Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM 3

PENENTUAN UMUR IKAN BANDENG (Chanos chanos)


Ditujukan sebagai laporan akhir praktikum Biologi Perikanan

Disusun oleh :
Kelompok 13 & 14
Qorry Bunga A.

230110100047

Karthika K.P.

230110100051

Lugas Lukmanul H.

230110100066

Cika Magdalena

230110100052

Herni Mustikawati

230110100054

Mukhroji

230110100071

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmat
kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum Biologi Perikanan mengenai Penentuan Umur Ikan Bandeng
tanpa ada halangan apapun. Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen kami Ibu
Titin dan seluruh pihak yang membantu kami baik secara moril maupun materil
dalam penyelesaian laporan ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami selaku penyusun, menyadari bahwa laporan praktikum ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan , maka kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi pengembangan
laporan ini sehingga dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun khususnya bagi
seluruh pembaca pada umumnya.

Jatinangor, 16 Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISII
1

BAB I PENDAHULUAN................................................................................3
1.1

Latar Belakang..........................................................................................3

1.2

Tujuan........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5


2.1

2.1.1

Klasifikasi Ikan Bandeng...................................................................5

2.1.2

Morfologi Ikan Bandeng....................................................................5

2.1.3

Biologi Ikan Bandeng........................................................................6

2.1.4

Pertumbuhan dan Perkembangan Ikan Bandeng...............................6

2.2

Umur Ikan..................................................................................................7

2.3

Metode Penghitungan Umur Ikan.............................................................8

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM......................................................13


3.1

Waktu Praktikum.....................................................................................13

3.2

Alat dan Bahan........................................................................................13

3.2.1

Alat...................................................................................................13

3.2.2

Bahan...............................................................................................13

3.3
4

Ikan Bandeng.............................................................................................5

Prosedur Pengamatan..............................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................15


4.1

Hasil Pengamatan....................................................................................15

4.2

Pembahasan.............................................................................................15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................17


5.1

Kesimpulan..............................................................................................17

5.2

Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18

1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi Perikanan merupakan ilmu pengetahuan yang mencakup


komposisi umur dalam populasi atau komunitas ikan suatu perairan, kajian ini
memegang peranan penting terutama kalau dihubungkan dengan produksi
akan dapat terlihat erat kaitannya dengan pengelolaan ikan sebagai
sumberdaya dari suatu perairan. Satu populasi yang telah berhasil mengadakan
pemijahan menghasilkan sejumlah besar anak-anak ikan yang bergantung
pada fekunditas, keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-anak ikan
tersebut. Sisa anak-anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai
ukuran yang dapat dieksploitasi dinamakan rekruitmen.

Keadaan jumlah ikan dari tiap kelas dalam komposisi populasi yang ada
dalam perairan pada suatu saat tertentu bergantung kepada rekruitmen yang
terjadi tiap tahun dan jumlah ikan yang hilangdari perairan itu disebabkan
karena diambil oleh manusia atau dieksploitasi atau karena ikan itu mati
secara alami. Fluktuasi besarnya jumlah ikan dari tiap kelompok umur yang
membentuk populasi itu dapat memberikan sejarah daur hidup ikan dari
masing-masing kelompoknya atau cohort. Dengan mengetahui umur ikan
tersebut dan komposisi jumlahnya yang ada dan berhasil hidup, kita dapat
mengetahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun tertentu,
misalnya akibat musim panas yang berkepanjangan, termasuk eksploitasi yang
berlebihan atau tidak pada tahun-tahun tertentu. Keadaan demikian dapat
dilacak melalui penelusuran komposisi atau struktur umur dengan angotanya
3

pada saat tertentu dan dapat pula dipakai memprediksi produksi perikanan
pada saat mendatang.

Menentukan umur ikan dapat menggunakan beberapa bagian tubuh ikan.


Beberapa tubuh ikan yang dapat digunakan untuk menentukan umur ikan
adalah sisik, tulang operculum, batu telinga (Otolith), vertebrae (tulang
punggung) dan jari-jari keras sirip punggung.
Dalam praktikum kali ini kami akan meneliti menentukan umur ikan
dengan metoda Otolith (batu telinga). Ikan-ikan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), tetapi maksud
dan tujuan ini hanya untuk mempermudah praktikan dalam meneliti otolith
pada ikan, karena otolith pada ikan laut yang mudah di dapatkan di daerah
kami adalah ikan bandeng.

1.2 Tujuan
Untuk

mengetahui

dan

menentukan

umur

harian

ikan

dengan

menggunakan metode Otolith.

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Bandeng

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Bandeng


Phylum

: Chordata

Class

: Pisces

Ordo

: Malacopterygii

Familia

: Chanidae

Genus

: Chanos

Spesies

: Chanos chanos

2.1.2 Morfologi Ikan Bandeng


Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak
pipih, tanpa skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai
sisik besar pada sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak,
sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang
sirip punggung (Saanin 1984).
Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau
yang potensial dikembangkan. Jenis ikan ini mampu mentolerir salinitas
5

perairan yang luas (0-158

ppt)

sehingga

digolongkan

sebagai

ikan

euryhaline. Ikan Bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan


seperti suhu, pH dan kekeruhan air, serta tahan terhadap serangan penyakit
(Ghufron dan Kardi 1997).
Ikan bandeng mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik
dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang
dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata
dan tidak memiliki sungut (Djuhanda, 1981).

2.1.3 Biologi Ikan Bandeng


Tubuhnya berbentuk memanjang, padat, pipih, dan oval. Perbandingan
tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan
panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2 - 5,5) Kepala tidak bersisik.
Mulut terletak di ujung dan berukuran kecil. Rahangnya tanpa gigi. Mata tertutup
oleh kulit bening (subcytuneus).
Tutup, insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum
suboperculum dan radii branhiostegi, semua tertutup selaput membran
branhiostegi. Sirip dada terletak dekat/di belakang tutup, insang dengan rumus
jari-jari PI. 16-17. Sirip, perut terletak di bawah perut, dengan rumus jari-jari VI.
10-11. Sirip dubur terletak dekat anus dengan rumus jari-jari A 11. 8-9. Garis sisi
(Linea lateralis) terletak memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir
pada bagian tengah sirip ekor.

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Ikan Bandeng


Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin. Oleh karena itu, ikan
bandeng dapat hidup di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Induk bandeng
baru bisa memijah setelah mencapai umur 5 tahun dengan ukuran panjang o,51,5 m dan berat badan 3-12 kg. Jumlah telur yang dikeluarkan induk bandeng
berkisar 0,5-1,0 juta butir tiap kg berat badan.

Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot


badan/hari. Pada tahap pendederan ikan bandeng, penambahan bobot per hari
berkisar 40-50 mg. Ikan bandeng dengan bobot awal 1-2 g membutuhkan waktu
2 bulan untuk mencapai bobot 40 g.

2.2 Umur Ikan


Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh
dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan
bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan
sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai
bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt).
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14
meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4
inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan
paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga dia
dewasa. Untuk memudahkan pengertian selanjutnya, maka yang dipakai sebagai
dasar ialah satu populasi saja, kecuali ada pernyataan lain yang menunjukkan
komunitas atau multiple spesies. Satu populasi yang telah berhasil mengadakan
pemijahan menghasilkan sejumlah besar anak-anak ikan yang bergantung pada
fekunditas, keberhasilan pemijahan dan mortalitas dari anak-anak ikan tersebut.
Sisa anak-anak ikan yang tumbuh dan berhasil hidup mencapai ukuran yang
dapat diekspliotasi dinamakan rekruitmen.
Ikan berumur panjang ada kecenderungan mempunyai tanda-tanda umum
sebagai berikut: secara phylogenetis termasuk ke dalam golongan ikan primitif,

pergerakannya lamban, sebagai penghuni dasar atau perairan dangkal,


mempunyai alat pernapasan tambahan, luwes terhadap perubahan ekstrim zat
asam, suhu dan salinitas. Sebagai contoh misalnya ikan sturgeon dan cucut.
Namun ada iKan mas yang berumur panjang pula. Beberapa ikan yang berumur
pendek tidak mempunyai sifat seperti tersebut di atas misalnya ikan salmon.
Dalam hal ini umur ikan sangat berpengaruh dengan dengan ukuraqn dari sisik
pada ikan. Dari kematian ikan secara alamiah sukar ditentukan umurnya. Tetapi
dari catatan penelitian,misalnya ikan sturgeon, ada yang berumur 152 tahun. Ikan
sturgeon yang dipelihara dalam akuarium di Amsterdam ada yang mencapai
umur 69 tahun dan di Frankfurt mencapai umur 38 tahun. Juga banyak ikan
akuarium telah dipelihara melebihi umur 20 tahun.

2.3 Metode Penghitungan Umur Ikan


Penentuan umur ikan merupakan alat yang sangat penting didalam Biologi
Perikanan. Data umur yang dihubungkan dengan lainnya dapat memberikan
keterangan mengenai komposisi dari populasi, umur ikan pada waktu gonadnya
masak untuk pertama kali, lama hisup, mortalitas, pertumbuhan dan produksi.
Dasar pokok menentukan umur ikan ada 2 macam, yaitu:
A. Mempelajari tanda tahunan pada bagian tubuh.
Metoda ini sebenarnya hanya berlaku untuk ikan-ikan yag hidup di
daerah yang bermusim empat: yaitu panas, gugur, dingin, dan semi.
Ikan termasuk kedalam poikilotherm, hidupnya sanagat terpengaruh
oleh suhu disekelilingnya, dimana pada musm dingin pertumbuhan
badan ikan terhenti atau lambat sekali.
Pada waktu pertumubuhan yang tidak cepat ini akan tercatat pada
beberapa bagian tubuhnya seperti sisik, tulang operculum, duri sirip
punggung atau dada, tulang punggung dan otolith (batu telinga).
Catatan kelambanatan pertumbuhan pada tubuh ikan yang terjadi

setahun sekali dikenal sebagai tanda tahunan yaitu tanda yang dipakain
untuk menentukan umur ikan itu.
1). Sisik
Sisik yang dapat digunakan menentukan umur ikan aialah sisik
cycloid dan ctenoid saja, karena kedua macam sisik itu ppiph dan
mudah diambil tanpa merusak bagian tubuh. Sisik baru sebagi
penggantinya akan terbentuk dalam waktu yang relatif singkat. Sisik
pengganti itu dinamakan sisik palsu. Sisik ini mudah dibedakannya
dengan sisik yang asli, karena sisik palsu pusatnya besar. Sisik palsu
ini tidak dapat dipakai untuk menentukan umur ikan.
Walaupun semua sisik asli dapat dipakai untuk menentukan umur
ikan, tetapi untuk menjaga agar tiap-tiap ssik ikan yang akan dipelajati
umurnya tidak bermacam ragam bentuknya, maka yang diambilnya
ialah sisik kunci, yaitu sisik yang diambilnya secara tetap dari darah
yang sama. Sisik kunci untuk ikan ikan yang mempunyai sisk cycloid
letaknya 3 baris di depan pina dorsalis dan diatas linea lateralis. Bagi
ikan yang mepunyai sisik ctenoid letak ssik kuncinya ialah daerah
tepat ujung sirip dada yang ditunjukan ke arah ekor.
2. operculum
Tulang operculum yang telah dikupas kulitnya dalam keadan
kering, pada bagian terjadinya kelambatan pertumbuhan mempunyai
warna berbeda dengan bagian lain yaitu lebih jernih. Hal ini
disebabkan oleh susunan material lebih pejal pada bagian yang
tumbuhnya lambat. Pembacaan umur ikan dengan menggunakan
operculum jauh lebih mudah dan jelas tampaknya walaupun tidak
mempergunakan alat optik tambahan. Jarak antara satu tanda tahunan
dengan lainnya untuk ikan berumur tua jarak tanda tahunan semakin
berdekatan bahkan ada yang hampir bertumpu. Pertumpuan ini
9

disebabkan tanda tahunan tadi seperti garis lbar dengan batas yang
tidak begitu nyata, sedangkan pertumbuhan pada ikan tua lambat.

3. Tulang punggung.
Pembacaan umru dengan menggunakan tulang punggung yag telah
dikeringkan hampir sama saja dngan menggunakan tulang opeculum.
Perbedaannya terletak pada ukuran. Tulang punggung ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan tulang operculum. Namun tanda tahunan
pada tulang punggung masih nampak walaupun tidak menggunakan
alat optik tambahan.

4. Otolit/ batu telinga


Seiring dengan pertumbuhan, batu telinga didalam sacculus
menjadi bertambah besar. Pengendapan calcium disekeliling batu
telinga kurang rapat pada waktu ikan tumbuh cepat. Tetapi pada waktu
terjadi kelambatan pertumbuhan endapan calcium tadi semakin rapat.
Dengan menentukan kerapatan letak endapan tadi yang terlihat
berbeda akan dapat diketahui umur ikan tadi. Pada proses dan keadaan
yang sama terjadi pula jari-jari sirip. Pembacaan umur dengan
menggunakan batu telinga atau jari-jari sirip keras tidak dapat secara
langsung seperti tulang operculum atau tulang punggung, masih harus
menggunakan alat tambahan yaitu kaca pembesar. Tanda tahunan pada
batu telinga ada yang dapat dibaca langsung dibawah mikroskop tetapi
kebanyakan tidak, melainkan harus dihaluskan dulu permukaannya
atau dibuat menjadi tipis agar hasilnya menjadi lebih baik.

10

Demikian juga jari-jari sirip harus dibuat tipis terlebih dahulu dengan
menggunakan gergaji yang khusus dibuat untuk itu. Cara-cara
penentuan umur tersebut diatas akan lebih baik untuk ikan didaerah
bermusim empat, dimana dalam musim dingin terjadi perlambatan
pertumbuhan. Didaerah tropik seperti indonesia, perbedaan suhu
perairan antara musim hujan dengan musim kemarau umurnya tidak
begitu nyata

sehingga menyebabkan perbedaan nyata dalam

pertumbuhan. Dengan demikian penentuan umur berdasarkan kepada


tanda tahunan seperti diatas tidak dapt dilaksanakan.

Cara lain untuk mengetahui umur ikan dengan menggunakan


metoda petersen yaitu dengan menggunakan frekuensi panjang ikan.
Bila frekuensi panjang tersebut digambarka dengan grafik akan
mebentuk beberapa puncak. Puncak-puncak inilah yang dipakai tanda
kelompok umur ikan itu. Cara ini akan lebih baik bila dipakai apabila
ikannya mempunyai massa pemijahan pendek terjadi satu kali dalam
satu tahundan umur ikan tesebut tidak panjang. Untuk ikan lain yang
mempunyai

massa

pertumpuan

ukuran

pemijahan
dari

umur

panjang
yang

menyebakan
berbeda.

terdapat

Ikan

yang

pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur yang lebih tinggi. Akan
bertumpuk atau mempunyai ukuran sama denga ikan yang tumbuhnya
lebih cepat pada umur yang klebih rendah.
Tagging dan marking dapat dipakai sebagai alat untuk menentukan
umur. Taggging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada
tubuh ikan, dimana pada tanda tadi diberi tanda-tanda lain berupa
tanggal. Tag ini bermacam macam bentuk dan matertialnya. Marterial
yang biasa dipakai tahan atau tidak akan berkarat seperti plastik, perak
dll. Bergantung epada macamnya, ada tag yang ditempatka dirahang
bawah, operculum, dibelakan sirip, pada batang ekor dan sebagainya.

11

Sedangkan marking ialah pemberian tanda pada ikan bukan dengan


benda asing melainkan dengan jalan menghilangkan bagian dari tubuh
ikan, misalnya pemotongan sirip, melakukan marking harus berhatihati sedemikian rupa agar pemotongan sirip yang telah dilakukan
masih dapat dikenal pada waktu ikan itu tertangkap lagi. Karena
apabila pemotongan terlalu jauh dari pangkal sirip, akan menyebabkan
sirip dapat tumbuh kembali dengan baik sehingga pada waktu
penampakan kembali tidak dikenal sirip itu telah dipotong atau tidak.
Pada waktu pemberian tag atau mark pada ikan bersisik, sisiknya juga
diambil beberapa lembar untuk kemudian dibandingan setelah pada
waktu tertentukan itu dapat tertangkap lagi. Usahakan pada waktu
pemberian tag atau mark jangan sampai ika itu dalam waktu yang
pendek atau lama akan mati karena mudah ditangkap mangsa, luka,
sakit dan sebagainya.

12

3 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Praktikum


Praktikum mengenai umur ikan ini dilaksanakan pada :
Hari

: Rabu

Tanggal

: 9 Mei 2012

Waktu

: Pukul 13.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Fisiologi Hewan Air gd.FPIK UNPAD

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Mikroskop untuk mengamati otolith ikan
2. Alat-alat bedah untuk membedah kepala ikan.
3. Pemanas untuk memanaskan crystal bone
4. Amplas untuk menghaluskan Otolith ikan.
5. Alat tulis untuk mencatat data.
3.2.2 Bahan
1. Ikan Kembung
2. Crystal bone

13

3.3 Prosedur Pengamatan


1. Disiapkan ikan bandeng utuh.
2. Kepala ikan bandeng yang telah disiapkan disayat bagian tengah
atasnya hingga terlihat otaknya dengan menggunakan gunting.
3. Setelah otak terlihat maka otolit yang terletak di bagian bawah otak
diambil dengan menggunakan finset.
4. Cristal bone diletakan pada kaca objek lalu dipanaskan hingga mencair
menggunakan pemanas.
5. Setelah cristal bone mencair otolit diletakan pada cairan cristal bone.
6. Cairan cristal bone didiamkan beberapa saat.
7. Setelah dingin cristal bone diamplas hingga permukaannya rata.
8. Setelah rata otolit diamati di mikroskop.

