Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III)


DUSUN MATTARODECENG DESA BONTOMANAI
KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2016

POSKO XLIV

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan Tiga (PBL III)
yang dilaksanakan di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Selama 11 Hari Mulai Tanggal 3 sampai
dengan

13

Februari

2016

oleh

mahasiswa

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.


Mattarodeceng, 10 Februari 2016
Menyetujui;
Plh. Kepala Desa Bontomanai
Kepala Dusun Mattarodeceng

Muhammad Yusuf

H. Andi Syarifuddin
Disetujui Oleh;
Pembimbing Institusi

1. Sahdan Mustari, SKM, M.Kes.

(........................................ )

2. Andika Eka Putra , SKM, MM.

(........................................ )

3. Ekaria Akib, SKM, M. Kes.

(........................................ )

4. Abd. Rahman, SKM, M. Kes.

(........................................ )

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia Timur

Drs. H. Sukardi Pangade, SKM, M.Kes.

PENGESAHAN
DAFTAR NAMA PESERTA PENGALAMAN BELAJAR TIGA (PBL III)
FKM UIT POSKO XLIV DI DUSUN MATTARODECENG DESA
BONTOMANAI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN
BULUKUMBA PROPINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2016

NO.

NAMA

NIM

KELAS

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

MAHMUD RIZAL
MARTINUS TEDIWIJAYA
MARWAN
ALOYSIUS GOLAN
ELISABETH YUSRINAWATI
BADRIANA BADAWI
YOANITA MAILOA
A. FIRMAN
SADDANG
MUANMAR
RISKY

13.101.153
13.101.280
13.101.079
13.101.226
13.101.200
13.101.457
13.101.058
13.101.528
13.101.118
14.101.096
13.101.504

B5 KL/KK
B5 KL/KK
B5 KL/KK
B5 KL/KK
B5 AKK
B5 AKK
B5 AKK
B5 AKK
B5 AKK
B5 AKK
B5 KL/KK

TTD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Mattarodeceng, 10 Februari 2016


Menyetujui;
Plh. Kepala Desa Bontomanai

Koordinator Pembimbing

Muhammad Yusuf, SE

Muhammad Syafri, SKM, M.Kes.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat


dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
laporan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan Tiga (PBL III) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur yang berlokasi di
Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Desa Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan PBL III ini berlangsung selama 11 hari yang dimulai pada
tanggal, 3 sampai dengan 13 Februari 2016 yang beranggotakan
sebanyak 11 orang. Kegiatan ini merupakan suatu proses pembelajaran
untuk biasa bekerjasama dengan tim dan bagi tiap individu agar lebih
profesionalis dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat yang di lakukan
secara bertahap.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, namun kami telah berusaha semaksimal
mungkin

agar laporan

ini menjadi sumber informasi bagi yang

memerlukan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dalam pembuatan laporan berikutnya.
Dangan

selesainya

laporan

PBL

mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak Bupati Kabupaten Bulukumba
2. Bapak Camat Rilau Ale

III

kami

ini

tidak

lupa

3. Bapak Kepala Desa Bontomanai


4. Bapak Kepala Dusun Mattarodeceng
5. Bapak Ketua RT/RW Dusun Mattarodeceng
6. Bapak Imam Dusun Mattarodeceng
7. Pengurus PKK Dusun Mattarodeceng
8. Seluruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda dan
masyarakat Dusun Mattarodeceng
9. Bapak Rektor Universitas Indonesia Timur
10. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Timur
11. Pembimbing yang banyak membantu dan memberikan saran yang
sifatnya membantu
12. Teman-teman Peserta PBL III Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia Timur
Semoga amal bakti dan bantuannya dapat diterima disisi Allah
SWT dan laporan ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Desa Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Propinsi Sulawesi Selatan.

Mattarodeceng, 10 Februari 2014

POSKO XLIV

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

ii

DAFTAR NAMA PESERTA PBL III ......................................................

iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

iv

DAFTAR ISI ............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................

B. Maksud dan Tujuan PBL III ....................................................

11

C. Manfaat PBL III ......................................................................

11

BAB II GAMBARAN UMUM DUSUN MATTARODECENG


A. Keadaan Geografis dan Demografis ......................................

13

1. Keadaan Geografis ............................................................

13

2. Keadaan Demografis .........................................................

14

B. Status Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama............................

14

1. Keadaan Ekonomi ..............................................................

14

2. Sarana Sosial dan Budaya ................................................

15

3. Sarana Transportasi ..........................................................

15

4. Sarana Komunikasi dan Informasi ......................................

15

5. Agama & Suku ..................................................................

16

6. Status Kesehatan ...............................................................

16

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


A. Base Line Data (Evaluasi).......................................................

18

1. Metode Rapid Survei .........................................................

18

2. Data Keluarga....................................................................

20

3. Data Statistik Vital..............................................................

24

B. Hasil Evaluasi Program...........................................................

27

C. Pembahasan...........................................................................

32

1. Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah .....................

32

2. Kepemilikan Jamban .........................................................

33

3. Pengetahuan Gizi ..............................................................

34

D. Faktor Pendukung dan Penghambat.......................................

35

1. Faktor Pendukung .............................................................

35

2. Faktor Penghambat ...........................................................

35

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................

37

B. Saran.............................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor
1

Halaman
Distribusi Jenis Kelamin Penduduk di Dusun Mattarodeceng
Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016................

14

Distribusi 10 Jenis Penyakit Utama di Wilayah Kerja Pustu


Bontomanai di Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

17

Distribusi Jenis Kelamin Kepala Keluarga di Dusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

20

Distribusi Kelompok Umur Kepala Keluarga di Dusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

21

Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

22

Distribusi Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga di Dusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

23

Distribusi Kelahiran Penduduk Satu Tahun Terakhir


Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016...................................

24

Distribusi Kesakitan Penduduk 3 Bulan TerakhirDusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

24

10

11

12

13

14

Distribusi Kematian Penduduk Satu Tahun Terakhir


Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016...................................

25

Distribusi Kematian Penduduk Berdasarkan Penyebab


Kematian di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2016 ................................................

26

Distribusi Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah di


Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau
Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

28

Distribusi Kepemilikan Jamban Kepala Keluarga di Dusun


Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

29

Distribusi Kondisi Jamban Keluarga di


Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016 ........................................................................................

30

Distribusi Pengetahuan Gizi di Dusun Mattarodeceng Desa


Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016...................................

31

DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh Lembaran Kuesioner


2. Struktur Organisasi
3. Frame Work
4. Plan Of Action (POA)
5. Time Schedule
6. Mapping
7. Daftar Piket
8. Daftar Absensi
9. Tata Tertib
10. Dokumentasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Riskesdas adalah riset berbasis komunitas dengan tingkat
keterwakilan kabupaten/kota, yang menyediakan informasi kesehatan
dasar termasuk biomedis dengan menggunakan sampel Susenas Kor.
Riskesdas mencakup sampel yang lebih besar dari survei-survei
kesehatan sebelumnya, dan mencakup aspek kesehatan yang lebih
luas (Riskesdas, 2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
merupakan salah satu wujud dasar dari 4 (empat) grand strategi
Departemen

Kesehatan,

yaitu

berfungsinya

sistem

informasi

kesehatan yang evidence-based melalui pengumpulan data dasar dan


indikator kesehatan yang dihasilkan berupa antara lain status
kesehatan dan faktor penentu kesehatan yang bertumpu pada konsep
Henrik Blum, mengintrepetasikan gambaran wilayah nasional, provinsi
dan kabupaten/kota.
Hasil

Riskesdas

2007

tentang

pembuangan

sampah

persentase nasional rumah tangga yang tidak ada penampungan


sampah

dalam

rumah

adalah

72,9%.

Sebanyak

20

provinsi

mempunyai persentase rumah tangga yang tidak ada penampungan


sampah dalam rumah diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,


Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan
Papua. Presentase rumah tangga menurut jenis penampungan
sampah di sulawesi selatan sendiri baik tempat penampungan
sampah yang berada dalam rumah ataupun diluar rumah yakni yang
bersifat tertutup (7,2%), terbuka (27,0%), tidak ada (65,9%) di
kabupaten Bulukumba sendiri tertutup (11,7%), terbuka ( 39,4%), dan
tidak ada (48,9%).
Data pembuangan sampah yang ada dalam Riskesdas 2010 ini
adalah cara pembuangannya. Dikategorikan baik apabila rumah
tangga pembuangannya diambil petugas, dibuat kompos dan dikubur
dalam tanah. Sedangkan bila dibakar, dibuang ke sungai atau
sembarangan dikategorikan kurang baik. Menurut tempat tinggal, di
perkotaan cara penanganan sampah yang menonjol adalah dengan
cara diangkut petugas (42,9%), sedangkan di perdesaan yang paling
umum adalah dengan cara dibakar (64,1%). Baik di perkotaan (0,5%)
maupun

perdesaan

(1,7%),

hanya

sedikit

yang

penanganan

sampahnya dibuat kompos.


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan riset
berbasis komunitas berkala sejak tahun 2007 yang mengumpulkan
data dasar dan indikator kesehatan yang menginterpretasikan
gambaran wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Indikator
yang dihasilkan antara lain status kesehatan dan faktor penentu

kesehatan yang bertumpu pada konsep Henrik Blum. Pertanyaan


penelitian yang menjadi dasar pengembangan Riskesdas 2013
adalah: Dalam hal pengelolaan sampah RT umumnya dilakukan
dengan cara dibakar (50,1%) dan 24,9 % diangkut oleh petugas.
Cara pengelolaan sampah, hanya 24,9% rumah tangga di
Indonesia yang pengelolaan sampahnya diangkut oleh petugas.
Sebagian besar rumah tangga mengelola sampah dengan cara
dibakar (50,1%), ditimbun dalam tanah (3,9%), dibuat kompos (0,9%),
dibuang ke kali/parit/laut (10,4%), dan dibuang sembarangan (9,7%).
Cara lainnya ditimbun dalam tanah, dibuat kompos, dibuang ke
kali/parit/laut dan dibuang sembarangan. Lima provinsi dengan
proporsi RT yang mengelola sampah dengan cara dibakar tertinggi
adalah Gorontalo (79,5%), Aceh (70,6%), Lampung (69,9%), Riau
(66,4%), dan Kalimantan Barat (64,3%).
Data fasilitas buang air besar meliputi penggunaan atau
pemilikan fasilitas buang air besar dan jenis jamban yang digunakan,
Data ini diambil dari data rumah tangga Kor Susenas 2007, rumah
tangga yang menggunakan/memiliki jamban sendiri sebesar 58,4%,
hampir sama dengan angka nasional (58,9%), Dibandingkan dengan
hasil Susenas 2004, angka nasional mengalami penurunan sebesar
1,5% (tahun 2004 sebesar 60,4%), Cakupan penggunaan jamban
sendiri menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita. Persentase rumah tangga yang

menggunakan jamban sendiri di perkotaan lebih tinggi (71,8%)


dibandingkan

dengan

di

perdesaan

(52,1%),

Menurut

tingkat

pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin


tinggi tingkat pengeluaran semakin tinggi proporsi yang menggunakan
jamban sendiri, rumah tangga di Sulawesi Selatan yang menggunakan
jamban jenis leher angsa sebesar 76,5%, lebih baik dari angka
nasional (68,9%), Dibandingkan dengan data tahun 2004 angka
nasional sebesar 49,3%, penggunaan jamban saniter ini mengalami
peningkatan yang signifikan, Proporsi penggunaan tempat buang air
besar bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah
tangga per kapita. Proporsi rumah tangga yang menggunakan jamban
jenis leher angsa lebih tinggi di perkotaan (90,5%) dibandingkan
dengan di perdesaan (66,7%), Menurut tingkat pengeluaran rumah
tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pengeluaran

rumah

tangga

per

kapita

semakin

tinggi

yang

menggunakan jamban jenis leher angsa, dapat dilihat rumah tangga di


Sulawesi Selatan dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar
44,8%, sedikit lebih tinggi dari angka nasional, kabupaten Bulukumba
sendiri jenis tempat buang air besar memiliki persentasi leher angsa
sebnayak (94%), plensengan (61%) cubluk (33%), tidak pakai (80%).
Proporsi rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher
angsa lebih tinggi di perkotaan (90,5%) dibandingkan dengan di
perdesaan (66,7%), Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per

kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah


tangga per kapita semakin tinggi yang menggunakan jamban jenis
leher angsa. Presentasi menurut penggunaan fasilitas Buang Air
Besar khusus di sulawesi selatan yakni sendiri (58,4 %), bersama
(12,6 %), umum (1,6 %) dan tidak ada (27,4).sedangkan persentasi
menurut penggunaan di kabupaten Bulukumba ialah sendiri (74,5%),
bersama (11,0%), umum (0 %), tidak ada sebanyak (14,4).
Menurut Joint Monitoring Program WHO/Unicef, akses sanitasi
disebut baik bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan
kotoran sendiri dengan jenis sarana jamban leher angsa, Berdasarkan
kriteria tersebut, pada tabel 3,169 dapat dilihat rumah tangga di
Sulawesi Selatan dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar
44,8%, sedikit lebih tinggi dari angka nasional. Untuk pembuangan
akhir tinja, data diambil dari Kor Susenas 2007, Tempat pembuangan
akhir tinja dikategorikan saniter adalah bila menggunakan jenis
tangki/sarana pembuangan air limbah (SPAL), Di Sulawesi Selatan,
proporsi rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir tinja
menggunakan tangki/SPAL (saniter) sebesar 53,1%, sisanya dibuang
ke sungai/laut, lobang tanah, kolam/sawah, dan pantai/tanah, (Tabel
3,172)

Proporsi

rumah

tangga

dengan

penggunaan

tempat

pembuangan akhir tinjanya jenis tangki/SPAL (saniter) bervariasi


menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per
kapita.

Proporsi rumah tangga yang menggunakan tangki/SPAL


sebagai tempat pembuangan akhir tinja dua kali lebih tinggi di
perkotaan (82,5%) dibandingkan dengan di perdesaan

(39,3%),

Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita,


ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga
per kapita semakin tinggi proporsi yang menggunakan tangki/SPAL.
Presentase rumah tangga meenurut tingkat pembuangan akhir tinja di
sulawesi selatan sendiri yakni bersifat tangki (53,1%), kolam (8,4%),
sungai (8,4%), lobang (18,4%), pantai (16,8%), dan lainnya (1,8%).
sedangkan di kabupaten Bulukumba sendiri yakni tangki (44,5%),
kolam (0,2%), sungai (6,7%), lobang (41,1%), pantai (7,1 %) dan
lainnya sebanyak (0,5%).
Pembuangan tinja (tempat buang air besar/BAB) yang dalam
nomenklatur

MDGs

sebagai

sanitasi

meliputi

jenis

pemakaian/penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang


digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan
MDGs 2010, kriteria akses terhadap sanitasi layak

adalah bila

penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau


bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana
pembuangan air limbah atau SPAL. Sedangkan kriteria yang
digunakan JMP WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat
kriteria,

yaitu

Improved,

Shared,

Unimproved

dan

Open

Defecation. Dikategorikan sebagai Improved bila penggunaan


sarana pembuangan kotorannya sendiri, jenis kloset latrine dan
tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.
Laporan Riskesdas 2013 meliputi penggunaan fasilitas buang
air besar (BAB), jenis tempat buang air besar, tempat pembuangan
akhir tinja, jenis tempat penampungan air limbah, jenis tempat
penampungan sampah, dan cara pengelolaan sampah. Tabel secara
lengkap disajikan dalam Buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Untuk
akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) digunakan
kriteria JMP WHO-Unicef tahun 2006. Menurut kriteria tersebut, rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi Improved
adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar
milik sendiri, jenis tempat buang air besar jenis leher angsa atau
plengsengan, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik.
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di
Indonesia menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri
(76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas umum (4,2%). Lima
provinsi tertinggi untuk proporsi rumah tangga menggunakan fasilitas
BAB milik sendiri adalah Riau (88,4%), Kepulauan Riau (88,1%),
Lampung (88,1%), Kalimantan Timur (87,8%), dan DKI Jakarta
(86,2%). Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia
memiliki fasilitas buang air besar, masih terdapat rumah tangga yang
tidak memiliki fasilitas buang air besar sehingga melakukan buang air

besar sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Lima provinsi rumah


tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar sembarangan
tertinggi adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi
Tengah (28,2%), Papua (27,9%), dan Gorontalo (24,1%) (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan

karakteristik,

proporsi

rumah

tangga

yang

menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri di perkotaan lebih


tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%); sedangkan
proporsi rumah tangga buang air besar di fasilitas milik bersama dan
umum maupun buang air besar sembarangan di perdesaan (masingmasing 6,9%, 5,0%, dan 20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%). Semakin tinggi kuintil indeks
kepemilikan, semakin tinggi juga proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri. Semakin rendah
kuintil indeks kepemilikan. pembuangan akhir tinja rumah tangga di
Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Lima
provinsi dengan proporsi tertinggi untuk rumah tangga dengan
pembuangan akhir tinja berupa tangki septik adalah DKI Jakarta
(88,8%), Bali (84,6%), DI Yogyakarta (82,7%), Bangka Belitung
(81,6%), dan Kepulauan Riau (81,4%). Masih terdapat rumah tangga
dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL,
kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang
tanah, atau ke pantai/kebun). Lima provinsi dengan proporsi

pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik tertinggi adalah Papua


(65,4%), Nusa Tenggara Timur (65,3%), Nusa Tenggara Barat
(49,7%), Sumatera Barat (46,1%), Kalimantan Tengah (44,9%), dan
Sulawesi Barat (44,1%). Tangki septik di perkotaan lebih tinggi
(79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%). Semakin tinggi kuintil indeks
kepemilikan, proporsi rumah tangga dengan pembuangan tinja ke
tangki septik juga semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kuintil
indeks kepemilikan; proporsi rumah tangga yang tidak menggunakan
tangki septik semakin tinggi (Riskesdas, 2013).
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan
hal baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya
masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini adalah
bertambahnya jumlah penduduk, disamping itu masalah gizi dapat
timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang mencakup aspek-aspek
ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya serta agama. Apabila
pemenuhan kebutuhan tubuh akan makanan tidak dapat diperhatikan
maka tubuh akan menunjukkan beberapa gejala yaitu tubuh menjadi
lesu, kurang bergairah untuk menimbulkan berbagai kegiatan, dan
kondisi yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian
seperti peka akan macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari
nafkah, produktifitas kerja sangat lemah dan lain-lain.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa Proporsi rerata
nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen,

10

tidak tampak perubahan dibandingkan tahun 2007. Perilaku konsumsi


makanan tertentu pada penduduk umur =10 tahun paling banyak
mengonsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan
minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%).
Satu dari sepuluh penduduk mengonsumsi mi instan =1 kali per
hari. Penduduk provinsi yang mengonsumsi mi instan =1 kali per hari
diatas rerata nasional adalah Sulawesi Tenggara (18,4%), Sumatera
Selatan

(18,2%),

Sulawesi

Selatan

(16,9%),

Papua

(15,9%),

Kalimantan Tengah (15,6%), Maluku (14,8%) dan Kalimantan Barat


(14,8%).
Data Riskesdas 2014 menunjukkan bahwa Proporsi rerata
nasional penduduk berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi
45,7%, dengan penduduk propinsi diatas rerata nasional adalah
Sulawesi Utara (61,7%), Sulawesi Selatan (44%), dan DKI Jakarta
(28,8%). Berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi menurut
tempat tinggal, di pedesaan lebih tinggi (46,4%) dibandingkan di
perkotaan (39,9%). Dan klasifikasi tingkat kecukupan energi menurut
jenis kelamin, perempuan lebih tinggi (45,5%) dibandingkan laki-laki
(42,5%).
Proporsi rerata nasional penduduk berdasarkan klasifikasi
tingkat kecukupan protein 36,1%. Proporsi tingkat kecukupan protein
penduduk propinsi paling banyak adalah Papua (67,1%), Sulawesi
Selatan (32,7%), dan Kepulauan Riau (18%). Klasifikasi tingkat

11

kecukupan protein menurut tempat tinggal, di pedesaan lebih tinggi


(46,4%) dibandingkan di perkotaan (39,9%). Dan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menurut jenis kelamin, perempuan lebih tinggi
(36,5%) dibandingkan laki-laki (28,8%).
B. Tujuan PBL III
1. Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan Tiga
(PBL III) ini adalah untuk mengevaluasi prioritas masalah pada
Pengalaman Belajar Lapangan Satu (PBL I).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan evaluasi program bersama dengan masyarakat.
b. Menyiapkan alternatif perbaikan program pada kondisi akhir,
bila program yang dibuat tidak mencapai target/sasaran.
c. Membuat laporan PBL III.
d. Hasil kegiatan diseminarkan di lokasi PBL.
C. Manfaat Kegiatan PBL III
1.

