Anda di halaman 1dari 8

KEEFEKTIFAN METODE DEMPLOT PADA SOSIALISASI TEKNOLOGI

BUDIDAYA KENTANG RAMAH LINGKUNGAN DI DESA TLAHAB


KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG
Sherly Sisca Piay, Nur Fitriana
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
sisca_piay@yahoo.com
ABSTRAK
Sosialisasi Teknologi Budidaya Kentang Ramah Lingkungan di Desa
Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung ditempuh dengan
berbagai
metode
diantaranya
demonstrasi
plot
(demplot).
Keberhasilan sosialisasi teknologi dengan demplot perlu diketahui
dengan melakukan kajian tingkat keefektifan metode demplot. Kajian
keefektifan metode demplot teknologi budidaya kentang ramah
lingkungan dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan dan sikap petani pengguna teknologi (responden). Kajian
dilakukan pada 2014 dengan metode survey, data yang dikumpulkan
meliputi karakteristik responden, tingkat pemahaman/pengetahuan,
sikap (respon) petani terhadap teknologi budidaya kentang ramah
lingkungan. Responden ditentukan secara purposive (n = 20). Analisis
data secara deskriptif. Keefektifan metode terhadap pengetahuan dan
sikap peserta diklasifikasikan 3 kategori (efektif, kurang efektif dan
tidak efektif). Signifikansi peningkatan pengetahuan, sikap dan respon
responden sebelum dan sesudah melakukan demplot diketahui melalui
uji t (t-test) dengan nilai koreksi 5%. Hasil kajian menunjukkan
sosialisasi teknologi budidaya kentang ramah lingkungan dengan
menggunakan metode demplot dapat meningkatkan pengetahuan dan
sikap bagi peserta. Hasil uji T test tingkat pengetahuan dan sikap
responden sebelum melaksanakan demplot ada perbedaan yang
signifikan dengan setelah responden melaksanakan demplot. Hal ini
menunjukkan
bahwa
metode
demplot efektif
meningkatkan
pengetahuan dan sikap bagi pesertanya.
Kata kunci: sosialisasi teknologi, keefektifan, demplot
PENDAHULUAN
Petani tembakau di wilayah Kabupaten Temanggung akhir-akhir
ini sering mengalami kerugian akibat gagal panen atau harga jual
tembakau rendah. Padahal budidaya tembakau memerlukan waktu
relatif lama, sehingga dalam satu tahun praktis para petani hanya
bergantung pada hasil dari satu kali panen tembakau. Kondisi tersebut
menjadi dasar bagi pemerintah Kabupaten Temanggung mengeluarkan
anjuran agar para petani tidak bergantung pada tembakau, tetapi
mencari alternatif komoditas lain agar dapat panen 2 3 kali/tahun.

Pada saat ini ada beberapa petani di dataran tinggi Kabupaten


Temanggung mulai beralih mengusahakan komoditas kentang sebagai
alternatif pengganti tembakau. Namun dari pantauan Badan Pelaksana
Penyuluhan Kabupaten Temanggung diperoleh informasi bahwa tehnik
budidaya kentang yang dilakukan petani masih jauh dari prinsip-prinsip
ramah lingkungan, diantaranya penggunaan pestisida kimia masih
berlebihan dan tidak mengacu prinsip PHT (pengelolaan hama/penyakit
terpadu), penggunaan benih tidak berkualitas, tehnik budidayanya
tidak memperhatikan garis kontur lahan sehingga tidak mendukung
upaya

konservasi

tanah.

Selain

itu

sebagian

besar

petani

menggunakan pupuk kandang yang belum matang. Kondisi-kondisi


tersebut menuntut adanya inovasi tepat guna untuk mendukung
pengembangan usahatani kentang ramah lingkungan.
Salah satu kendala utama budidaya kentang adalah gangguan
penyakit busuk daun yang disebabkan oleh jamur

Phytophtora

infestans. Untuk mengendalikan hama penyakit kentang, petani


menggunakan pestisida berlebihan. Oka, IN. (1995) cit Bondansari, et
all, (2011) mengatakan bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan
akan

menyebabkan

tanaman (OPT),

timbulnya

resistensi

organisme

pengganggu

resurjensi hama sasaran, ledakan hama sekunder,

matinya organisme berguna dan musuh alami, residu pada hasil


panen,

pencemaran

lingkungan

dan

keracunan

pada

manusia.

Penggunaan pestisida yang berlebihan harus dikurangi sehingga


budidaya kentang menjadi lebih ramah lingkungan. Budidaya kentang
ramah lingkungan melalui aplikasi benih sehat, penggunaan aplikasi
fungisida

secara

bergantian

antara

yang

bersifat

sistemik

dan

protektan, penggunaan pupuk organik matang, penyiraman langsung


ke tanah, mampu menurunkan frekuensi penyemprotan dari 21-25 kali
per periode tanam menjadi 10-15 kali semprot per periode tanam
(Paryono, et. all., 2012).
Dalam penelitian Bahruddin, et all. (2010) menggunakan paket
teknologi ramah lingkungan berupa pemakaian bibit bebas penyakit,
pupuk

organik

dan

biopestisida.

Pemupukan

awal

dengan

menggunakan pupuk kandang dan kompos. Pengendalian hama


dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu menggunakan
biopestisida berupa mikroba Pseudomonas

fluorescens dan Bacillus

subtils untuk mengendalikan pathogen-pathogen tanah. Bondansari,


et. all. (2011) menganjurkan guludan jalur/larik penanaman dibuat
memotong lereng atau searah kontur disertai dengan penguat teras.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut perlu upaya sosialisasi inovasi untuk
memperbaiki penerapan teknologi budidaya kentang di tingkat petani
yang berwawasan ramah lingkungan
Sosialisasi inovasi teknologi kentang ramah lingkungan kepada
pengguna dapat ditempuh dengan menerapkan berbagai metode yang
saling menunjang dan melengkapi. Sosialisasi/pemasyarakatan suatu
inovasi teknologi pertanian kepada pelaku utama dan pelaku

usaha

kegiatan pertanian baik perorangan atau korporasi berkaitan erat


dengan penggunaan metode penyuluhan pertanian. Van den Ban dan
Hawkins (1999) berpendapat bahwa pilihan agen penyuluhan terhadap
satu metode tergantung pada tujuan khusus dan situasi kerjanya.
Metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian
materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan
pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan
mengorganisasikan

dirinya

dalam

mengakses

informasi

pasar,

teknologi, permodalan, sumebrdaya lainnya sebagai upaya untuk


meningkatkan

produktivitas,

efisiensi

usaha,

pendapatan

dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian


fungsi lingkungan hidup (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2011).
Pemilihan strategi soaialisasi/pemasyarakatan inovasi pertanian
(metode penyuluhan pertanian) perlu mempertimbangkan berbagai
faktor yaitu (i) karakteristik sasaran, (ii) tujuan perubahan perilaku dari
sasaran yang diinginkan, (iii) materi yang disampaikan dan (iv) metode
(Sinar Tani, 2001). Dijelaskan lebih lanjut tujuan perubahan perilaku
sasaran antara lain meliputi

(i) untuk mengembangkan perhatian

menggunakan media cetak, media elektronik, pameran, demonstrasi,


(ii) untuk mengembangkan minat menggunakan metode penjelasan

secara langsung, demonstrasi cara, demonstrasi hasil, (iii) untuk


mengembangkan kepercayaan dengan metode demonstrasi hasil,
petani melihat demontrasi, praktek yang dapat diadopsi, (iv) untuk
mengembangkan hasrat dengan metode petani melihat obyek nyata,
partisipasi dalam demonstrasi, (v) untuk mengembangkan tindakan
dengan metode menyediakan pelajaran dan pembekalan. Kegiatan
pemasyarakatan/pembelajaran yang efektif memerlukan kombinasi
berbagai metoda.
Salah satu metode yang digunakan dalam rangka sosialisasi
inovasi budidaya kentang ramah lingkungan adalah demontrasi plot
(demplot). Metode demplot adalah demonstrasi teknologi pertanian
yang dilakukan secara perorangan/kelompok pada luasan lahan antara
0,1 0,5 ha (Badan SDM pertanian, 2005). Untuk mengetahui sejauh
mana metode demplot efektif perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Kajian
keefektifan metode demplot teknologi budidaya kentang ramah
lingkungan

dilakukan

bertujuan

untuk

mengetahui

peningkatan

pengetahuan dan sikap petani pengguna teknologi (responden).


METODE PENELITIAN

Kajian keefektifan metode demplot budidaya kentang ramah lingkungan


dilakukan di Desa Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung pada 2014
dengan metode survey dengan wawancara terstruktur menggunakan
kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden,

tingkat pemahaman/pengetahuan, sikap (respon) petani terhadap teknologi


budidaya kentang ramah lingkungan. Survey dilakukan saat sebelum dan sesudah
dilaksanakan kegiatan demplot. Responden ditentukan secara purposive yakni
petani anggota kelompok pelaksana kegiatan demplot dimana petani tersebut
sudah

mengenal

usahatani

kentang

namun

belum

sepenuhnya

menerapkan teknologi budidaya kentang ramah lingkungan (n = 20).


Pelaksana kegiatan demplot adalah gapoktan Daya Manunggal.
Keefektifan

metode

terhadap

pengetahuan

dan

sikap

peserta

diklasifikasikan 3 kategori yaitu efektif (skor antara 2,34 3,00),


kurang efektif (skor antara 1,67 2,33) dan tidak efektif (skor antara 1
4

1,66). Analisis data secara deskriptif. Signifikansi peningkatan pengetahuan, sikap


dan respon responden sebelum dan sesudah melakukan demplot diketahui melalui
uji t (t-test) dengan nilai koreksi 5%. Hipotesa ditentukan apabila
adalah

Ho

rata-rata tingkat pengetahuan dan sikap responden sebelum

dan sesudah melaksanakan demplot tidak berbeda atau t hit > t tab
dan H1 adalah rata-rata tingkat pengetahuan dan sikap responden
sebelum dan sesudah melaksanakan demplot berbeda atau t hit < t
tab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan demplot budidaya kentang ramah lingkungan di Desa
Tlahab

Kecamatan

Kledung

Kabupaten

Temanggung

sangat

berpengaruh atau efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap


petani terhadap teknologi yang disosialisasikan. Pengetahuan petani
tentang budidaya kentang ramah lingkungan diukur dengan 12
pernyataan yang menyangkut cara tanam sabuk gunung, penggunaan
pestisida

kimia,

pengendalian

hama

dan

penyakit,

penggunaan

varietas dan benih umbi sehat serta pemupukan. Sikap petani diukur
dengan

pernyataan

antara

lain

manfaat

teknologi

yang

disosialisasikan, kemudahan teknologi untuk diterapkan, teknologi


dirasa menguntungkan dan teknologi sesuai kebutuhan sehingga akan
diterapkan.
Sebelum

ada

kegiatan

demplot

budidaya

kentang

ramah

lingkungan sebagian besar responden menyatakan ragu-ragu terhadap


pengetahuan teknologi yang dikenalkan. Namun setelah kegiatan
demplot dilaksanakan maka semua responden menyatakan sudah tahu
dengan

teknologi

diperagakan,

meskipun

masih

ada

komponen

teknologi yang belum sepenuhnya dipahami (Tabel 1.).


Sikap responden dalam menanggapi teknologi budidaya kentang
yang akan dikenalkan/disosialisasikan melalui demplot masih ada
sebagian responden yang meragukan bahkan tidak setuju. Namun
sebagian

besar

responden

menunjukkan

sikap

positif

dengan

memberikan pernyataan setuju pada 4 pertanyaan yang disampaikan,

meskipun kegiatan demplot belum dilaksanakan. Setelah kegiatan


demplot dilaksanakan semua responden menunjukkan sikap yang
positif dengan memberikan pernyataan setuju (Tabel 1.).
Tabel 1.
Pernyataan responden dalam hal pengetahuan dan sikap terhadap
teknologi budidaya kentang ramah lingkungan saat sebelum dan
sesudah melaksanakan demplot di Desa Tlahab Kabupaten
Temanggung pada 2014
Pernyataan

Responden (%)
Sebelum Demplot
Sesudah Demplot

PENGETAHUAN
- Tahu
- Ragu-ragu
- Tidak tahu
SIKAP
- Setuju
- Ragu-ragu
- Tidak setuju
Hasil

analisis

pengetahuan

dan

30
60
10

100
0
0

55
25
20

100
0
0

pernyataan

perubahan

responden

sikap

dalam

menunjukkan

peningkatan

rata-rata

skor

pengetahuan responden setelah melaksanakan demplot masuk pada


kategori efektif (2,34 3,00).
pengetahuan
melaksanakan

dan

sikap

demplot

Hasil uji t test terhadap tingkat

responden

budi

daya

sebelum
kentang

dan

ramah

sesudah

lingkungan

menunjukkan bahwa nilai sig pengetahuan 0,000 < 0,05 dan nilai sig
sikap 0,000 < 0,05 atau t hitung < t tabel. Apabila t hit < t tabel dapat
disimpulkan Ho ditolak

atau H1 diterima yang artinya tingkat

pengetahuan dan sikap responden sebelum melaksanakan demplot


ada perbedaan yang signifikan setelah responden melaksanakan
demplot.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

metode

demplot

efektif

meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap petani kentang di Desa


Tlahab Kabupaten Temanggung. Van den Ban dan Hawkins dalam
Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa metode demonstrasi dapat
menumbuhkan kesadaran petani terhadap inovasi, masalahnya sendiri
dan mengalihkan pengetahuan serta mengubah perilaku. Petani akan
6

membentuk sikap menerima atau menolak inovasi apabila inovasi yang


didemontrasikan mempunyai keuntungan relatif, kompatibel, tidak
rumit, dapat dicoba dan dapat dilihat orang (Roger dan Shoemaker
dalam Hanafi, 1981)

Tabel 2.
Rata-rata skor perubahan pengetahuan dan sikap responden pada saat
sebelum dan sesudah melaksanakan demplot budidaya kentang ramah
lingkungan di Desa Tlahab Kabupaten Temanggung pada 2014.
Rata-rata Skor
Pengetahuan
2,77
Sikap
2,95
Keterangan:
Skor antara 2,34 3,00
: kategori efektif
Skor antara 1,67 2,33
: ketegori kurang efektif
Skor antara 1 1,66 : kategori tidak efektif
PENUTUP
Sosialisasi Budidaya kentang ramah lingkungan kepada petani
kentang di Desa Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung
menggunakan
pengetahuan

metode
petani

demonstrasi

tentang

inovasi

plot

dapat

budidaya

meningkatkan
kentang

ramah

lingkungan dan dapat mengubah sikap petani terhadap inovasi yang


dikenalkan. Hal ini menunjukkan bahwa metode demplot efektif
meningkatkan pengetahuan dan sikap bagi petani kentang.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, A. Syaifuddin, dan N.
Rosida. (2010). Membangun
Kawasan Perbenihan Kentang Melalui Program Iptekda-LIPI di
Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin.
http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/1308671032131
9802096.makalah.pdf diunduh 5 Pebruari 2014.
Badan Pengembangan SDM Pertanian. (2005). Materi Pelatihan
Metodologi Penyuluhan pertanian. Jakarta
Bondansari, K.E. Sularso dan E. Dewanto. (2011). Studi Tentang
Budidaya Tanaman Kentang Solanum tuberosum L. di Dataran
Tinggi Dieng: Kajian dari Aspek Ekonomi dan Lingkungan. Jurnal

Pembangunan Pedesaan Volume 11 (1) 17-28. Banyumas:


Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Hanafi, A. (1981). Memasyarakatrkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit
Usaha Nasional
Mardikanto, T. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Paryono,T.J., B. Prayudi. (2012). Penyakit Busuk Daun pada Kentang
dan Pengendaliannya. Warta Inovasi Vol. 5 No. 2 Tahun 2012 : 28
- 29. Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah.
Sinar Tani. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Sinar Tani
Van den Ban dan Hawkins. (1999). Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai