Anda di halaman 1dari 11

Prevalensi Tuberkulosis pada Anak Balita yang

Terpapar Dalam Satu Rumah dengan Penderita


Dewasa TB paru dengan Basil Tahan Asam Negatif
Abstrak
Latar belakang Resiko penularan TB tinggi jika seorang anak terpapar langsung
dalam satu rumah dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif pada parunya.
Resiko penularan TB dari penderita TB dewasa dengan BTA negative ke anak Balita
belum diketehui.
Objektif Untuk mengetahui prevalensi infeksi dan penyakit TB antara anak Balita
yang terpapar langsung dalam satu rumah dengan penderita TB dewasa dengan
BTA negative pada parunya.
Metode

Penelitian telah dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)

Bandung pada anak Balita yang tinggal dalam satu rumah dengan penderita TB
dewasa dengan BTA negative dari bulan Februari sampai juli 2006. Riwayat
pengambilan, pemeriksaan fisik, pengukuran anthropometric, rontgen thorax, dan
tes kulit tuberculin telah dilakukan untuk semua subyek-subyek penelitian. Subyeksubyek tersebut kemudian dikategorikan sebagai infeksi TB (hanya untuk tes kulit
tuberculin positif) atau penyakit (ditetapkan kriteria berdasarkan persatuan dewan
ilmu kesehatan anak dan paru, 2005)
Hasil 61 anak (32 anak laki-laki dan 29 anak perempuan) telah kontak dengan 54
penderita TB paru dewasa dengan BTA negative. Infeksi TB ditemukan sebanyak 6
anak (10%), sementara penyakit TB ditemukan sebanyak 10 anak (16%). Prevalensi
penyakit TB sebesar 10% (95% CI 2.3;17.3) sementara prevalensi penyakit TB
sebesar 16% (95% CI 7:1;24.7).
Kesimpulan

Prevalensi infeksi dan penyakit

TB sangat tinggi pada anak yang

kontak langsung dalam satu rumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA
negative. [pediatric Indonesia 2008;48:18-22].

Kata kunci : Tuberkulosis, anak Balita, kontak, basil tahan asam negatif

Pendahuluan
Tuberculosis masih merupakan penyebab kematian nomer I di dunia. WHO
melaporkan jumlah insedens TB kira-kira 140/100,000, dimana jumlah prevalensi
adalah 245/100,000. Indonesia menduduki peringkat ke 3 di antara negara-negara
dengan tingkat insidens TB tertinggi, dengan jumlah insidens sekitar 245/100,000,
dimana jumlah prevalensi 675/100,000. Infeksi secara langsung hampir ditularkan
melalui udara dari pasien penyakit paru-paru.
Resiko tinggi penularan dari penderita TB paru dewasa dengan BTA positif
yaitu

pada

sekret

pernafasan.

Walaupun

anak

tinggal

dalam

satu

rumah

mempunyai resiko lebih tinggi daripada anak yang kontak secara kebetulan atau
tidak tetap. Banyak penelitian menunjukan bahwa kedekatan dan lama kontak
dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA positif betul-betul dihubungkan
dengan prevalensi TB.
Diantara

kontak

dalam

satu

rumah,

anak

yang

sangat

muda

akan

meningkatkan resiko terinfeksi oleh penderita TB paru dewasa. Sayangnya


prevalensi infeksi dan penyakit antara anak Balita yang tinggal dalam satu rumah
dengan penderita TB dewasa dengan BTA negative pada paru-parunya di Indonesia
masih belum diketahui.

Metode
Penelitian ini diadakan dalam periode 6 bulan selama Februari-Juli 2006 di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Populasi
penelitian ini adalah anak Balita yang tinggal dalam satu rumah dengan penderita
TB paru dewasa dengan BTA negatif.
Orang dewasa yang di diagnose oleh BKPM Bandung sebagai penderita TB
paru dengan BTA negatif berdasarkan gejala dan tanda,

foto thorax, dan

mempunyai paling sedikit 2 dari 3 spesimen sputum pada pewarnaan ZiehlNeelsen. Data penderita TB paru dengan BTA negative di kumpulkan dari rekam
medic. Penulisan informed consent dilakukan

sebelum pendaftaran. Penularan

ditetapkan pada anak berumur 4 - <60 bulan yang tinggal bersama dalam satu
rumah dengan waktu paparan paling sedikit 9 jam sehari sepanjang periode 3 bulan
atau lebih. Anak yang telah tertular TB, yang mana tinggal dalam satu rumah
dengan penderita TB paru dengan BTA positif atau penderita TB dewasa yang tidak
tinggal dalam satu rumah tidak dimasukkan.
Informasi mengenai kontak dalam satu rumah di ambil dari wawancara para
orangtua mereka. Gejala di ambil menurut kriteria Perhimpunan Dewan Kesehatan
Anak dan Paru Indonesia yang berisi 8 parameter termasuk sumber TB, tes
tuberculin, BB atau status nutrisi, demam, batuk, pembesaran kelenjar limfe,
tulang/sendi bengkak dan foto thorax (table I). Nilai 0-3 diberikan untuk setiap
parameter dan diagnosis penyakit TB dibuat jika total nilai 6.
Pengukuran

anthropometrik

dilakukan

untuk mengakses status nutrisi

berdasarkan pengukuran BB dan TB. Meskipun itu tidak ditulis pada kriteria
diagnostik TB

pada Perhimpunan Dewan Kesehatan Anak dan Paru (2005). Kita

menggunakan CDC kartu pertumbuhan (2000) sebagai standar untuk status nutrisi.
Status nutrisi diklasifikasikan sebagai BB terhadap umur (W/A) diantara 60-<80%
atau BB terhadap tinggi (W/H) 70-<90%
kelompok malnurisi berat.
3

dan W/A <60% atau W/H <70% atau

Tabel 1 Kriteria diagnostik tuberkulosis

menurut Perhimpunan Dewan Kesehatan

Anak dan Paru (2005)


Parameter

Score
0

Source of TB
(+)

Unknown Family reports,

Cavities (+),

AFB (-) or unknown


TST
or = 5

Negative

AFB

AFB unknown
Positive (=10 mm,

mm
suppression

in

immuno-

patients)
Weight (W)/

W/H <90% or W/A <80%

Nutritional status

Clinically severe
malnutrition or W/H
<70% or W/A <60%

Fever

2 weeks

Cough

3 weeks

Lymph node

Size 1 cm,

Enlargement: neck,

number 1,

Axilla, inguinal

Painless

Bone/joint swelling:
CXR

Swelling (+)
Normal

- Infiltrate
- Lymph node enlargement
+

- Calcification + infiltrate
- Lymph node enlargement

- Segmental/ lobar consolidation

infiltrate

- Atelectasis
Catatan :
Jika terdapat scrofuloderma berarti tuberculosis
Penyakit TB: total skor 6

Semua subjek menjalani tes kulit tuberculin menggunakan cara Mantoux,


merupakan tehnik yg di rekomendasikan untuk screening infeksi M.tuberculosis. Tes
tuberculin dilakukan pada lengan bawah bagian voler dengan 0,1 mL dari 2
tuberculin unit (TU) PPD RT 23. Kita menggunakan 10 mm sebagai nilai yang
diputuskan untuk kebanyakan kontak dan 5 mm sebagai nilai yang diputuskan
untuk malnutrisi berat atau anak yang immunosupresi. Hasil tes tuberculin di ukur
oleh tenaga terlatih dan pengalaman.
Rontgen thorax dilakukan dalam 2 posisi, anterior-posterior dan posisi lateral.
Diperlukan pengalaman seorang dokter ahli radiologi anak dalam melakukan
rontgen thorax pada anak.
Anak dikategorikan memiliki infeksi TB jika ukuran tes tuberculin 10 mm
untuk kontak yang sering dan 5 mm untuk malnutrisi berat atau anak yang
imunisupresi, sementara itu penyakit TB berdasarkan kriteria Perhimpunan Dewan
Kesehatan Anak dan Paru Indonesia dengan nilai skor 6 (table 1)
Kita memasukkan paling sedikit 61 anak sebagai subjek penelitian dalam
penerimaan yang mana prevalensi penularan

BTA negative adalah 0.21, dengan

batas kesalahan 0,1.


Penelitian di prakarsai dengan pembuktian dari Badan Komite Ethics Fakultas
Kedokteran universitas Padjadjaran, RS Hasan Sadikin Bandung, Indonesia dan
ditulis informed concent pada para orangtua.