Masyarakat mampu secara mandiri untuk menyelesaikan masalah


kesehatannya.

2.

Peserta PBL mampu bekerja secara tim dalam menyelesaikan


masalah kesehatan.

3.

Tersedianya basis data yang berkaitan dengan kesehatan untuk


mendukung perencanaan yang tepat.

12

4.

Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas Palampang


Kecamatan Rilau Ale dalam pengembangan kebijakan yang
berbasis riset.

5.

Upaya aplikasi Tri Darma Perguruan Tinggi, untuk menumbuhkan


minat pengabdian.

6.

Mampu melakukan evaluasi program dengan cepat dan tepat


sasaran.

13

BAB II
GAMBARAN UMUM DUSUN MATTARODECENG
A. Keadaan Geografis Dan Demografis
1. Keadaan Geografis
Desa

Bontomanai

terletak

di Kecamatan

Rilau

Ale

Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan dan terdiri dari 5


dusun yaitu Dusun Mattarodeceng, Dusun Masowani, Dusun
Bontomanai, Dusun Macinna, dan Dusun Bonto Sumange.
Wilayah kerja posko XLIV adalah Dusun Mattarodeceng
yang berjarak 7 km ibukota kecamatan, dan dari tempat
pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas pembantu) 500 m,
sedangkan jarak dari ibukota kabupaten yaitu Kota Bulukumba
15 km dengan jarak tempuh 15 menit perjalanan.
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Bontomanai sekitar 10.000,4 m2
dan Luas wilayah Dusun Mattarodeceng 2.460 m2 yang terdiri
dari 3 RW dan 10 RT.
b. Batas Wilayah
Dusun

Mattarodeceng

mempunyai

batas

wilayah

sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulolohe
b. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Macinna
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Masowani

13

14

d. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Bontomanai


2. Keadaan Demografis
a. Jumlah Penduduk
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Penduduk di Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Jenis Kelamin

Persentase

Laki-Laki

351

46,2

Perempuan

408

53,8

Jumlah

759

100

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 759 jumlah penduduk
terdapat

jenis

kelamin

laki-laki

sebanyak

46,2%,

dan

perempuan sebanyak 53,8%.


b. Jumlah Kepala Keluarga
Berdasarkan data sekunder Bulan Agustus Tahun 2015
yang diambil dari kantor Desa Bontomanai menunjukkan
bahwa di Dusun Mattarodeceng memiliki 274 kepala keluarga.
Berdasarkan base line data yang kami lakukan di Dusun
Mattarodeceng terdapat 235 kepala keluarga.
B. Status Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama
1. Keadaan Ekonomi
Wilayah Dusun Mattarodeceng banyak dimanfaatkan untuk
lahan pertanian. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mata

15

pencahariannya adalah petani, namun petani merupakan salah


satu profesi yang penghasilannya musiman jadi masyarakat juga
banyak yang menjadi buruh harian. Selain itu ada juga sebagian
kecil masyarakat yang memilih bekerja sebagai TKI dan TKW di
luar negeri.
2. Keadaan Sosial dan Budaya
Sarana sosial budaya yang ada di Dusun Mattarodeceng
adalah sebagai berikut:
a. Sekolah

:2

b. Masjid

:1

c. Pemakaman

:1

d. Posyandu

:1

e. Pasar

:1

3. Sarana Transportasi
Sarana perhubungan transportasi yang biasa digunakan di
Dusun Mattarodeceng adalah sebagai berikut :
a. Sepeda Motor
b. Mobil Pribadi
c. Angkutan Umum
4. Sarana Komunikasi dan Informasi
Adapun sarana komunikasi dan informasi yang biasa
digunakan di Dusun Mattarodeceng adalah: Handphone, Televisi,
Radio, Internet, Surat Kabar.

16

5. Agama dan Suku


Penduduk asli di Dusun Mattarodeceng 100% beragama
Islam. Dusun Mattarodeceng dihuni oleh berbagai macam suku
yaitu Bugis, Makassar, namun ada juga suku lain yang datang
mengadu nasib.
6. Status Kesehatan Masyarakat
Pustu Bontomanai merupakan salah satu pelayanan
kesehatan terdekat yang ada di Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba selain pelayanan kesehatan
lainnya seperti puskesmas, posyandu, dan bidan praktek.
Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu Bontomanai Desa
Bontomanai terdiri dari Pelayanan KIA, Pelayanan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan Lansia, dan Pelayanan kesehatan dasar.
Data

yang

diperoleh

dari

Pustu

Bontomanai

ditampilkan 10 jenis penyakit utama pada tabel di bawah ini:

dapat

17

Tabel 2. Distribusi 10 Jenis Penyakit Utama di Wilayah Kerja


Pustu Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Jenis Penyakit

Frekuensi

Persentase

Influenza

5.442

18,88

Hipertensi

3.878

13,45

Batuk

3.708

12,86

Gangguan Jaringan Lunak Lainnya

3.370

11,69

Demam yang Tak Diketahui Sebabnya

2.968

10,29

Dermatitis dan Eksim

2.766

9,59

Gastritis

2.475

8,58

Penyakit Sistem Pencernaan

2.255

7,82

Artritis

990

3,43

Luka Akibat Kecelakaan

967

3,35

Jumlah

28.819

100,00

Sumber: Data Sekunder, 2015


Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 28.819 penderita 10 jenis
penyakit utama terdapat tertinggi penyakit Influenza sebanyak
18,88%, dan terendah luka akibat kecelakaan sebanyak 3,35%.

18

BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Base Line Data (Evaluasi)
1. Metode Rapid Survei
Untuk

mengetahui

adanya

perubahan

tingkah

laku

masyarakat masalah kesehatan di Dusun Mattarodeceng Desa


Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan, maka kami melakukan Base Line Data kembali
dengan metode Rapid Survei dan observasi selama 2 hari terhitung
sejak tanggal 5 Februari sampai dengan tanggal 6 Februari 2016.
Sebelum kami melakukan pendataan, dari 235 jumlah
kepala keluarga kami membagi klaster sebanyak 30 klaster dan
masing-masing klaster di ambil sebanyak 7 responden untuk di
jadikan sebagai sampel.
Adapun langkah-langkah Rapid Survei yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pertama
a. Pada tanggal 5 Februari 2016 Kami turun ke lapangan cek
lokasi dan melakukan mapping lokasi untuk dusun
Mattarodeceng, setelah itu kami menggambar mapping
hasil survei dan menentukan klaster pertama dan rumah
pertama yang akan kami data.

18

19

b. Kemudian dalam penentuan klaster dengan cara:


1) Titik pusat untuk awal pendataan untuk dijadikan klaster
pertama ialah kantor desa.
2) Penentuan responden pertama, dengan melalui pintu
terdekat antara rumah warga dengan kantor desa yang
dijadikan acuan begitupun seterusnya untuk responden
kedua

dengan

melihat

pintu

terdekat responden

pertama.
3) Selanjutnya

untuk

klaster

kedua

untuk dijadikan

responden pertama kami melihat pintu terdekat dari


rumah responden ke 7 pada klaster pertama dengan
pintu terdekat rumah responden pada klaster ke dua.
4) Dan terakhir jika terdapat persimpangan dilakukan
lempar koin untuk menentukan arah berikutnya.
2. Tahap Kedua
Kami melakukan penginputan data dan membuat
laporan hasil akhir rapid survei di Dusun Mattarodeceng
berdasarkan lembar kuesioner sebagai acuan pengambilan
data mengenai kepemilikan tempat sampah, kepemilikan
jamban, dan pengetahuan gizi

20

2. Data Keluarga
a. Distribusi Jenis Kelamin Kepala Keluarga
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Kepala Keluarga di Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Jenis Kelamin

Persentase

Laki-Laki

169

80,5

Perempuan

41

19,5

Jumlah

210

100

Sumber : Data Primer, 2016.


Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 80,5% dan perempuan
sebanyak 19,5%.

21

b. Kelompok Umur
1. Distribusi Kelompok Umur Kepala Keluarga
Tabel 4. Distribusi Kelompok Umur Kepala Keluarga di Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2016
Kelompok Umur

Persentase

20-29

3,3

30-39

43

20,5

40-49

63

30

50-59

36

17,1

60-69

26

12,4

70-79

25

11,9

80-89

3,3

90

1,4

Jumlah

210

100

(Tahun)

Sumber: Data Primer, 2016.


Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 210 kepala
keluarga terdapat tertinggi kelompok umur

30-39 tahun

sebanyak 20,5%, dan terendah kelompok umur 90 tahun


sebanyak 1,4%.

22

c. Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga


Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di
Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Tingkat Pendidikan

Persentase

Tidak Sekolah

11

5,2

SD

100

47,6

SMP

40

19

SMA

48

22,9

S1

11

5,2

Jumlah

210

100

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tertinggi tingkat pendidikan SD sebanyak 47,6%, dan
terendah tidak sekolah dan S1 masing-masing sebanyak 5,2%.

23

d. Distribusi Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga


Tabel 6.Distribusi Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga di Dusun
Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2016
Jenis Pekerjaan

Persentase

Tidak Bekerja

29

13,8

Petani

94

44,8

Wiraswasta

72

34,3

Honorer

1,9

Karyawan Swasta

PNS

2,4

Pensiunan

1,9

Jumlah

210

100

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tertinggi jenis pekerjaan petani sebanyak 44,8% dan
terendah karyawan swasta sebanyak 2%.

24

3. Data Statistik Vital


a. Distribusi Kelahiran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 7. Distribusi Kelahiran Penduduk Satu Tahun Terakhir
Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Kelahiran 1 Tahun Terakhir
Jenis Kelamin
n

Persentase

Laki-laki

55,6

Perempuan

44,4

Jumlah

100

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam 1 tahun terakhir
dari 9 kelahiran terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 55,6%,
dan perempuan sebanyak 44,4%.
b. Distribusi Kesakitan Penduduk 3 Bulan Terakhir
Tabel 8. Distribusi Kesakitan Penduduk 3 Bulan Terakhir
Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Kesakitan Penduduk

Persentase

Ada

62

29,5

Tidak Ada

148

70,5

Jumlah

210

100

3 Bulan Terakhir

Sumber: Data Primer, 2016

25

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga


terdapat kesakitan penduduk 3 bulan terakhir sebanyak 29,5%,
dan tidak ada sebanyak 70,5%.
c. Distribusi Kematian Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 9. Distribusi Kematian Penduduk Satu Tahun Terakhir
Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Mattarodeceng
Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Kematian 1 Tahun Terakhir
Jenis Kelamin
n

Persentase

Laki-laki

50

Perempuan

50

Jumlah

10

100

Sumber: Data Primer, 2015


Tabel 9 menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir
dari 10 kematian penduduk jenis kelamin laki-laki sebanyak
50%, dan perempuan sebanyak 50%.

26

d. Distribusi Kematian Penduduk Berdasarkan Penyebab


Kematian
Tabel 10. Distribusi Kematian Penduduk Berdasarkan
Penyebab Kematian di Dusun Mattarodeceng
Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan
Tahun 2016
Kematian 1 Tahun Terakhir
Penyebab Kematian
n

Persentase

Sakit

80

Lain-lain

20

Jumlah

10

100

Sumber: Data Primer, 2016.


Tabel 10 menunjukkan bahwa dalam satu tahun
terakhir dari 10 kematian penduduk berdasarkan penyebab
kematian karena sakit sebanyak 80%, dan lain-lain sebanyak
20%.

27

B. Hasil Evaluasi Program


Prioritas masalah yang telah diketahui pada PBL I dilanjutkan
dengan program intervensi pada PBL II di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan, maka langkah selanjutnya pada PBL III adalah
base line data dan survei lapangan kembali (evaluasi program)
bilamana terjadi peningkatan atau tidak pada program yang telah
dilaksanakan sebelumnya di daerah yang sama yaitu wilayah kerja
Posko XLIV di Dusun Mattarodeceng sebagai berikut:

28

1. Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah


Tabel 11. Distribusi Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah di Dusun Mattarodeceng Desa
Bontomanai Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
PBL I

Kepemilikan TPS

PBL III

Persentase

Persentase

Tidak Memiliki

186

88,6

176

83,8

Memiliki

24

11,4

34

16,2

Jumlah

210

100

210

100

Target (%)

80

Tingkat Keberhasilan
(%)

4,8

Sumber: Data Primer, 2016.


Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga terdapat tidak memiliki Tempat
Pembuangan Sampah pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 88,6% dan setelah
dilakukan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan kepemilikan
Tempat Pembuangan Sampah pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak 16,2% dengan
tingkat keberhasilan 4,8%.

29

2. Kepemilikan Jamban
Tabel 12. Distribusi Kepemilikan Jamban Kepala Keluarga di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
PBL I

Kepemilikan Jamban

PBL III

Target (%)

Persentase

Persentase

Tidak Memiliki

37

17,6

23

11

Memiliki

173

82,4

187

89

Jumlah

210

100

210

100

15-80

Tingkat
Keberhasilan (%)

6,6

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga terdapat tidak memiliki jamban pada Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 17,6% dan setelah dilakukan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL II), terdapat peningkatan kepemilikan jamban pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak 89%
dengan tingkat keberhasilan 6,6%.

30

3. Kondisi Jamban Keluarga


Tabel 13. Distribusi Kondisi Jamban Keluarga di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
PBL I

Kondisi Jamban

PBL III

Target (%)

Persentase

Persentase

Tidak memenuhi syarat

39

20,9

30

16

Memenuhi syarat

148

79,1

157

84

Jumlah

187

100

187

100

80

Tingkat
Keberhasilan (%)

4,9

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 187 kepala keluarga terdapat tidak memiliki jamban yang memenuhi
syarat pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 20,9% dan setelah dilakukan intervensi pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan kondisi jamban yang memenuhi syarat pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak 84% dengan tingkat keberhasilan 4,9%.

