Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rancangan Penelitian Deskriptif
a. Pengertian Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi dan pengontrolan
terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, karena penelitian deskriptif biasanya hanya dilibatkan satu
variabel saja sehingga cenderung tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan
hubungan antar variabel. Oleh karena itu, dalam penelitian deskriptif peneliti
peneliti tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu. tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau
keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ini juga membuktikan
dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umumnya adalah bahwa penelitian
deskriptif tidak tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Arikunto,
2010:234).
Menurut (Hidayat, 2007: 53), rancangan penelitian deskriptif
bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkanmasalah penelitian yang
terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,
ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lainlain. Atau dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat
peristiwa atau kondisi populasi saat itu. Deskripsi tersebut dapat terjadi pada
lingkungan individu disuatu daerah tertentu, atau lingkup kelompok pada
masyarakat di daerah tertentu. Penelitia ini dapat bersifat kuantitati dan
dapat juga kualitatif.
Contoh :
Seorang peneliti ingin meneliti terhadap masalah perilaku pemberian
ASI pada ibu menyusui yang tinggal didaerah A
Apabila rancangan deskripsi ingin dibuat caranya adalah sebagai berikut:
a. Deskripsikan atau gambarkan perilaku pemberian ASI, ke dalam kategori
perilaku baik, cukup, atau kurang.
b. Deskripsikan perilaku pemberian ASI berdasarkan kategori umur, sosial
ekonomi, pekerjaan, pengetahuan, dan lain-lain.

Peneliti mulai
dari sini

Mendeskripsikan
perilaku, misalnya:
- Baik
- Cukup
- kurang
Menentukan
variabel
penelitian
(perilaku
pemberian
ASI

Menentukan
subjek penelitian
(ibu menyusui)

Melakukan
pengukuran/
pengamatan
pada variabel

Mendeskripsikan
perilaku pemberian
ASI berdasarkan:
Ekonomi
Pekerjaan
Umur
Sosial
pengetahuan

Gambar 2.1. Bagan rancangan penelitian obsevasional bersifat deskriptif


eksploratif nonhipotetis pada perilaku pemberian ASI

Contoh biologi penelitian deskriptif:


Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan)
peristiwa yang terjadi pada masa kini, peristiwa tersebut dilakukan secara
sistematik

dan

lebih

menekankan

pada

data

faktual

dari

pada

penyimpulannya.
Contoh:
Penelitian tentang pelaksanaan CBSA dalam bidang studi IPA di SD
Berdasarkan contoh diatas, penelitian tersebut hanya dimaksudkan
untuk mendeskripsikan variabel pelaksanaan CBSA. Aspek dari pelaksanaan
CBSA sendiri dapat berupa kegiatan guru, kegiatan siswa, media yang
digunakan, dan lainnya, tanpa menghubungkannya dengan variabel lain
hanya menaruh perhatian pada pendeskripsian suatu variabel saja.
Menurut (Sugiono, 2013:199), statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud

membuat

kesimpulan

yang

berlaku

untuk

umum

atau

generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin


mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang

berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Termasuk dalam statistik


deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram
lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data
melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan presentase.
Menurut Dirjen dikti 1981 dalam (suryana, 2010:18-20), metode
deskriptif (mendeskrisikan) yaitu metode yang digunakan untuk mencari
unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat, suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan
mengumpulkan, menganalisis data dan menginterprestasikannya. Metode
deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi
kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu
dan gerak, analisis tingkah laku dan analisis dokumenter. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Apabila,
diambil beberapa sampelnya saja, disebut survey deskriptif.
Contoh :
- studi tentang kebutuhan pendidikan keterampilan didaerah X
- survey pendapat umum tentang sikap berhemat masyarakat
- penelitian tentang daya serap siswa SMA dalam pelajaran X
b. Macam-macam Penelitian Deskriptif
Menurut (Sudjana & Ibrahim, 1989: 78-80). Banyak cara dan
beragam deskriptif dalam pendidikan. Beberapa yang sering digunakan
dalam penelitian pendidikan antara lain ; studi kasus, studi pengembangan,
studi followup, analisis dekumenter, analisis kecenderungan, survei, studi
korelasi. Untuk memberikan gambaran metode-metode tersebut berikut ini
dijelaskana secara umum satu persatu diantaranya:
1) Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intesif seorang
individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Misalnya,
mempelajari khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang
lain, anak yang selalu gagal belajar, atau anak pandai, anak yang paling
disukai teman-temannya dan lain-lain. Terhadap kasus-kasus tersebut (pilih
salah satu yang diperlukan) peneliti mempelajari secara mendalam dan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapakan

semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus dari berbagai aspek


yang mempengaruhi dirinya. Tekanan utama dalam studi kasus adalah
mengapa individu melakukan apa yang ia lakukan dan bagaimana tingkah
lakunya dalam kondisi pengaruhnya terhadap lingkungan.
Untuk mengungkapkan persoalan itu perlu mencari data yang
berkenaan dengan pengalaman individu tersebut pada masa lalu, sekarang,
lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenan
dengan kasusnya. Teknik memperoleh data sangat komperensif seperti
observasi perilakunya, wawancara, analisi dokumenter, tes, dan lain-lain
bergantung kepada kasus yang dipelajari.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti
mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahan
sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu
dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan
kata lain generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus
bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat
menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Studi
kasus dalam pendidikan bisa dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali
kelas terutama kasus-kasus siswa disekolah. Menemukan kasus-kasus pada
siswa dapat melalui pengamatan tingkah lakunya, menganalisis prestasi
belajar yang dicapai, hubungan sosial dengan teman sekelas, mempelajari
prilaku-prilaku ekstrim pada siswa.
Beberapa petunjuk melaksanakan studi kasus dalam bidang
pendidikan khususnya disekolah;
a)

Menemukan siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa


diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus

b)

Menetapkan masalah yang dihadapi siswa dan perlu mendapatkan


bantuan pemecahan oleh guru. Dalam langkah ini guru sebaiknya
mewawancara siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi
oleh siswa tersebut.

c) Gur mencari bukti-bukti lain untuk meyakinkan kebenaran masalah yang


dihadapi siswa tersebut melalui analisis belajar yang dicapainya,
mengamati perilakunya, bertanya kepada teman sekelasnya, jka perlu
minta penjelasan oleh orang tuannya.

(1) Mencari sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek, yang


berkenan dengan kehidupan siswa itu sendiri.
(2) Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkannya
dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih
lengkap mengenai latar belakang siswa.
(3) Dengan informasi yang telah lengkap berkenan dengan faktor
penyebab tersebut, guru dapat menentukan sejumlah altrnatif
pemecahannya.

Setiap

informasi

dikaji

lebih

lanjut

untuk

menetapkan alternatif mana yang paling baik untuk dapat


mengatasi masalah siswa.
(4) Alternatif yang telah diuji sebagai upaya pemecahan masalah
dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik
oleh siswa itu sendiri maupun oleh guru.
(5) Guru mengadaikan pegamatan dan pemantauan terhadap tingkah
laku siswa tersebut untuk melihat perubahan-perubahannya. Jika
belum

menunjukan

perubahan,

perlakuan

guru

harus

lebih

ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif lain yang telah


ditemukan sebelumnya
2) Studi pengembangan
Studi

pengembangan

mempelajari

karakteristik

individu

dan

bagaimana karakteristik itu berubah dalam pertumbuhan. Studi ini dapat


dilakukan kepada sekelompok individu pada usia tertentu, atau dapat juga
dilakukan terhadap seorang individu. Perbedaan dengan studi kasus, studi
pengembangan individu dilakukan dalam jangkau waktu yang panjang. Oleh
sebab itu kelemahan utama studi ini adalah waktunya terlalu lama sehingga
menuntut biaya dan tenaga dan sumber-sumber yang lain dan cukup
banyak. Ada dua teknik yang digunakan dan saling melengkapi dalam studi
perkembangan:
a) Studi longitudinal atau metode jangkau panjang dala pelaksaanya
menggunakan sample yang sama untuk jangka yang panjang.
Contoh:
Peneliti mempelajari keterampilan berbahasa tulisa siswa kelas 1
smp dan keterampilan tersebut diukur setiap tahun dikelas-kelas
berikutnya, untuk melihat perkembangan pada siswa tersebut. Dengan
studi tersebut peneliti dapat melihat perubahan dan perkembangan
keterampilan dalam jangkau waktu tertentu untuk kelompok atau kelas

tersebut dalam studi ini sampenya adalah semua subjek dikelas tersebut,
dan oleh karna itu memungkinkan dapat dilaksanakan oleh guru sebagai
peneliti.
Kelemahan studi ini adalah menuntut biaya, tenaga, dan sumbersumber yang cukup besar, sebab dilaksanakan dalam waktu yang cukup
lama. Demikian pula mempelajari perkembangan individu cukup sulit,
sebab dalam pertumbuhan dan perkembangannya individu berinteraksi
dengan lingkungannya sehingga banya faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan yang sedang dipelajari oleh peneliti .

