Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Pada era yang modern ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari
segala peralatan yang sumbernya dari listrik. Seperti yang telah kita ketahui, energi
listrik dibangkitkan oleh pembangkit listrik kemudian dialirkan melalui saluran
transmisi, saluran distribusi dan akhirnya sampai ke konsumen Untuk mendapatkan
unjuk kerja yang baik pada arrester, diperlukan pemeliharaan yang rutin, baik, dan
sesuai prosedur. Selain itu penempatan arrester yang optimum juga sangat
mempengaruhi fungsi arrester dalam melindungi peralatan dari tegangan lebih yang
disebabkan oleh gangguan petir.
Petir merupakan fenomena alam yang terjadi karena disebabkan oleh
pemuatan energi listrik serta pelepasan muatan-muatan listrik yang terjadi antara
awan dan bumi, awan ke awan serta dalam awan itu sendiri yang mempunyai polaritas
yang berbeda. Akibat yang ditimbulkan dari sambaran petir sangatlah merugikan
karena dapat mengurangi keandalan penyaluran energi listrik, sehingga pemenuhan
energi ke konsumen dapat terganggu. Sambaran petir yang terjadi pada saluran
distribusi biasanya dapat berupa sambaran langsung dan sambaran tidak langsung.
Pada jaringanTransmisi, Distribusi dan Instalasi salah satu cara untuk
mengatasi kerusakan peralatan yang diakibatkan petir adalah dengan pemasangan
arrester. Arrester merupakan suatu alat proteksi peralatan dalam sistem tenaga listrik
yang bekerja dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang yang kemudian
mengalirkannya ke tanah.

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Arrester
Arrester adalah alat pelindung bagi sistem tenaga listrik terhadap tegangan lebih yang
disebabkan oleh petir atau surja hubung (switch surge). Alat ini digunakan sebagai jalan
pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan. Jalan pintas itu harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus daya system 50 Hz.
2.2 Fungsi Arrester
Fungsi arrester adalah untuk meneruskan arus listrik petir ke ground yang masuk
melalui jalur yang dilindunginya, apabila tegangan petir lebih dari kapasitas
maksimumnya maka arrester tersebut akan meneruskan arus tersebut ke tanah. Tujuannya
agar tegangan di system tidak naik melampaui batas yang diijinkan sehingga peralatan
listrik pelanggan maupun generator ataupun trafo tidak rusak.
Arrester juga berfungsi untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap
tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi
dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan
arus surja (surge current) ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan (follow
current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu
sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan pada saat timbul
tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahananya relatif rendah sehingga
dapat mengalirkan arus yang tinggi ketanah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester
adalah.
a) Tegangan percikan (spark over voltage) dan tegangan pelepasannya (discharge
voltage) yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan, harus cukup rendah,
sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan percikan disebut juga
tegangan gagal sela (gap break down voltage).
b) Arrester harus dapat memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus seperti
semula. Pada arrester terdapat beberapa bagian yang penting, sebagai berikut:
1. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan dengan
bagian yang bertegangan dibagian atas, dan elektroda bawah dihubungkan dengan
tanah.
2. Sela Percikan (Spark Gap)
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada arrester
yang terpasang, maka sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan busur api.
Pada beberapa tipe arrester busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh
tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.

3. Tahanan Katup
Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis aterial yang sifat
tahanannya akan berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.

2.3 Prisnsip Kerja Arrester


Arrester petir disingkat arrester, atau sering juga disebut penangkal petir adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Arrester berlakau sebagai
jalan pintas (by-pass)) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus
kilat dan petir, sehingga tidak timbul tegangan tinggi yang lebih pada peralatan.
Jalan pintas tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus
daya sistem 50Hz. Jadi pada kerja normal arrestel berlaku sebagai isolator dan pada saat
timbul surja (petir ) dia berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah
surja hilang, arrester arus cepat kembali menjadi isolator sehingga pemutus daya tidak sempat
terbuka.
Arrester dapat memutuskan arus susulan tanpa menimbulkan gangguan. Inilah salah
satu fungsi terpenting dari arrester. Arrester terdiri dari dua bagian yaitu sela api (spark gap)
dan tahanan tak linier atau tahanan kran (Valve Resistor). Keduanya dihubungkan secara seri,
batas atas dan batas bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan maksimum dan
oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Oleh karena itu, sebenarnya arrester terdiri dari
tiga unsur yaitu sela api, tahanan kran atau tahanan katub dan sistem pengaturan atau
pembagi tegangan (Granding System).
Arrester bekerja pada tegangan tertentu diatas tegangan oprasi untuk membuang muatan
listrik dari surja petir dan berhenti beroprasi pada tegangan tertentu diatas tegangan oprasi agar
tidak terjadi arus pada tegangan oprasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebit rasio proteksi
arrester. Tingkat bahan isolasi arrester harus dibawah tingkat isolasi bahan transfomator agar
apabila sampai terjadi flashover. Maka di harapkan flashover terjadi pada arrester tidak pada
transfomator.

2.4 Jenis Arrester


Jenis Ekpulsi
Arrester jenis ekspulsi/tabung pelindung pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang
berada dalam tabung serat dan sela percik batang yang berada di luar di udara atau disebut
dengan sela seri.
Arrester ini digunakan untuk melindungi trafo distribusi bertegangan 3-15 kV, tetapi belum
memadai untuk melindungi trafo daya. Selain itu digunakan juga pada saluran transmisi
untuk mengurangi besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu induk.

Gambar 1 Arrester ekspulsi

Jenis Katup
Arrester ini terdiri dari beberapa sela percik yang dihubungkan seri (series gap) dengan
resistor tak linier. Resistor ini memiliki sifat khusus yaitu tahanannya rendah saat dialiri arus
besar dan sebaliknya tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor yang umum
digunakan untuk arrester terbuat dari bahan silicon karbid. Sela percik dan resistor tak linier
keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup sehingga kerja arrester ini tidak
dipengaruhi keadaan udara sekitar.Arrester jenis ini ummunya dipakai untuk melindungi alatalat yang mahal pada rangkaian, biasanya dipakai untuk melindungi trafo daya. Arrester
katup ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Arrester Katup Jenis Gardu ( Arrester 150kV )


Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi alat-alat yang mahal
pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.

Gambar 2 Arrester 150kV (foto sendiri)

2. Arrester Katup Jenis Saluran (Arrester 20kV)


Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu. Arrester jenis saluran inidipakai pada
sistem tegangan 15-69 kV.

Gambar 3 Arrester 20 Kv (foto sendiri)

3. Arrester Katup Jenis Distribusi


Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi transformator pada saluran
distribusi. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120-750 volt.

Gambar 4 . Arrester 220 V

4. Arrester Katup Jenis Gardu untuk Mesinmesin


Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk
tegangan 2,4-15 kV.

Jenis Seng Oksida


Arrester seng oksida yang disebut juga metal oxide arrester (MOA) merupakan
arrester yang tidak memiliki sela seri, terdiri dari satu atau lebih unit yang kedap udara, yang
masingmasing berisikan blok-blok tahanan katup sebagai elemen aktif dari arrester. Pada
dasarnya prinsip kerja arrester ini sama dengan arrester katup. Karena arrester ini tidak
memiliki tahanan sela seri, maka arrester ini sangat bergantung pada tahanan yang ada dalam
arrester itu sendiri. Apabila terkena petir, tahanan arrester akan langsung turun sehingga
menjadi konduktor dan mengalir petir ke bumi. Namun setelah petir lewat, tahanan kembali
naik sehingga bersifat isolator.
2.5 Syarat-syarat Arrester
Arrester yang dipasang harus memenuhi syarat-syarat seperti:
a. Tegangan percik dan tegangan pelepasan, yaitu tegangan pada terminal pada waktu
pelepasan harus cukup rendah sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan
percik ini biasa juga disebut dengan gagal sela (gap breakdown) dan tegangan pelepasan
disebut dengan tegangan sisa (residual voltage).
b. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu sendiri.
c. Arrester harus mampu memutuskan arus susulan, dan dapat bekerja kembali seperti
semula.
d. Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah 5 ohm.

