Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Mifta Wahyuningsih
(5)
Santoso
(5215151189)
Dwi Wahyuningsih
(5215152594)
Chintya Adeliana H.
(5215153639)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan segala macam bentuk
nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan kajian artikel yang berjudul Hak Asasi
Manusia dan Rule Of Law.
Kajian artikel ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan kajian artikel ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan kajian artikel ini, termasuk dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, Yusuf.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar kami dapat
memperbaiki kajian artikel ini.
Akhir kata kami berharap semoga kajian artikel ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia.................................................................................... 2
2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia......................................................................................... 3
2.2.1 Perkembangan HAM pada Masa Sejarah......................................................... 4
2.2.2 Perkembangan Pemikiran HAM di Beberapa Negara Barat............................. 5
2.2.3 Perkembangan Pemikiran HAM....................................................................... 8
2.3 HAM di Indonesia........................................................................................................ 9
2.4 Pelanggaran HAM dan Peradilannya........................................................................... 12
2.5 Lembaga HAM............................................................................................................ 14
2.6 Negara Hukum............................................................................................................. 16
2.6.1 Pengertian Negara Hukum................................................................................ 16
2.6 2 Ciri-Ciri Negara Hukum................................................................................... 16
2.6.3 Negara Hukum Indonesia................................................................................. 18
2.7 Dinamika Pelaksanaan Penegakan Hukum di Indonesia............................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 24
3.2 Saran............................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Pada dasarnya setiap negara yang berdaulat memiliki perkembangan hak asasi
manusia yang satu dengan yang lain. Yang membedakan perkembangannya adalah
karena latar belakang ideologi, budaya, dan paham kebangsaan, sehingga
berpengaruh langsung pada upaya pengembangan, penataan, maupun pelaksanaan
hak-hak asasi manusia itu pada suatu negara. Hak asasi manusia muncul sebagai
jawaban dari banyaknya penindasan manusia oleh penguasa yang tirani sehingga
tumbuh kesadaran akan harkan dan martabatnya sebagai manusia. (Pandji, 2006 :
83)
Secara definitif, Hak merupakan unsure normatif yang berfungsi sebagai
pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya
peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Ada beberapa istilah
asing yang kita kenal sehubungan dengan hak asasi manusia (HAM), antara lain :
1. Droit de ihome (Perancis)
2. Human Right (Inggris)
3. Mensen Rechten (Belanda)
Hak asasi manusia menurut Tilaar (2001) adalah hak-hak yang melekat pada diri
manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai satu anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.
Menurut UU No.39 Tahun 1999 (UU HAM), Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya, yang wajib dijunjung
tinggi, dihormati, dan dilindungi oleh negara, hokum, pemerintahan dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut Prof. Dardji Darmodihardjo, hak asasi manusia adalah hak-hak dasar
atau pokok-pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa dan menjadi dasar dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.
Sampai saat ini sebenarnya belum ada pengertian yang baku tentang deinisi atau
pengertian hak asasi manusia. Mengingat hak asasi manusia bersifat universal maka
pandangan yang mempertentangkan HAM yang berasal dari budaya Barat dan HAM
budaya Timur adalah sangat tidak relevan karena sifat dari HAM yang melekat pada
diri manusia termasuk sifat universalnya sendiri.
HAM sering didefinisikan sebagai hak-hak yang demikian melekat pada sifat
manusia, sehingga tanpa hak-hak itu kita mungkin mempunyai martabat sebagai
manusia (inherent dignity). Dan karena itu pula dikatakan bahwa hak-hak tersebut
tidak dapat dicabut (inalienable) dan tidak boleh dilanggar (inviolable).
Kesadaran akan HAM didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia
sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan
pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar yang
disebut hak asasi manusia.
Pengakuan terhadap HAM memiliki 2 landasan sebagai berikut :
a) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia.
Kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah
sederajat tanpa membedakan agama, ras, suku, bahasa, dan sebagainya.
b) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan menciptakan manusia.
Semua manusia adalah makhluk dari penicipta yang sama yaitu Tuhan Yang
Maha Esa. Karena itu dihadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada
amalnya.