b) Metode cross sectional dilaksanakan dalam waktu yang pendek,


sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
metode longitudinal. Motode ini mempelajari semua individu yang
berbeda tahap umurnya dalam titik waktu yang sama.
Contoh:
Berdasarkan

contoh

dari

studi

longitudinal

keterampilan

berbahasa tulisan dipelajari siswa sebagai sample dari berbagai kelas


yang berbeda dan pada titik kurun waktu tertentu diukur keterampilannya,
kemudian hasil penelitian dibandingkan untuk setiap kelas yang berbeda
tahap umurnya.
Metode ini mempunyai kelemahan utamanya adalah faktor
kebetulan,

sebab

terjadi

sample

dalam

studi

sangat

bervariasi

pertumbuhannya. Metode ini jug dapat membandingkan karakteristik


tertentu saat ini dari subjek atau siswa pada kelas yang berbeda
tingkatannya misalnya kelas 3 sma dengan kelas 3 smp. Namun apabilah
ingin melihat karakteristik tertentu dari subjek lebih tepat menggunakan
studi longitudinal, sebab menggunakan subjek yang sama tarapnya
dalam kurun waktu tertentu selama penelitian itu dilaksanakan.
3) Studi tindak lanjut (Followup)
Studi hampir sama dengan dengan longitudinal yakni mempelajari
perkembangan perubahan subjek setelah subjek sample diberikan perlakuan
khusus atau kondisi tertentu dalam kurun waktu tertentu sampai selesai
dalam bidang pendidikan studi ini memang banyak sekali penggunanya,
sebab banyak model-model belajar dan model-model mengajar yang bisa

diberikan (perlakuan) untuk dilihat efeknya pada siswa setelah berlangsung


beberapa tahun. Pada tahun berikutnya siswa diukur kemampuan cara
belajar dan hasilnya atau kemampuannya tertentu yang diharapkan dari
pengajaran modul tersebut, kemampuan belajar mandiri pada siswa.
Apabila hasil ini dibandingkan dengan siswa lain yang tidak dapat
perlakuan pengajaran modul, maka perbedaan yang ditunjukan dari kedua
kelompok tersebut

dapat dijadikan efek atau akibat dari perlakuan

pembelajaran modul. Kelemahan tetap ada sebab adanya variabel ekstra


yang tidak dapat dikontrol. Banyak variabel pendidikan yang bisa diberikan
sebagai perlakuan, baik kepada guru maupun kepada siswa yang dapat
dipelajari melalui studi ini. Demikian perlakuan yang dapat diberikan kepada
siswa, misalnya cara belajar siswa, pengunaan buku pelajaran siswa,
misalnya cara belajar siswa, lama belajarnya disekolah, pengkelompokan
kelas berdasarkan kemampuan siswa dan lain-lain. Perlakuan kemampuan
tersebut setelah selesai diberikan, kemudian diukur efeknya terhadap tujuan
yang diinginkan dari penggunaan perlakuan tersebut, seperti efesiensi dan
efektivitas belajar, produktivitas belajar dan mutu hasil belajar.
4) Studi kecenderungan
Studi kencenderungan pada dasarnya meramalkan masa depan
berdasarkan keadaan, gejala, data yang ada pada masa sekarang. Keadaan
masa sekarang diperoleh dari studi lain misalnya studi kasus, survei,
(penelitian deskritptif) agar diperoleh data dan informasi yang akurat
mengenai gambaran dan kondisi saat ini. Atas dasar data dan informasi
tersebut peneliti mencoba membuat ramalan kencederungan yang akan
terjadi yang dimasa mendatang.
Prediksi masa depan bisa dalam waktu yang panjang dan bisa pula
dalam waktu yang pendek. Prediksi waktu jangkau panjang lebih sulit dari
pada waktu pendek, sebab banyak variabel yang sukar diperhitungkan
akibat perubahan-perubahan dalam berbagai bidang seperti bidang
ekonomi, politik, demografis ekologis, dan lain-lain. studi ini hanya dapat
digunakan untuk perencanaan suatu proyek pendidikan agar proyet tersebut
lebih berdaya guna untuk memenuhi aspirasi dan tuntutan masyarakat
sesuai dengan kecenderungan yang akan terjadi dimasa depan pada saat
proyek tersebut dilaksanakan sebagai contoh: depdikbud bermaksud

