Beberapa Model Atau Jenis Keadilan
Beberapa Model Atau Jenis Keadilan
distributive
adalah
keadilan
yang
dijalankan
dalam
distribusi
penghargaan, kemakmuran, dan asset-aset lain yang dapat dibagi dari komunitas yang
bisa dialokasikan diantara para anggotanya secara merata atau tidak merata. 1 Jadi,
keadilan ini berkaitan dengan distribusi barang-barang dan jasa.
Untuk adanya keadilan ini, menurut Aristoteles, harus ada paling kurang empat
syarat (unsur), yakni; Pertama; dua orang kepada siapa keadilan diberikan, kedua; dua
bagian yang akan dibagikan pada kedua orang di atas, ketiga; dua orang tersebut
setara, keempat; dua bagian yang diberikan tersebut juga setara. Karena itu jika orangorangnya tidak setara, mereka tidak akan mempunyai bagian yang setara. 2
1 Ibid. 1131a
2 Ibid. Misalnya jika individu A dan B tidak setara, hak-hak yang harus dibagikan pada mereka juga tidak
setara, sebaliknya jika kedua individu setara, hak-hak yang harus dibagikan pada mereka harus setara. (Lihat
Kelsen, H Op. cit. Hal. 148.
2. Keadilan Korektif
Keadilan korektif adalah keadilan yang menyediakan prinsip korektif dalam
transaksi privat ...transaksi yang bersifat sukarela maupun yang tidak. 3 Contoh dari
transaksi sukarela adalah;
menjual, membeli, meminjamkan dengan mengenakan bunga, menjanjikan,
meminjamkan tanpa bunga, mendepositokan, menyewakan bangunan; transaksitransaksi seperti ini dikatakan sukarela karena kesemuanya dilakukan dengan
sukarela.4
Jadi, transaksi sukarela ini berkaitan dengan perbuatan hukum yang bersifat
keperdataan
3 Ibid. Keadilan korektif ini, menurut Hans Kelsen, dilaksanakan oleh hakim dalam menyelesaikan perselisihan dan
dalam memberikan hukuman terhadap para pelaku kejahatan. (Hans Kelsen. Op cit. Hal. 148.)
Tabel 1. Kausa, Tujuan penghukuman dan model atau prinsip keadilan yang dipilih
No
Kausa Penghukuman
Tujuan Penghukuman
Prinsip
Keadilan
Prinsip
menciptakan keseimbangan
Keadilan
merugikan atau
Retributif
mendatangkan penderitaan
masyarakat
Perbuatan yang melanggar
merugikan atau
mendatangkan penderitaan
sipelaku
SDA
masyarakat
Perbuatan yang melanggar
Untuk;
merugikan atau
mendatangkan penderitaan
pada sikorban
masyarakat
memulihkan
Prinsip
kondisi
korban keadilan
Prinsip
hukum
Keadilan
Rehabilitatif
pidana
merugikan
keterkaitan erat. Derjat atau berat ringannya perbuatan akan ditentukan oleh akibat
yang ditimbulkannya. Semakin besar kerugian atau penderitaan sikorban semakin
berat perbuatan jahat yang dilakukan. Karena kejahatan mendatangkan penderitaan
pada
sikorban
atau
masyarakat
maka,
ketika
hal
itu
terjadi,
timbul
Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan ketidak puasan bagi sikorban.
Karena itu hukuman harus menjadi alat untuk menciptakan keseimbangan ketertiban
moralitas hukum antara sipelaku dengan korban dan sekaligus sebagai alat pemuas
rasa keadilan (dendam) sikorban. Caranya
hukuman tersebut sebagai hal yang merugikan dan memberikan penderitaan bagi
sipelaku sekaligus menunjukkan pencelaan dan ketidakterimaan atas perbuatannya.
Agar adil, maka hukuman (penderitaan dan kerugian) yang diterima sipelaku harus
proporsional dengan kejahatan (penderitaan dan kerugian) yang dilakukannya
terhadap sikorban dan atau masyarakat.
