Pembimbing:
dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes
Disusun oleh:
Thiar Theria Amanda, S. Ked
J510155007
J510155014
J510155024
J510155044
J510155053
J510155079
J510155095
J510155007
J510155014
J510155024
J510155044
J510155053
J510155079
J510155095
2016
Pembimbing:
dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas terdapat permasalahan
dalam penulisan makalah ini yang dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
rehabilitasi sosial pada pecandu narkoba secara tepat dan efektif dalam
penanggulangan penyalahgunaan narkoba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana rehabilitasi sosial yang tepat
dan efektif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
terkait rehabilitasi sosial pada umumnya, serta program rehabilitasi sosial
pada pecandu narkoba secara tepat dan efektif pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REHABILITASI SOSIAL
1. Definisi
Tujuan
Menurut (Dinsos, 2011) rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan,
diantaranya sebagai berikut :
a) Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, tanggung jawab
terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau
lingkungan sosial.
b) Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan melaksanakan
fungsi sosialnya.
3. Fungsi
Beberapa fungsi rehabilitasi sosial adalah sebagai berikut (Dinsos, 2011).
a) Pelaksanaan kebijakan teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi
balita, anak dan lansia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak
nakal, korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial.
b) Penyusunan pedoman penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita,
anak dan lansia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal,
korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial.
5. Kegiatan
a) Beberapa kegiatan yang dilakukan, adalah sebagai berikut (Dinsos,
2011) : Pencegahan; mencegah timbulnya masalah sosial, baik
masalah datang dari diri klien, maupun masalah yang dari lingkungan
klien.
b) Rehabilitasi; memberikan bimbingan sosial dan pembinaan mental,
bimbingan keterampilan.
c) Resosialisasi; upaya yang bertujuan untuk menyiapkan seseorang
agar mampu berintegrasi di masyarakat.
d) Pembinaan tidak lanjut; bertujuan untuk keberhasilan klien dalam
proses rehabilitasi dapat lebih dimantapkan.
6. Tahap-Tahap
1) Pendekatan awal
a. Orientasi dan konsultasi
B. NARKOBA
1. Definisi
Narkoba dibagi menjadi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat
adiktif lainnya serta memiliki arti yaitu zat yang memengaruhi kerja otak
(sistem saraf pusat) saat ditelan, diminum, sering menimbulkan candu dan
2. Jenis-jenis Narkoba
Berdasarkan efeknya, narkoba diklasifikasikan menjadi tiga golongan :
a. Golongan Depresan
Zat yang memberikan efek membuat pemakaiannya tenang, suka
diam dan mudah tertidur hingga tidak sadar. Jenis yang termasuk yaitu
otot tidur, penenang, Opioid (morfin, putauw, kodein) dan tranquilizer
(anti cemas).
b. Golongan Stimulan
Zat yang dapat merangsang pemakainya menjadi lebih bersemangat,
aktif dan segar. Contoh : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain
c. Golongan Halusinogen
Zat yang dapat menimbulkan efek halusinasi yaitu merubah mood
dan pikiran serta kemampuannya bisa berbeda sehingga seluruh perasaan
dapat terganggu. Golongan ini tidak masuk dalam terapi medis,
contohnya: Kanabis (ganja), LSD, Mescalin. (Benjamin et al, 2002)
Untuk penjelasan jenis narkoba sebagai berikut:
a. Narkotika
Menurut UU Nomor 22 Tahun 1997, Narkotika merupakan zat
yang berasal dari tumbuhan yang menimbulkan efek candu, bebal atau
tidak merasakan apa-apa, berubahnya kesadaran (BNN, 2013).
Dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 6, Narkotika
diklasifikasikan dalam tiga golongan antara lain :
1) Narkotika Golongan I
Digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang
menimbulkan efek candu yang tinggi. Jadi golongan ini tidak dapat
digunakan untuk keperluan terapi.
2) Narkotika Golongan II
10
tak acuh
Gangguan perasaan
Kekurangan untuk menggerakan diri
Gangguan dalam menimbangkan hal
Gangguan fungsi bermasyarakat atau untuk bekerja
11
12
13
14
Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba bermula dengan upaya coba-coba dalam
lingkungan sosial. Risiko kecanduan semakin tinggi jika semakin lama
pemakaian dilakukan. Jika terus berlanjut, untk mencapai kondisi yang
diinginkan maka dosis narkoba yang digunakan juga akan semakin besar. .
Hingga pengguna tidak dapat melewatkan satu hari tanpa narkoba
(Alodokter,2016).
Jika seseorang sudah dalam tahap kecanduan, terdapat beberapa gejala
yang menandakan antara lain keinginan untuk mengonsumsi narkoba setiap
hari atau beberapa kali dalam sehari, dosis yang dibutuhkan semakin lama
15
2.
3.
16
zat (sakau) yang di derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba
dan berat ringanya gejala putus zat (Haryati, 2012).
Penanganan melalui obat-obatan akan dilakukan melalui
pengawasan dokter, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan.
Pengguna narkoba jenis heroin atau morfin, akan diberikan terapi obat
seperti methadone dan buprenorfin. Obat ini akan membantu
mengurangi keinginan memakai narkoba, yang diharapkan dapat
mencegah penyakit seperti hepatitis C dan HIV hingga kematian
(Alodokter, 2016)
Obat jenis lain yang dapat digunakan untuk membantu
rehabilitasi narkoba yaitu naltrexone. Hanya saja obat ini memiliki
beberapa efek samping dan hanya diberikan pada pasien rawat jalan,
setelah pengobatan detoksifikasi dilakukan di lokasi
rehabilitasi. Naltrexone akan menghalangi efek narkoba berupa euforia
(perasaan senang yang berlebihan dalam hal ini karena efek obat) dan
ketagihan (Alodokter, 2016).
b. Tahap rehabilitasi non-medis,
Di Indonesia terdapat beberapa tempat rehabilitasi, sebagai
contoh di bawah BNN terdapat tempat rehabilitasi di daerah Lido
(Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat
rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya
program therapeutic communities (TC), 12 langkah, pendekatan
keagamaan, dll (Haryati, 2012).
Salah satu proses dari rehabilitasi non medis adalah konseling.
Konselor pertama kali harus meyakinkan pengguna narkoba bahwa ia
mengalami kecanduan. Sebab, seorang penngguna narkoba yang masih
dalam tahap penyangkalan akan sulit diajak bergabung dalam
rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Konseling
biasanya dilakukan secara individu, namum dapat dilakukan secara
berkelompok. Konseling yang dilakukan dalam rehabilitasi akan
membantu si pengguna mengenali masalah atau perilaku yang memicu
ketergantungan tersebut.(Alodokter, 2016),
17
18
5.
19
dan Bahan Aditif sebagai panduan bagi pemerintah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan rehabilitasi sosial korban narkoba secara lebih profesional.
Aspek-aspek yang harus distandarisasi adalah :
a. Legalitas Institusi Pengelola.
Institusi pengelola pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
narkoba wajib mempunyai legalitas. Sebuah panti pelayanan dan rehabilitasi
sosial korban narkoba tercatat diinstansi sosial terkait, mempunyai struktur
organisasi, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) dan akte
notaris.
b. Pemenuhan Kebutuhan Klien
Kebutuhan pokok klien dipenuhi oleh pengelola panti pelaksana pelayanan
dan rehabilitasi sosial, dengan mempertimbangkan kelayakan dan
proporsionalitas. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
1) Makan 3x sehari dengan mempertimbangkan kecukupan gizi dengan
menu gizi seimbang.
2) Pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan kerjasama puskesmas,
dokter praktek, dan rumah sakit.
3) Pelayanan rekreasional dalam bentuk penyediaan TV, alat musik
sederhana, rekreasi di tempat terbuka, dan lainlain.
c. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna
narkoba dilaksanakan dengan tahap yang standar, meliputi:
1) Pendekatan Awal
Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan
penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait,
dan organisasi sosial(lain) guna memperoleh dukungan dan data awal
calon klien/residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.
2) Penerimaan
Tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah
diterima atau tidak dengan mempertimbangkan halhal sebagai berikut:
a) Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk
persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up,
test urine negatif, dan sebagainya).
b) Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan
menjadi klien / residen.
c) Pencatatan klien dalam buku registrasi.
20
d. Asesmen
Kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh
permasalahan klien/residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
21
rehabilitasi bagi klien yang telah mencapai target program (BNN, 2013).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Rehabilitasi sosial merupakan pemulihan kembali keadaan individu yang
mengalamai permasalahan social.
2. Bahaya penyalahgunaan narkoba dapat mempengaruhi perubahan fisik dan
perubahan sifat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Asikin, H.. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Allen K.M. Clinical Care of the Addicted Client, Review Article on: American
Psychiatriy Journal, 2010 October 20.
Alodokter . 2013. Tahapan Rehabilitasi Narkoba http://www.alodokter.com/tahapanrehabilitasi-narkoba [Accessed: Nov 28, 2016].
23
Aruan, S. 1998. Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi. Ghalia
Indonesia.
Benjamin, et al. Substance Related Disorders. Dari: Kaplan & Sadock Synopsis of
Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry 9th edition, Lippingcott
Williams & Wilkins, 2002, h. 380-435.
BNN. (2013). Perkembangan Ancaman Bahaya Narkoba di Indonesia.
http://www.bnn.go.id pdf. di akses tanggal 16 april 2015.
BNN. 2016. http://jabar.bnn.go.id/artikel/tahapan-rehabilitasi-bagi-pecandunarkotikanarkoba [Accessed: Nov 28, 2016].
Dinas Sosial Jawa Timur. 2011. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.Online
http://dinsos.jatimprov.go.id/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=111&Itemid=89 (29 November 2016)
Hawari, D. (2006). Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Jakarta : FKUI.
Haryati L., 2013.Tahap-tahap Pemulihan Pecandu Narkoba. Humas Badan Narkotika
Nasional.Jakarta.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahappemulihan-pecandu-narkoba [Accessed: Nov 28, 2016].
Martono, L.H, Joewana, S. 2008. Belajar Hidup Bertanggung Jawab Menagkal
Narkoba & Kekerasan. Jakarta: Balai Pustaka.
Muis, Ichwan. 2010. Rehabilitasi Sosial. Online http://ichwanmuis.com/?p=231 (29
November 2016)
Sumiati. DKK. (2009). Kesehatan jiwa remaja dan konseling. Jakarta: Trans Info
Media.
Widiada, A . 2005. Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung : Amrico.
24
25