Anda di halaman 1dari 162

BAB IV

PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PEMBAHASAN

Pada skripsi ini, akan dilakukan perhitungan dan simulasi desain dengan menambahkan
stifenning ring antara Shell dan jacket, sehingga jarak penumpu external pressure yang
bekerja pada vessel dapat diatur. Dengan memperpendek jarak tersebut, maka tebal shell
dapat dikurangi, namun tetap memperhitungkan tegangan yang terjadi pada part tersebut
agar tidak menyebabkan gagal konstruksi atau buckling.

Pada skripsi ini juga dilakukan analisa finite element untuk mengetahui tegangan Von
Mises dan Buckling Load Factor (BLF) yang terjadi pada dinding shell pada setiap
variasi design karena pengaruh external pressure.

4.1

Perhitungan Tebal Jacket Closure Dan Intermediate Stiffening Ring Vessel

Rancangan

Jacket closure dan intermediate stiffening ring perlu ditentukan tebalnya dan bentuk
detail joint ke dinding shell maupun ke dinding jacket mengacu pada ketentuan JIS B
8279 [1].

Perhitungan tebal jacket closure dan stiffeninf ring dapat dilakukan dengan rumus
berikut :

Keterangan :

= jarak antara shell dan jacket

= Tekanan desain jacket

= Tegangan ijin material closure atau intermediate stiffening ring

Rs

= Radius luar Shell

37

38

Gambar 4.1 Parameter geometri desain jacket closure dan intermediate stiffening ring
(Ref; JIS B8279) [1]

Ukuran lasan jacket closure dan intermediate stiffening ring ke shell adalah:

Y = jumlah dari a dan b pada sketch diatas, dimana nilainya tidak boleh kurang dari
yang terkecil dari 1,5 tc atau ts (mm).
Z = minimum ukuran lasan untuk menjaga nilai minimum Y

Z juga minimum ukuran lasan pada joint jacket closure atau intermediate stiffening ring
ke shell,

Dari data drawing, diperoleh data-data perencanaan jacket closure dan intermediate
stiffening ring sebagai berikut,
Tekanan desain P = 0,78 MPa

Temperature desain T = 320 C

c. Material closure / intermediate stiffening ring = SM400B

Tegangan yang diijinkan untuk material SM400B pada temperature desain a = 100
N/mm

Radius luar shell Rs = 1073 mm

Jarak antara shell dan jacket j = 77 mm

Ukuran lasan a = 28 mm

Ukuran lasan b = 28 mm

Corrosion allowance ca = 2mm

Kebutuhan tebal jacket closure maupun intermediate stiffening ring dihitung sebagai
berikut,

39

Trc 1,414 x ((0,78 x 1073 x 77)/100)

1/2

Trc 35,9 mm

Setelah ditambah corrosion allowance 2mm maka, Trc 35,9 + 2 mm


Trc 37,9 mm

Dari perhitungan diatas dipilih tebal jacket closure dan intermediate stiffening ring
sebesar 38 mm.

Perhitungan Kebutuhan Tebal Shell Terhadap Internal Pressure

Tebal Shell vessel rancangan harus kuat menahan internal pressure maupun

external pressure. Berikut data-data awal perhitungan internal pressure :

Shell internal diameter Di = 2100 mm

Tekanan internal desain P = 0,19 MPa

Temperature desain T = 320 C

Material shell = SUS316

Tegangan yang diijinkan untuk material SUS316 pada temperature desain a = 103
N/mm

Joint efficiency = 1

Berikut adalah hasil perhitungan tebal shell terhadap internal pressure :

t=

0,19 x 2100

2 x 103 x 1 1,2 x 0,19 t = 1,94 mm


Dari hasil perhitungan terhadap internal pressure, didapat minimum thickness shell
1.94mm. Untuk menentukan nominal thickness dinding shell, harus mempertimbangkan
juga perhitungan tebal dinding shell terhadap external pressure.

