Oi Cepet Cepet23
Oi Cepet Cepet23
BAB I
PENDAHULUAN
Nomor/ Tanggal
Pengesahan DepHukHam
Nomor/ Tanggal
Pengesahan DepHukHam
Year Built
: 2006 2007
Start Up
: Juli 2007
Main Contactor
: PT Rekayasa Industri
: 167/V/PMA/2006
b. NKP
: 5141-31-19711
: 361/II/PMA/2006
b. NKP
: 2320/5141-16/31-19711
: 630/APIT/2006/PMA
b. Tanggal
: 23 November 2006
: 1768 K/10/MEM/2008
b. Tanggal
: 2 Juni 2008
itu, dibutuhkan perawatan dan perbaikan agar proses kegiatan perusahaan dapat
berlangsung dengan baik dan lancar. Adapun secara rinci tugas utama dan tugas
umum dari head engineering and maintenance, adalah:
1. Tugas Utama
Menjaga semua fasilitas pabrik agar tetap berfungsi secara baik dan efisien
dan memberdayakan semua man power yang ada menuju kualitas dan disiplin
kerja yang baik dalam lingkup pekerjaan officer boy, perawatan umum, perawatan
penerangan dan sarana elektrikal, perawatan plumbing instalasi air bersih dan
kotor.
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja head
engeneering and maintenance dan menjaga kerahasian lingkup pekerjaan serta
melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan secara
efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan dan perintah-perintah
khusus dari atasan langsung untuk kepentingan perusahaan.
1.3.4 Project Engineering
1. Tugas Utama
Mendesign dan engineering project instrument dan system control dan
memonitoring trouble shooting field instrument dan back up DCS serta menyuplai
data kepada departemen lain serta membuat dan menjadwalkan kalibrasi untuk
semua peralatan instrumen.
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada head engeneering and maintenance atas
lingkup kerja project engineer, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup
pekerjaanya serta melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan
dikerjakan secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
1.3.5 General Maintenance Supervisor
1. Tugas Utama
melakukan
studi proses optimisasi dan pemilihan proses yang tepat dalam penentuan dan
perhitungan equipment.
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada seluruh lingkup kerja process engineering dan
menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya.
1.3.9 Laboratory Supervisor
1. Tugas Utama
Mengkoordinasikan
bawahan, menentukan
tugas
dan
mengontrol
pelaksanaan analisa sample bahan baku, produk stream, produk jadi yang
dihasilkan mencakup aspek kualitas dan keamanan (quality & safety) serta
mengatur kegiatan dan mengontrol proses analisa sample final product berkaitan
dengan loading sample.
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab atas lingkup kerja laboratory supervisor serta menjaga
kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
1.3.10 Health, Safety and Environment Supervisor
1. Tugas Utama
Mengkoordinasi dan mensupervisi HSE officer, safetyandfire watch dan
mengeluarkan work permit untuk seluruh pekerjaan (hot work,confine space, high
elevation and heavy lifting).
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada plant superintendent atas lingkup kerja HSE
supervisor dan menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya. Menggunakan
dan merawat semua peralatan dan fasilitas perusahaan agar tetap dalam keadaan
baik dan siap pakai.
1.3.11 Security dan Comdev Supervisor
1. Tugas Utama
a. Internal
Mewujudkan suasana aman dan tertib di lingkungan kerja PT Surya Esa
Perkasa Tbk agar dapat mendukung kelancaran operasional perusahaan.
b. Eksternal
Memelihara hubungan kerjasama, koordinasi yang harmonis dalam bentuk
kunjungan silaturahmi dan pemberian kontribusi dengan aparat pemerintah
setempat (RT/RW, Kepala Desa, Camat, Bupati, Perangkat pemerintah lainnya
yang terkait), aparat militer (Babinsa, Danramil, Dandim, Danrem, Pangdam) dan
aparat kepolisian (Kapolsek, Kapolres, Kapolda), Tokoh masyarakat (Kepala
Dusun, Pemuka Adat, Pemuka Agama, Tokoh pemuda, Karang Taruna, Ormas/
LSM).
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja chief security
& comdev supv. dan menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
1.3.12 Plant Comercial Head
1. Tugas Utama
Mengontrol pekerjaan purchasing dan warehousing serta memonitoring
schedule loading produk (LPG dan condensate) dan koordinasi schedule offtaker
LPG dan condensate Palembang.
2. Tugas Umum
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja commercial
supervisor dan menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
1.3.13 HRD & GA Supervisor
1. Tugas Utama
Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan yang menyangkut ketenaga
kerjaan, hak dan kewajiban, baik bagi perusahaan maupun karyawan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta perhitungan
pembayaran upah, lembur atau over time karyawan sesuai dengan kebijakan
10
serta
menjaga
kerahasiaan
atas
lingkup
pekerjaannya
dan
11
lingkup kerja
12
engineering
project
instrument
dan
control
system,
13
Adapun fasilitas yang diberikan oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk antara
lain:
1. Fasilitas kesehatan
2. Fasilitas transportasi
3. Fasilitas asuransi/ jaminan sosial tenaga kerja, dan lainlain.
1.4.3 Peraturan Pekerjaan
Sesuai dengan UU No.13 tahun 2003 pasal 108 yang menyatakan bahwa
setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja 10 orang atau lebih maka
perusahaan wajib membuat peraturan pekerjaan.