Berdasarkan pengertian HAM, didapatkan 3 ciri pokok dari hakikat hak asasi
manusia, yaitu :
1) HAM tidak perlu diperjualbelikan, dibeli ataupun diwarisi.
2) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul, ras,
agama, etnik, dan pandangan politik.
3) HAM tidak boleh dilanggar.
HAM itu universal, karena hak-hak ini melekat pada manusia. Dan karena
manusia itu pada dasarnya tidaklah sama tidak boleh ada perbedaan dalam
pemberian jaminan atau perlindungan HAM itu.
2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martbatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan
kezaliman (tirani). Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara
perlahan dan beraneka ragam.
Asal ususl historis konsepsi HAM dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani dan
Romawi dimana ia memiliki kaitan yang erar dengan doktrin hokum alam pra
modern dari Greek Stoicism (Stoisisme Yunani) yakni sekolah filsafat yang didirikan
oleh Zeno di citium yang antara lain berpendapat bahwa kekuatan kerja yang
universal mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia, oleh karenanya harus
dinilai berdasarkan kepada dan sejalan dengan hokum alam. (Satya Arinanto : 2008 :
67)
Dari latar belakang sejarah HAM tersebut mulailah terjadi perkembangan dan
pemikiran HAM tersebut. Perkembangan dan pemikiran tersebut kita uraikan seperti
berikut :
2.2.1
7.
pemikiran)
Freedom of Religion. (kebebasan beragama)
Freedom of Want. (kebebasan dari kemelaratan)
Freedom of Wear. (kebebasan dari rasa ketakutan)
The Universal Declaration of Human Right (1948)
Salah satu tujuan pembentukan Piagam PBB itu adalah untuk
memupuk, melindungi, dan menghormati hak asasi manusia dan
kemerdekaan yang mendasar untuk semua orang tanpa membedakan
golongan, bangsa, bahasa, jenis kelamin, agama, dan status yang lainnya.
Pada tahun 1946 PBB membentuk komisi HAM dengan tugas merumuskan
rancangan ketentuan.
ICCPR
CERD
CEDAW
DUHAM
1948
Instrumen Utama
CAT
CRC
CMW
Sejumlah Hardlaw
Pedoman Riyadh
Aturan Beijing
Deklarasi Wina
Prinsip Paris
2.2.3
3. Generasi Ketiga
Keadilan dan pemenuhan hak asasi haruslah dimulai sejak mulainya
pembangunan itu sendiri bukan setelah pembangunan itu selesai. Agaknya
pepatah kuno justice delayed, justice deny tetap berlaku untuk kita
semua.
4. Generasi Keempat
Pemikiran HAM dipelopori oleh negara-negara di kawasan Asia pada
tahun 1983 melahirkan deklarasi HAM yang disebut Declaration of the
Basic Duties of Asia People and Government.
2.3 HAM di Indonesia
Sejalan dengan amanat konstitusi, indonesia berpandangan bahwa perlindungan
HAM harus didasarkan pad prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hak pembangunan merupakan satukesatuan ang tidak dapat dipisahkan
baik dalam penerapan, pemantauan , maupun dalam pelakanaannya. Sesuai dengan
pasal 1 ayat (3), pasal 55 dan 66 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan
HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang
berdasarkan pada prinsip saling menghormati , kesederajatan dan hubungan antara
negara serta hukum internasional yang berlaku.
HAM di indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD
1945 (Alinea 1, Pancasila sila ke empat) Pasal 27, 29, 30 UUD 1945, UU Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM dan UU Nomor 26 Tahun 2006 tentang Peradilan HAM.
HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan,
hak atas rasa aman, ha katas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak
wanita, dan hak anak.
1. Pemikiran HAM Budi Utomo
Dalam konteks pemikiran HAM, para pemimpin Budi Utomo telah
memperlihatkan adanya kesadara berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
petisi-petisi yang ditunjukkan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan
yang dimuat surat kabar Goeroe Desa. Bentuk pemikiran HAM Budi Utomo
dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
2. HAM 1970 sampai dengan 1980
Pemikiran elit penguasa pad masa ini sangat diwarnai oleh sikap penolakan
terhadap HAM sebagai produk Barat dan individualistic serta bertentangan
dengan paham kekeluargaan yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pemerintahan
pada periode ini bersifat defensif yang mencerminkan oleh produk hukum yang
umumnya restriktif terhadap HAM.
3. HAM 1990 sampai dengan sekarang
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melaui dua tahap yaitu
status penentuan dan tahap penataan atuara secara konsisten.
HAM dalam UUD 1945 sebelum Perubahan Pasal 28. Jaman Orde Baru
dengan keluarnya Keppres No. 50 tahun 1993 tentang pembentukan Komnas
HAM. Dan di Era Reformasi, dengan diamandemennya UUD 1945 HAM ada
pada Pasal 28A-28J, lalu disahkannya UU No. 39 tahun 1999, kemudan keluar
lagi UU No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan HAM, UU KDRT, UU
Perlindungan Anak, UU tentang Trafficking.
Komisi yang terbentuk setelah reformasi yang berfungsi untuk menangani
permasalahan HAM, antara lain Komnas HAM, Komnas Perlindungan Anak,
Komnas Perempuan, Komisi Rekonsiliasi dan Kebenaran.
Selain itu pada tahun 2005, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
tentang Program penegakan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005). Program
ini
meliputi
pemberantasan
korupsi,
antiterorisme
dan
pembasmian
UUD
Tap MP No
17/1998
UU Nomor
68
UU 39/1999
Tentang
UU No 7
Tahun
1984
Keppre
Nomor 36
UU 26
Tahun 2000
UU Lain
UU No 5
Tahun
1998
UU No 29
Tahun
1999
UU No 12
Tahun
2005
Keppre
KI Tentang
Nomor 48
Anak
berarti ras dan kata latin, cidium yang bermakna membunuh. Genosida senantiasa
dikaitkan dengan pembunuhan terhadap ras atau pemusnahan ras. Meskipun
kini ada beberapa defenisi mengenai genosida, tetapi sebagian besar dari defenisi
tersebut tetap mencerminkan kedua elemen etimologi itu.
Definisi yang lebih komprehensif dapat di temukan dalam Convention of
Prevention and Punishment of the Crime Of Genocide di dalam artikel II yang
diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 9 Desember 1948. Dimana
konvensi Genosida ini meruakan salah satu upaya mesyarakat internasional untuk
membasmi genosida yang dianggap sebagai a crime under international law,
contrary to the spirit and aims of the United Nation and condemmed by civilized
world.
Menurut Konvensi Genosida 1948 ini, kelompok yang dapat menjadi
sasaran genosida adalah kelompok rasial, kelompok religius, kelompok nasional,
kelompok etnis. Tapi pada masa sekarang yang perlu kita catat bahwa kelompok
etnit lebih memiliki peluang besar untuk menjadi target group genosida.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Istilah kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) sebagai
suatu kategori dari kejahatan internasional mulai di kenal di dalam Joint
declaration pemerintah Prancis, Inggris, dan Rusiapada tanggal 28 Mei 1915.
Kejahatan terhadap kemanusiaan mencakup tindakan-tindakan .murder,
extermination, enslavement, deportation, and other inhumane acts commited
against any civilian population, before of during the war ; or prescution on
political, racial or religious grounds in execution of or in connection with any
crime within the jurisdiction of the Tribunal, whether or not in violation of the
domestic law of the century where perpetrated.
2.5 Lembaga HAM
Setiap diri kita adalah pejuang HAM. Penegakan HAM dimulai dari lingkup
yang kecil tersebut jika dilakukan oleh setiap orang akan berubah menjadi langkah
besar. Yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa setiap orang menghormati hak asasi
manusia sesamanya. Maka apapun bentuk langkah yang diambil untuk menunjukkan
penghormatan terhadap HAM, hal tersebut merupakan dukungan luar biasa bagi
penegakan HAM. Sikap positif terhadap upaya penegakan HAM dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Di lingkungan masyarakat luas
sikap positif terhadap upaya penegakan HAM dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut:
1. Tidak menganggu ketertiban umum
mempunyai aparat penegak hukum. Sedangkan secara hakiki, Rule of Law terkait
dengan penegakan hukum yang menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk
(just and unjust law).