meningkatkan kemampuan tenaga guru melalui upaya pemilihan mahasiswa


calon guru yang memiliki indeks prestasi yang tinggi.
5) Survei pendidikan
Survei pendidikan lebih banyak digunakan untuk pemecahan
masalah

pendidikan

termasuk

kepentingan

perumusan

kebijaksaan

pendidikan, buakn untuk pengembangan ilmu pendidikan oleh sebab itu


survei, tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian pertanyaan dalam
survei disusun untuk memberikan informasi tentang variabel-variabel bukan
untuk menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya sekali pun
informasi mengandung dan menunjukan adanya hubungan antara variabel.
Suatu survei yang mencakup seluruh populasi yang menjadi objek
studi disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi
dinamakan

sample

survei.

Survei

biasannnya

mengungkapkan

permasalahan pendidikan yang berkenaan dengan beberapa banyak siswa


yang mendatar dan diterimah disekolah.
Sensus objek kongkrit, mengungkap informasi populasi kecil,
misalnya satu jenis sekolah. Tujuan yang ingin dicapai untuk perencanaan
dan pemecahan masalah disekolah tersebut .
Sensus objek abstrak, yakni sensus yang mengungkap data atau
informasi yang berkenaan dengan variabel-variabel konstruk, yang tidak
dihitung secara kuantitaf dan memerlukan pengukuran dengan alat lain.
Variabel-variabel tersebut diukur secara tidak langsung. Keberhasilan sensus
semacam ini terletak pada kesahiaan alat pengukurannya. Membuat
instrumen yang baik tidak mudah dan banyak sekali variabel abstrak dalam
pendidikan yang dapat diukur dengan baik seperti keberhasilan guru,
motivasi siswa penyesuaian psikologis, kepemimpinan dan lain-lain yang
sulit didefiniskan dan diukur secara operasional.
Metode

survei

dalam

pendidikan

banyak

manfaatnya

baik

untuk

memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk bahan dalam


merumuskan kebijaksaan pendidikan bahkan juga untuk studi pendidikan
dalam hubungannya dengan pembanguan. Melalui metode ini dapat
diungkapkan masalah-masalah aktual dan mendeskripsikannya mempelajari
hubungan variabel bahkan lebih, membandingkan kondisi yang ada dengan
kreteria yang telah ditentukan, atau menilai efektivitas program.

6) Studi korelasi
Seperti halnya survei metode deskriptif lainnya yang sering
digunakan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua
variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi variabel berhubungan dengan
variasi dalam variabel lain. Korelasi dapat menghasilkan dan menguji
hipotesi mengenai hubungan antara variabel atau untuk menyatakan besar
kecilnya hubungan kedua variabel. Misalnya penelitian dengan kemampuan
belajar. Semua variabel yang ada kaitannya dengan kemampuan mengajar,
diukur lalu dihitung koefisiennya korelasinya yang bertujuan untuk melihat
besar kecilnya derajat hubungan tidak dikaitkan dengan hipotesis misalnya
peneliti ingin mengetahui ada tidak korelasi antara prestasi belajar
matematika dengan prestasi belajar IPA.
Peneliti mengukur subjek yang sama pada waktu yang sama hasilnya
dihitung dikorelasikan. Jika ternyata menunjukan korelasi, maka dapat
disimpulkan bahwa

prestasi

belajar

matematika

mempunyai

derajat

hubungan dengan prestasi IPA pada saat penelitian dilakukan. Namun belum
tentu pada saat lain akan berkolerasi yang sama.
Indeks korelasi bergerak dari 1 + 1 jika koefisien menghasilkan
angka atau bilangan negatif, artinya terdapat korelasi negatif atau
berbanding terbalik. Misalnya prestasi belajar matematika tinggi diikuti oleh
prestasi belajar IPA yang rendah. Namun indeks bilangan positif, berarti ada
korelasi fositif atau bentuk banding lurus. Artinya, bila prestasi Matematika
tinggi diikuti dan prestasi IPA yang tinggi pula. Indeks korelasi bilangan satu.
Studi korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antar dua variabel atau beberapa
variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui
hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variabel lain.
Contoh:
-

Studi tentang hubungan antara pola belajar dengan prestasi belajar


Korelasi antara tingkat kecerdasan dan motivasi berprestasi
c. Langkah-langkah dalam Penelitian Deskriptif