Adapun hal hal yang menyangkut dengan peraturan pekerjaan yaitu:
1. Peraturan berlaku selama dua tahun
2. Membuat hak dan kewajiban masing-masing
3. Memuat syarat kerja
4. Memuat tata tertib
5. Memuat jangka waktu masa berlaku
6. Dikeluarkan oleh perusahaan.
1.5 Pemasaran Produk
PT Surya Esa Perkasa Tbk. menghasilkan produk berupa LPG mix,
condensate, dan propane. Target penjualan produk lebih diutamakan pada produk
LPG. Sedangkan untuk produk propane hanya didistribusikan jika ada pesanan
dari perusahaan yang bersangkutan ataupun bisa digunakan untuk operasional di
dalam pabrik PT Surya Esa Perkasa Tbk. Itu sendiri. Produk LPG yang diproduksi
oleh PT. Surya Esa Perkasa memiliki spesifikasi yang ditunjukan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi Produk LPG PT Surya Esa Perkasa. Tbk.
pesifikasi
C2
C3/C4
C5+
Reid Vapour Pressure (RVP)
No Free-Water
LPG Mix
Keterangan
0,8 (%v)
97,0 (%v)
2,0 (%v)
< 145 (psig)
-
Maksimum
Minimum
Maksimum
Maksimum
-
14
Detil
0,8 ( %v )
97,0 ( %v )
2,0 ( %v )
50 ( ml/1000 AG )
145 ( psig )
Keterangan
Maksimum
Minimum
Maksimum
Minimum
Maksimum
15
BAB II
URAIAN PROSES
Mole%-Low CO2
N2
0.4
0.4
CO2
8.99
5.6
CH4
78.2
81.59
C2H6
6.14
6.14
C3H8
3.79
3.79
I-C4H10
0.64
0.64
n-C4H10
0.79
0.79
I-C5H12
0.28
0.28
n-C5H12
0.19
0.19
C6H14
0.22
0.22
C7H16
0.23
0.23
C8H18
0.13
0.13
H2O
Total
100
100
16
Adapun sifat fisika dan kimia gas alam adalah sebagai berikut:
a. Memiliki rumus molekul : CnH2n+2
b. Bereaksi dengan Oksigen membentuk CO2 dan Uap air H2O
c. Merupakan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 60-90 Hidrokarbon ringan
dan Hidrokarbon berat serta gas pengotor dan gas inert.
d. Tidak berwarna, tidak berbau dan rasanya hambar
2.2 Deskripsi Proses
Secara garis besar LPG Plant di PT Surya Esa Perkasa Tbk. dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Feed Gas Inlet
2. Dehydration (Mole Sieve System)
3. Compression System
4. LPG Recovery System
5. Fraksinasi
6. Refrigerant System
7. Hot Oil System
8. Flare and Disposal System
9. Storage and Loading System
10. Control and ESD System
2.2.1 Feed Gas
Feed gas dari PT Surya Esa Perkasa Tbk. berasal dari pipa transmisi
pertamina dengan kondisi 105oF dan tekanan 460 Psig dialirkan melalui flow
control valve dengan flow sebesar 66 MMSCFD. Selanjutnya gas umpan ini
masuk kedalam scrubber (V-004) untuk dilakukan proses pemisahan fraksi berat
(liquid yang tidak terlarut dalam gas) dengan gas itu sendiri. Proses pemisahan
antara gas dan liquid dilakukan dengan cara menabrakkan feed gas ke dinding
scrubber sehingga air dan fraksi berat yang terikut pada feed gas akan turun
karena adanya gaya gravitasi.
17
18
menuju dust filter (F730A/B) untuk menghilangkan partikel debu yang terbawa
dari mole sieve. Gas kering keluaran dust filter kemudian dibagi menjadi 2 aliran
yaitu menuju feed gas scrubber (V-810) dan menuju regeneration gas compresor
(C-740). Aliran yang menuju regeneration gas compressor (C-740) ini merupakan
proses awal
dalam meregenerasi mole sieve yang hampir jenuh oleh air. Dari
compressor (C-740) gas akan dinaikkan tekanannya dari 396 psig hingga 435 psig
kemudian gas dialirkan menuju regeneration gas heater (H-750) untuk dinaikkan
temperaturnya dari 105oF menjadi 510oF. Gas panas ini akan mengalir menuju
tower yang akan diregenerasi (misal tower mole sieve B) dimana adsorben akan
dipanaskan sehingga air yang terkandung akan menguap dan keluar bersamaan
dengan gasnya. Kemudian gas dan uap air ini akan menuju regeneration gas
cooler (E760) untuk didinginkan dari 500oF ke 120oF sehingga
uap airnya
sebagian akan berubah fase menjadi fase cair. Lalu kedua fase ini akan dipisahkan
di regeneration gas separator (V-770) dimana dengan bantuan gaya gravitasi
cairan akan menuju ke bawah menuju closed drain dan gas akan naik keatas
bergabung dengan feed gas yang telah keluar dari feed gas scrubber. Setelah
proses pemanasan selesai, gas yang akan meregenerasi adsorben pada mole sieve
dilewatkan kembali ke dalam mole sieve tanpa melewati gas heater terlebih
dahulu. Hal ini karena gas tersebut berfungsi untuk pendinginan adsorben didalam
mole sieve. Proses adsorbsi sendiri memerlukan waktu 12 jam dan proses
regenerasi memerlukan waktu +24 jam (Heating 7,96 jam, Cooling 5,95 jam dan
Standby 9,9 jam).
