


Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran gas,
dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah

pertolongan pertama.
Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh.
Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.

10. Vulkanisme
Vulkanisme merupakan gejala alam akibat pergerakan magma. Magma berada
di bawah kulit bumi dan berbentuk cair serta berpijar. Magma dapat bergerak naik ke
permukaan bumi melalui saluran-saluran seperti pipa yang disebut diatrema. Magma

yang telah sampai di permukaan bumi disebut lava atau lahar. Pergerakan magma
dibedakan menjadi dua macam, yaitu intrusi dan ekstrusi.
a. Intrusi Magma
Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma
memasuki celah-celah kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi
magma dapat menyebabkan terbentuknya bagian-bagian bumi sebagai berikut :

Keping intrusi atau sill yakni magma beku yang bentuknya lebar namun tipis,

mendatar berada di antara lapisan sedimen.


Batolit, yakni dapur magma beku yang tidak beralas.
Lakolit, yakni magma yang berada di antara dua lapisan batu dengan bentuk cembung

dengan alas mendatar.


Korok atau gang, yakni magma beku yang posisinya memotong lapisan sedimen

secara vertikal.
Apofisa, yakni cabang atau gumpalan dari korok.Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma merupakan pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan
bumi. Kita dapat menyaksikan peristiwa alam ini melalui letusan gunung berapi.
Ekstrusi magma berdasarkan materi yang dikeluarkan dibedakan menjadi tiga yaitu:

erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma dengan cara terlempar dengan materi relatif

padat,
erupsi effusif, yakni magma keluar dengan cara meleleh dan bentuk materi cair, dan
erupsi campuran, yakni keluarnya materi padat dan materi cair secara bergantian.
Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk
permukaan bumi yang seperti cekungan. Pada gunung berapi, cekungan ini akan
berbentuk seperti mangkuk yang menampung lava, kita menyebutnya kawah. Kawah
yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran sangat luas disebut kaldera.
Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau
erupsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti

kawah atau
kepundan gunung api.
Erupsi linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang
sehingga tampak seperti garis yang memanjang.

Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur
magmanya

sangat dangkal.

b. Mitigasi Gejala Vulkanisme


Pada dasarnya mitigasi gejal vulkanisme dan gempa bumi tidak jauh berbeda,
yang membedakan keduanya hanyalah waktu yang di butuhkan untuk menyelamatkan
diri karena biasanya sebelum erupsi tersebut berdampak besar pada lingkungan
sekiarnya para ilmuan sudah memberi tahu untuk menjauhi area tertentu. Berbeda
dengan bencana gempa bumi yang mendadak.
11. Stratigrafi
Strtigrafi adalah susunan lapisan sedimen dari waktu ke waktu. Perlapisan
batuan sedimen mengandung makna penting dalam dalam menentukan umur relative
batuan dan lingkungan pengendapan dalam hubungan ruang dan waktu. Prinsipprinsip stratigrafi antara lain prisip kemendataran awal (The law of original
horizontal), prinsip superposisi (The law of superposition), prinsip kesinambungan
menyamping (The law of lateral continuety).
Penyebab pelapisan batuan sedimen :

Perubahan iklim akan mempengaruhi banyak sedikitnya batuan sedimen yang di

endapkan
Perubahan tinggi muka laut (transgresi dan regresi laut) akan mempengaruhi daerah

asal sedimen.
Pengangkatan daerh asl sedimen, berpengaruh pada besar kecilnya erosi , daya angkut

sungai dan batuan yang di endapkan.


Pengaruh kimia
Pelapisan karena organisme
a. Satuan-satuan strtigrafi
Group (Kelompok)
Satuan stratigrafi yang terhimpun dari formasi (satuan litostratigrafi resmi
setingkat lebih tinggi daripada formasi) dan karenanya terdiri dari dua formasi atau
lebih yang menunjukkan kesamaan ciri-ciri litologi. Tetapi suatu formasi dapat

menjadi suatu kelompok kalau memenuhi persyaratan. Yaitu, nama kelompok


memakai nama Formasi yang telah diakui. Kelompok ini harus terdiri dari dua
formasi atau lebih yang telah ada dan berhubungan satu sama lain, karenanya suatu
kelompok tidak dapat berdiri sendiri.

Formation (Formasi)
Satuan dasar dalam pembagian satuan stratigrafi. Formasi harus memiliki
keseragaman atau gejala-gejala litologi yang nyata baik terdiri dari satu macam jenis
batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih ; beberapa jenis batuan yang
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan formasi lainnya.
Formasi dapat tersingkap di permukaan, berkelanjutan ke bawah permukaan
atau seluruhnya terdapat di bawah permukaan. Formasi haruslah mempunyai nilai
stratigrafi yang meliputi daerah cukup luas dan lazimnya dapat dipetakan pada skala
1 : 25.000 atau lebih kecil. Tebal suatu formasi berbeda-beda, berkisar antara kurang
dari semester sampai beberapa ribu meter, oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu
syarat pembatasan formasi.