40

Perhitungan Tebal Shell Terhadap External Pressure

Dalam perhitungan tebal shell terhadap external pressure, akan dilakukan

perhitungan dengan beberapa variasi model yaitu:

Tanpa intermediate stiffening ring

Dengan penambahan 1 buah intermediate stiffening ring

Dengan penambahan 2 buah intermediate stiffening ring

Dengan penambahan 3 buah intermediate stiffening ring

Dengan penambahan 4 buah intermediate stiffening ring

Tebal dinding shell terhadap external pressure akan dihitung secara iterasi dengan
persamaan sebagai berikut :

Pa =
4Bt
Pa P

3Do

Pa : Maximum allowable external working pressure pada minimum thickness dinding


2

shell yang diasumsikan (t) dan pada design temperature (N/mm )


2

: Tekanan external desain (N/mm )

B : Nilai yang didapat dari external pressure chart pada annex E gambar 10 untuk
0

material dinding shell yang direncanakan, pada design temperature 320 dan pada nilai
2

A (N/mm )

A : Nilai yang didapat dari external pressure chart pada annex E gambar 10 untuk
material dinding shell yang direncanakan, pada design temperature dan pada nilai A
2

(N/mm )

: Modulus elastisitas material shell pada temperature desain (N/mm )

: Panjang desain pada dinding shell dan merupakan jarak antara titik tumpu

(mm)

Do : Diameter luar dari shell (mm)

: Tebal minimum dinding shell yang diasumsikan (mm)

: Desain temperature ( C)

Apabila nilai Pa kurang dari nilai P, atau jauh melebihi nilai P, maka harus dilakukan
iterasi (pengulangan) dengan merubah nilai asumsi minimum thickness shell sehingga
mendapatkan nilai Pa yang lebih besar tetapi mendekati dari nilai P.

41

Berikut adalah perhitungan tebal dinding shell terhadap external pressure untuk masingmasing variasi.

Perhitungan Tebal Shell Tanpa Intermediate Stiffening Ring

Geometri dari variasi shell tanpa intermediate stiffening ring adalah seperti

gambar berikut.

Gambar 4.2 Effective supported length pada kondisi tanpa intermediate stiffening ring
(Ref; PT. HMX) [Lampiran 1]

Dari gambar 4.2 diatas,

Effective supported length

Diameter luar shell

L = 2450 mm

Do = 2146 mm

Asumsi minimum thickness

t = 21,8 mm

Dari data diatas, maka dihitung L/Do dan Do/t sebagai berikut, L/Do = 2450/2146 = 1,14

Do/t = 2150 / 21,8 = 98,49

Dari nilai L/Do dan Do/t yang didapat, selanjutnya dicari nilai A pada external pressure
chart E.9 sebagai berikut:

42

Grafik 4.1 Nilai A pada L/Do = 1,14 dan Do/t=98,49 (Ref; JIS B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.9 diatas, setelah dilakukan interpolasi didapat nilai A =
0,0012. Dari nilai A yang didapat, selanjutnya dicari nilai B pada external pressure
chart E.10 (7) dibawah,

Grafik 4.2 Nilai B pada nilai A = 0,0012 dan temperatur desain 320 C (Ref; JIS B8265
2010) [2]

43

Dari external pressure chart E.10 (7) diatas, untuk nilai A = 0,0012 dan temperatur
0

desain 320 C setelah dilakukan interpolasi didapat nilai B = 57,7 N/mm .

Dari data diatas external pressure yang diijinkan untuk asumsi minimum thickness t =
21,8 bisa dihitung dengan persamaan berikut :

Pa =
4Bt

Pa P

3Do

Pa = 4 x 57,7 x 21.8

3 x 2146

Pa = 0,7809 MPa

Periksa Pa
P, maka 0,7809 MPa 0,78 MPa

Karena Pa
P, maka asumsi minimum thickness t = 21,8 mm aman.

Pada desain vessel yang lama, nominal thickness yang dipakai adalah 23mm sehingga
dinyatakan aman.

4.3.2

Perhitungan Tebal Shell Dengan 1 Intermediate Stiffening Ring

Panjang antar tumpuan (L) pada shell dengan 1 intermediate stiffening ring dibuat
sama seperti gambar berikut.

Gambar 4.3 Effective supported length dengan variasi 1 intermediate stiffening ring

44

Pada variasi penambahan 1 buah intermediate stiffening ring ini data-data untuk
perhitungan tebal terhadap external pressure adalah sebagai berikut:
Effective supported length
L
= 1222 mm
Diameter luar shell
Do
= 2140 mm
Asumsi minimum thickness
t
= 19,2 mm

Dari data diatas, maka dihitung L/Do dan Do/t sebagai berikut, L/ Do = 1222 /
2140 = 0,57

Do /t = 2146 / 19,2 = 111,9

Dari nilai L/ Do dan Do/t yang didapat, selanjutnya dicari nilai A pada external
pressure chart E.9 sebagai berikut:

Grafik 4.3 Nilai A pada L/Do = 0,57 dan Do/t=111,9

(Ref; JIS B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.9 diatas, setelah dilakukan interpolasi didapat
nilai A = 0,002. Dari nilai A yang didapat, selanjutnya dicari nilai B pada
external pressure chart E.10 (7) dibawah,

45

Grafik 4.4 Nilai B pada nilai A = 0,002 dan temperatur desain 320 C (Ref; JIS
B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.10 (7) diatas, untuk nilai A = 0,002 dan
0

temperatur desain 320 C setelah dilakukan interpolasi didapat nilai B = 65,5


2

N/mm .

Dari data diatas external pressure yang diijinkan untuk asumsi minimum
thickness t = 19,2 bisa dihitung dengan persamaan berikut :
Pa =
4Bt

Pa P

3Do

Pa = 4 x 65.5 x 19.2

3 x 2140

Pa = 0,7804 MPa

Periksa Pa
P, maka 0,7804 MPa 0,78 MPa

Karena Pa
P, maka asumsi minimum thickness t = 19,2 mm aman.

Pada desain vessel dengan variasi 1 intermediate stiffening ring , nominal


thickness yang dipakai adalah 20 mm.

Perhitungan Tebal Shell Dengan 2 Intermediate Stiffening Ring

Effective supported length (L) pada shell dengan 2 intermediate stiffening

ring dibuat sama seperti gambar berikut.

Effective supported length

Diameter luar shell Asumsi minimum tebal


Rasio L/Do = 814.67/2138 = 0,38 Rasio Do /t = 2138/17,9 = 119,84
46

Gambar 4.4 Effective supported length pada kondisi tanpa intermediate stiffening ring

Pada variasi penambahan 2 buah intermediate stiffening ring ini data-data untuk
perhitungan tebal terhadap external pressure adalah sebagai berikut:

L = 814.67 mm Do = 2138 mm t = 17,9 mm

Dari nilai L/Do dan Do/t yang didapat, selanjutnya dicari nilai A pada external pressure
chart E.9 sebagai berikut:

47

Grafik 4.5 Nilai A pada L/Do = 0,38 dan Do/t=119,9


(Ref; JIS B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.9 diatas, setelah dilakukan interpolasi didapat
nilai A = 0,003. Dari nilai A yang didapat, selanjutnya dicari nilai B pada
external pressure chart E.10 (7) dibawah,

Grafik 4.6 Nilai B pada nilai A = 0,003 dan temperatur desain 320 C (Ref; JIS
B8265 2010) [2]

48

Dari external pressure chart E.10 (7) diatas, untuk nilai A = 0,003 dan temperatur
0

desain 320 C setelah dilakukan interpolasi didapat nilai B = 70,4 N/mm .

Dari data diatas external pressure yang diijinkan untuk asumsi minimum thickness t =
17,9 mm bisa dihitung dengan persamaan berikut :

Pa =
4Bt

Pa P

3Do

Pa = 4 x 70,4 x 17,9

3 x 2138

Pa = 0,782 MPa

Periksa Pa
P, maka 0,782 MPa 0,78 MPa

Karena Pa
P, maka asumsi minimum thickness t = 17,9 mm aman.

Pada desain vessel dengan variasi 2 intermediate stiffening ring, nominal thickness
yang dipakai adalah 19mm.

Perhitungan Tebal Shell Dengan 3 Intermediate Stiffening Ring

Effective supported length (L) pada shell dengan 3 intermediate stiffening

ring dibuat sama seperti gambar berikut.

Gambar 4.5 Effective supported length dengan variasi 3 intermediate stiffening ring

49

Pada variasi penambahan 3 buah intermediate stiffening ring ini data-data untuk
perhitungan tebal terhadap external pressure adalah sebagai berikut:
Effective supported length
L
= 611 mm
Diameter luar shell
Do
= 2136 mm
Asumsi minimum thickness
t
= 17,1 mm

Rasio L/Do = 611/2136 = 0,29

Rasio Do/t = 2136/17,1 = 125,4

Dari nilai L/Do dan Do/t yang didapat, selanjutnya dicari nilai A pada external
pressure chart E.9 sebagai berikut:

Grafik 4.7 Nilai A pada L/Do = 0,29 dan Do/t=125,4


(Ref; JIS B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.9 diatas, setelah dilakukan interpolasi didapat
nilai A = 0,0038. Dari nilai A yang didapat, selanjutnya dicari nilai B pada
external pressure chart E.10 (7) dibawah,

50

Grafik 4.8 Nilai B pada nilai A = 0,0038 dan temperatur desain 320 C (Ref; JIS
B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.10 (7) diatas, untuk nilai A = 0,0038 dan
0

temperatur desain 320 C, setelah dilakukan interpolasi didapat nilai B = 73,4


2

N/mm .

Dari data diatas external pressure yang diijinkan untuk asumsi minimum
thickness t = 17,1 mm bisa dihitung dengan persamaan berikut :
Pa =
4Bt

Pa P

3Do

Pa = 4 x 74,4 x 17,1

3 x 2136

Pa = 0,7808 MPa

PeriksaPa

P, maka 0,7808 MPa 0,78 MPa

KarenaPa
P, maka asumsi minimum thickness t = 17,1 mm aman.

Pada desain vessel dengan variasi 3 intermediate stiffening ring, nominal


thickness yang dipakai adalah 18mm.

51

Perhitungan Tebal Shell Dengan 4 Intermediate Stiffening Ring

Effective supported length (L) pada shell dengan 4 intermediate stiffening

ring dibuat sama seperti gambar berikut.

Gambar 4.6 Effective supported length dengan variasi 4 intermediate stiffening ring

Pada variasi penambahan 4 buah intermediate stiffening ring ini data-data untuk
perhitungan tebal terhadap external pressure adalah sebagai berikut:
Effective supported length
L
= 488,8 mm
Diameter luar shell
Do
= 2134 mm
Asumsi minimum thickness
t
= 16,65 mm
Rasio L/Do = 488,8/ 2134 = 0,23

Rasio Do/t = 2134 / 16,65 = 128,2

Dari nilai L/Do dan Do/t yang didapat, selanjutnya dicari nilai A pada external
pressure chart E.9 sebagai berikut:

52

Grafik 4.9 Nilai A pada L/Do = 0,23 dan Do/t=128,8


(Ref; JIS B8265 2010) [2]

Dari external pressure chart E.9 diatas, setelah dilakukan interpolasi didapat
nilai A = 0,0047. Dari nilai A yang didapat, selanjutnya dicari nilai B pada
external pressure chart E.10 (7) dibawah,

Grafik 4.10 Nilai B pada nilai A = 0,0012 dan temperatur desain 320 C (Ref; JIS
B8265 2010) [2]

53

Dari external pressure chart E.10 (7) diatas, untuk nilai A = 0,0047 dan temperatur
0

desain 320 C setelah dilakukan interpolasi didapat nilai B = 75,34 N/mm .

Dari data diatas external pressure yang diijinkan untuk asumsi minimum thickness t =
16,65 mm bisa dihitung dengan persamaan berikut :

Pa =
4Bt

Pa P

3Do

Pa = 4 x 75,34 x 16,65

3 x 2134

Pa = 0,783 MPa

PeriksaPa
P, maka 0,783 MPa 0,78 MPa

KarenaPa
P, maka asumsi minimum thickness t = 16,65mm aman.

Pada desain vessel dengan variasi 4 intermediate stiffening ring , nominal thickness
yang dipakai adalah 17mm.

Simulasi Finite Element

Langkah selanjutnya, setelah mengetahui dimensi masing-masing part yang akan

dianalisis, yaitu shell, intermediate stiffening ring , dan jacket closure; maka akan
dilakukan simulasi finite element untuk buckling study pada setiap variasi desain.
Simulasi dilakukan terhadap dinding shell terhadap tekanan external pressure sebesar
0,78MPa dan temperature desain 320C.
Simulasi adalah membandingkan kondisi pemodelan rancangan dengan kondisi actual
menggunakan bantuan software. Pemodelan adalah pembuatan desain dengan bentuk
3D yang mewakili dengan kondisi actual menggunakan software desain.

Konstruksi setiap variasi desain akan dilakukan dengan metode simulasi buckling study
sehingga bisa diketahui nilai Buckling Load Factor (BLF) nya dalam menahan external
0

pressure 0,78MPa pada design temperature 320 C. Nilai BLF yang didapat kemudian
diinterpretasikan mengacu kepada table Buckling status

54

Pemodelan dan Buckling Simulation Jacketed Vessel Tanpa Intermediate


Stiffening Ring

Berikut adalah pemodelan desain Jacketed vessel awal sebelum dilakukan

penambahan intermediate stiffening ring menggunakan software Solidwork 2012:

Gambar 4.7 Desain Jacketed vessel sebelum penambahan Intermediate stiffening


ring

Langkah setelah melakukan pemodelan adalah melakukan proses simulasi


terhadap gaya yang bekerja dengan menggunakan bantuan software Solidwork
2012. Bagian jacketed vessel yang disimulasikan hanya shell, jacket dan jacket
closure, karena merupakan bagian kritis yang menentukan kegagalan konstruksi.

Berikut adalah pemberian gaya yang bekerja pada jacketed vessel :

Gambar 4.8 Pemberian external pressure pada jacketed vessel tanpa intermediate
stiffening ring

55

Gambar 4.9 Pemberian temperature load pada jacketed vessel tanpa intermediate
stiffening ring

Berikut adalah pemberian fixture load yang bekerja pada jacketed vessel, yaitu
pada ujung panjang shell yang terbebani external pressure:

Gambar 4.10 Pemberian fixture load pada jacketed vesseltanpa intermediate


stiffening ring

56

Setelah mendefiniskan kondisi gaya dan penumpunya, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan proses simulasi, namun sebelumnya dilakukan pembuatan mesh
atau meshing element, agar kondisi simulasi mendekati kondisi aktual. Berikut
adalah hasil pembuatan meshing element :

Gambar 4.11 Pembuatan meshing element pada jacketed vesseltanpa intermediate


stiffening ring

Seluruh persiapan sudah terdefiniskan, maka dapat dilakukan proses simulasi


dengan menggunakan software Solidwork 2012. Berikut adalah hasil simulasi
buckling dari jacketed vessel :

Gambar 4.12 Buckling Load Factor yang terjadipada jacketed vessel tanpa
intermediate stiffening ring

57

Dari hasil simulasi didapatkan nilai Buckling Load Factor sebesar 7,54. Melihat
dari tabel perbandingan Buckling Load Factor dan Buckling Status, maka
Buckling tidak akan terjadi. Buckling tepat akan terjadi bila diaplikasikan pressure
sebesar design pressure 0,78MPa x BLF 7,54 = 5,88 MPa.

Pemodelan dan Buckling Simulation Jacketed Vessel Dengan 1 Intermediate


Stiffening Ring

Berikut adalah pemodelan desain Jacketed vessel dengan penambahan 1

buah intermediate stiffening ring menggunakan software Solidwork 2012:

Gambar 4.13 Desain Jacketed vessel dengan penambahan 1 Intermediate


stiffening ring

Langkah setelah melakukan pemodelan adalah melakukan proses simulasi


terhadap gaya yang bekerja dengan menggunakan bantuan software Solidwork
2012. Bagian jacketed vessel yang disimulasikan hanya shell, jacket dan jacket
closure, karena merupakan bagian kritis yang menentukan kegagalan konstruksi.
Berikut adalah pemberian gaya yang bekerja pada jacketed vessel :

58

Gambar 4.14 Pemberian external pressure pada jacketed vessel dengan 1


intermediate stiffening ring

Gambar 4.15 Pemberian temperature load pada jacketed vessel dengan 1


intermediate stiffening ring

Berikut adalah pemberian fixture load yang bekerja pada jacketed vessel, yaitu
pada ujung panjang shell dan pada intermediate stiffening ring yang terbebani
external pressure:

59

Gambar 4.16 Pemberian fixture load pada jacketed vessel dengan 1 intermediate
stiffening ring
Setelah mendefiniskan kondisi gaya dan penumpunya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan proses simulasi, namun sebelumnya dilakukan pembuatan
mesh atau meshing element, agar kondisi simulasi mendekati kondisi aktual.
Berikut adalah hasil pembuatan meshing element :

Gambar 4.17 Meshing element pada jacketed vessel dengan 1 intermediate


stiffening ring

60

Berikut adalah hasil simulasi buckling dari jacketed vessel :

Gambar 4.18 Buckling Load Factor yang terjadi pada jacketed vessel dengan 1
intermediate stiffening ring
Dari hasil simulasi didapatkan nilai Buckling Load Factor sebesar 13,181. Melihat
dari tabel perbandingan Buckling Load Factor dan Buckling Status, maka
Buckling tidak akan terjadi.Buckling tepat akan terjadi bila diaplikasikan pressure
sebesar design pressure 0,78MPa x BLF 13,181 = 10,28 MPa.

Pemodelan dan Buckling Simulation Jacketed Vessel Dengan 2 Intermediate


Stiffening Ring

Berikut adalah pemodelan desain Jacketed vessel dengan penambahan 2

buah intermediate stiffening ring menggunakan software Solidwork 2012:

61

Gambar 4.19 Desain Jacketed vessel dengan penambahan 2 Intermediate


stiffening ring

Langkah setelah melakukan pemodelan adalah melakukan proses simulasi


terhadap gaya yang bekerja dengan menggunakan bantuan software Solidwork
2012. Bagian jacketed vessel yang disimulasikan hanya shell, jacket dan jacket
closure, karena merupakan bagian kritis yang menentukan kegagalan konstruksi.
Berikut adalah pemberian gaya yang bekerja pada jacketed vessel:

Gambar 4.20 Pemberian external pressure pada jacketed vessel dengan 2


intermediate stiffening ring

62

Gambar 4.21 Pemberian temperature load pada jacketed vessel dengan 2


intermediate stiffening ring
Berikut adalah pemberian fixture load yang bekerja pada jacketed vessel, yaitu
pada ujung panjang shell dan setiap intermediate stiffening ring yang terbebani
external pressure:

Gambar 4.22 Pemberian fixture load pada jacketed vessel dengan 2 intermediate
stiffening ring

63

Setelah mendefiniskan kondisi gaya dan penumpunya, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan proses simulasi, namun sebelumnya dilakukan pembuatan
mesh atau meshing element, agar kondisi simulasi mendekati kondisi aktual.
Berikut adalah hasil pembuatan meshing element :

Gambar 4.23 Pembuatan meshing element pada jacketed vessel dengan 2


intermediate stiffening ring
Seluruh persiapan sudah terdefiniskan, maka dapat dilakukan proses simulasi
dengan menggunakan software Solidwork 2012. Berikut adalah hasil simulasi
buckling dari jacketed vessel :

Gambar 4.24 Buckling Load Factor yang terjadipada jacketed vessel dengan 2
intermediate stiffening ring

64

Dari hasil simulasi didapatkan nilai Buckling Load Factor sebesar 23,345. Melihat
dari tabel perbandingan Buckling Load Factor dan Buckling Status, maka
Buckling tidak akan terjadi. Buckling tepat akan terjadi bila diaplikasikan pressure
sebesar design pressure 0,78MPa x BLF 23,345 = 18,21 MPa.

Pemodelan dan Buckling Simulation Jacketed Vessel Dengan 3 Intermediate


Stiffening Ring

Berikut adalah pemodelan desain Jacketed vessel dengan penambahan 3

buah intermediate stiffening ring menggunakan software Solidwork 2012:

Gambar 4.25 Desain Jacketed vessel dengan penambahan 3 Intermediate


stiffening ring

Langkah setelah melakukan pemodelan adalah melakukan proses simulasi


terhadap gaya yang bekerja dengan menggunakan bantuan software Solidwork
2012. Bagian jacketed vessel yang disimulasikan hanya shell, jacket dan jacket
closure, karena merupakan bagian kritis yang menentukan kegagalan konstruksi.
Berikut adalah pemberian gaya yang bekerja pada jacketed vessel :

65

Gambar 4.26 Pemberian external pressure pada jacketed vessel dengan 3


intermediate stiffening ring

Gambar 4.27 Pemberian temperature load pada jacketed vessel dengan 3


intermediate stiffening ring

Berikut adalah pemberian fixture load yang bekerja pada jacketed vessel, yaitu
pada ujung panjang shell dan setiap intermediate stiffening ring yang terbebani
external pressure:

66

Gambar 4.28 Pemberian fixture load pada jacketed vessel dengan 3 intermediate
stiffening ring

Setelah mendefiniskan kondisi gaya dan penumpunya, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan proses simulasi, namun sebelumnya dilakukan pembuatan
mesh atau meshing element, agar kondisi simulasi mendekati kondisi aktual.
Berikut adalah hasil pembuatan meshing element :

Gambar 4.29 Pembuatan meshing element pada jacketed vessel dengan 3


intermediate stiffening ring

67

Seluruh persiapan sudah terdefiniskan, maka dapat dilakukan proses simulasi


dengan menggunakan software Solidwork 2012. Berikut adalah hasil simulasi
buckling dari jacketed vessel :

Gambar 4.30 Buckling Load Factor yang terjadipada jacketed vessel dengan 3
intermediate stiffening ring

Dari hasil simulasi didapatkan nilai Buckling Load Factor sebesar 39,113. Melihat
dari tabel perbandingan Buckling Load Factor dan Buckling Status, maka
Buckling tidak akan terjadi. Buckling tepat akan terjadi bila diaplikasikan pressure
sebesar design pressure 0,78MPa x BLF 39,113 = 30,51 MPa.

