Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA


TERHADAP INDUSTRI TAMBANG DAN BATUBARA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Penutupan Tambang
Semester VII Pada Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung

Dibuat oleh:
Sandhi Noviandhi Pratama (10070112048)
Kelas : G

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H / 2016 M
KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA
TERHADAP INDUSTRI TAMBANG DAN BATUBARA

SARI
Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara
adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila
ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung
dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber
energi, dan sumber daya alam. Kaitan aspek lingkungan dengan ekonomi dan
sosial dalam kegiatan industri tambang batubara merupakan hal pokok dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan masyarakat
sekitar.

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

alam.

Penggunaan

Pembangunan industri pada

alam secara besarbesaran tanpa

sektor usaha bidang pertambangan

mengabaikan

batubara

mengakibatkan

adalah

pemerintah

suatu

dalam

upaya

meningkatkan

sumber

lingkungan

daya
dapat

berbagai

dampak

negatif yang terasa dalam jangka

devisa negara dan bila ditinjau dari

pendek

segi

panjang.
Pembangunan berkelanjutan

pola

kehidupan

sangat

berhubungan

dengan

peningkatan

masyarakat
langsung
kebutuhan

barang dan jasa, pemakaian sumbersumber energi, dan sumber daya

maupun

dalam

jangka

merupakan

suatu

upaya

pendekatan

dalam

pemanfaatan

sumber

daya

pembangunan

alam
yang

yaitu

dan
suatu

berusaha

memenuhi

kebutuhan

generasi

di luar industri juga sangat terkait

sekarang

tanpa

mengurangi

generasi

mendatang

dalam pengelolaan lingkungan.


Kaitan
aspek
lingkungan

kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan mereka.


Sebagaimana
Hadi

dikemukakan

(2001)

menyatakan

oleh
bahwa

pembangunan berkelanjutan secara


implisit juga mengandung arti untuk
memaksimalkan

keuntungan

pembangunan dengan tetap menjaga


kualitas sumber daya alam.
Pengelolaan lingkungan bagi

dengan ekonomi dan sosial dalam


kegiatan industri tambang batubara
merupakan hal pokok dalam menjaga
dan

meningkatkan

kesehatan

dan

kualitas
keselamatan

masyarakat sekitar. Untuk memenuhi


kebutuhan

dasar

meningkatkan
dengan

manusia

dan

kualitas

kehidupan,

meminimalkan

pemakaian

industri di bidang usaha tambang

sumber daya alam dan bahan-bahan

batubara merupakan hal terpenting

beracun,

dari suatu kegiatan usaha yang harus

limbah dan pencemar selama daur

dilakukan agar industri tetap berjalan

hidup

dan

mengorbankan generasi mendatang

berkelanjutan.

industri

yang

mencakup

Pembangunan
berkelanjutan

tiga

aspek

yaitu

lingkungan (environment), ekonomi


(economy) dan sosial/ kesempatan
yang

sama

bagi

semua

orang

(equity) yang dikenal sebagai 3E.


Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri
namun sangat terkait dengan dua
aspek
internal

lainnya.
industri,

Dalam

kegiatan

peluang

untuk

memadukan aspek lingkungan dan


ekonomi sangat besar, tergantung
cara mengelola lingkungan dengan
bijak dan menguntungkan. Faktor
sosial

yang

sebagian

besar

menyangkut masyarakat sekitar atau

dalam

memperkecil
produk

sehingga

memenuhi

tidak

kebutuhannya

(Purwanto, 2005).
Sistem
Lingkungan

timbulan

Manajemen

(SML)

yang

efektif

menyediakan kerangka kerja dan


proses

yang

terorganisir

mengintegrasikan

yang

perencanaan,

pelaksanaan, tindakan perbaikan dan


tinjauan

pengelolaan.