Member (Anggota)
Bagian daripada suatu formasi yang secara litologi berbeda dengan ciri umum
Formasi yang bersangkutan serta memiliki penyebaran batuan yang berarti. Anggota
selalu menjadi bagian dari daripada suatu formasi tetapi formasi tidak selalu perlu
memiliki anggota. Kalau suatu formasi terdiri dari satu anggota atau lebih, maka
bagian yang lain daripada formasi tersebut tidak perlu dinyatakan sebagai anggota.
Batas penyebaran lateral suatu anggota tidak boleh melampaui batas formasi.

Lens (Melensa)
Pembatas geografi yang membatasi sisi dari formasi.
Tongue (Melidah)
Batas satuan stratigrafi ini ditempatkan antara dua satuan yangequivalent.
Bentuk tongue (melidah) dari formasi dipetakan tersendiri tanpa penamaan yang
resmi. Misalnya, lower tongue of Mancos Shale dan upper tongue of Mancos

Shale adalah penamaan tak resmi, tongue bias dibedakan dengan angka, huruf, atau
pengertian lain.

Bed
Satuan terkecil dari stratigrafi resmi dari batuan sedimen, dan merupakan
sub.division dari member yang terjadi hanya dari satu macam batuan yang homogen
dan dibatasi baguan bawah dan atasnya oleh bidang perlapisan secara tajam ataupun
berangsur (dalam satuan sedimentasi). Atau, bagian dari anggota yang dapat
dipisahkan karena ciri litologinya yang lebih jelas. Permukaan lapisan-lapisan
tersebut dikenal sebagai bidang perlapisan (bedding planes).

Flow
Satuan terkecil dari stratigrafi resmi dari batuan vulkanik.
Kode tahun 1983 dari Komisi Stratigrafi Amerika mengakui beberapa bagian dari
lithostratigrafi dibatasi top (atas) dan bottom (bawah/dasar) menyebabkan
ketidaksinambungan (unconformities atau diatems). Permukan bidang yang
memisahkan dua lapisan tidak selaras dinamakan bidang ketidakselarasan
(unconformity), atau yang dinamakan kontak stratigrafi.

b. Ketidaks selarasan dalam Stratigrafi


Unkonformitas

adalah

tidak

adanya

kesinambungan

dalam

urutan

sedimentasi. Hal itu terjadi karena perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkan
tidak terjadinya pengendapan pada waktu tertentu. Ada tiga jenis unkonformitas yang
di jumpai dalam batuan sedimen, yaitu angular unconformity, disconformity, dan
nonconformity.
12. Waktu Geologi
Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi adalah
bahwasanya kita harus menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang secara
dinamis berubah sepanjang masa, setiap saat dan setiap detik.
Dalam gambaran seperti itu maka salah satu segi yang khas dalam geologi
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya adalah yang menyangkut masalah waktu.

Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang
terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang
berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk
mempelajari bumi maka dimensi waktu menjadi sangat penting, dengan demikian
mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting pula.
Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran
waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi
apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam
jutaan tahun atau milyaran tahun.
Sekali bumi berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu
hari, dan setiap sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.Sama
halnya dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam
mempelajari sejarah bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan
nama Skala Waktu Geologi.
Skala waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun
dari halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh
batuan.
Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala hilang dan halaman buku
tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih dapat membaca buku
tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk membantu
membaca buku tersebut.
Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang Sejarah
Bumi.
Sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi lagi menjadi
Era (Kurun), dan Era dibagi menjadi Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi
Epoch (Kala).
a. Skala Waktu Relatif
Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon
(Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman),

dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau
Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para
ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam
membaca skala waktu geologi.
Sebagai contoh, kata ZOIKUM merujuk pada kehidupan binatang dan kata
PALEO yang berarti purba, maka arti kata PALEOZOIKUM adalah merujuk pada
kehidupan

binatang-binatang

purba,

MESO

yang

mempunyai

arti

tengah/pertengahan, dan KENO yang berarti sekarang.


Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut:
Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.
Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua
Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran
waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya.
Batuan

yang

terbentuk

selama

Masa

Proterozoikum

kemungkinan

mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae.
Batuan

yang

terbentuk

selama

Masa

Fanerozoikum

kemungkinan

mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus
dan mamalia.
b.