Pemodelan dan Buckling Simulation Jacketed Vessel Dengan 4 Intermediate


Stiffening Ring

Berikut adalah pemodelan desain Jacketed vessel dengan penambahan 4

buah intermediate stiffening ring menggunakan software Solidwork 2012:

68

Gambar 4.31 Desain Jacketed vessel dengan penambahan 4 Intermediate


stiffening ring

Langkah setelah melakukan pemodelan adalah melakukan proses simulasi


terhadap gaya yang bekerja dengan menggunakan bantuan software Solidwork
2012. Bagian jacketed vessel yang disimulasikan hanya shell, jacket dan jacket
closure, karena merupakan bagian kritis yang menentukan kegagalan konstruksi.
Berikut adalah pemberian gaya yang bekerja pada jacketed vessel :

Gambar 4.32 Pemberian external pressure pada jacketed vessel dengan 4


intermediate stiffening ring

69

Gambar 4.33 Pemberian temperature load pada jacketed vessel dengan 4


intermediate stiffening ring

Berikut adalah pemberian fixture load yang bekerja pada jacketed vessel, yaitu
pada ujung panjang shell dan setiap intermediate stiffening ring yang terbebani
external pressure:

Gambar 4.34 Pemberian fixture load pada jacketed vessel dengan 4 intermediate
stiffening ring

Setelah mendefiniskan kondisi gaya dan penumpunya, maka langkah selanjutnya


adalah melakukan proses simulasi, namun sebelumnya dilakukan

70

pembuatan mesh atau meshing element, agar kondisi simulasi mendekati kondisi
aktual. Berikut adalah hasil pembuatan meshing element :

Gambar 4.35 Pembuatan meshing element pada jacketed vessel dengan 4


intermediate stiffening ring
Seluruh persiapan sudah terdefiniskan, maka dapat dilakukan proses simulasi
dengan menggunakan software Solidwork 2012.
Berikut adalah hasil simulasi buckling dari jacketed vessel :

Gambar 4.36 Buckling Load Factor yang terjadipada jacketed vessel dengan 4
intermediate stiffening ring

71

Dari hasil simulasi didapatkan nilai Buckling Load Factor sebesar 75,884. Melihat dari
tabel perbandingan Buckling Load Factor dan Buckling Status, maka Buckling tidak
akan terjadi. Buckling tepat akan terjadi bila diaplikasikan pressure sebesar design
pressure 0,78MPa x BLF 75,884 = 59,2 MPa.

Hasil dan Pembahasan

4.5.1 Reduksi Minimum Thickness Shell Setiap Variasi Desain

Tabel 4.1 Reduksi minimum thickness shell setiap variasi desain

Jumlah intermediate stiffening ring

Effective supported length

(mm)

2450

1222

814,7

611

488,8

Minimum thickness -

internal pressure (mm)

1,94

trin

Minimum thickness -

external pressure (mm)

19,2

21,8

17,9

17,1

16,7

trex

% reduksi minimum

--

11,9%

17,9%

21,6%

23,4%

thickness

Dari hasil perhitungan tebal setiap variasi desain, berkurangnya jarak

Effective supported length karena penambahan intermediate stiffening ring


menghasilkan minimum thickness shell yang lebih kecil dari pada desain awal 21,8 mm.
Reduksi tebal terkecil adalah pada penambahan 1 buah intermediate stiffening ring
sebesar 11,9%, sedangkan reduksi tebal terbesar adalah pada penambahan 4 buah
intermediate stiffening ring yaitu sebesar 23,4%.

4.5.2 Reduksi Nominal Thickness dan Berat Dinding Shell Setiap Variasi

Desain

Selisih atau margin antara nominal thickness shell yang dipilih dengan minimum
thickness hasil perhitungan tidak sama pada setiap variasi desain. Prosentase reduksi
nominal thickness dari desain awal terhadap setiap variasi desain disajikan pada table
berikut.

72

Tabel 4.2 Reduksi nominal thickness dan berat shell setiap variasi desain

Jumlah intermediate stiffening ring

Minimum thickness -

external pressure (mm)

21,8

19,2

17,9

17,1

16,7

trex

Nominal thickness (mm)

23

20

19

18

17

% reduksi nominal

13,04 %

17,39 %

21,74 %

26,08 %

---

thickness

Reduksi berat (kg)

---

415,1

553,2

691,2

829,1

(Lampiran 2)

Dari table diatas, reduksi tebal terkecil adalah pada penambahan 1 buah
intermediate stiffening ring sebesar 13,04% (415,1kg), sedangkan reduksi tebal

terbesar adalah pada penambahan 4 buah intermediate stiffening ring yaitu sebesar
26,08% (829,1kg).
Reduksi material pada setiap variasi desain diatas cukup signifikan, tidak hanya
terbatas pada penghematan cost raw material SUS316, tetapi juga dalam
hubungannya dengan cost pengelasan (consumable dan manhours), transportasi
pengiriman, handling dan lain sebagainya.

