Sospend
Sospend
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
: Sosiologi Pendidikam
: Dr. Tjipto Subadi, M.Si
Oleh :
DAR N O
NIM. Q 100 090 217
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
Abstrak
A. Pendahuluan
Sosiologi pendidikan tersusun dari dua kata, yakni sosiologi dan pendidikan.
Secara etimologi kedua kata ini mempunyai maksud yang berbeda, namun
dalam sejarah hidup dan kehidupan manusia seiring dengan berkembangnya
budaya dan peradaban, keduanya mempunyai makna yang tak terpisahkan.
Terutama dalam system memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini
memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut11.
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan
oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak
sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud
dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science
whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes,
that is the spcial relationships in which or through which the individual gains
and organizes experiences. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembagalembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang
dinamakan social itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalamanpengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip
sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense
aims to reveld the connetion at all points between the cducative process and the
social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan timbal balik antara semua titik sosial dengan proses pendidikan
untuk mencapai tujuan.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk
menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya
dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari
lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian social dari tiap-tiap
individu
untuk
mendapatkan
serta
mengorganisasi
masalah-
Pengetahuan (knowledge)
Menggunakan pemikiran
kenyataan sosial menunjukkan suatu perubahan yang terjadi begitu cepat dalam
masyarakat. Perubahan sosial yang cepat tersebut terjadi di abad ke-19, sebagai
akibat revolusi industri di Inggris. Akibat perubahan tersebut menurut Mc Kee
(dalam Faisal, tanpa tahun) menyebabkan terjadinya apa yang dinamakian
pada
pendidikan,
filsafat
dan
sosiologi.
serta
dipublikasikan
Sosiologi
materi
dalam
Durkheim
kuliahnya
bentuk
yang
telah
buku
diterjemahkan
berbahasa
dan
Inggris.
dari
penggunaan
perspektif
masyarakat
itu.
yang
sangat
dini
dalam
hidupnya,
lingkungan
telah
dan
merupakan
bagian
dari
metodologi
yang
sama.
dalam bentuk perilaku individu. Tipe kepribadian ini dijumpai dalam ratarata individu. Rata-rata dan prototipe adalah satu.
Kalau begitu bagaimanakah pendapat Durkheim sendiri mengenai masalah
keseragaman sosial atau social uniformity dan peranan individu dalam
pembentukan keseragaman tersebut?
Durkheim mengatakan bahwa suatu gejala sosiologis berhubungan
generalitasnya dapat mempunyai dua bentuk. Sesuatu yang umum dalam
seluruh species: yang umum ini dijumpai setidaknya dalam sebagian besar
individu. Diantara kedua istilah yang berdekatan ini terdapat beberapa
variasi. Sedang variasi lain adalah perkecualian. Dan bahwa setiap
penyimpangan dari bentuk standart ini akan berbahaya sekali (bisa
menyebabkan kematian). Di sini perilaku yang sering terulang tidak saja
disamakan dengan perilaku normal tetapi juga merupakan pertanda
perilaku yang sehat.
Negarawan sendiri tidak dianjurkan merencenakan sesuatu yang lebih
baik, suatu yang ideal bagi masyarakat di hari mendatang cukuplah
mempertahankan apa adanya saja, jika keadaan ini dipandang sebagai
keadaan masyarakat yang umum = rata-rata = normal = sehat/ideal
Ini mirip pendekatan klinis dokter yang dalam hal mendiagnosis keadaan
organisme yang sedang ia tangani ia membandingkan dengan kondisi
organisme yang sedang ditanganinya itu dengan kondisi rata-rata
organisme dari usia dan jenis kelamin yang sama dengan menggunakan
kriteria tingkat frekuensi keadaan rata-rata sebagai tolok ukur normalitas
dan kesehatan.