Menurut (Sudjana & Ibrahim, 1989: 78-80). Langkah-langkah yang


dapat dilakukan dalam penelitian deskriptif ini yaitu:
1. Perumusan masalah

10

Metode penelitian mana pun harus diawali dengan adanya


masalah,

yakni

pengajuan

pertanyan-pertanyaan

penelitian

yang

jawabanya harus di cari peneliti di lapangan. Pertanyaan masalah


mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam
penelitian deskriptif ,peneliti dapat menentukan status variabel atau
mempelajari hubungan-hubungan antara variabel.
2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan
Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah
dirumuskan di atas. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif.
Informasi kuantitaif berkenan dengan data atau informasi numerik dalam
bentuk bilangan / angka seperti skor,frekuensi dan lain-lain.dalam contoh
diatas mengenai korelasi umumnya yang diperlukan adalah informasi
kuantitatif. Namun dalam pertanyaan pertama mengenai langkah-langkah
mengajar bisa kualitatif. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah aktual yang
terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Oleh sebab itu informasi
yang harus digali adalah informasi yang berkenaan dengan kondisi,
peristiwa, gejala yang ada saat penelitian dilaksanakan. Dalam contoh
diatas mengenai langkah guru mengajar adalah langkah-langkah
mengajar yang digunakan atau dilakukan guru pada saat itu. Demikian
juga prestasi belajara matematika dan ipa (Pertanyaan kedua dalam
contoh) adalah peristiwa pada saat itu, bukan prestasi siswa pada
semester yang lalu atau sebelumnya.
3. Menentukan prosedur pengumpulan data
Setelah informasi yang diperlukan ditetapkan, langkah berikutnya
menentukan cara-cara pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang
diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data
atau sample, yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam
penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara,
observasi, kuisioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam
penelitian deskritif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai
langkah-langkah guru mengajar, maka alat atau instrumen yang dapat
digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin

11

dipakai adalah wanwacara dengan guru mengenai langkah-langkah


mengajar yang dilakukan nya pada waktu mengajar matematika. Namun
hal ini wawancara tidak seakurat observasi, sebab jawaban guru mengkin
tidak sesuai dengan pelaksaannya seperti terlihat pada observasi.
Sedangkan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa dalam bidang
studi matematika dan ipa sebaiknya menggunakan tes. Artinya peneliti
melakukan pengukuran atau tes hasil belajar kedua bidang studi tersebut.
Peneliti dianjurkan tidak menggunakan hasil belajar yang telah ada,
seperti dari rapot semester sebelumnya atau hasil-hasil tes guru untuk
waktu yang telah lalu. Dalam contoh diatas sumber datanya individu,
yakni guru dan siswa. Oleh sebab itu sample penlitiannya adalah guru
untuk pertanyaan penelitian pertama, dan siswa untuk pertanyaan
penelitian kedua. Guru mana yang dijadikan sample bergantung kepada
variabel yang diteliti.
Dalam contoh diatas adalah semua guru matematika di SD yang
bersangkutan. Dalam contoh kedua adalah siswa. Misal nya siswa kelas
tertentu di SD. Agar diperoleh sampel yang jelas maka permasalahan
penelitian harus dirumuskan sekhusus mungkin, sehingga memberikan
arah yang pasti terhadap instrumen dan sampel penelitian. Contoh :
bagaimana ;langkah guru mnegajar bidang studi matematika di kelas 1
sekolah dasar ? dengan pertanyaan tersebut maka sampel penelitian
cukup jelas , yakni guru yang mengajar bidang studi matematika di kelas
1 SD. Beberapa banyak guru yang diperlukan dan bagaimana cara
memilihnya , merupakan persoaalan teknik teknik penarikan sampel yang
akan dibahas dalam bab III tulisan ini.

4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data


Data dan informasi yang diperoleh dengan instrumen yang dipilih
dari sumber data atau sample tertentu masih merupakan informasi atau
data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan
bahan

untuk

menjawab

pertanyaan

penelitian.

Dalam

penelitian

kuantitatif, pengolahan data tersebut memerlukan alat tertentu, yakni


statistika. Mengingat sifat penelitian deskriptif adalah men deskripsikan

12

informasi atau data sebagaimana adanya, maka jeni statistika digunakan


adalah statistika deskriptif seperti teknik persen, kuartil, modus, median,
mean, simpangan baku, korelasi, dan lain-lain. Prosedur yang dilakukan
antara lain pemeriksaan data, klasifikasi data, kabulasi data berdasarkan
klasifikasi yang dibuat, menghitung frekuensi jawaban atau data,
perhitungan lebih lanjut sesuai dengan teknik statistika yang dipilih seperti
persen, rata-rata, simpangan baku dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan penelitian
Berdasarkan pengolahan data diatas, peneliti menyimpulkan hasil
penlitian deskriptif dengan jawab pertayaan-pertayaan penelitian dan
mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam suatu kesimpulan yang
merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan
Langkah diatas harus berurutan dan tidak boleh mendahulukan
satu langkah tertentu sebelum langkah yang mengawalinya selesai
dilakukan.
2.2 Rancangan Penelitian Korelasional
a. Pengertian Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui


hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi lain. Besarnya atau
tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.
Didalam penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauh mana
dua atau lebih variabel berkorelasi, sedangkan dalam penelitian generalisasi
hipotesis koefisien korelasi menunjukkan tingkat signifikansi terbukti tidaknya
hipotesis (Arikunto, 2010:248).
Menurut Donald Ary dalam (Arikunto, 2010: 248), ciri dari penelitian
korelasional adalah bahwa penelitian korelasional adalah bahwa penelitian
tersebut tidak menuntut subjek penelitian yang tidak terlalu banyak. 50
sampai 100 subjek penelitian sudah dapat dianggap cukup. Jika peneliti
akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya mereka harus berhasil
mengambil sampel yang betul-betul representif, variabilitas sekor di dalam
setiap variabel yang di korelasikan akan sangat menentukan besar kecilnya

13

korfisien korelasi. Variasi yang kecil pada sekor akan menghasilkan koefisien
korelasi yang lebih kecil dibandingkan dengan variasi sekor yang besar.
Menurut Dirjen dikti 1981 dalam (suryana, 2010:19),penelitian
korelasional bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu
faktor berkaitan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasi.
Contoh: studi tentang hubungan antara pola belajar dengan prestasi belajar.
Ada beberapa Langkah-langkah dalam penelitian korelasional
diantaranya sebagai berikut::
1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2. melakukan studi pustaka dalam rangka pendalaman teori
3. Merancang pendekatan yang akan digunakan termasuk mengidentifikasi
variabel yang relevan dan menenukan subjek penelitian.
4. Menyusun instrumen penelitian dan memilih metode korelasional yang
relevan.
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data dan interpretasi
7. Dan menarik kesimpulan dan saran, serta implikasinya.
2.3 Rancangan Penelitian Historis
a. Pengertian Penelitian Historis
Secara umum penelitian historis merupakan penelaahan dokumen
serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan
dilaksanakan secara sistematis. Dengan mempelajari sesuatu yang telah
lampau para sejarawan pendidik berharap dapat memahami praktik
pendidikan dengan lebih baik

dan selanjutnya dapat memecahkan

permasalahan yang timbul dengan mengacu pada pengalaman lama.


Penelitian historis menitiberatkan kegiatannya pada upaya menelaah
dokumn hasil rekaman para ahli dari berbagai bidang seperti ahli jurnalistik,
ahli hukum, kedokteran, penulis buku harian, ahli fotografi, dan ahli-ahli lain
yang kadang-kadang bidang keahliannya dan profesinya tidak dipahami oleh
sejarawan. Didalam menuliskan dokumennya tidak mustahil bahwa para ahli
tersebut telah memasukkan kerancuannya yang berupa nilai, pendapat
minat, dan perhatiannya. Dengan demikian fakta yang sebenarnya dapat

14

saja ditambah atau dikurangi berdasarkan atas latar belakang pribadinya itu
(Arikunto, 2010:252-253).
Menurut Dirjen dikti 1981 dalam (suryana, 2010:18-20), metode
historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian yang meneliti
sesuatu yang terjadi dimasa lampau. Dalam penerapannya, metode ini dapat
dilakukan dengan suatu bentuk studi yang bersifat komparatif-historis,
yuridis, dan bibliografik. Penelitian historis bertujuan untuk membuat
rekonstruksi masa lampau, secara sistematis dan objektif dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi dan mensintesiskan buktibukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh
kesimpulan yang akurat.
Contoh: studi tentang praktek Bawon dipulau jawa.
Menurut (Sudjana & Ibrahim, 1989: 81), penelitian historis adalah
usaha mempelajari dan menggali peristiwa-peristiwa masa lampau. Dalam
penelitian ini peneliti dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan
fakta yang diperolehnya secara sistematik objektif untuk memahami masa
lampau, temuan masa lampau tersebut dapat dijadikan bahan untuk masa
sekarang dan meramalkan peristiwa yang akan datang. Dalam