Rule Of Law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
rasa keadilan bagi rakyat Indonesia dan juga keadilan social. Inti dari Rule Of
Law adalah adanya keadilan bagi masyarakat , teruatama keadilan social.
Secara sederhana , yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara
yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembagalembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Dalam Negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan (supremasi hokum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa kemal pasha,
2003). Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang
tertinggi (supreme), sehingga ada istila supremasi hukum. Supremasi Hukum
harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan,
kemanfaaatan dan kepastian (Achmad Ali; 2002).
Seperti yang dikatakan Friedman, bahwa negara hukum ada dua, yaitu
Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materil. Salah satu ciri penting dalam
negara yang menganut konstittusionalisme yang hidup pada abad ke-19 adalah
sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerntahan hanya sebagai wasit atau
pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya di
parlemen.
2.6.3
1 ayat(3) UUD 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara
hukum. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat), dan
pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sebagai konsekuensi pasal 1 ayat (3) Perubahan
Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, ada 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh
setiap warga negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum dan
penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum (RPJM
2004-2009). Sebagai negara hukum, yang ditulis dalam UUD 1945, dan tidak
memerlukan tambahan penjelasan.
Sudah seharusnya warga negara terutama anggota MPR yang terhormat mengerti
bahwa substansi dari negara hukum adalah dianutnya paham supremasi hukum yang
dalam bahasa populernya sering disebut sebagai rule of law. Akan tetapi, belakangan
ini pengertian negara hukum ini dimanipulasi sedemikian rupa menjadi negara yang
menggunakan
instrumen
hukum
sebagai
pembenaran
bertindak.
Akibatnya,
subyektivitas politik bisa mendikte hukum sedemikian rupa sehingga hukum benarbenar digunakan sebagai instrument politik atau instrumen kekuasaan. Dalam
kepustakaan hukum, hal yang sedemikian ini sama artinya dengan dipraktikkannya apa
yang disebut sebagai Rule by law.
Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
rasa keadilan bagi rakyat dan juga keadilan sosial, sehingga diatur pada
Pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara.
Deengan demikian, inti dari Rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip diatas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggaraan negara/pemerintahan, baik di tingkat
pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama
keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal
UD 1945, yaitu:
merdeka
untuk
negara
bersamaan
kedudukannya
didalam
hukum
dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (Pasal 27 ayat (1))
4. Dalam Bab X A tentang HAM, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (Pasal 28 D ayat (1));
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D ayat (2))
Di Indonesia, prinsip-prinsip Rule of Law secara formal tertera dalam pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan : (1) bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa,
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, (2) .
kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur; (3)
. untuk memajukan kesejahteraan umum, . dan keadilan sosial; (4) ..
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia; (5) ..kemanusiaan yang adil dan beradab; dan (6)
. serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip diatas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat
maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan
sosial.
Berikut
penjabaran
prinsip-prinsip
rule
of
law
secara
hakiki
dalam
Rule
of
Law
secara
Hakiki
dalam
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan the enforcement of the rules of law dalam penyelenggaraan pemerintahan
terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip Rule of
Law. Keberhasilan the enforcement of the rules of law tergantung kepada
a. mahkamah agung
b. mahkamah konstitusi
c. pengadilan tinggi
d. pengadilan negeri
Lembaga lembaga di atas adaah lembaga yang punya kewenangan dalam
memproses kalau seandainya ada masyarakat atau oang yang melakukan pelanggaran
aturan hukum materil.dimana prose situ dimulai dari adanya pemberitahuan atau
tertangkap tangannya pelaku kejahatan kepada polisi, lalu dilakukan penyidikan sampai
dengan proses peradilan dengan adanya putusan hakim dan sampai dilakukannya upaya
hukum dari salah satu pihak yang tidak menerima putusan hakim tersebut. Semua
proses ini dikatakan juga dengan pelaksanaan hukum formal atau beracara dalam
hukum.