Jika gejala sosial tertentu adalah normal dan umum bagi masyarakat
tertentu maka mau tidak mau seseorang harus menerima gejala itu dan
tidak dapat menerima gejala lainnya jika ia tidak bersedia merubah sistem
sosial dan kondisi-kondisi eksistensinya. Pada tingkat analisis ini
desirability mempunyai konotasi nilai guna yang artinya: Sesuatu itu
dilakukan dalam masyarakat tertentu karena ada gunanya
Sintesis tidak saja membebaskan individu dari ikatannya yang telalu dekat
kepada masyarakat tetapi juga membebaskan orang dari fungsi pengaruh
dari sebab dan dunia ide dari aspek-aspek materil morfologinya. Kita dapat
mengatakan bahwa kreasi membebaskan kreator dari ciptaannya maupun
ciptaan itu dari ciptaannya jika pencipta dan ciptaannya itu dipandang
sebagai konsep parlementer yang pengertian penuhnya hanya dapat
dipahami
bila
keduanya
dilihat
dalam
kaitan
satu
sama
lain.
3. Teori Marxian
Peletak dasar bagi teori konflik pada kesenjangan dan eksploitasi terhadap
kondisi sosial para pakerja. Kelompok si kaya dan si miskin yang
bersaing dalam masyarakat merupakan situasi ketegangan yang ajeg, yang
dapat mengarah pada kemungkinan adanya perlawanan.
Karl marx merupakan salah satu penganut aliran marxisme. Ia adalah
keturunanYahudi yang dilahirkan di Jerman pada tahun 1818 dan
meninggal dunia pada tahun 1883.
Karl marx mengemukakan pendapatnya tentang manusia, bahwa manusia
baginya adalah seseorang yang tidak berarti apa-apa. Arti manusia
dikaitkan dengan masyarakat. Masyarakat harus berkembang, dan
perkembangan masyarakat disebut sebagai sejarah. Menurut Marx yang
menjadi dorongan perkembangan masyarakat adalah yang menjadi
dorongan jalan sejarah yaitu kekuatan materia yang ada di dalam
masyarakat itu. Konsep ini juga memperjelas bahwa Marx sangat
membedakan antara manusia dengan binatang. Perbedaan ini terletak pada
cara atau usaha dalam mencapai keperluan hidupnya. Manusia dalam
b.
c.
d.
Tahap
Cluster
of
Meaning:
rincian
pernyataan
penting
itu
diformulasikan ke dalam makna, dan dikelompokkan ke dalam tematema tertentu. (Textural description, Structural description)
e.
sosiologi interpretatif yang berada di bawah payung teori tindakan sosial (action
theory), yang dikemukakan oleh filosof sekaligus sosiolog besar Max Weber
(1864-1920).
Meskipun teori interaksi simbolik tidak sepenuhnya mengadopsi teori Weber
namun pengaruh Weber cukup penting. Salah satu pandangan Weber yang
dianggap relevan dengan pemikiran Mead, bahwa tindakan sosial bermakna jauh,
berdasarkan makna subyektifnya yang diberikan individu-individu. Tindakan itu
mempertimbangkan perilaku orang lain dan kerenanya diorientasikan dalam
penampilan (Mulyana,2002).
Dalam perkembangan selanjutnya teori interaksionisme simbolik ini dipengaruhi
beberapa aliran diantaranya adalah mazhab Chicago, mazhab Iowa, pendekatan
dramaturgis dan etnometodologi, diilhami pandangan filsafat, khususnya
pragmatisme dan behaviorisme.
Aliran pragmatisme yang dirumuskan oleh John Dewey, Wiiliam James, Charles
Peirce dan Josiah Royce mempunyai beberapa pandangan : Pertama, realitas sejati
tidak pernah ada di dunia nyata, melainkan secara aktif diciptakan ketika kita
bertindak terhadap dunia. Kedua, manusia mengingat dan melandaskan
pengetahuan mereka tentang dunia pada apa yang terbukti berguna bagi mereka.
Ketiga, manusia mendefenisikan objek fisik dan objek sosial yang mereka temui
berdasarkan kegunaannya bagi mereka, termasuk tujuan mereka. Keempat, bila
kita ingin memahami orang yang melakukan tindakan (actor), kita harus
berdasarkan pemahaman itu pada apa yang sebenarnya mereka lakukan di dunia.
Sementara aliran behaviorisme yang dipelopori Watson berpendapat bahwa
manusia harus dipahami berdasarkan apa yang mereka lakukan (Mulyana, 2001:
64).
Jika ilmuwan lain seperti James Mark Baldwin, William James, Charles Horton
Chooley , John Dewey, William I. Thomas dikenal sebagai perintis interaksionisme
simbolik, maka G. H. Mead dikenal sebagai ilmuwan yang paling populer sebagai
peletak dasar teori interaksionisme simbolik ini.
Pada awalnya, Mead Mead memang tidak pernah menerbitkan gagasannya secara
sistematis dalam sebuah buku. Para mahasiswanya lah yang setelah kematian Mead
kemudian menerbitkan pemikiran Mead tersebut dalam sebuah buku berjudul
Mind, Self, and Society. Herbert Blumer, sejawat Mead, kemudian
mengembangkan dan menyebutnya sebagai teori interaksionisme simbolik. Sebuah
terminologi yang ingin menggeambarkan apa yang dinyatakan oleh Mead bahwa
the most human and humanizing activity that people can engage intalking to
each other.
Asumsi Teori
Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes (dalam West dan Turner, 2007: 96) mencatat
tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik, yang memperlihatkan
tiga tema besar, yakni: (1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2)
Pentingnya konsep mengenai diri, dan (3) Hubungan antara individu dan
masyarakat.
Tentang relevansi dan urgensi makna, Blumer (1969) memiliki asumsi bahwa:
- Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang
diberikan orang lain pada mereka.
- Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia
- Makna dimodifikasi dalam proses interpretif.
Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yang
berhubungan dengan meaning, language, dan thought. Premis ini kemudian
mengarah pada kesimpulan tentang pembentukan diri seseorang (persons self) dan
sosialisasinya dalam komunitas (community) yang lebih besar.
1. Meaning (Makna): Konstruksi Realitas Sosial
Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang
terhadap sebuah obyek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia
pahami tentang obyek atau orang tersebut.
1. Languange (Bahasa): The source of meaning
Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui interaksi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah hasil interaksi sosial.
Makna tidak melekat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui
penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itulah
teori ini kemudian disebut sebagai interaksionisme simbolik.
Berdasarkan makna yang dipahaminya, seseorang kemudian dapat memberi
nama yang berguna untuk membedakan satu obyek, sifat, atau tindakan
dengan obyek, sifat, atau tindakan lainnya. Dengan demikian premis
Blumer yang kedua adalah Manusia memiliki kemampuan untuk menamai
sesuatu. Simbol, termasuk nama, adalah tanda yang arbitrer. Percakapan
adalah sebuah media penciptaan makna dan pengembangan wacana.
Pemberian nama secara simbolik adalah basis terbentuknya masyarakat.
Para interaksionis meyakini bahwa upaya mengetahui sangat tergantung
pada proses pemberian nama, sehingga dikatakan bahwa Interaksionisme
simbolik adalah cara kita belajar menginterpretasikan dunia.
1. Thought (Pemikiran): Process of taking the role of the other
Premis ketiga Blumer adalah bahwa, an individuals interpretation of
symbol is modified by his or her own thought processes. Interaksionisme
simbolik menjelaskan proses berpikir sebagai inner conversation, Mead
menyebut aktivitas ini sebagai minding. Secara sederhana proses
F. Penutup
Sosiologi ialah pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial antara
sesame manusia ( individu dan individu ), antara individu dengan
kelompok, serta sifat perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga dan
ide-ide
sosial.
Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan ialah disebabkan karena
masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat. Perubahan sosial itu
menimbulkan cultural lag. Cultural lag ini merupakan sumber masalah
sosial dalam masyarakat. Masalah sosial itu di alami oleh dunia pendidikan.
Lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya kemudian ahli sosiologi
menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan masalah itu,
maka
lahirlah
sosiologi
pendidikan.
Aliran-aliran besar dalam sosiologi antara lain yaitu struktural fungsionalis,
analitis, modernisasi international, positivistik.
Daftar Pustaka