2.2.3 Compression System
Gas kering dari mole sieve akan dialirkan menuju scrubber (V-810) dan
kemudian dinaikkan tekanan dari 410 psig ke 773 psig menggunakan feed gas
compressor (C-820A/B). Feed gas after cooler (E-830) akan mendinginkan
discharge compressor dari 214,7oF ke 120oF. Selanjutnya gas yang telah dinaikkan
tekanannya akan mengalir menuju disharge coalescing filter (F-840) untuk
memisahkan lube oil yang terbawa dari compressor. Di sini gas akan masuk dari
19
bawah dan dengan bantuan gravitasi oli akan turun. Gas yang naik akan disaring
oleh filter sehingga partikel-partikel oli yang terikut aliran gas akan tersaring dan
lama-lama akan menjadi partikel yang besar dan akan turun kebawah dengan
bantuan gravitasi. Gas yang telah disaring kemudian menuju cold box/gas chiller
(E-210) sedangkan oli tadi akan dibuang ke closed drain dengan bantuan LCV840.
2.2.4 Chiling/ Cold Box (LPG Recovery Unit)
Gas dari F-840 akan didinginkan oleh cold box (E-210) dari 119oF ke -26oF
dan akan dialirkan ke Low temperatur Separator (V-250). Di sini terdapat 2 fase
dimana fase cairan diharapkan mengandung kadar methane yang rendah
sedangkan fase gasnya diharapkan hanya mengandung methane dan ethane. Fase
cair kemudian akan turun dengan bantuan level control valve menuju cold box
untuk selanjutnya dipanaskan oleh feed de-ethanizer heater (E-930).
Lalu gas keluaran dari LTS V-250 akan keluar lewat atas menuju expander
suction scrubber (V-950) dimana gas yang berubah menjadi cairan, terlebih
dahulu harus dipisahkan disini sebelum masuk kedalam proses ekspansi. Cairan
yang terbentuk kemudian akan dikeluarkan menuju coldbox untuk selanjutnya
akan dipanaskan di feedde-ethanizer heater (E-930).
Gas yang keluar dari scrubber akan menuju expander. Disini gas bisa
diekspansi dengan JT-valve (PCV-910) atau dengan Turbo Expander (C-910).
Turbo Expander digunakan untuk mengoptimalkan LPG recovery karena suhu
outlet yang dihasilkan sebesar -73,46oF sehingga fase propane yang berubah fase
dari gas menjadi liquid lebih banyak jika ditinjau dari titik didihnya dibandingkan
menggunakan mode JT-valve (PCV-910). Outlet dari expander akan mengalir
menuju absorber tower. Disini fase liquid akan terpisah dari gas dan akan
dikeluarkan lewat bawah. Absorber pump akan memompa fase liquid kedeethanizer tower (V-500) sedangkan fase gas yang juga mempunyai temperatur
yang rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan aliran yang ada di reflux
20
condenser (E-990) dan gas chiller (E-210) untuk selanjutnya akan dialirkan ke
booster compressor (C-970) untuk dinaikkan tekanannya.
Sebelum masuk ke booster compressor (C-970) sebagian gas akan
dialirkan menuju fuel gas filter (V-003) melewati bypass valve untuk selanjutmya
digunakan
sebagai
keperluan
bahan
bakar
proses
pada
plant.
21
fraksi yang lebih berat (cair) akan turun kebawah melewati tray-tray untuk
selanjutnya menuju reboiler dengan bantuan tray-tray dan sebuah chimney tray.
Fraksi yang ringan (gas) akan menuju reflux condenser untuk di dinginkan untuk
kemudian diabsorpsi kembali untuk menyerap fraksi berat (propane butane dan
condensate) yang mungkin masih terdapat didalam gas untuk kemudian dialirkan
kembai di de-ethanizer tower. Di reboiler ini sebagian liquid akan diuapkan
kembali dengan cara dipanaskan dengan temperatur 229oF.
Selanjutnya liquid yang tidak menguap akan dialirkan menuju depropanizer tower (V-525). Kolom de-propanizer ini berfungsi untuk memisahkan
komponen C3 (propane) dari C4+ yang kaya kandungan butane dan condensate
dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Tekanan dan
temperatur operasi pada
Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas sebagai campuran dua
fase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir ke bawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk
kedalam reboiler (E-530) untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang
mengalir di tube reboiler dengan temperatur reboiler 241F. Uap panas ini
kemudian dimasukkan kembali ke dalam kolom de-propanizer dan menuju ke atas
melalui serangkaian tray lagi untuk memanasi cairan yang turun ke bawah melalui
tray yang sama. Uap propane kemudian dikondensasi melalui condenser (E-535)
dari 151oF ke 142oF dan selanjutnya ditampung dalam reflux drum (V-540).