Manajemen

Lingkungan

menyediakan
dan

detail-detail

spesifik

instruksi-instruksi

yang

berhubungan
organisasi,
pelatihan

Sistem

dengan

struktur

personalia,

prosedur,

dan

kesemuanya

penelitian
memainkan

yang
peran

dalam mengontrol dan meminimalkan

dampak negatif akibat operasional

kewajiban

membangun

pabrik

pengolahan

dan

pada

lingkungan

(Soetrisnanto, 2005).

tambang

fasilitas

pemurnian

(Belum

ada

hasil

kewajiban

untuk membangun fasilitas prepasi


1.2

Tinjauan Pustaka
1. Bagaimanakah

kebijakan

pemerintah terhadap PETI?


2. Bagaimanakah
rencana
kekbijakan

pemerintah

untuk

melakukan

pembangunan

daerah

(community

lingkungan

sumber daya alam?

dan

yang

penanganan

terkait

dengan

pelaksanaan pertambangan.
Pemberian
wewenang
kepada

BAB II PEMBASAHAN

pemerintah untuk mengatur jumlah

2.1

produksi, volume ekspor, serta harga

Undang-undang

Pertambangan

Mineral

dan

batubara. Pemberlakukan kewajiban

Batubara

suplai untuk kebutuhan domestik

Pemerintah
memandang
batubara

Indonesia

bahwa

masih

(Domestic Market Obligation / DMO)

pengusahaan

diperlukan

dan

regulasi

harga

batubara

untuk

(Indonesia Coal Price Reference /

menunjang pembangunan, sehingga

ICPR).
Ijin Usaha Pertambangan Khusus

pengembangan tambang batubara


masih

akan

terus

(IUPK) yang memprioritaskan BUMN

berlanjut.
dan

dan perusahaan dalam negeri untuk

Batubara yang baru ditujukan untuk

melakukan penambangan di Wilayah

mendorong realisasi hal itu. Di bawah

Pencadangan

ini adalah poin poin penting dalam

diterbitkan oleh pemerintah pusat.


Wewenang
penyelidikan

Pelaksanaan

UU

Mineral

UU tersebut:
Selain

menteri,

pengusahaan

penerbitan
batubara

ijin
dapat

dilakukan oleh gubernur, bupati /


walikota.

pertambangan
development)

terhadap sektor pertambangan

batubara/coal preparation plant).


Kewajiban
bagi
pengusaha

(Menyesuaikan

otonomi daerah).
Kewajiban
meningkatkan

dengan
nilai

tambah hasil pertambangan di dalam


negeri,

dalam

hal

ini

adalah

Negara

(WPN)

memasukkan unsur kepolisian dan


pejabat publik. Aturan hukum menjadi
lebih keras, dari yang bersifat toleran
menjadi

lebih

tegas,

serta

memungkinkan hukuman pidana bagi


badan hukum.
Pasal 76 UU No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral

dan

Batubara

(UU

Minerba)

Menghadapi

masalah-

menyatakan bahwa IUPK terdiri atas

masalah PETI ini, pada tahun 2000

dua tahap:
1. IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan

pemerintah mengeluarkan Inpres RI

penyelidikan umum, eksplorasi, dan


studi kelayakan;
2. IUPK Operasi

Produksi

meliputi

kegiatan konstruksi, penambangan,


pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan

No.

Tahun

2000

Koordinasi Penanggulangan Masalah


Pertambangan Tanpa Izin.
Namun demikian pelaksanaan Inpres
ini mendapat reaksi yang keras
karena praktek dilapangan yang tidak

penjualan. Selanjutnya diatur bahwa

sepatutnya.

pemegang IUPK dapat melakukan

berdatangan

sebagian

WALHI dan JATAM dalam

atau

seluruh

kegiatan

Tentang

Reaksi
salah

keras

satunya

dari

pertambangan sebagaimana diatur di

siaran persnya tanggal 8 Juni 2000 .

atas.

Menakar
Pasal

mengatur
IUPK

77

UU

bahwasetiap

Eksplorasi

Minerba
pemegang

dijamin

untuk

memperoleh IUPK Operasi Produksi


sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya.

IUPK

Operasi

Produksi ini akan diberikan pada


badan

usaha

berbadan

hukum

Indonesia yang telah memiliki data


hasil kajian studi kelayakan.
Pasal
49
Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2010
tentang

Pelaksanaan

Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan


Batubara (PP 23/2010) mengatur
bahwa IUP diberikan oleh Menteri,
gubernur,

atau

Bupati/Walikota

sesuai dengan kewenangannya.


2.2

Kebijakan

Terhadapa PETI

Pemerintah

Nasib

Tambang

Rakyat

Dengan RUU Mineral dan Batubara


di sepanjang 2003 sampai dengan
2004 pemberitaan kasus-kasus dan
pengaturan

pertambangan

di

Indonesia menyita perhatian pulik.


Kelahiran Perpu No. 1 Tahun 2004
yang kemudian disyahkan menjadi
UU No. 19 Tahun 2004 memberikan
warna tersendiri di pentas sejarah
pertambangan.

Sementara

itu,

cakupan UU No. 11 Tahun 1967


mulai berkurang dengan lahirnya UU
Migas

dan

pembuatan

dilanjutkan
RUU

dengan

Mineral

dan

Batubara yang saat ini dibahas di


DPR.
Dalam

Nota

Keuangan

Anggaran Pendapatan Dan Belanja


Negara

Tahun

Anggaran

2005

Republik

Indonesia

pemerintah

menyebutkan:

Luasnya dimensi ekonomi, hukum


dan sosial dari kasus PETI ini

.Dengan

demikian,

perkembangan

penerimaan

SDA

membuat penanganannya harus hatihati.

Salah

satu

sasaran

pertambangan umum tersebut, pada

pembangunan tahun 2006 adalah

dasarnya dipengaruhi oleh empat

berkurangnya PETI dengan kegiatan-

faktor utama, yaitu tarif per jenis

kegiatan Evaluasi, pengawasan, dan

pertambangan, harga jual, luas atau

penertiban

kegiatan

volume,

rupiah

berpotensi

mencemari

Serikat.

khususnya

dan

terhadap

nilai

dolar

tukar

Amerika

rakyat

yang

lingkungan

penggunaan

bahan

Selain itu, faktor nonekonomi yang

merkuri dan sianida dalam usaha

diperkirakan berpengaruh terhadap

pertambangan emas rakat termasuk

perkembangan

SDA

pertambangan tanpa ijin (PETI) dan

lain

bahan kimia tertentu sebagai bahan

penerimaan

pertambangan
meliputi

umum

masalah

antara

keamanan

di

pembantu pada industri kecil.

daerah daerah penambangan, yang

Sangat menarik melihat salah

rawan terjadi penambangan tanpa ijin

satu

sasaran

(Peti).

pertambangan

pembangunan

pada

tahun

1996

Dalam nota keuangan diatas,

tersebut. Dimata pemerintah, PETI

mendapat

strategis

yang sebagian besar dilakukan oleh

dimata pemerintah sebagai salah

masyarakat menjadi sebuah masalah

satu faktor yang menjadi penyebab

yang

meningkat

menurunnya

menyebabkan

dari

pendapatan

PETI

tempat

atau

pendapatan

negara

sektor

cukup

besar

yang

menurunnya
negara.

Tentu

pertambangan. Dengan kenyataan

pencantuman PETI sebagai salah

ini, dalam rencana kerja pemerintah

satu

tahun 2006, PETI menjadi salah satu

pertambangan

prioritas

dampak

yang

segera.

harus

Penetapan

ditangani

prioritas

ini

sasaran

pembangunan

akan

yang

menimbulkan

serius

terhadap

pertambangan-pertambangan rakyat.

didasarkan pada pemikiran sebagai

Karena

berikut; Persoalan yang masih belum

pertambangan

dapat

operasinya tidak memiliki ijin resmi

dituntaskan

tantangan

adalah

pertambangan

tanpa

dan

menjadi

sebagian

kasus-kasus

dari

ijin

melanjutkan

(PETI).

besar

rakyat

pemerintah.

dalam

Jika

kita

penjelajahan,

ada

gelombang pertanyaan menyentak

PETI versi lama (tradisonal) yang

ketika membaca naskah akademik

sebagian besar adalah penambang-

RUU

penambang

Minerba.

naskah

Para

penyusun

akademik

ini

tradisi

seperti

yang

diungkap pada bagian-bagian awal

mengkategorikan PETI yaitu PETI

makalah

versi baru dan PETI versi lama

yang

(tradisional). PETI versi baru dicirikan

negara dengan penambang rakyat /

dengan adanya penyandang dana

PETI versi lama (tradisonal) yang

(cukong) dan kadang-kadang oknum

seringkali tergusur ketika wilayah

aparat sebagai backing, serta operasi

penambangannya

dengan modus operandi memperalat

kontrak-kontrak penambangan besar,

kalangan masyarakat bahwa menjadi

seperti dilupakan. Sehingga dengan

korban pembangunan, ini, yang

paradigma

didalamnya

terlibat

masyarakat

perlakukan terhadap PETI versi baru

pendatang,

serta

dibawah

perlindungan

backing

ternyata

menjadi

kekuatan

yang

dalam

menumbuhkan

baru.

PETI

ini

dahsyat

PETI

versi

menimbulkan

masyalah yaitu:
1)

merugikan

ini.

Persoalan-persoalan

timbul

dan

menghadapkan

ditimpa

seperti

ini,

oleh

maka

dengan versi lama akan sama.


Dalam

tingkatan

tertinggi,

terdapat upaya untuk mendorong


wacana

tentang

HMN

dan

pengakuan negara atas hak ulayat


masyarakat adat kearah yang lebih

negara,

berupa

menguntungkan

pihak

kehilangan pendapatan negara dari

pertambangan. UU No. 5 Tahun 1960

sektor

(UUPA) dianggap oleh para pembuat

perpajakan,

merusak

dan

mencemari lingkungan,

naskah akdemik ini menjadi sebuah

2)

hambatan

melecehkan hukum. Masalah-

bagi

perkembangan

masalah ini diikuti dengan masalah

pertambangan

lain yaitu, kecelakaan tambang, iklim

pengaturan Hak Mengusai Negara

usaha yang tidak kondusif, praktek

yang tidak berarti dimiliki (penjelasan

percukongan,

umum angka I), pengakuan hak

premanisme

dan

prostitusi.
Terjadi

ulayat
generalisasi

pandangan terhadap kedua jenis

(Pasal

khususnya

dan

kedudukan sederajat hak atas tanah


(Pasal 40).

PETI (versi lama dan baru). Tidak


ada pembahasan lebih jauh terhadap

UUPA)

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan
UU

mengatur

Minerba

yang

baru

kebijakan

DMO,

yang

berarti memprioritaskan pemenuhan


kebutuhan

dalam

negeri

dibandingkan ekspor. Sudah tentu


hal ini menjadi perhatian bagi negara

negara

pengimpor

Indonesia,

termasuk

dalamnya.

Tetapi

Indonesia

batubara
Jepang

di

pemerintah

menyatakan

bahwa

volume ekspor tidak akan mengalami


kendala dalam beberapa waktu ke
depan,

karena

pertumbuhan

konsumsi dalam negeri diperkirakan


masih lebih rendah bila dibandingkan
dengan

tingkat

pertumbuhan

produksi batubara nasional. Selain


itu, pemerintah juga mencanangkan
pengurangan

emisi

CO2

sebesar

26% sampai dengan tahun 2030


melalui tindakan seperti pemakaian
bio-fuel dan konversi ke energi panas
bumi, meskipun kebijakan konkretnya
masih belum jelas. Dengan demikian,
maka topik yang harus diperhatikan
bersama adalah jumlah kebutuhan
energi dalam negeri Indonesia dan
sumber energi yang memasoknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawan
Arif.
3
Juni
2015.
Penutupan
Tambang.
haydaynet.blogspot.co.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2016.
2. Sadariksa Dida. 29 September 2011. Melihat Penutupan Tambang
Dari Berbagai Sudut. didasadariksa.wordpress.com. Diakses
tanggal 17 Oktober 2016.
3. Tongasa Hermansyah. 5 Januari 2015. Reklamasi Tambang. blogricko.blogspot.co.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai