KELAS 3B
KELOMPOK 5
1. Bryan Candra Maulana
2. Dwi Putri Lestari
3. Santi Listi Astuti
2520142480
2520142487
2520142512
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem persarafan terdiri atas otak, medula spinalis, dan saraf perifer. Struktur
ini bertanggung jawab mengendalikan dan menggordinasikan aktivitas sel
tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut
berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras. Secara langsung dan
terus menerus. Perubahan potensial elektrik menghasilkan respons yang akan
mentransmisikan sinyal-sinyal (Batticaca, F., 2008).
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot,
peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari
berbagai
organ
sensoris
dan
kemudian
mengintegrasikannya
untuk
menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja sebagai
suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ektraselular
dan cairan intraselular antara cairan ektraselular dan cairan intraselular .
Didalam ruangan ekstra selular ektraselular, disekitar neuron terdapat cairan
dengan kadar ion natrium dan klorida, sedangkan dalam cairan intraselular
terdapat kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar
ion-ion didalam dan diluar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial
membran.
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua
bagian cranium (adakalanya disebut kalvaria) terdiri atas delapan tulang, dan
kerangka wajah terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai
permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai
dengan otak dan pembuluh darah ( Pearce, E., 2002 ).
Kemajuan teknologi dan adanya perbaikan prosedur pencitraan dan teknik
pembedahan memungkinkan ahli bedah neuro melokalisasi dan mengatasi lesi
dan kemerahan serta bengkak sepanjang garis insisi, defisit neurologik dapat
diakibatkan oleh pembedahan. Pada pasca operasi status neurologik pasien
dipantau dengan ketat untuk adanya perubahan, apabila tindakan ini tidak
segera dilakukan akan menyebabkan kematian ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Mampu mengetahui pengertian kraniotomi.
2. Mampu menjelaskan indikasi penggunaan kraniotomi.
3. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk
perawatan pasien pre, intra dan pasca kraniotomi.
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien operasi
kraniotomi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. DEFINISI
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan
untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth.
2002)
Brunner
pembukaan
&
Suddart
tengkorak
(2001),
melalui
kraniotomi
adalah
pembedahan
untuk
B. ETIOLOGI
Etiologi dilakukannya Kraniotomi karena :
a Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang bergerak.
b
C. MANIFESTASI KLINIK
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah
sebagai berikut :
a Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
b Mengurangi tekanan intrakranial.
c Mengevakuasi bekuan darah .
d
e
f
g
h
i
j
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
a Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak
sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran
jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
b
di potongan lain.
Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan
tulang
Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan
batang otak
Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan
E. KOMPLIKASI POST OP
Kraniotomi dapat menyebabkan keadaan-keadaan ini :
a Peningkatan TIK yang disebabkan oleh edema serebral
b Cedera terhadap saraf kranial
c Kejang karena gangguan kortikal
d Infeksi (meningitis). (Engram, 1998)
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan pasien pulang
Perawatan pasca pembedahan
1. Tindakan keperawatan post operasi
a) Monitor kesadaran, tanda tanda vital, CVP, intake dan out
put
b) Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah) drainage.
c) Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati
hati jangan sampai drain tercabut.
d) Perawatan luka operasi secara steril
2. Makanan
makanan
sesudah
pembedahan,
makanan
yang
2. Washing
Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan,
menghilangkan lemak yang ada di kulit kepala sehingga pori-pori terbuka,
penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang doek
steril di bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi
3. Markering
Setelah markering periksa kembali apakah lokasi hematomnya sudah benar
dengan melihat CT scan. Saat markering perhatikan: garis rambut untuk
Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan cara
tulang dipegang dengan knabel tang dan bagian bawah dilindungi dengan
elevator kemudian miringkan posisi elevator pada saat mematahkan tulang.
Setelah nampak hematom epidural, bersihkan tepi-tepi tulang dengan
spoeling dan suctioning sedikit demi sedikit. Pedarahan dari tulang dapat
dihentikan dengan bone wax. Gantung dura (hitch stich) dengan benang
silk 3.0 sedikitnya 4 buah. Evakuasi hematoma dengan spoeling dan
suctioning secara gentle. Evaluasi dura, perdarahan dari dura dihentikan
degan diatermi. Bila ada perdarahan dari tepi bawah tulang yang merembes
tambahkan hitch stich pada daerah tersebut kalau perlu tambahkan
spongostan di bawah tulang. Bila perdarahab profus dari bawah tulang
(berasal dari arteri) tulang boleh diknabel untuk mencari sumber
perdarahan kecuali dicurigai berasal dari sinus. Bila ada dura yang
robekjahit dura denga silk 3.0 atau vicryl 3.0 secara simpul dengan jarak
kurang dari 5mm. Pastikan sudah tidak ada lagi perdarahan dengan
spoeling berulang-ulang.
Pada subdural hematoma
setelah
langkah
membuka
salanjutnya
adalah
dilakukan
kraniektomi
duramater.
Sayatan
pembukaan dura seyogianya berbentuk tapal kuda (bentuk U) berla wanan dengan sayatan kulit. Duramater dikait dengan pengait dura,
kemudian bagian yang terangkat disayat dengan pisau sampai terlihat
lapisan mengkilat dari arakhnoid. (Bila sampai keluar cairan otak, berarti
arachnoid sudah turut tersayat). Masukkan kapas berbuntut melalui lubang
sayatan ke bawah duramater di dalam ruang subdural, dan sefanjutnya
dengan kapas ini sebagai pelindung terhadap kemungkinan trauma pada
lapisan tersebut.
Perdarahan dihentikan dengan koagulasi atau pemakaian klip khusus.
Koagulasi yang dipakai dengan kekuatan lebih rendah dibandingkan untuk
pembuluh darah kulit atau subkutan. Reseksi jaringan otak didahului
dengan koagulasi permukaan otak dengan pembuluh-pembuluh darahnya
baik arteri maupun vena. Semua pembuluh darah baik arteri maupun vena
berada di permukaan di ruang subarahnoidal, sehingga bila ditutup maka
pada jaringan otak dibawahnya tak ada darah lagi. Perlengketan jaringan
otak dilepaskan dengan koagulasi. Tepi bagian otak yang direseksi harus
dikoagulasi untuk menjamin jaringan otak bebas dari perlengketan. Untuk
membakar permukaan otak, idealnya dipergunakan kauter bipolar. Bila
dipergunakan kauter monopolar, untuk memegang jaringan otak gunakan
pinset anatomis halus sebagai alat bantu kauterisasi.
Pengembalian tulang. Perlu dipertimbangkan dikembalikan/ tidaknya
tulang dengan evaluasi klinsi pre operasi dan ketegangan dura. Bila tidak
dikembalikan lapangan operasi dapat ditutup lapis demi lapis dengan cara
sebagai berikut. Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0
menembus keluar kulit. Periost dan fascia ototo dijahit dengan vicryl 2.0.
Pasang drain subgaleal. Jahit galea dengan vicryl 2.0. Jahit kulit dengan
silk 3.0. Hubungkan drain dengan vaum drain (Redon drain). Operasi
selesai. Bila tulang dikembalikan, buat lubang untuk fiksasi tulang, pertama
pada tulang yang tidak diangkat (3-4 buah). Tegel dura ditengah tulang
yang akan dikembalikan untuk menghindari dead space. Buat lubang pada
tulang yang akan dikembalikan sesuai dengan lokasi yang akan di fiksasi
(3-4 buah ditepi dan2 lubang ditengah berdekatan untuk teugel dura).
Lakukan fiksasi tulang dengan dengan silk 2.0, selanjutnya tutup lapis demi
lapis seperti diatas.
I. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
J. Intervensi
No
1.
Diagnosa
Criteria Hasil /
Keperawatan
Gangguan
Tujuan
Tujuan:
Keperatan
1. Kaji nyeri, catat1.
nyaman Setelahdilakukan
lokasi,karakteristik,
rasa
nyeri berhubu
tindakan keperawatan
Intervensi
nyeri
teratasi
tertangani
skala
dapat Selidiki
Rasionalisasi
Berguna
dalam
pengawasan
(0-10). keefektifan
obat,
uhan.
Perubahan
pada
karakteristik
baik.
nyeri menunjukkan
Kriteria hasil:
terjadinya abses.
Melaporkan rasa
nyeri
hilang
2.
atau
tegangan abdomen
terkontrol.
yang
Mengungkapkan
metode pemberian
menghilang
Mengurangi
bertambah
dengan
posisi
rasa istirahat
nyeri.
semi3.
fowler.
Meningkatkan
normalisasi fungsi
organ,
contoh
Mendemonstrasikan
merangsang
penggunaan
peristaltic
teknik
dan
dini
dan
menurunkan
sebagi penghilang
ketidak
rasa nyeri
abdomen.
4.
flatus,
nyamanan
Menghilangkan
dan
mengurangi
nyeri
melelui penghilanga
n ujung saraf
catatan:
jangan
lakukan
kompres panas
4. Berikan kantong es karena
pada abdomen
dapat
menyebabkan
kongesti jaringan.
5.
Menghilangkan
nyeri
mempermudah
kerja sama dengan
intervensi
terapi
lain.
5. Berikan analgesic
2.
Kerusakan
Tujuan:Setelah
integritas
berikan
kulit berhubu
pasien
sesuain indikasi
di1. Kaji dan catat1.
tindakan ukuran,
tidak
warna, terjadinya
integritas
sekitar
kulit. luka.
Kriteria hasil:
2. Lakukan kompres2.
basah
Menunjukkan penye
dan
atau
Merupakan
sejuk tindakan
terap
Mengidentifikasi
3.
yang
dapat
mengurangi nyeri.
3.
protektif
Memungkinkan
pasien
lebih bebas
menunjukkan
perilaku
dan
untuk meningkatkan
penyembuhan
keringkan
mencegah
proses penyembuha
komplikasi.
4.
3.
Setelah
1.
pasien,
kenyamanan
pasien.
Awasi
tanda -1.
dilakukan tanda
Mempercepat
Deteksi
dini
adanya infeksi.
vital, perhatikan
yang buruk
diharapkan
tidak berkeringat
mengalami
Kriteria hasil:
mental
peningkatan
Tidak menunjukkan
Tidak
nyeri
abdomen.
adanya tandainfeksi. 2.
dan
infeksi.
Memberikan
karakteristik,
deteksi
drainase luka.
terjadinya
3.
Lakukan
tangan
dini
proses
cuci infeksi.
yang baik3.
dan
Menurunkan
penyebaran bakteri
lakukan perawatan
luka aseptic.
4. Berikan antibiotik
sesuai indikasi.
4. Mungkin diberikan
secara
profilaktif
untuk menurunkan
jumlah
organism,
dan
untuk menurunkan
penyebaran
dan pertumbuhanny
4.
Gangguan
perfusi
Tujuan:
a.
Observasi1. Tirah baring lama
1.
Setelah dilakukan
ekstermitas
dapat mencetuskan
jaringan
perawatan
berhubungan
terjadi
dengan
perfusi jaringan.
resiko
perdarahan
Kriteria hasil:
pembentukan
Tanda-tanda
vital
stabil.
2.
vena
dan
meningkatkan
trombosis.
Evaluasi
status2.
statis
terjadinya
Indikasiyang
menunjukkanembol
isasi sistemik pada
Masukan
kejang,
atau dan
haluaran seimbang
5.
Kekurangan
Tujuan:
volume cairan
muntah
peningkatan
TD
1. Awasi intake dan1.
Memberikan
informasi
berhubungan
tindakan keperawatan
tentang penggantian
dengan
pasien menunjukkan
kebutuhan
perdarahan
post operasi.
yang adekuat
membrane mukosa,2.
kulit, keadekuat
dan
Indicator
volume
Mukosa lembab
nadi
Turgor
kulit
pengisian kapiler.
/ pengisian3.
kapiler baik.
perifer dan
Awasi
pemeriksaan
Haluaran laboratorium.
urine baik.
3.
Memberikan
informasi
volume
tentang
sirkulasi,
darah cairan
sesuai indikasi.
dan
elektrolit.
4.
Mempertahankan
volume sirkulasi
BAB III
Kasus dan Proses Keperawatan
A. Kasus
Ny. A berumur 32 tahun, akan menjalani operasi sectio caesarea (SC) dengan
diagnosa Medis CPD pada hari ini pukul 09.30-09.50 WIB. Sebelum operasi
telah dilakukan pengecekan berkas lengkap berupa hasil USG , Pelvimetri dan
Inform Consent. Sebelumnya pasien telah menjalani puasa selama 6-8 jam,
dan telah diinjeksikan ondansentron 4mg/2ml. Pasien akan diberikan spinal
anestesi, kemudian pasien diposisikan supinasi. Tanda- tanda vital pasien
Tekanan Darah : 110/60 mmHg, Respiration Rate : 26x/mnt, Nadi : 90 x/mnt
dan Suhu : 36,2 C.
a) Pengkajian
1. Biodata Pasien
a.
Nama
: Ny. X
b.
Umur
: 48 tahun
c.
No. CM
: 29. 63. 09
d.
Bangsal
: Cendana
e.
Dx. Medis
f.
Tindakan Operasi
: Kraniotomi
g.
Jenis Anestesi
: Spinal Anestesi
h.
Kamar Operasi/Tgl
: OK 1/ 21 September 2016
i.
Gelang identitas
: Ada
Informent Consent
: Ada
Pasien Puasa
: 6 8 jam
Premedikasi
: Ondansentron 4mg/2ml
: Tidak ada
Catatan Alergi
: Tidak ada
2.
Data Subyektif : -
3.
Data Obyektif
1. Pasien sadar dengan spinal anestesi
2. Tidak ada batuk
3. Posisi pasien : supinasi, kaki lebih rendah dari kepala
4. TD
: 110/60 mmHg
5. RR
: 26 x/menit
6. Nadi : 90 x/menit,
7. S: 362 C
8. Lebar luka
: 15 cm, Horizontal
9. Lama Pembedahan
: 15 menit
10. Jumlah pendarahan : 500 cc