Kemudian propane ini sebagian akan dipompa menuju de-propanizer sebagai
reflux dan sebagian lagi akan menuju after cooler (E-550) untuk selanjutnya
dicampur dengan butane sebagi LPG mix yang akan disimpan di LPG Storage (V009).
Sementara itu cairan hidrokarbon yang tidak menguap akan menuju ke
kolom de-butanizer (V-560) yang selanjutnya akan dikontakkan dengan uap panas
hidrokarbon dari hasil pemanasan cairan hidrokarbon di reboiler (E-565). Untuk
22
memisahkan butane dan condensate tersebut, set point suhu dan tekanan reboiler
diatur sebesar 300,7oF dan 121 psig. Uap yang kaya kandungan butane hasil
pemanasan dari reboiler ini selanjutnya dimasukkan kembali kedalam kolom debutanizer dan mengalir keatas melalui sejumlah tray menuju butanizer condenser
(E-570). Butane yang terkondensasi kemudian ditampung dalam reflux drum (V575).
Sebagian butane dipompakan ke puncak kolom sebagai cairan reflux dan
sebagiannya lagi dialirkan ke cooler (E-590) sebelum di blending dengan propane
menjadi LPG mix dengan komposisi sekitar 60% mol C3 dan 38% mol C4.
Selanjutnya dialirkan ke dalam tanki LPG (V-008) pada temperatur 100 F dengan
tekanan operasi tanki 130 Psig. Condensate yang telah stabil selanjutnya mengalir
dan keluar melalui level control menuju condensate cooler (E-580) untuk
didinginkan mencapai suhu 120 oF sebelum dialirkan ke dalam tanki condensate
(V-009) pada kondisi atmosferik.
2.2.6 Refrigeration System
Refrigration system merupakan unit sistem pendingin pada plant LPG
yang
menggunakan
propane
sebagai
pendingin. Refrigeration
package
23
Propane lalu akan menuju propane suction scrubber. Disini fase liquid
propane yang terbentuk dari fase gasnya akan dipisahkan sebelum masuk ke
compressor (C-310 A/B). Di compressor ini, tekanan gas yang dihasilkan sebesar
180 psig dengan suhu 155oF sehingga vapor yang dihasilkan superheated atau
uap kering yang akan masuk ke V-320 A/B. Di V-320 ini lube oil terpisahkan dan
dipompakan kembali ke engine sedangkan uap propane dialirkan dan didinginkan
di fan cooler (E-410 A/B/C), hingga propane terkondensasi kembali untuk
selanjutnya disimpan di Tangki accumulator (V-400).
2.2.7 Hot Oil System
Sistem hot oil menggunakan lube oil mobiletherm 603 sebagai oil untuk
pemanasan pada reboiler fraksinasi. Heater yang digunakan adalah hot oil
heater (H-600) dan Hot Oil Medium Heater (H-670).
Hot Oil Heater merupakan dual furnace atau tungku tipe konveksi
(pemanas tak langsung) yang berfungsi untuk memanaskan hot oil dengan bahan
bakar lean gas pada saat operasi normal. Hot oil kemudian akan dipompa oleh
pompa (P-630 A/B) untuk memanaskan reboiler de-Butanizer (E-565) dan
reboiler de-ethanizer (E-900) yang kemudian selanjutnya akan mengalir kembali
ke hot oil heater (H-600) untuk dipanaskan kembali.
Hot medium heater (H-670) merupakan pemanas yang berfungsi
memanaskan oil dengan fuel gas untuk selanjutnya hot oil tersebut akan dialirkan
menuju de-ethanizer feed heater E-930 dan de-propanizer reboiler (E-530) untuk
selanjutnya dikembalikan lagi ke hot medium heater atau ke heat medium
expansion vessel (V640).
Expansion tank didesign memiliki ruang yang cukup untuk meyimpan
sementara hot oil dan juga memberikan ruang untuk expansi hot oil akibat
pemanasan. Untuk mengganti sebagian hot oil yang hilang selama pemakaian
maka disediakan connection untuk hot oil make-up yang dilengkapi dengan
pompa feeding dan stroge tank. Hot oil system dilengkapi dengan control panel
tersendiri berbasis PLC yang terpasang secara terpisah dan di design khusus untuk
24
25
LPG dialirkan dari tangki penyimpan dengan LPG pump yang masingmasing berkapasitas 174,354 Gpm. Plant ini juga dilengkapi dengan 1 buah LPG
offspec tank berkapasitas 150 ton yang berfungsi untuk menampung hasil LPG
yang tidak memenuhi spesifikasi sebelum di recycle kembali ke proses plant
dengan menggunakan LPG off spec pump.
Terdapat 1 buah condensate tank untuk menampung produk condensate
dengan kapasitas 125 tons. Loading propane dan condensate produk dilakukan
dengan dispenser menggunakan filling station. Condensate dialirkan dari tanki
penyimpan dengan 2 buah propane pump yang masing-masing berkapasitas 22
Gpm, dan 2 buah condensate pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm.
2.2.10. Control and ESD System
Untuk mengendalikan plant dan mengatasi keadaan bahaya, LPG plant
Lembak, simpang Y dilengkapi dengan Control dan ESD system yang berfungsi
untuk mengontrol parameter proses dan sebagai emergency shutdown system.