Skala Waktu Nisbi /Absolut (Radiometrik)


Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan atau milyaran tahun dapat
dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif.

Saat ini kita dapat

menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat
dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan.
Isotop radioaktif (parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan berubah
menjadi isotop yang stabil (daughter) dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di
dalam inti atomnya.
Perubahan dari Parent ke Daughter terjadi pada kecepatan yang konstan
dan dikenal dengan Waktu Paruh (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop
radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah

menjadi nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan menjadi atom
Daughter.
Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life) tertentu dan bersifat
unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi
menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom parent dan atomatom daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan.
13. Asal mula Kehidupan di Bumi
Salah satu manfaat terbentuknya atmosfer dan lautan adalah tersedianya
kondisi yang dapat menunjang adanya kehidupan. Ada banyak model yang
menggambarkan asal mula kehidupan, namun masih sedikit konsensus tentang
bagaimana kehidupan muncul dari bahan kimia. Percobaan yang dibuat di
laboratorium masih belum dapat mengungkap tentang hal ini.
Tahap awal munculnya kehidupan kemungkinan dipicu dengan adanya reaksi
kimia yang menghasilkan senyawa organik sederhana, termasuk nukleobasa serta
asam amino yang merupakan meteri penyusun kehidupan. Sebuah percobaan yang
dilakukan oleh Stanley Miller dan Harold Urey pada tahun 1953 menunjukkan bahwa
molekul tersebut bisa terbentuk dalam lingkungan air, metana, amonia dan hidrogen
dengan bantuan percikan bunga api, untuk meniru efek petir.[51] Meskipun komposisi
atmosfer mungkin berbeda dari komposisi yang digunakan oleh Miller dan Urey,
percobaan lebih lanjut dilakukan dengan komposisi yang lebih mendekati kondisi
sesungguhnya, juga berhasil mensintesis molekul organik. [52] Simulasi komputer
terbaru menunjukkan bahwa molekul organik di luar bumi dapat terbentuk dalam
piringan protoplanet sebelum pembentukan bumi.
Tahap berikutnya yang lebih kompleks bisa saja dicapai dari setidaknya tiga
titik awal:

Replikasi diri, kemampuan organisme untuk menghasilkan keturunan yang


sangat mirip dengan dirinya sendiri.

Metabolisme, kemampuan untuk memberi makan dan memperbaiki diri


sendiri.

Membran sel eksternal, yang memungkinkan makanan masuk dan limbah


hasil pencernaan terbuang.

a. Teori Tanah Liat


Beberapa tanah liat, terutama montmorilonit, memiliki sifat yang
menjadikannya akselerator yang memungkinkan munculnya dunia RNA: mereka
tumbuh dengan mereplikasi diri pola garis kristal mereka, menjadi bagian dari seleksi
alam, dan dapat mengkatalisis pembentukan molekul RNA. Meskipun ide ini belum
menjadi konsensus ilmiah, namun banyak ilmuwan yang mendukung ide ini.
Penelitian pada tahun 2003 melaporkan bahwa montmorilonit juga bisa
mempercepat konversi asam lemak ke dalam "gelembung", dan bahwa gelembung
bisa membungkus RNA melekat pada tanah liat. Gelembung tersebut kemudian dapat
tumbuh dengan menyerap lipid tambahan dan membelah. Pembentukan awal sel
kemungkinan terjadi melalui proses yang serupa.
Hipotesis serupa mengatakan replikasi diri tanah liat yang kaya zat besi
sebagai nenek moyang nukleotida, lipid dan asam amino
b. Teori nenek moyang terakhir
Ilmuwan meyakini bahwa dari keanekaragaman protosel ini, hanya satu garis
keturunan yang berhasil selamat. Bukti filogeni saat ini menunjukkan bahwa nenek
moyang terakhir (LUCA) hidup pada awal eon arkean, yang diperkirakan 3,5 miliar
tahun yang lalu atau sebelumnya.[77][78] LUCA merupakan nenek moyang dari semua
kehidupan di bumi saat ini. Diperkirakan LUCA merupakan sebuah Prokariota yang.
memiliki membran sel dan kemungkinan sebuah ribosom, tapi kurang
memiliki inti sel atau ikatan membran organel seperti mitokondria atau kloroplas.

Seperti semua sel modern, LUCA menggunakan DNA sebagai kode genetik, RNA
untuk transfer informasi dan sintesis protein, dan enzim untuk mengkatalisis reaksi.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa bukan organisme tunggal yang menjadi nenek
moyang terakhir kehidupan, melainkan ada populasi organisme yang bertukar gen
melalui transfer gen horizontal.[77]

Anda mungkin juga menyukai