Masih pada model keadilan retributif,tujuan penghukuman yang tergambar
pada nomor 2 dalam tabel 1 di atas muncul dengan pandangan yang pada dasarnya
sama dengan tujuan penghukuman yang tergambar pada nomor 1 dalam tabel 1,
namun ditambah dengan satu tujuan akhir yakni mencegah terjadinya (terulangnya )
kejahatan di masa datang(deterrence theory) Tujuan akhir ini bisa tercipta dengan
suatu logika sbb;
Hukuman harus membuat jera si pelaku dan orang lain sehingga baik pelaku
maupun orang lain tersebut tidak mau lagi melakukan kejahatan. Penjeraan tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan hukuman yang proporsional seperti konsep di
atas yakni hukuman harus setimpal dengan kejahatan. Meskipun cara ini sebenarnya
dimaksudkan untuk memberikan keadilan antara pelaku kejahatan dengan sikorban,
namun sebenarnya adalah memberikan keadilan antara satu pelaku kejahatan
dengan pelaku kejahatan lainnya melalui konsep; hukuman yang berat untuk
kejahatan yang berat dan hukuman yang ringan untuk kejahatan yang ringan. Jika
sama hukumannya antara kejahatan yang ringan dengan kejahatan yang berat,
maka dikhawatirkan pelaku kejahatan berat akan mengulangi perbuatannya karena
merasa hukumannya cuma ringan, sedangkan pelaku kejahatan ringan (misalnya
mencopet) akan melakukan kejahatan yang lebih berat lagi (misalnya merampok
Bank) karena merasa hukumannya sama saja dengan melakukan kejahatan ringan
padahal hasilnya jauh lebih besar.7
menciptakan dua bagian garis (pelaku dan korban) yang tidak setara.
Menurut Aristoteles hakim berusaha keras untuk membuat mereka (kedua bagian
garis) menjadi setara dengan penalti atau kerugian yang dijatuhkannya. 8
dikembangkan antara lain oleh Andrew von Hirsch, yang berujung pada adanya
hukuman yang berupa sesuatu yang merugikan dan menderitakan sipelaku
kejahatan sebagai imbangan atas kerugian dan penderitaan yang dialami sikorban.
Hukuman ini ditetapkan melalui suatu putusan hakim menurut kemauan atau
pertimbangan hakim tersebut, bukan menurut kemauan atau kesepakatan para
pihak.
B. Model Keadilan Restoratif
Pada model keadilan restoratif, tujuan penghukuman sebagaimana yang
tergambar pada nomor 4 dalam tabel 1 di atas muncul karena kejahatan itu, lebih
dipandang pada faktor akibatnyayakni perbuatan yang merugikan sikorban dan
atau masyarakat. Karena itu hukuman harus dalam bentuk upaya untuk memulihkan
kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut sehingga bisa diciptakan
rekonsiliasi diantara para pihak yakni pelaku dengan korban dan masyarakat dan
dengan sendirinya keadaan dapat dikembalikan pada kondisi semula. 10
Keadilan korektif Aristoteles tidak terdengar dikembangkan menjadi bentuk
prinsip keadilan retributif yang bermuara pada hukuman seperti hukuman yang
merugikan dan menderitakan sipelaku kejahatan pada hukum pidana.
C. Model Keadilan Rehabilitatif
Pada model keadilan rehabilitatif, tujuan penghukuman sebagaimana yang
tergambar pada nomor 3 dalam tabel 1 di atas muncul karena kejahatan itu,
10Musakkir, Penerapan Prinsip Keadilan Restoratif Terhadap Penyelesaian Perkara Pidana Dalam
Perspektif Sosiologi Hukum, Buku Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas hasanuddin Dalam Rapat Senat Luar Biasa Universitas Hasanuddin, 12 Juli 2011, hal. 4-5. Lihat juga
Lihat Walgrave, L. and Geudens, H. Op cit., p. 363
meskipun diakui sebagai hal yang merugikan namun lebih dilihat pada faktor
pelakunya. Karena itu hukuman harus dalam bentuk upaya untuk merehabilitasi
mental dan sikap atau prilaku sipelaku kejahatan sehingga sesuai dengan nilai-nilai
sosial budaya yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. 11 Jika tujuan ini
tercapai maka otomatis tidak akan terulang kejahatan tersebut di masa datang.
Pada kasus pidana yang tidak menimbulkan kerugian pada orang lain,
model atau prinsip yang paling logis digunakan adalah model atau prinsip keadilan
rehabilitatif. Alasanya adalah karena kejahatan tersebut tidak menimbulkan kerugian
yang nyata pada pihak lain. Sebagai contoh, pengguna narkoba secara tidak sah
untuk diri sendiri, secara nyata tidaklah merugikan siapa-siapa kecuali yang
bersangkutan sendiri. Karena itu, secara logika tidak ada kerugian yang harus dia
ganti
terhadap
orang
lain.
Penghukuman
berdasarkan
prinsip