Menurut penempatannya (topography) system kontrol ini dibagi menjadi 2 bagian
yaitu system control yang diletakkan di dalam control room dan local control
panel untuk unit-unit tertentu.
Semua parameter proses dikendalikan dari control room. Panel-panel yang
terdapat di dalamnya sebagai berikut:
1. Main control panel & ESD system (PLC system)
2. Gas chromatograph panel (Status)
3. MCC panel
4. Propane refrigerant panel
5. Hot oil panel
PLC yang berada di control room menangkap sinyal atau info yang dikirim
dari
local
panel
atau
site
yaitu
dari
transmitter, control
valve, SOV
BDV/SDV/DV), dan dew point. Terdapat 3 system di site yang tidak terhubung
26
dengan DCS system, yaitu loading system, gas chromatography system dan
metering lean gas system.
Pengontrolan loading system dilakukan langsung di lapangan, sedangkan
status dari metering lean gas di display di control room melalui flow computer
yang dilengkapi dengan printer sendiri. Data dari local panel gas chromatography
juga di display di PC3 yang berada di control room. PC3 juga dilengkapi dengan
printer. Sistem yang berada di lapangan selain instrument yang juga terhubung
PLC adalah refrigeration system dan hot oil packages.
Man Machine Interface (MMI) dari PLC system dilakukan di dua buah
computer (PC1 dan PC2), serta terhubung ke dua buah printer. PC1 berfungsi
sebagai
programming
dan
station, artinya
semua
penambahan
ataupun
pemprograman PLC system hanya bisa dilakukan melalui PC1. PC2 berfungsi
sebagai station dan dapat digunakan untuk merubah set-point dari instrument. Di
control room juga terdapat MCC yang berfungsi sebagai control terhadap semua
equipment motor. Khusus untuk motor-motor yang bekerja di main proses, MCC
mengirim sinyal Run atau Stop Permit Status ke DCS system.
2.3 Produk
Gas alam yang dialirkan dari sumur gas dari Pertamina akan diolah dan
dipisahkan dari unsur-unsur kimia pengotor atau impurities. Dengan adanya
bahan-bahan pengotor maka akan mengakibatkan berkurangnya kualitas dari
produk dan mengganggu pengoperasian pada proses pengolahan gas alam.
Adapun produkproduk yang dihasilkan oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk adalah
sebagai berikut:
1. propane
2. LPG
3. condensate
Dari ketiga produk di atas yang dihasilkan, produk utama dari PT Surya
Esa Perkasa Tbk adalah LPG sedangkan produk yang lain adalah produk
sampingan.
27
28
29
1. Impurities yang tidak larut (suspended solid) yaitu partikel partikel atau
kotoran yang masih dapat dilihat secara kasat mata seperti partikelpartikel yang menyebabkan air keruh.
2. Impurities yang terlarut (dissolved solid) seperti kalsium bikarbonat,
garam-garam silika, dan lain-lain.
Pada dasarnya kedua impurities di atas harus dihilangkan agar diperoleh air
dengan kualitas yang bagus. Namun, plant PT SEP hanya menghilangkan
kandungan air suspended solid karena air yang digunakan hanya untuk menyuplai
keperluan kantor, pendingin untuk fin fan cooler dan fire hydrant.
Pada awalnya air diambil dari sumur bor dengan menggunakan pompa deep
well pump yang kemudian ditampung dibak settling untuk mengendapkan
suspended solid yang ada sebelum dialirkan ke proses selanjutnya. Dari bak
penampung air dialirkan ke sand filter guna menghilangkan impurities solid
seperti pasir, tanah, dan lain-lain. Filtrasi ini adalah suatu proses untuk
menghilangkan zatzat yang tidak larut di dalam air secara mekanis. Air lalu
mengalir ke bagian bawah gravity filter melalui media penyaring mengandung
lapisan pasir silika, partikel-partikel yang
30
dan
31
menyaring
kandungan
air
yang
terdapat
di
udara
dengan
cara
32
yang dibangun
33
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Pengaruh ambient temperature terhadap nilai heat duty pada sales gas
compressor aftercooler (E101-B).
3.2 Latar Belakang
Plant yang ada di PT Surya Esa Perkasa Tbk. dirancang untuk memproses
66 MMSCFD gas umpan untuk menghasilkan produk propane, LPG Mix dan
condensate (C5+). Lean gas (gas ringan) sisa dari pemisahan LPG akan dialirkan
kembali ke Pertamina. Untuk mengalirkan lean gas ini dibutuhkan kompressor
udara yang salah satunya adalah sales gas compressor (C101-B). Sebelum
dialirkan ke pipa Pertamina, discharge dari kompressor ini harus di dinginkan
terlebih dahulu dengan sales gas compressor aftercooler (E101-B).
Sales gas compressor aftercooler (E101-B)digunakan untuk pendinginan
discharge dari kompressor udara (C101-B). Media pendingin untuk sales gas
compressor aftercooler
bantuan sebuah fan. Dalam proses perpindahan panas yang terjadi di sales gas
compressor aftercooler (E101-B) ada banyak faktor yang mempengaruhi nilai
heat duty dari proses tersebut, salah satunya adalah ambient temperature karena
udara sekitar adalah media yang digunakan sebagai media pendingin discharge
dari kompressor udara (C101-B).
3.3 Tujuan
Mengetahui dan mempelajari pengaruh ambient temperature terhadap
nilai heat duty pada sales gas compressor aftercooler (E101-B).
34
3.4 Manfaat
a. Mengaplikasin keilmuwan terutama dalam bidang teknik kimia dan dapat
melihat secara nyata hubungan dari teori dengan praktek.
b. Data yang sudah diolah dapat dijadikan sebagai data pembanding pabrik
sebagai bentuk monitoring pabrik terhadap alat aftercooler (E-101B).
c. Dengan Mengetahui dan mempelajari pengaruh ambient temperature
terhadap nilai heat duty pada aftercooler (E101-B) maka dapat dilakukan
modifikasi pengendalian pada aftercooler (E101-B) apabila diperlukan.
3.5 Perumusan Masalah
Untuk mencapai tujuan dari tugas khusus, maka dilakukan perumusan
masalah dengan membuat point-point pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana mengkonversi nilai Laju alir dari MMSCFD ke Kg/hr ?
b. Bagaimana menghitung nilai Cprata-rata masing-masing komponen?
c. Berapa nilai beda suhu masuk dan keluar pada stream proses?
d. Berapa nilai heat duty pada setiap waktu pengambilan data?
e. Berapa nilai ambient temperature pada setiap pengambilan data?
3.6 Tinjauan Pustaka
Heat exchanger adalah sebuah perangkat perpindahan panas yang menukar
panas antara dua atau lebih fluida proses. Sebuah heat exchanger digunakan untuk
memindahkan energi panas internal antara dua atau lebih fluida yang ada pada
temperatur yang berbeda. Dalam kebanyakan heat exchanger, fluida dipisahkan di
heat-transfer surface dan idealnya mereka tidak bercampur. Sebuah alat heat
exchanger memiliki aplikasi industri yang luas.
Sebuah alat heat exchanger harus memenuhi berbagai persyaratan. Dalam
hal kinerja, perpindahan panas di desain maksimum dengan ukuran alat yang
minimum. Selain itu, daya tahan penukar panas harus sangat tinggi, biaya
produksi performanya rendah, dan memperhatikan lingkungan sekitar. Air cooled
heat exchanger mempunyai keunggulan tersebut karena menggunakan media
35
udara sebagai fluida pendingin. Hal ini berarti bahwa peralatan yang memerlukan
pendinginan tidak memerlukan media air dan masalah yang terkait dengan
pengolahan dan pembuangan air yang telah menjadi lebih mahal dengan peraturan
pemerintah serta masalah lingkungan dapat diminimalisir.
Air cooled heat exchanger digunakan untuk mentransfer panas dari sebuah
aliran fluida proses ke udara ambient tanpa masalah lingkungan, atau tanpa biaya
yang besar. Hal ini dimungkinkan oleh berbagai macam bahan berbasis aluminium
dan bentuk produk yang diproduksi dengan berbagai pilihan desain yang terus
mengalami perbaikan dengan biaya yang rendah. Aluminium, di berbagai
bentuknya
melewati bagian tubes yang horizontal dengan cara forced draft atau induced draft
oleh kipas. Untuk aplikasi proses kondensasi, serangkaian tube bisa disusun
miring atau vertikal. Demikian pula untuk air cooled heat exchanger yang cukup
kecil, aliran udara bisa mengalir secara horizontal melewati serangkaian tube.
Dalam rangka meningkatkan karakteristik perpindahan panas dari air
cooled heat exchanger, tubes dilengkapi dengan external fins. Fins ini bisa
mengakibatkan peningkatan heat transfer surface yang besar.
Pemilihan air cooled heat exchanger yang harus digunakan pada dasarnya
harus memperhatikan masalah ekonomi termasuk biaya atau modal pertama biaya,
biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan ruang, dan kerugian dari
pendinginan dengan udara.
Keuntungan dan kerugian dari air cooled heat exchanger panas secara
umum ditunjukkan pada Tabel 4.
36
Kerugian
Pilihan yang tepat untuk lokasi dimana Biaya pembelian awal yang tinggi
air pendingin langka atau mahal
Cocok untuk pendinginan aliran proses Butuh ruangan yang relatif besar
yang bersuhu tinggi
Biaya maintenance dan operasi relatif
rendah
Pada umumnya semua aliran proses pada air cooled heat exchanger berada
di dalam tubes. Untuk mengimbangi sifat perpindahan panas yang buruk dari
udara yang mengalir di bagian luar tubes dan untuk mengurangi dimensi
keseluruhan dari penukar panas maka external fins ditambahkan diluar
tubes. Konsep utama penambahan tubes ini adalah untuk meningkatkan luas
permuakaan bagian luar tubes.
