Umum
Pekan
Olahraga
Nasional
XIX,
Ahmad
Heryawan,
maupun
luar
lapangan.
Salah satunya bahkan mengakibatkan kepala atlet hoki DKI Jakarta robek
dan mendapatkan 10 jahitan. Cabang-cabang olahraga bela diri menjadi
yang paling disorot dengan terjadinya berbagai aksi protes terhadap
keputusan wasit. Berikut adalah daftar berbagai kericuhan yang terjadi
sepanjang dua pekan penyelenggaraan PON.
Aksi protes berlanjut hingga hari Senin dengan tidak mendatangi tempat
pertandingan. Sementara itu, kontingen DKI Jakarta yang dijadwalkan
bertanding melawan Banten di nomor beregu putra datang ke arena
pertandingan hanya untuk memberikan hormat. Mereka lalu turun dari
arena
pertandingan
Karate
dan
langsung
meninggalkan
Senin
arena.
(21/9)
Amar
melakukan
protes
keras.
akan
memimpin
pertandingan
dengan
sistem
manual.
Kedua, memohon agar anggota dewan wasit dari Jawa Barat untuk tidak
ditempatkan pada Tatami Manajer (TM). Serta meminta agar pada saat
atlet DKI bertanding tidak menggunakan wasit/juri dari tuan rumah agar
tidak
menimbulkan
ketidakobyektifan
dan
merugikan
tim
lain.
lokasi
Air
pertandingan.
Senin
(19/9)
Insiden ricuh terjadi kala tim polo air putra Jawa Barat berhadapan
Sumatera Selatan di babak semifinal. Pertandingan terhenti sementara
karena tensi memanas dan kedua tim sempat saling baku hantam di
kolam renang. Kericuhan kemudian meluas ke atas tribun, yang salah
satunya
Wushu
melibatkan
pria
Sanda
berseragam
Rabu
militer.
(21/9)
Final wushu Sanda antara atlet Sumatera Utara Rosalina dan atlet Jawa
Barat Selviah Pratiwi berakhir ricuh di GOR Padjadjaran, Bandung.
Ketua Pengprov Wushu Jabar Edwin Sanjaya tak puas dengan keputusan
wasit dan turun ke lapangan. Edwin bahkan nekat naik ke atas matras dan
mengajak seluruh wasit untuk berkelahi. Merasa tidak dilayani, Edwin
memprovokasi
penonton
Jabar
untuk
turun
ke
lapangan.
Rosalina, dan atlet wushu Jabar Selviah sebagai juara bersama. Kedua
atlet itu pun berhak mendapat medali emas dari wushu sanda kelas 52 kg
putri.
Basket
Rabu
(21/9)
Pada akhir kuarter keempat, para pemain Papua Barat melakukan protes
setelah wasit membuat beberapa keputusan yang dinilai merugikan tim
mereka. Papua Barat memang tengah terjepit setelah kedudukan mereka
tertinggal.
Protes itu bukan cuma dilakukan oleh satu atau dua pemain. Suasana
makin panas setelah salah satu ofisial Papua Barat naik ke tribune
penonton. Kemudian seluruh pemain Papua Barat menggeruduk wasit.
Wasit berlari ke luar GOR dan petugas keamanan berusaha untuk melerai
kedua
belah
pihak
agar
ricuh
tak
berlanjut.
Berkuda
Nomor
Pacuan
terlebih
dahulu.
dan
Yogyakarta
tidak
ikut
mendukung
surat
protes
ini.
Kamis
(22/9)
2016.
2016.
Artistik
- Kamis
(22/9)
Riau dan Jawa Timur menjadi juara bersama cabang olahraga senam
artistik nomor gelang-gelang. Kabid Legalitas dan Advokasi Kontingen
Riau, Meidizon Dahlan,
medali
emas.
Jumat
(23/9)
malam.
Keributan terjadi saat KONI Aceh dan perwakilan tim DKI Jakarta
memprotes keputusan dewan juri pada hasil Final LUG yang dimenangkan
oleh
Provinsi
Banten
sebagai
peraih
medali
emas.
medali.
Roda
--
Jumat
(23/9)
sepatu
roda
hanya
memakai
manual,
atau stopwatch.
tapi
setelah
seluruh
atlet
menyelesaikan
perlombaannya.
Pada kelas ITT 300 meter putra, hasil perhitungan panitia tidak sama
dengan
catatan
waktu
beberapa
kontingen.
Hasil panitia menyatakan atlet Jawa Barat mendulang medali emas atas
nama Azmi Al Ghifari Djayadi dengan catatan waktu, 00.26.256 detik.
Disusul Mirko Andrasari dari DKI Jakarta 26.258 detik di posisi kedua.
Sedangkan medali perunggu diraih Jatim, Reza Oktoriyanto (00.26.463
detik).
Sementara catatan waktu dari tim DKI Jakarta dan Jatim menunjukkan
medali
Tinju
emas
harusnya
-
jatuh
Jumat
ke
atlet
DKI.
(23/9)
di
dalam
dan
luar
arena.
hakim
dibanting
oleh
seorang
ofisial
Kaltim.
Sementara itu, tim tinju Papua memprotes keputusan wasit hakim yang
memenangkan petinju Papua Barat, Selly Wanimbo, pada kelas laying (48
kg) putri. Namun, protes dari Papua masih dalam tahap wajar dan tak
memicu
Gulat
kerusuhan.
74
KG
Sabtu
(24/9)
Kericuhan terjadi saat pegulat Jabar Heri Fadli menghadapi Rendi dari
Kalimantan Selatan. Pegulat tuan rumah sempat memimpin dengan skor
5-3. Tapi, beberapa saat kemudian muncul protes dari tim pelatih Kalsel
yang menilai wasit pertandingan tidak fair dalam memberikan poin
kepada
pegulatnya.
Protes keras dari kubu Kalsel disambut sejumlah suporter dari perwakilan
daerah dengan meneriaki perangkat pertandingan. Bahkan, ada yang
melempar
sejumlah
botol
minuman
ke
arena
pertandingan.
Beberapa tim ofisial berharap wasit pertandingan asal Korea Selatan yang
memimpin laga tersebut diganti dengan memberikan teriakan 'ganti
wasit' berkali-kali. Situasi tidak kondusif ini menjadikan laga semifinal
diskors
Sepak
oleh
Bola
panitia
-
pertandingan
Rabu
(28/9)
Sulsel
pada
laga
adu
penalti.
karena
ada
gangguan
dari
tribun
pada
saat
adu
penalti.