14

4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil pengamatan yang kami peroleh dengan menggunakan metode
otolith atau tulang pendengaran adalah sebanyak 142 hari. Ini terlihat dari jumlah
garis lingkar yang ada pada otolith saat diamati dengan alat bantu mikroskop.

4.2 Pembahasan
Dalam menentukan umur suatu ikan ada dua metode yang digunakan yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Bagian-bagian tubuh yang keras
untuk dapat dipedomani dalam pembacaan umur ikan adalah sisik kunci, tulang
vertebrate, tulang operculum, pangkal duri sirip dada dan tulang otholit baik yang
kiri dan kanan.
Seiring dengan pertumbuhan, batu telinga didalam sacculus menjadi
bertambah besar. Pengendapan calcium disekeliling batu etlinga kurang rapat pada
waktu ikan tumbuh cepat, tetapi pada waktu terjadi kelambatan pertuimbuhan
endapan calcium tadi semakin rapat. Dengan menentukan kerapatan letak
endapan tadi yang terlihat berbeda akan dapat diketahui umur ikan tadi. Proses
dan keadaan yang sama terjadi pula pada jari-jari sirip, pembacaan umur dengan
menggunakan batu telinga atau jari-jari sirip keras tidak dapat secara langsung
seperti operculum atau tulang punggung, tetapi harus menggunakan alat tambahan
yaitu kaca pemmbesar. Tanda harian pada batu telinga atau tulang otholit ada
yang dapat dibaca langsung dibawah mikroskop tetapi kebanyakan tidak,
melainkan harus dihauluskan dulu permukaannya atau dibuat menjadi tipis agar
hasilnya baik (Effendie, 1995).

15

Otholith ialah alat pendengaran pada ikan bandeng, dimana otholith ini
juga sebagai tanda harian pada ikan bandeng tersebut. Pada ikan di daerah tropis
walaupun mengalami hidup di dua musim yaitu musim kemarau dan misim
penghujan , kenyataannya suhu lingkungan sekitar tidak bigitu mempengaruhi
pertumbuhan sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil
susunan sirkuli yang rapat tidak bigitu nyata bentuknya.
Untuk menentukan umur secara mendetail digunakan metode yaitu yang
dikenal dengan metode otholit karena metode ini dapat mengetahui umur ikan
sample. Masalah perbedaan antara berat tulang otholit yang sebelah kiri dan
kanan itu tergantung dengan jenis ikannya.

16

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa
penentuan umur ikan dengan metoda otolith adalah mengetahui umur ikan
secara harian. Pada praktikum kali ini, garis umur pada otolith diketahui
sebanyak 142 garis yang artinya umur ikan bandeng yang diteliti adalah 142
hari atau sekitar 5 bulan. Pada saat perhitungan jumlah garis mungkin kurang
teliti sehingga perhitungan hasil pengamatan kurang akurat, namun kurang
lebih umur ikan bandeng tersebut adalah 5 bulan. Ketidakjelasan garis-garis
pada otolith bisa disebabkan karena pada saat proses di amplas tidak sampai
halus dan terlihat permukaannya sehingga garis-garisnya tidak tampak jelas.

5.2 Saran
Adapun saran yang sifatnya membangun dari kelompok kami diantaranya
a. Sebaiknya pada saat praktikum, alat dan bahannya memadai agar
praktikum berjalan lancer.
b. Sebaiknya praktikum ini tidak digabung dengan kelompok lain , guna
mengefektifkan materi yang di praktikumkan.

17

6 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

http://wendyalan.blogspot.com/
http://wwwscienceletter07.blogspot.com/2009/11/biologi-perikanan.html
http://hobiikan.blogspot.com/2009/04/budidaya-ikan-bandeng.html
http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2010/07/biologi-bandeng.html
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=klasifikasi+ikan+bandeng&source=web&cd=9&ved=0CI
kBEBYwCA&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream
%2Fhandle%2F123456789%2F52977%2FBAB%2520II%2520Tinjauan
%2520Pustaka.pdf%3Fsequence
%3D2&ei=QmqvT5D5FMzqrQevp9X0Aw&usg=AFQjCNFz1DdKtLcy0
JoTFbuo0qSgrcLKRw&cad=rja

18

Anda mungkin juga menyukai