Air cooled heat exchanger dapat dibangun dalam beberapa konfigurasi,
biasanya dikendalikan oleh power yang tersedia, instalasi dan permintaan
customer. Jenis yang paling umum dari air cooled heat exchanger adalah
tubes horisontal dengan kipas horizontal dan aliran udara mengalir vertikal. Tipe
ini biasanya digerakkan oleh drive motor listrik yang melekat pada kipas melalui
v-belt. Model ini juga bisa digerakkan oleh motor hidrolik. Aplikasi normal untuk
model ini di pabrik atau kilang di mana tenaga listrik tersedia, dan di mana
pendingin dipasang jauh dari peralatan lainnya untuk memungkinkan aliran udara
yang memadai di sekitar pendingin udara. Tipe air cooled heat exchanger bisa
memiliki konfigurasi induced draft atau forced draft tergantung pada
aplikasi, instalasi dan perhitungan keuntungan dan kerugian untuk kedua tipe.
a. Forced draft air cooled heat exchanger
Forced draft merupakan tipe air cooled heat exchanger yang paling
ekonomis dan paling umum diranceng. Tipe ini menggunakan kipas aksial untuk
37
exchanger
juga
berlaku
untuk
desain
sebuah
air
cooled
heat
perubahan
kondisi
iklim, masalah
kontrol
pendingin
udara
menjadi relevan. Sebuah keputusan harus dibuat seperti apa suhu udara ambien
yang sebenarnya akan digunakan untuk desain. Beberapa faktor penting dalam
desain air cooled heat exchanger antara lain adalah diameter tabung, panjang
tubes, tinggi fin, jumlah baris tubes, horse power, dan plot area.
38
Aftercooler merupakan salah satu jenis alat penukar panas yang berfungsi
untuk mendinginkan discharge dari kompressor udara. Media yang digunakan
untuk perpindahan panas adalah air atau udara. Aftercooler mengurangi sejumlah
uap air di sistem kompresor udara dengan cara mengkondensasikan uap air
menjadi cair. Aftercooler yang dikombinasikan dengan separator akan menjadikan
pengurangan moisture di dalam sistem kompresor akan semakin baik.
Di dalam
39
dimana,
Q = Heat Duty
m = Laju alir massa
Cp = Specific heat
dt = Selisih antara suhu masuk dan suhu keluar
Jika fluida panas mengalami perubahan fasa maka digunakan persamaan
sebagai berikut:
Q=mx
dimana,
Q = Heat Duty
m = Laju alir massa
= Latent heat
3.7 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengerjakan tugas khusus ini dilakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
3.7.1 Metode Observasi
Metode observasi ini, merupakan satu metode pengumpulan data, dengan
cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis, mengenai fenomena yang
diselidiki (Suharsimi Arikunto, 1990, hal.133). Dengan menggunakan metode ini
penulis akan mendapatkan gambaran dari pengamatan secara langsung tentang
bagaimana aftercooler (E-101B) bekerja dan variabel apa saja yang berubah di
dalam setiap kali melakukan observasi. Adapun data yang ingin diperoleh melalui
metode ini adalah sebagai berikut:
1. Cara kerja after cooler (E-101B).
2. Data temperatur suction dan discharge compressor (C-101B)
3. Data ambient temperature pada inlet aftercooler (E-101B)
3.7.2 Metode Interview
Metode interview ini, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan dari
40
penelitian (Dedy Mulyana, hal 180). Metode ini digunakan oleh penulis dengan
tidak berstruktur agar narasumber lebih luwes dan terbuka dalam menjawab
pertanyaan yang terkait dengan tugas khusus. Narasumber yang diinterview
adalah sebagai berikut:
1. Operator pabrik, terkait dengan cara kerja plant secara umum.
2. Pembimbing pabrik, terkait cara kerja alat-alat plant secara lebih detail.
3. Para dosen, terkait dengan tugas khusus
3.7.3 Metode Dokumentasi
Pengumpulan data dicari melalui informasi pada dokumen, arsip-arsip,
buku-buku catatan terkait dengan data yang dibutuhkan. Metode ini dilakukan
untuk melengkapi data yang dibutuhkan seperti data komposisi sales gas.
3.8 Pemecahan Masalah
3.8.1 Menghitung Heat Duty Sales Gas Compressor Aftercooler (E-101B)
Untuk mendapatkan nilai heat duty sales gas compressor aftercooler (E101B) pada setiap pengambilan data dilakukan beberapa perhitungan:
a. Menghitung flow aktual sales gas dengan hanya mempertimbangkan nilai
recycle menggunakan persamaan:
Flow sales gas dari E-101 B= (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
b Menghitung molar flow dalam keaadaan STP standard ISO dengan rumus:
Volume molar =
RT
P
c. Mengkonversi nilai laju alir sales gas dari MMSCFD ke kg/hr dalam keadaan
standard dengan rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr 23.881m3
d. Menghitung nilai Cp dengan menggunakan rumus:
Cp = a+bT+cT2+dT3,
T = Suhu aliran fluida keluar aftercooler+Suhu aliran fluida masuk aftercooler
2
Nilai a,b,c, dan d adalah konstanta yang ada pada lampiran.