2. 6 Pemilihan Arrester
Dalam memilih arrester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yaitu:
Kebutuhan perlindungan, hal ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari
alat yang harus dilindungi.
Tegangan sistem, ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada
terminal arrester.
Arus hubung singkat sistem, hanya diperlukan untuk arrester jenis ekspulsi
Jenis arrester, apakah arrester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi
Faktor kondisi luar, apakah normal atau tidak normal, temperatur dan
kelembaban yang tinggi serta pengotoran.

Faktor ekonomi, bisa jadi merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan


dan kerusakan bila tidak ada arrester.
2.7 Perlengkapan arrester
a) Miliammeter
Miliammeter digunakan untuk memantau arus bocor yang dipasang antara
arrester dan konduktor pentanahan. Jika arus bocor melewati batas yang diijinkan
(2 mA), maka isolator arrester harus dibersihkan.
Pada saat arrester bekerja (discharge), sela percikan (spark gap) akan menyala
tanpa melalui miliammeter. Setelah arrester bekerja, maka dengan cepat percikan
api padam sehingga miliammeter siap untuk operasi kembali.

Gambar 5 Miliammeter

Rumah (1) terbuat dari campuran alumunium yang tahan korosi, bagian
depannya ditutup dengan pelat baja tahan karat dan dihubungkan ke tanah.
Terminal berisolator (2) dihubungkan dengan terminal bawah arrester.
b) Discharge counter
Discharge counter berfungsi untuk memantau jumlah kerja arrester yang
terpasang antara arrester dan terminal pentanahan.
c) Pemasangan perlengkapan arrester
Pemasangan miliammeter dan discharge counter dihubung seri dengan arrester
dan diletakkan antara arrester dan pentanahan, dengan susunan sebagai berikut

Gambar 6 Pemasangan perlengkapan arrester

2.8 Pemasangan Arrester


2.8.1 Arrester 220 V

Arrester 220 V biasa disebut dengan surge arrester. Karena dahsyatnya kekuatan
sambaran petir, maka muatan-muatan listrik yang terkandung dalam lidah petir dapat
merambat melalui udara dan menyambar melalui antena/receiver tv. Muatan listrik tersebut
dapat merambat melalui kabel dalam bangunan dan merusak panel listrik utama dalam
bangunan. Itulah penyebab kenapa petir bisa merusak peralatan listrik sekalipun tidak secara
langsung menghantam bangunan.

Gambar 7 Arrester 220 V

Surge Arrester adalah pengaman internal yang melindungi jaringan listrik internal
dengan cara menahan muatan arus (surge) berlebih dari sambaran penangkal petir kemudian
disalurkan ke grounding system / pembumian. Surge arrester biasanya terdapat pada panel panel industri atau kantor- kantor yang memiliki mesin mesin listrik yang memiliki daya
cukup besar.

Gambar 8 Prinsip Kerja Arrester 220 V

2.8.2 Arrester 20 Kv
Kawat Penghubung Arrester (Lead Wire)

Pembuangan arus petir melalui induktansi dari kawat penghubung arrester


menghasilkan tegangan yang menambah tegangan keluaran arrester. Panjang kawat
penghubung tersebut terdiri dari panjang kawat penghubung arrester ke pembumian
serta panjang kawat penghubung arrester dengan tegangan fase. Panjang total dari
kawat penghubung ini diukur dari titik di mana sambungan kawat penghubung
arrester ini dibuat ke titik di mana dilakukan interkoneksi antara pembumian arrester
dan pembumian dari peralatan yang dilindungi, tidak termasuk panjang arrester.
Kawat penghubung pembumian masing-masing arrester disarankan
dihubungkan langsung dari pembumian arrester dengan pembumian dari peralatan
yang dilindungi tanpa terlebih dahulu disatukan seperti dapat dilihat pada gambar