Penambahan Material Intermediate Stiffening Ring

Kebutuhan berat intermediate stiffening ring adalah seperti tabel berikut.

Tabel 4.3 Konsumsi material intermediate


stiffening ring pada setiap variasi

desain

Jumlah intermediate stiffening ring

2
3
4

Konsumsi Material SM400B (kg)

(Lampiran 3)

166,4

336,8
511,1
689,5

Di satu sisi pemakaian intermediate stiffening ring mampu mereduksi pemakaian


material shell SUS316 secara signifikan antara 415,1kg ~ 829,1kg. Namun disisi
lain, terjadi penambahan konsumsi material SM400B untuk

73

intermediate stiffening ring yang cukup significant pula, tidak hanya terbatas pada
cost raw material SM400B saja, tetapi juga dalam hubungannya dengan cost
pengelasan (consumable dan manhours), transportasi pengiriman, handling dan
lain sebagainya.

4.5.4 Nilai Buckling Load Factor (BLF) Setiap Variasi Desain

a. Perbandingan BLF dan Nominal Thickness Shell

Tabel 4.4 Perbandingan Buckling Load Factor dan nominal thickness shell pada
setiap variasi desain

Jumlah intermediate stiffening ring

Effective supported

2450

1222

814,7

611

488,8

length (mm) L

Nominal thickness (mm)

23

20

19

18

17

Buckling Load Factor

7,54

13,181

23,345

39,113

75,884

BLF

Bila dibandingkan terhadap reduksi tebal, meskipun terjadi reduksi nominal


thickness shell karena penambahan jumlah intermediate stiffening ring, justru
menghasilkan nilai BLF yang lebih tinggi dari pada desain awal.

Pada desain awal tanpa intermediate stiffening ring, nilai BLF sudah cukup tinggi
yaitu 7,54. Penambahan 1 buah intermediate stiffening ring mampu meningkatkan
nilai BLF menjadi 13,181 (sekitar 2x dari desain awal), dan terbesar adalah
penambahan 4 buah intermediate stiffening ring dengan nilai BLF sebesar 75,884
(sekitar 10x dari desain awal).

74

b. Perbandingan Pa (Allowable External Pressure ) dan BLF

Tabel 4.5 Perbandingan Buckling Load Factor dan Pa pada setiap variasi
desain

Jumlah intermediate stiffening ring

Minimum thickness -

external pressure (mm)

21,8

19,2

17,9

17,1

16,7

tr(ex)

Design external pressure

(MPa)

0,78

Allowable external pressure at

tr(ex) (MPa)

0,781

0,781

0,782

0,781

0,783

Pa

Buckling Load Factor

7,54

13,181

23,345

39,113

75,884

BLF

Bila dibandingkan terhadap nilai Pa (Allowable External Pressure ), pada


perhitungan berdasarkan standard menghasilkan nilai Pa yang relative sama
yaitu 0,781 MPa ~ 0,783 pada setiap variasi desain, tetapi berdasarkan
simulasi finite elemen menghasilkan nilai BLF yang jauh lebih tinggi.
Semakin pendek jarak tumpuan maka semakin besar nilai BLF nya sehingga
ketahanan terhadap buckling lebih tinggi.

c. Buckling Critical Pressure (PCr)

Buckling Critical Pressure (PCr) merupakan merupakan tekanan kritis yang


akan menyebabkan shell tepat dalam kondisi buckling. Didalam tabel
interpretasi buckling, kondisi buckling pada setiap variasi baru akan terjadi
saat nilai BLF < 1, yaitu kondisi apabila nilai external pressure yang
diberikan lebih besar dari design pressure 0,78 MPa x BLF pada setiap
variasi desain.

75

Tabel 4.6 Buckling Critical Pressure pada setiap variasi desain

Jumlah intermediate stiffening ring

Design external pressure (MPa)

0,78

Buckling Load Factor

7,54

13,181

23,345

39,113

75,884

BLF

Buckling Critical pressure (MPa)

5,88

10,28

18,21

30,51

59,12

PCr = P x BLF

Yield Stress SUS316 at 320 C

129

(MPa)

Dari tabel diatas, nilai PCr pada setiap variasi pemakaian ring masih jauh
dibawah nilai yield strength dari material shell pada desain temperature 320
yaitu 129 MPa.

Anda mungkin juga menyukai