bidang

pendidikan penelitian historis disamping digunakan dalam penelitian sejarah


dan purbakal, bisa juga untuk meneliti perkembangan sistem pendidikan,
kurikulum, penilaian dari periode ke periode sebagai bahan untuk menilai
keadaan yang berlaku sekarang dan masa mendatang. Penelitian ini lebih
seulit dibandingkan dengan penelitian lain karena tidak mempunyai kontrol
dan pengukuran terandalkan serta tidak dapat melakukan replikasi
b. Prosedur dalam Penelitian Historis
Menurut Arikunto, 2010:255, prosedur didalam penelitian historis
terdiri dari 5 macam yaitu:
1. Merumuskan Problematika
Ada beberapa topik dalam bidang pendidikan yang pantas digarap
dalam penelitian historis. Didalam survei sejarah dibidang pendidikan
Mark Beach telah menganalisis problematika dan topik-topik didalam
penelitian sejarah menjadi lima tipe:
a. Tipe pertama memandang isu-isu sosial sebagai isu yang paling
populer. Sebagai contoh adalah masalah pendidikan dipedesaan,

15

upaya untuk mengadakan perombakan dalam dunia pendidikan,


dan berbagai masalah tentang tes inteligensi.
b. Tipe kedua adalah hal-hal yang berhubungan dengan sejarah
individu misalnya biografi. Penelitian ini biasanya didorong oleh
keinginan sederhana untuk memperoleh pengetahuan tentang
gejala yang tidak menjadi perhatian umum.
c. Tipe ketiga menyangkut upaya untuk mengadakan interpretasi ide
atau kejadian yang tampaknya tidak berhubungan satu sama lain.
Contoh:
Adalah penerbitan berbagai buku pelajaran atau kurikulum
berbagai jenis tingkat sekolah yang dimaksudkan misalnya untuk
menyelidiki perkembangan kurikulum dari masa ke masa.
d. Tipe

keempat

berhubungan

dengan

minat

peneliti

untuk

mensintesiskan data lama menjadi fakta-fakta sejarah yang baru.


e. Tipe kelima mengadakan interpretasi ulang bagi kejadian-kejadian
masa lampau yang telah diinterpretasikan oleh sejarawan lain.
2. Menelaah Sumber-sumber Sejarah
Sebenarnya tidak hanya rekaman yang berupa bahan
tertulis saja yang dapat dipandang sebagai sumber sejarah. Secara
garis besar sumber-sumber sejarah dapat diklasivikasikan menjadi
empat tipe sumber, diantaranya:
a. Dokumen, bahan tertulis atau bahan cetakan merupakan sesuatu
yang paling umum digunakan sebagai sumber sejarah. Bahanbahan ini dapat berupa: buku harian, rekaman resmi, testimoni
dalam kehakiman, memorandum, buku tahunan, surat kabar,
majalah, arsip, dan sebagainya.
b. Rekaman kuantitatif dapat dikatakan bagian dari dokumen karena
merupakan bahan yang sangat berguna bagi peneliti seperti
rekaman sensus penduduk, anggaran, sekolah, daftar hadir siswa,
daftar nilai, dan kumpulan rekaman yang berupa angka-angka
merupakan bahan yang sangat berguna bagi peneliti sejarah dan
c.

merupakan dokumen yang penting dalam suatu penelitian.


Rekaman sensus penduduk, anggaran, sekolah, daftar hadir
siswa, daftar nilai, dan kumpulan rekaman yang berupa angka-