Gambar 9. Sambungan Kawat Penghubung Pembumian

Induktansi per unit panjang dari kawat penghubung adalah fungsi kompleks
dari geometri kawat penghubung. Efek dari diameter konduktor kawat penghubung
sangat kecil. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa induktansi dari kawat
penghubung tipikal besarnya adalah 1,3 H per meter. Induktansi dari kawat yang
digulung akan lebih besar dari nilai tersebut. Oleh karena itu, kawat penghubung
arrester tidak boleh digulung. Dari data petir yang pernah direkam di daerah Indonesia
memperlihatkan kecuraman arus petir rata-rata sebesar 40 kA/s. Hasil kali dari
kecuraman arus petir dengan panjang total kawat penghubung arrester adalah
tegangan kawat penghubung. Tegangan kawat penghubung menambah tegangan
residual arrester hanya pada saat kenaikan arus pelepasan.
Lamanya waktu peralatan yang dilindungi terkena dengan tegangan
penjumlahan tegangan kawat penghubung dan tegangan residual adalah waktu
kenaikan arus pelepasan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi tegangan total
dari tegangan kawat penghubung dan tegangan residual dengan ketahanan tegangan
potong dari peralatan yang dilindungi. Tegangan residual tanpa pengaruh kawat
penghubung arrester harus dikoordinasikan juga dengan ketahanan tegangan potong
dari peralatan yang dilindungi, sehingga kawat penghubung arrester harus sependek
mungkin. Kawat pembumian arrester tidak terhubung dengan kawat penghantar
pembumian tegangan rendah.

Lokasi Arrester Sehubungan dengan Pembatas Peralatan

Menempatkan sebuah arrester pada sisi sumber dari FCO menyebabkan


panjang kawat penyambung arrester yang sangat panjang. Oleh karena itu arrester
harus diletakkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindunginya dengan
menempatkannya setelah FCO agar kawat penyambung arrester menjadi pendek.
Lokasi dari fuse di depan arrester menyebabkan fuse membawa arus pelepasan
arrester. Maka disyaratkan fuse yang digunakan di depan arrester adalah fuse yang
tahan arus surja petir. Contoh penempatan arrester setelah FCO pada konstruksi gardu
distribusi dapat dilihat pada gambar

Gambar 10 .Contoh Penempatan Arrester Sehubungan Dengan Pembatas Peralatan

Lokasi Arrester pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau


Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan terminasi kabel, dimana kawat
penghubung arrester dihubungkan dengan pembumian kabel dan dibumikan langsung
dari terminal pembumian arrester. Kawat penghubung fase dihubungkan terlebih
dahulu ke terminal arrester sebelum dihubungkan ke terminasi kabel. Contoh
penempatan arrester pada kabel dapat dilihat pada gambar

Gambar 11. Penempatan Arrester Pada Kabel

Lokasi Arrester pada Transformator Distribusi dan Kapasitor Lokasi Arrester


pada Pemutus (Recloser, Sectionalizers, Load Breaking Switch, Disconnector
Switch)

Arrester ditempatkan pada kedua sisi (baik sisi pengirim maupun sisi
penerima) dari setiap jenis pemutus. Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan
terminal pemutus, dimana kawat penghubung fase dihubungkan terlebih dahulu ke
terminal arrester sebelum dihubungkan ke terminal pemutus. Kawat penghubung
pembumian arrester dihubungkan dengan terminal pembumian pemutus dan
dibumikan langsung dari terminal pembumian arrester. Contoh penempatan arrester
pada sectionalizers dapat dilihat pada gambar

Gambar 12. Contoh Penempatan Arrester Pada Sectionalizer Di Jaringan Distribusi 20 kV

Lokasi Arrester pada Transformator Distribusi dan Kapasitor


Arrester
ditempatkan
sedekat
mungkin
dengan
bushing
transformator/kapasitor, dimana kawat penghubung fase dihubungkan terlebih dahulu
ke terminal arrester sebelum dihubungkan ke bushing transformator/kapasitor. Kawat
penghubung
arrester
dihubungkan
dengan
terminal
pembumian
transformator/kapasitor dan dibumikan langsung dari terminal pembumian arrester.
Contoh penempatan arrester pada transformator dapat dilihat pada gambar

Gambar 13. Contoh Lokasi Arrester Pada Konstruksi Transformator Distribusi

Lokasi Arrester pada AVR (Automatic Voltage Regulator)


Arrester ditempatkan pada kedua sisi (baik sisi pengirim maupun sisi
penerima) dari AVR. Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan bushing AVR,

dimana kawat penghubung fase dihubungkan terlebih dahulu ke terminal arrester


sebelum dihubungkan ke bushing AVR. Kawat penghubung pembumian arrester
dihubungkan dengan terminal pembumian AVR dan dibumikan langsung dari terminal
pembumian arrester. Contoh penempatan arrester pada AVR dapat dilihat pada
gambar

Gambar 14. Contoh Penempatan Arrester Pada AVR

Lokasi Arrester pada Kubikel


Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan terminasi kabel, dimana kawat
penghubung pembumian arrester dihubungkan dengan pembumian kabel dan
dibumikan langsung dari terminal pembumian arrester. Jika memungkinkan kawat
penghubung fase dihubungkan terlebih dahulu ke terminal arrester sebelum
dihubungkan ke terminasi kabel. Namun apabila tidak memungkinkan maka kawat
penghubung fase dipilih sependek mungkin untuk mengurangi tegangan kawat
penghubung. Contoh penempatan arrester di dalam kubikel gambar

Gambar 15 Contoh Penempatan Arrester di dalam Kubikel

Kawat Penghubung Disconnector


Disconnector diletakkan pada terminal pembumian dari arrester dan
menghubungkan terminal pembumian arrester dengan kawat penghubung

pembumian. Apabila arrester menghantarkan arus yang besar akibat kegagalan


arrester akan menyebabkan bekerjanya disconnector untuk memisahkan terminal
pembumian arrester dengan kawat penghubung pembumian. Sehingga sangat perlu
diperhatikan kawat penghubung pembumian tidak terkena kawat fase apabila
disconnector bekerja. Oleh karena itu kawat penghubung pembumian harus dari
material yang memiliki fleksibilitas tinggi dan tidak kaku seperti pada gambar

Gambar 16 Penempatan Disconnector Pada Arrester

2.8.3 Arrester 150 kV


Sambaran petir pada jaringan hantaran udara merupakan suntikan muatan listrik yang
akan menimbulkan kenaikan tegangan pada jaringan sehingga pada jaringan timbul tegangan

lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke ujung-ujung jaringan. Tegangan lebih
akibat sambaran petir sering disebut surja petir.

Gambar. 17 Pemasangan Arrester pada GI

Apabila tegangan lebih surja petir tiba di suatu gardu, maka tegangan lebih tersebut
akan merusak isolasi peralatan pada gardu. Oleh karena itu perlu dibuat alat pelindung agar
tegangan surja yang tiba di gardu tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan gardu. Pada
keadaan tegangan jaringan normal, pelindung tegangan lebih atau LA berperan sebagai
isolasi. Tetapi jika ada surja petir tiba pada terminal LA, maka LA akan berubah menjadi
penghantar dan akan mengalirkan muatan surja petir tersebut ke tanah. Arester harus
mempunyai ketahanan termis yang cukup terhadap energi dari arus susulan dan harus mampu
memutuskannya.

Gambar 18 Arrester pada GI

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Arrester 220 V di pasangan pada industri, perusahaan , kantor dan rumah tangga.
Arrester tersebut berfungsi sebagai pengaman pada alat-alat listrik yang memiliki
daya cukup besar. Pemasangannya biasanya berada dalam panel.
Arrester 20Kv dipasang pada Kubikel, Trafo , dan Gardu fungsinya untuk
mengamanlkan peralatan tersebut terhadap sambaran petir. Karena peralatan tersebut
biasanya berada pada tempat yang tinggi sehingga sering terkena samabaran petir .
Arrester 150 dipasang pada Gardu Induk untuk Untuk menunjang stabilitas kerja dan
fungsi dari gardu induk 150 kV maka pada gardu induk 150 kV. Terutamanya
terhadap sambaran petir
3.2 Daftar Pustaka
PEDOMAN PEMILIHAN ARRESTER UNTUK JARINGAN DISTRIBUSI 20 kV
SPLN (https://id.scribd.com/doc/266627218/SPLN-D5-006-2013-PedomanPemilihan-Arrester-Untuk-Jaringan-Distribusi-20-kV-pdf )
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150
KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY
UPT SEMARANG (http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/L2F606022_MKP.pdf )
KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 Kv
(file:///C:/Users/user/Downloads/307-8030-1-PB%20(2).pdf )
Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kV Tomohon-Teling
(file:///C:/Users/user/Downloads/918-1826-1-SM.pdf )
ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN
(PERSERO) RAYON INDERALAYA
(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jmt/article/view/2397 )

Anda mungkin juga menyukai