31

4. Pengetahuan Gizi
Tabel 14. Distribusi Pengetahuan Gizi di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
PBL I

Pengetahuan Gizi

PBL III

Target (%)

Persentase

Persentase

Tidak tahu

67

31,9

46

21,9

Tahu

143

68,1

164

78,1

Jumlah

210

100

210

100

80

Tingkat
Keberhasilan (%)

10

Sumber: Data Primer, 2016


Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga terdapat tidak memiliki pengetahuan gizi pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 31,9% dan setelah dilakukan intervensi pada Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan pengetahuan gizi pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III)
sebanyak 78,1% dengan tingkat keberhasilan 10%.

32

C. Pembahasan
1. Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah
Segala sesuatu yang berasal dari hasil kegiatan manusia
atau hewan bila tidak diinginkan lagi dianggap tak berguna dan
dibuang maka dianggaplah

sebagai sampah. Masalah sampah

merupakan masalah yang dapat mengakibatkan berbagai macam


penyakit dan berbagai macam penyakit dan bencana alam. Akan
tetapi

masyarakat

belum

mengetahui

hal

tersebut

atau

menganggap ini merupakan masalah sepele.


Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 88,6% dan
setelah dilakukan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL II), terdapat peningkatan kepemilikan Tempat Pembuangan
Sampah pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak
16,2% dengan tingkat keberhasilan 4,8%.
Tempat sampah sementara yang memenuhi syarat:
1. Tidak merupakan sumber bau dan lalat dari rumah terdekat.
2. Jarak terhadap rumah terdekat 60 m dan terjauh 200 m.
3. Jarak terhadap sumber air terdekat minimal 75 m.
4. Mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.
Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam rumah atau
di pojok dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi

33

tikus-tikus

sehingga

rumah

banyak

tikus.

Tempat

sampah

sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak


mudah rusak, harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga
atau binatang-binatang lainnya seperti: tikus, ayam, kucing, dan
sebagainya,
dilakukan

ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya


oleh

pemerintah,

tempatkanlah

tempat

sampah

sedemikian rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah


mencapainya. (Indan Entang, 2000). Sampah adalah salah satu
faktor penyebab timbulnya penyakit, oleh karena itu kepemilikan
Tempat Pembuangan Sampah sangat penting bagi masyarakat.
2. Kepemilikan Jamban
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tidak memiliki

jamban pada Pengalaman Belajar

Lapangan (PBL I) sebanyak 17,6% dan setelah dilakukan intervensi


pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan
kepemilikan jamban pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III)
sebanyak 89% dengan tingkat keberhasilan 6,6%.
Kepemilikan jamban merupakan hal yang sangat penting dari
sanitasi

lingkungan,

karena

pembuangan

tinja

yang

tidak

memenuhi persyaratan dapat menyebabkan terjadinya penyakit


menular, pencemaran udara dan lingkungan.
Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut: (Depkes RI, 1995)

34

a. Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang


penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari
sumber air).
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga
maupun tikus.
c. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari
tanah disekitarnya.
Pembuangan kotoran (feces dan urine) yang tidak memenuhi
aturan

memudahkan

terjadinya

penyebaran

Water

Borne

Disease. Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan


kesehatan menurut Ehlers dan Steel adalah: Tidak boleh mengotori
tanah permukaan, tidak boleh mengotori air permukaan, tidak boleh
mengotori air dalam tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga
dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vector
penyakit lainnya, kakus harus terlindung dari penglihatan orang
lain, pembuatannya mudah dan murah. Bangunan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan terdiri atas, rumah kakus, agar
pemakai terlindung, lantai kakus sebaiknya ditembok agar mudah
dibersihkan, slab (tempat kaki memijak waktu si pemakai bongkok),
closet

(lubang

tempat

feces

masuk),

pit

(sumur

tempat

penampungan feces masuk), bidang serapan jarak kakus dengan


sumber air bersih tidak kurang dari 10 m dimaksudkan agar tidak

35

terjadi pencemaran terhadap sumber air tersebut (Indan Entang,


2000).
3. Pengetahuan Gizi
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tidak memiliki pengetahuan gizi pada Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL I) sebanyak 31,9% dan setelah dilakukan intervensi
pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan
pengetahuan gizi pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III)
sebanyak 78,1% dengan tingkat keberhasilan 10%.
Fenomena gizi di Indonesia seperti 54% kematian bayi dan
balita dilatarbelakangi oleh faktor gizi, kekurangan gizi menahun,
KEK pada ibu hamil, anemia gizi pada Lansia serta gizi lebih pada
penduduk kota menjadi alasan mengapa pembentukan Keluarga
Sadar Gizi ini perlu untuk dicanangkan. Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang,
mampu

mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya.

Sasaran utamanya adalah keluarga karena pengambilan keputusan


dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di
tingkat keluarga, masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat
kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan
oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan serta kebersamaan
antarkeluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki
keadaan gizi dan kesehatan.

36

D. Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
Faktor

pendukung

dalam

melakukan

Pengalaman

Belajar

Lapangan Tiga (PBL III) di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai


sebagai berikut :
a. Kerjasama dan respon yang baik dari pemerintah setempat.
b. Kepala Dusun yang telah memberikan kami kesempatan dan
fasilitas dalam melancarkan kegiatan PBL III.
c. Tuan rumah yang memberikan dukungan kepada kami dengan
bersedia rumahnya dijadikan sebagai posko.
d. Perilaku masyarakat Dusun Mattarodeceng yang telah turut
berpartisipasi

dan

mudah

menerima

perubahan

dalam

peningkatan mutu di bidang kesehatan.

2. Faktor Penghambat
Faktor

pendukung

dalam

melakukan

Pengalaman

Belajar

Lapangan Tiga (PBL III) di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai


sebagai berikut :
a. Pada saat melakukan pendataan terdapat beberapa warga yang
tidak ada di rumah.
b. Rasa takut dan malu dari responden untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

37

c. Sulitnya mengumpulkan masyarakat karena kesibukan yang


dilakukan dan juga aktivitas keseharian masyarakat yang padat.
d. Faktor komunikasi sebagian penduduk di Dusun Mattarodeceng
yang kurang fasih dalam menggunakan dan memahami bahasa
Indonesia.
e. Cuaca yang kurang bersahabat sehingga menghambat kegiatan
base line data (evaluasi).

38

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kepemilikan Jamban
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 88,6% dan
setelah dilakukan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL II), terdapat peningkatan kepemilikan Tempat Pembuangan
Sampah pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak
16,2% dengan tingkat keberhasilan 4,8%.
2. Pembuangan Sampah
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat yang memiliki Tempat Pembuangan Sampah pada
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) sebanyak 11,4% dan
setelah dilakukan intervensi pada Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL II), terdapat peningkatan kepemilikan Tempat Pembuangan
Sampah pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III) sebanyak
16,2% dengan tingkat keberhasilan 4,8%.
3. Pengetahuan Gizi
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 210 kepala keluarga
terdapat tidak memiliki pengetahuan gizi pada Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL I) sebanyak 31,9% dan setelah dilakukan intervensi

38

39

pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II), terdapat peningkatan


pengetahuan gizi pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL III)
sebanyak 78,1% dengan tingkat keberhasilan 10%.
B. Saran
1. Bagi kepala keluarga yang belum memiliki tempat pembuangan
sampah diharapkan segera membuat Tempat Pembuangan, dan
memisahkan

sampah

organik

dan

non-organik

dengan

memanfaatkan pekarangan rumah demi terjaminnya kebersihan


lingkungan.
2. Bagi kepala keluarga yang belum memiliki Jamban diharapkan
segera mengadakan pembuatan jamban keluarga yang memenuhi
syarat kesehatan demi terjaminnya kesehatan lingkungan disekitar
kita.
3. Diharapkan bagi kepala keluarga yang sudah memiliki Jamban
agar dapat memelihara dan menjaga kebersihan jamban keluarga.
Demikian laporan hasil kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan
Tiga (PBL III) di Dusun Mattarodeceng Desa Bontomanai Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan selama 12
hari mulai pada tanggal 3 sampai 14 Februari 2016 yang dilakukan
oleh

mahasiswa

Fakultas

Indonesia Timur Makassar.

Kesehatan

Masyarakat

Universitas

40

Besar harapan kami agar laporan ini mendapat perhatian


dari semua pihak guna meningkatkan derajat kesehatan menuju
Indonesia Sehat.

Mattarodeceng, 10 Februari 2016

POSKO XLIV

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, 1996. Pengatur Administrasi Kesehatan.


Askara. Jakarta.

PT. Binapura

Indah, Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Pengelolah PBL. 2010. Pedoman Pelaksanaan PBL, Fakultas Kesehatan
Masyarakat UIT, Makassar.
Riskesdas, 2007. Kesehatan Lingkungan.
Riskesdas, 2010. Kesehatan Lingkungan.
Riskesdas, 2013. Kesehatan Lingkungan.
Riskesdas, 2014. Survei Makanan Individu Studi Diet Total 2014.
Slamet, Juli, Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. UGM. Bandung.

BASE LINE DATA KESEHATAN MASYARAKAT

NO. RESPONDEN : .............. POSKO XLIV DUSUN MATTARODECENG DESA BONTOMANAI


I. DATA KELUARGA
DATA ANGGOTA KELUARGA TERMASUK KK
Umur
No
Nama
L/P
Agama Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
(Thn)

Ket

II. DATA STATISTIK VITAL


A. Selama satu tahun apakah ada kelahiran dalam keluarga ini?
1. ( ) Ya
a. Jumlah: ............................. b. Jenis kelamin L ( )
P( )
2. ( ) Tidak
B. Selama tiga bulan terakhir apakah ada anggota keluarga yang sakit?
1. ( )Ya
2. ( ) Tidak
C. Sebutkan jenis penyakitnyaanggotakeluarga yang sakittersebut (jawaban boleh lebih dari satu)?
1. ( ) Diare
4. ( ) Hepatitis
7. ( ) Demam Berdarah Dengue
2. ( ) Types
5. ( ) ISPA
8. ( )
3. ( ) TBC
6. ( ) Malaria
D. Selama satu tahun terakhir apakah ada anggota keluarga (Sesuai Kartu Keluarga) yang meninggal?
1. ( ) Ya
2. ( ) Tidak
a. Jumlah: ... b. Jenis kelamin L ( ) P ( )
3. Usia ... Bulan/Tahun ( Coret yang tidak perlu )
E. Apa penyebab kematiannya?
1. ( ) Sakit
2. ( ) Kecelakaan
3. ( ) Melahirkan
4. ( ) Lain-lain
III. PENGETAHUAN GIZI
Pilih jawaban yang paling benar dari pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah Bapak/Ibu tahu yang dimaksud dgn zat gizi?
a. ( ) Zat makanan yang berguna bagi kesehatan
b. ( ) Zat makanan sumber tenaga
c. ( ) Zat makanan untuk kelangsungan hidup
2. Sebutkan jenis-jenis zat gizi?
a. ( )Karbohidrat,lemak,protein,vitamin,mineral dan air
b. ( )Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
c. ( ) Karbohidrat, lemak, protein dan vitamin
3. Jenis makanan apa saja yang termasuk menu seimbang?
a. ( ) Nasi, ikan, sayur, buah, dan susu
b. ( ) Nasi, ikan, sayur, buah
c. ( ) Nasi, ikan
4. Penyakit apa saja yg berhubungan dengan gizi:
a. ( ) KKP, Anemia/KEK, GAKY, KVA dan obesitas
b. ( ) KKP, Anemia/KEK, GAKY dan KVA
c. ( ) KKP, anemia/KEK dan GAKY
d. ( ) Tidak tahu

5. Apakah Ibu memberikan ASI pada bayinya?


a. ( ) Ya
b. ( ) Tidak (Lanjut kepertanyaan No. 7)
6. Umur berapa bayi ibu mulai mendapatkan
makanan selain ASI (MP ASI)
a. ( ) 8 bln
c. ( ) >6 bln
b. ( ) <6 bln
d. ( ) Tidak Tahu
7. Jenis makanan apa yang ibu berikan kepada
bayinya?
a. ( ) Susu formula
b. ( ) Susu Kambing
c. ( ) Air Tajin (Air Beras)
d. ( ) Sebutkan

IV. JAMBAN KELUARGA


1. Apakah bapak/ibu memiliki jamban ( observasi)
a. ( ) Ya
b. ( ) Tidak

Jika tidak, lanjut kepertanyaan No. 3 (PembuanganSampah)

2. Bila ya, apakah jamban itu dimanfaatkan?


a. ( ) Ya
b. ( ) tidak
3. Bila tidak, dimana biasanya buang air besar?
a. ( ) Halaman
c. ( ) kebun./sawah
b. ( ) selokan
d. ( )sungai
V. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Apakah bapak/ibu memiliki tempat pembuangan sampah (
observasi)?
a. ( ) Ya (observasi)
b. ( ) Tidak
2. Apakah bapak/ibu tahu manfaat tempat pembuang
sampah?
a. ( ) kebersihan lingkungan
b. ( ) tidak tahu

NAMA PEWAWANCARA :

TANDA TANGAN

4. Jenisjamban
a. ( ) Leherangsa
b. ( ) Cemplung
5. Kondisi jamban ( observasi )
a. ( ) Memenuhi syarat: dinding, fentilasi, atap,
jarak septic tank, 11 M.
b. ( ) Tdk memenuhi syrat, jika tdk sesuai kriteria
diatas.

3. Dimana biasanya ibu membuang sampah?


a. ( ) halaman
c. ( ) Sungai
b. ( ) kebun/sawah
d. ( ) Pantai
4. Jarak tempat pembuangan sampah dengan
sumber air
a. ( ) <10M
b. ( ) 10M

Tanda tangan responden

TATA TERTIB POSKO XLIV


1. Bangun pagi pukul 05.30 dan melaksanakan kewajibannya.
2. Melaksanakan sholat bagi yang muslim.
3. Membersihkan ruangan.
4. Dilarang meninggalkan posko tanpa seizin korpos, serta memakai
almamater kampus.
5. Tanamkan 3 S, Senyum, Salam, dan Sapa bagi semua anggota.
6. Menjaga kebersihan posko dan sekitarnya.
7. Dilarang ribut, terutama pada waktu rapat dan tengah malam.
8. Wajib mengikuti rapat terkecuali ada halangan.
9. Tanamkan rasa persaudaraan.
10. Bila melakukan kesalahan jangan menegur secara langsung pada saat
kejadian tapi bicarakan pada saat rapat.
11. Wajib absensi setiap hari.
12. Bagi yang melanggar mengerti sendiri dan tanpa di tegur lagi.

Mengetahui,
Koordinator Posko XLIV

MARWAN

FRAME WORK POSKO XLIV DUSUN MATTARODECENG DESA


BONTOMANAI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2016

PERTEMUAN DENGAN
PEMDA,ORMAS,TOMAS, TOGA,
PKM, PUSTU

MASYARAKAT

CONTROLLING
&
MONITORING

EVALUASI

PEMBUATAN LAPORAN

FKM UIT

STRUKTUR ORGANISASI POSKO XLIV DUSUN MATTARODECENG


DESA BONTOMANAI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN
BULUKUMBA PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA
(PBL III) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR TAHUN 2016

CAMAT

KORCAM
WARDIMAN ADIPUTRA

KORDINATOR DESA

KEPALA DESA

KEPALA DUSUN

HASRUL HASBI

KORDINATOR POSKO
MARWAN

SEKRETARIS

BENDAHARA

A. FIRMAN

RISKY

ANGGOTA
MAHMUD RIZAL
ALOYSIUS GOLAN
BADRIANA BADAWI
SADDANG
MUANMAR
YOANITA MAILOA
MARTINUS TEDIWIJAYA
ELISABETH YURISNAWATI

PLAN OF ACTION (POA) POSKO XLIV PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III) DUSUN MATTARODECENG
DESA BONTOMANAI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2016
DUSUN
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN
PROPINSI
NO
1

: MATTARODECENG
: BONTOMANAI
: RILAU ALE
: BULUKUMBA
: SULAWESI SELATAN
JENIS KEGIATAN

Evaluasi (Base line data)

Kerja bakti

TUJUAN

SASARAN

TARGET

Untuk mengetahui tingkat Masyarakat


keberhasilan yang
Dusun
diperoleh.
Mattarodeceng

100% masyarakat Dusun


Mattarodeceng telah
diobservasi dan didata

Untuk memberikan
contoh tentang arti
pentingnya pola hidup
bersih dan sehat

80% masyarakat Dusun


Mattarodeceng
memahami arti
pentingnya pola hidup
bersih dan sehat

Masyarakat
Dusun
Mattarodeceng

METODE

TEMPAT

WAKTU

ALAT/BAHAN

PENANGGUNG
JAWAB

Rapid Survey

Dusun
Mattarodeceng

5 Februari 2016

Timbangan,
Kuesioner,
Microtoise, ATK

Koordinator
Posko

Terlaksana

Partisipatif

Kantor Desa
Bontomanai

8 Februari 2016

Cangkul, sapu lidi,


sabit dan lain-lain

Koordinator
Posko

Terlaksana

Mattarodeceng, 10 Februari 2016


Plh. Kepala Desa

MUHAMMAD YUSUF, SE

Mengetahui,

Penanggung Jawab
Koordinator Posko

MARWAN

KET.

DUSUN
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN
PROPINSI
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

DAFTAR HADIR POSKO XLIV PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2016
: MATTARODECENG
: BONTOMANAI
: RILAU ALE
: BULUKUMBA
: SULAWESI SELATAN
NAMA

FEBRUARI
7
8
9

10

11

12

13

MAHMUD RIZAL
MARWAN
A. FIRMAN
ALOYSIUS GOLAN
ELISABETH YURISNAWATI
BADRIANA BADAWI
YOANITA MAILOA
MUANMAR
SADDANG
RISKY
MARTINUS TEDIWIJAYA

Mattarodeceng, 10 Februari 2016


Mengetahui,
Kepala Dusun

Penanggung Jawab,
Koordinator Posko

H. ANDI SYARIFUDDIN

MARWAN

KET

DAFTAR HADIR PIKET POSKO XLIV PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR 2016
DUSUN
: MATTARODECENG
DESA
: BONTOMANAI
KECAMATAN : RILAU ALE
KABUPATEN
: BULUKUMBA
PROPINSI
: SULAWESI SELATAN
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

NAMA

FEBRUARI
7
8
9

10

11

12

13

MARWAN
A. FIRMAN
ALOYSIUS GOLAN
ELISABETH YURISNAWATI
BADRIANA BADAWI
YOANITA MAILOA
MUANMAR
SADDANG
RISKY
MAHMUD RIZAL
MARTINUS TEDIWIJAYA

Mattarodeceng, 10 Februari 2016


Mengetahui,
Kepala Dusun

Penanggung Jawab,
Koordinator Posko

H. ANDI SYARIFUDDIN

MARWAN

KET

DUSUN
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN
PROPINSI
NO

TIME SCHEDULE POSKO XLIV PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III) DI DUSUN MATTARODECENG
DESA BONTOMANAI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2016
: MATTARODECENG
: BONTOMANAI
: RILAU ALE
: BULUKUMBA
: SULAWESI SELATAN
JENIS KEGIATAN

TIBA DILOKASI
RAPAT
PEMBENAHAN ADMINISTRASI
SOSIALISASI
EVALUASI (BASE LINE DATA)
PEMBUATAN LAPORAN
SEMINAR
a. DESA
b. KECAMATAN
8 BACK TO KAMPUS
1
2
3
4
5
6
7

Mengetahui
Kepala Dusun

H. ANDI SYARIFUDDIN

BULAN FEBRUARI 2016


6
7
8
9
10

11

12

13

TEMPAT

PENANGGUNG JAWAB

Kantor camat
POSKO XLIV
POSKO XLIV
Dusun Mattarodeceng
POSKO XLIV

PEMBIMBING
MARWAN
A. FIRMAN
MARWAN
MARWAN
A. FIRMAN

Kantor desa
Kantor camat

HASRUL HASBI
WARDIMAN ADIPUTRA

Mattarodeceng,10 Februari 2016


Penanggung Jawab
Koordinator Posko

MARWAN

KET

JURNAL HARIAN MAHASISWA


PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TIGA (PBL III)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
Nama
Posko
Lingk./Dusun
Kelurahan/Desa
NO
1

:
:
:
:

JENIS KEGIATAN
2

WAKTU
3

TEMPAT
4

KETERANGAN
5

Mattarodeceng,
Menyetujui;
Pembimbing I

Pembimbing II

________________

________________

DOKUMENTASI POSKO XLIV


EVALUASI (BASE LINE DATA)

PEMBUATAN LAPORAN

KEGIATAN KERJA BAKTI


DI KANTOR DESA BONTOMANAI

TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

Anda mungkin juga menyukai