16

angka merupakan bahan yang sangat berguna bagi peneliti


sejarah.
d. Rekaman bahasa lisan seperti dongeng, syair, dan bentuk-bentuk
rekaman lisan yang lain. Ahli sejarah sering kali melakukan
wawancara dengan orang-orang yang dapat dipandang sebagai
saksi hidup mengenai peristiwa penting yang terjadi pada masa
sebelumnya. Wawancara yang berupa rekaman dalam kaset, dapat
ditransfer menjadi bahan tertulis.
e. Peninggalan merupakan sumber sejarah, sumber ini dapat berupa
gedung, bnagunan lain, cetak biru (blue-print) bangunan sekolah,
relief, batu atau papan yang ditanda tangani pada waktu pendirian
suatu monumen, dan alin-lain bentuk.
Berdasarkan sifatnya sumber sejarah dapat dibedakan atas dua
sumber yaitu sumber primer dan sekunder, yang dapat dikatakan sumber
primer adalah segala sumber yang direkam oleh individu yang hadir pada
waktu kejadian berlangsung disebut juga sumber utama atau sumber asli.
Merupakan informasi yang diperoleh secara langsung dari pelaku atau
saksi peristiwa bersejarah.
Contoh:
Sumber primer tertulis adalah arsip-arsip. Arsip dianggap sebagai
sumber primer karena ditulis pada saat terjadinya peristiwa yang
dilaporkan. Untuk sumber primer yang berupa keterangan lisan,
contohnya antara lain adalah naskah teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Sumber primer dapat menjadi sumber utama untuk melihat
dan memahami kebenaran terhadap kejadian masa lalu.
Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang direkam oleh
orang yang mendapat cerita dari orang yang mengalami peristiwa tentang
hal yang dimaksud Sumber sekunder berisi informasi atau keterangan
yang diperoleh dari perantara, tetapi tidak memiliki hubungan secara
langsung terhadap terjadinya peristiwa sejarah. Sumber ini disebut juga
dengan sumber kedua.
Contoh:
Sumber sekunder tertulis adalah surat kabar sumber yang ditulis
oleh sejarawan berdasarkan sumber primer atau sumber yang bukan

17

merupakan kesaksian langsung pada periode sejarah yang diteliti oleh


sejarawan. Mengenai klasifikasi primer dan sekundernya sumber ini
merupakan hal yang sangat fital bagi peneliti sejarah. Data yang autentik
merupakan data yang memiliki validitas eksternal. Validitas internal
adalah validitas yang ditentukan oleh kebermaknaan atau ketepatan data
tersebut bagi permasalahan yang diteliti.
3. Merekam Informasi dari Sumber Sejarah
Sebelum menentukan pancatatan informasi

peneliti perlu

melakukan dua hal:


a. Mereka harus meyakinkan apakah bahan-bahan yang akan dikaji
dapat ditelusuri lebih lanjut. Mungkin saja bahan-bahan yang akan
dikaji tersedia banyak tetapi tidak pasti bahwa orang yang akan
dijadikan sumber bertanya jika peneliti tersebut memerlukan
informasi lebih lanjut.
b. Peneliti harus meyakinkan apakah hasil kajian dari sumber dapat
dituliskan dalam laporan penelitiannya.
Kedua hal ini perlu dilakukan karena belum tentu semua informasi
bersifat terbuka untuk umum.
4. Mengevaluasi Sumber-sumber Sejarah
Dalam penelitian sejarah dituntut adanya sikap kritis. Bahanbahan sejarah yang ada kadang-kadang tampak sangat tidak
bermakna

bagi

orang

awam.

Dokumen,

data

kuantitatif

dan

peninggalan-peninggalan sejarah kadang-kadang merupakan sesuatu


yang murni, unik, tetapi kadang-kadang sudah merupakan polesan.
Rekaman yang berupa dokumen dapat saja ditulis oleh editor. Sumber
sejarah mungkin menunjuk pada kejadian yang tidak terjadi atau terjadi
tetapi berbeda dengan deskripsi yang disampaikan oleh saksi mata.
Masih bnayak lagi ragam penyajian informasi yang terdapat didalam
sumber sejarah.
5. Menginterpretasikan Hasil Evaluasi Sumber Sejarah
Dalam pembicaraan mengenai pengertian penelitian sejarah
sudah dikemukakan bahwa ada dua macam sumber kerancuan yang
dapat mengotori kegiatan penelitian jenis ini. Sumber pertama
berasal dari penulis rekaman yang berupa nilai, latar belakang

18

keahlian, pribadi, pendapat serta rancu diri yang melekat padanya.


Sumber kedua adalah penelitian sejarah sendiri yang sebagai manusia
mempunyai pendapat, latar belakang pengalaman, latar belakang
keahlian, nilai-nilai, serta rancu diri. Atas dasar pengetahuan ini
kepada para peneliti sejarah disarankan untuk selalu

menyadari

kelemahan-kelemahan tersebut agar dapat ditekankan terjadinya


kerancuan menjadi sesedikit mungkin.

19

Anda mungkin juga menyukai