Hukum secara pidana adalah hukum yang memberi dasar dasar aturan aturan
yang menentukan cara dan proses untuk melaksanakan ancaman pidana terhadap orang
yang disangka melakukan perbuatan pidana.
Adapun tahapan tahapan yang dilewati oleh seseorang yang diduga melakukan
kejahatan adalah:
1. penyelidikan: rangkaian tindakan dalam mencari dan menemukan suatu
kejadian yang berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran tindak pidana.
2. penyidik : penyidik lah yang melakukan penangkapan, penahanan, penyitaan,
penggeledahan, pemeriksaan surat, pemanggilan saksi, dan terdakwa,
pemeriksaan dan penyerahan berkas.
3. proses peradilan di pengadilan.
a. Setelah jaksa beranggapan berkas dari penyidik sudah lengkap, maka
berkas itu diserahkan kepada engadilan untuk di tentukan hari sidang.
Yang ada dalam proses di pengadila ini adalah:
b. hakim membuka sidang dan menanyakan identitas dan kesehatan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
tesangka.
jaksa penuntut umum membacakan surat dakwaan
pembacaan eksepsi dari penasehat hukum terdakwa
pembuktian
pledol
replik
duplik
vonis hakim.
Di lembaga inni aka nada hakim yang mengawasi pelaksanaan pidana tersebut
yang dikenal dengan Hakim Wasmat. Tujuan dari adanya hakim wasmat ini adalah
untuk menjaga hak hak narapidana supaya tidak diabaikan oleh petugas dilembaga
pemasyarakatan ini seperti yang dicantumkan di KUHAP dan UU No. 12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan.
BAB III
PENUTUP
3,1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki secara kodrati oleh manusia
yang diberikan oleh Tuhan. Hak ini adalah hak yang dimiliki oleh semua orang yang tidak
dapat dibeli dan dirampas atau haus dihormati. Selain manusia itu ada hak yang
dimilikinya, dia juga punya kewajiban yang harus dilaksanakannya dan yang harus
dijaganya, ini dinamakan dengan KAM.
Sejarah perkembangan Ham bisa kita lihat dari perkembangan dalam sejarah yang
dimulai dari adanya perjuangan Nabi Musa A.S, lalu muncul filsuf filsuf unani, Hukum
Hammurabbi, Piagam Madina, dan Perjuangan Nabi Muhammad.
Kemudian dilanjutkan dengan perkembangan HAM didunia barat yang dimulai
dengan keluarnya Magna Charta,Hobbeas Corpus Actdi Inggris (1679), The International
Bill of Rights di Inggris (1689), Declaration of Independence di Amerika Serikat (1776),
Declaration de droits de Ihome at du citoyen di Perancis (1789), Empat kebebasan
Roosevelt (1941), The Univesal Declaration of Human Rights (1948).
Selain perkemangan HAM ada didunia, Indonesia sendiri juga mengakui adanya
HAM. Ini ditandai dengan adanya UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, lembaga
KOMNAS
HAM
sebagai
lembaga
independen
untuk
membantu
penylesaian
kalauterjadinya pelanggaran HAM dan lembaga lembaga lain eperti KPAI, komisi
perlindungan hak asasi perempuan, serta dengan keluarnya UU nomor 26 tahun 2006
tentang peradilan HAM untuk memproses kalau terjadinya pelanggaran HAM, tetapi pada
kenyataanya masih banyak pelanggaran pelaggaran yang terjadi di Indoneasi baik
pelanggaran yang dilakukan oleh negara maupun individu yang sampai sekarang masih
belum terselesaikan dan diabaikan oleh negara sebagai lembaga atau organisasi yang
melindungi hak warga negaranya. Ciri negara hukum antara lain: adanya supremasi
hukum, jaminan hak asasi manusia, dan legalitas hukum.
3.2 Saran
Sebagai penyusun, kami menyarankan kepada para pembaca untuk membaca
referensi lain mengenai materi Hak Asasi Manusia dan Rule of Law agar
pembendaharaan mengenai materi ini lebih banyak dan mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Efridani, dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: UPT MKU Universitas
Negeri Jakarta.