Hasil
Berdasarkan penelitian selama 6 bulan, terdapat 51 dari 509 penderita TB
paru dengan BTA negatif yang masuk dalam kriteria. Penderita TB paru dewasa
dengan BTA negatif masuk kriteria jika mereka pernah kontak dengan orang satu
rumah, dengan anak Balita. Paling sedikit 9 jam/hari selama pallng sedikit 3 bulan.
Penderita dan para orang tua dari anak Balita menyetujui dan menandatangani
research concent. 54 penderita TB paru dewasa dengan BTA negatif mempunyai
usia rata-rata 32 tahun (range 17-77 tahun), yang mana kebanyakan dari mereka
(39%) masuk dalam range 25-34. Mereka terdiri dari 38 (70%) wanita dan 16 (30%)
laki-laki.
Foto thorax pada semua penderita TB dewasa menunjukan infiltrate dan
kontras pada 48 (89%) dan 4 (7%) pleural effusion dan TB miliar ditemukan pada 1
(2%).
Populasi penelitian terdiri dari 32 (52%)laki-laki dan 29 (48%) wanita. Lama
kontak adalah 20-34 jam per hari. Total anak 19 (31%) yaitu BB/U 60-<80% atau
BB/TB 70-<90%. Pada penelitian ini tidak ada anak dengan malnutrisi berat. 11
(18%) dengan demam 2 minggu dan 14 (23%) dengan pembesaran kelenjar
limfe. Tidak terdapat anak dengan batuk > 3 minggu maupun bengkak pada tulang
atau sendi. Table 2 menunjukan karakteristik dari anak Balita.

Foto thorax yang abnormal ditandai dengan adanya infiltrate pada 19 anak
(31%), kalsifikasi dengan infiltrate dan pembesaran kelenjar limfe dengan infiltrate
5 (8%), pembesaran kelenjar limfe 2 (3%) dan atelektasis 1 (2%)
Tes kulit tuberculin positif pada 16 anak (26%). 6 dari 16 anak memiliki skor
total kurang dari 6 dan mereka didiagnosa sebagai infeksi TB. Prevalensi infeksi TB
adalah 10% (95% CI 2.3;17.3)
Anak dengan infeksi TB terdapat range umur dari 5-36 (X=18.7) bulan.
Mereka terdiri dari 4 laki-laki (67%) dan 2 perempuan (33%) semua anak-anak yang
pernah kontak dengan ibu mereka sebagai penderita TB dewasa. Lamanya kontak
yaitu 17-23 jam per hari. Mereka semua memiliki

gizi baik. Tidak terdapat anak

dengan infeksi TB memiliki tanda dan gejala dari penyakit TB, walaupun mereka
memiliki kelainan pada pemeriksaan fisik. Tiga (50%) dari mereka ditandai terdapat
infiltrate pada foto thorax, sementara yang lainnya normal. Table 3 menunjukkan
karakteristik anak Balita dengan infeksi TB.
Tabel 2. Characteristics of underfive children
Sex
Characteristics

Male
n (%)

Female
n (%)

Total

n (%)

Anthropometry
W/A 60-<80% or W/H 70-<90%
(31)
W/A <60% or W/H < 70%

8 (13)
0

11 (18)
0

Fever 2 weeks

6 (10)

5 (8)

Cough 3 weeks

Lymph node enlargement


(23)
Bone/joint swelling

9 (15)
0

19

11 (18)
0

5 (8)
0

14
0

Chest X-ray
Normal
(48)

14 (23)

15 (25)

29

Abnormal
(53)

18 (30)

14 (23)

32

Tuberculin skin test


Positive
Negative
(74)

11 (18)

5 (8)

16 (26)

21 (34)

24 (39)

45

<6

25 (41)*

26 (43)**

51 (84)

7 (11)

Total score

3 (5)

10 (16)

*4 anak dengan tes tuberculin (+)


**2 anak dengan tes tuberculin (+)

10 anak mempunyai skor total > 6 dan mereka didiagnosa sebagai penyakit
TB sementara 45 anak mempunyai skor total <6 dengan tes kulit tuberculin (-) dan
sisanya mempunyai skor total <6 dengan tes kulit tuberculin (+). Prevalensi
penyakit TB adalah 16,4 % [95% CI 7.1;25.7]
Anak dengan penyakit TB memiliki range umur antara 16-59 (rata-rata 39,7)
bulan dan terdiri dari 7 (70%) anak laki-laki dan 3 (30%) anak perempuan. Mereka
pernah kontak dengan tujuh penderita dewasa, 4 diantara mereka adalah ibu
mereka, ayah, paman, dan nenek. Rata-rata lama kontak adalah 20 jam per hari.

Tabel 3. Characteristics of underfive children with TB infection


Sex
Characteristics

Male
n (%)

Female
n (%)

Total

n (%)

Anthropometry
W/A 60-<80% or W/H 70-<90%
W/A <60% or W/H < 70%

0
0

0
0

Fever 2 weeks

0
0

Cough 3 weeks

Lymph node enlargement

Bone/joint swelling

0
0

0
0

Chest X-ray
Normal

3 (50)

Infiltrate

1 (17)

Lymph node enlargement

3 (50)

2 (33)
0

Segmental/lobular consolidation
Atelectasis

0
0

Calcification + infiltrate
Lymph node enlargement + infiltrate

3 (50)

0
0

Tabel 4. Characteristics of underfive children with TB disease


Sex
Characteristics

Male
n (%)

Female
n (%)

Total

n (%)

Anthropometry
W/A 60-<80% or W/H 70-<90%
W/A <60% or W/H < 70%

3
0

Fever 2 weeks

Cough 3 weeks

Lymph node enlargement

Bone/joint swelling

1
0

4
0

Chest X-ray
Normal

Infiltrate

Lymph node enlargement

Segmental/lobular consolidation
Atelectasis

0
0

0
0

0
0

Calcification + infiltrate

Lymph node enlargement + infiltrate

1
3

Lima anak dengan malnutrisi ringan (BB/U 60-<80% atau BB/TB 70-<90%),
sementara yang lainnya dengan gizi baik. Demam 2 minggu didapatkan pada satu
anak dan pembesaran kelenjar limfe didapatkan pada 4 anak. Tidak terdapat anak
dengan batuk 3 minggu maupun pembengkakan tulang atau sendi. Kelainan foto
thorax pada penyakit tb terdapat infiltrate pada 4 anak, pembesaran kelenjar limfe
dengan infiltrate pada 3 anak, 1 anak dengan kalsifikasi dengan infiltrate,
pembesaran kelenjar limfe satu. Sementara satunya normal. Table 4 menunjukkan
karakteristiknanak Balita dengan penyakit TB.

KESIMPULAN
Data WHO pada tahun 2003 berdasarkan karakteristik pada banyak negara di
SEAR region, kami menemukan

bahwa grup antara usia 25-34 tahun memiliki

insidens tertinggi.
Sama dengan penelitian yang dipimpin oleh Caldeira dan lain-lain, orang tua
merupakan sumber infeksi yang sering pada anak dengan kontak dalam satu
rumah. Kebanyakan kontak didapatkan dari ibu (60%), orang tua dengan yang
diharapkan karena kebanyakan ibu-ibu tnggal dirumah, terlalu dekat dengan
anaknya, dan mempunyai kontak dengan waktu yang lama.
Prevalensi infeksi TB pada penelitian ini lebih sedikit daripada penelitian yang
dipimpin oleh Singh dan lain-lain dan Nakaoko dan lain-lain. Tidak sama dengan
penelitian sebelumnya, kita membedakan infeksi TB dari penyakit. Jika kita
melakukan suatu penelitian untuk menemukan prevalensi infeksi TB hanya
10

berdasarkan pada test kulit tuberculin, kita menemukan prevalensi yang lebih besar
26% dibandingkan dengan penelitian oleh Singh dan lain-lain.
Hal ini mungkin saja yang berhubungan dengan keterbatasan kita dalam
penelitian ini bahwa kita tidak bisa meniadakan kemungkinan dari BTA positif
sehubungan dengan keterbatasan dari pemeriksaan mikroskopik dengan ZiehlNeelsen. Dengan begitu, terdapat kemungkinan negative palsu secara mikroskopis.
Kemungkinan lain adalah bahwa kita juga tidak bisa meniadakan kemungkinan dari
penderita TB dewasa BTA positif yang tinggal di rumah yang sama dan
kemungkinan transmis yang sama dari penderita TB dewasa yang tinggal tidak di
rumah sama.
Prevalensi penyakit TB adalah 16 % sementara prevalensi infeksi TB adalah
10 %. Prevalensi ini sangat tinggi pada populasi penelitian ini. Kita menyimpulkan
bahwa prevalensi infeksi TB dan penyakit sangat

tinggi pada hubungan kontak

dalam satu rumah dengan BTA negative pada paru-paru penderita TB dewasa pada
penelitian ini.

11

Anda mungkin juga menyukai