41
42
25 Agustus
Jam 10 Jam 12
Jam 2
28 Agustus
Jam 10 Jam 12 Jam 2
C1
22762.970 22428.744 22823.162 25100.963 22091.351 22697.233 22530.912 21855.334 21574.172 23817.126 23967.607 23076.603
C2
C3
148.037 145.860
148.037
152.392
148.037 137.152
i 4
8.609
8.609
8.609
11.479
8.609
8.609
8.609
8.609
8.609
11.479
11.479
8.609
8.609
8.609
8.609
11.479
8.609
8.609
8.609
8.609
8.609
11.479
11.479
8.609
189.093
199.158
192.243 183.944
186.71
n 4
N2
188.094 195.009
CO2
168.731 164.582
25 Agustus
28 Agustus
Jam 10 Jam 12
Jam 2
C1
8.930
8.967
8.948
8.948
8.941
C2
C3
19.382
19.41
19.396
19.382
19.41 19.508
C
i 4
25.57
25.606 25.588
25.57
25.606 25.732
25.534
C
n 4
N2
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
6.968
CO2
9.210
9.227
9.238
9.224
9.23
9.227
9.224
9.23
9.249
9.219
9.224
9.224
8.952
8.956
8.952
8.956
8.982
8.948
25.57
8.948
25.57
Lalu dilakukan perhitungan selisih antara suhu inlet stream process dan
outlet stream process. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai heat duty. Hasil
43
perhitungan selisih suhu dan nilai heat duty ditunjukkan berturut-turut pada Tabel
7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Beda Suhu Setiap Waktu
Parameter
25 Agustus
Jam 10 Jam 12 Jam 2
28 Agustus
Jam 10 Jam 12 Jam 2
327.038 327.594 327.594 328.15 328.150 325.927 326.483 326.483 327.594 327.038 327.038 327.038
Beda Suhu
7.223
9.444 11.667
7.777
8.888 12.778
Tanggal
25 agustus
26 agustus
27 agustus
28 agustus
Jam 10
0.447
0.521
0.666
0.583
Jam 12
0.577
0.525
0.713
0.659
Jam 2
0.727
0.775
0.821
0.617
Data heat duty setiap pengambilan data tersebut dapat digambarkan dengan
sebuah grafik yang ditunjukkan pada Gambar 3.
44
Heat Duty
25 aug
26 aug
27 aug
28 aug
Jam 10
Jam 12
Jam 2
Waktu
aftercooler (E-101B) mempunyai suhu yang lebih rendah dari pada hari yang lain
pada jam yang sama sehingga memperkecil nilai beda suhu (Differential
temperature). Hal ini menyebabkan nilai heat duty yang dihitung menggunakan
rumus Q=M x Cp x dt akan semakin kecil. Kemudian hubungan nilai heat duty
yang didapat dengan ambient temperature pada setiap pengambilan data dapat
digambarkan secara grafik pada Gambar 4.
45
Ambient Temperature
(25 Agustus)
Ambient Temperature
(26 Agusuts)
Ambient Temperature
(27 Agustus)
Heat Duty
Ambient Temperature
(28 Agusuts)
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
46
tetap cenderung
47
-101 B) pada saat kerja praktek, maka diperoleh data sebagai berikut:
48
49
Tanggal
25-08-16 26-08-16 27-08-16 28-08-16
Rata-rata
146.67
129.67
65.19
538.33
19.33
94.33
78.50
147.33
129.67
64.35
531.67
18.67
91.33
79.67
151.00
128.67
64.87
550.67
17.83
92.33
80.00
148.33
129.33
64.80
540.22
18.61
92.67
80.00
98.89
86.22
43.20
360.15
12.41
61.78
53.03
91.33
100.00
89.33
98.67
100.00
100.00
93.56
99.56
93.56
66.37
Sumber: Pembacaan indikator di alat, monitor control room, log sheet dan Hygrometer
di PTSurya Esa Perkasa
50
Komposisi
%Vol
25-08-16 26-08-16 27-08-16 28-08-16
Rata-rata
CH4
84.537
85.977
85.590
83.587
84.92
C2H6
6.997
6.653
6.717
7.017
6.85
C3H8
0.200
0.197
0.217
0.203
0.20
I-C4H10
0.010
0.010
0.010
0.010
0.01
N-C4H10
0.010
0.010
0.010
0.010
0.01
N2
0.407
0.407
0.387
0.477
0.42
CO2
7.843
100.003
6.753
100.007
Total
7.070 8.697
100.000 100.000
7.59
100.003
Rata-Rata
Jam 12
Parameter
Jam 10
145.00
129.25
64.69
537.50
19.13
90.88
79.38
147.75
129.50
64.86
538.75
18.75
95.38
80.00
150.75
129.00
64.98
539.75
18.63
93.63
79.38
86.50
99.00
93.75
100.00
91.75
100.00
Jam 2
51
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
52
Jam 12
Flow sales gas total= 65.33 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =95 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total =(95+100)%=195%
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/195) x 65.33 MMSCFD
= 33.502 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka flow actual yang melewati
E-101 B pada jam 12= Flow Sales gas dari E-101 B = 33.502 MMSCFD
Jam 2
Flow sales gas total= 64.60 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =86 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total =(86+100)%=186%
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/186) x 64.60 MMSCFD
= 35.161 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka flow actual yang melewati
E-101 B pada jam 2= Flow Sales gas dari E-101 B = 35.161 MMSCFD
53
b. 26 Agustus 2016)
Jam 10
Flow sales gas total= 62.02 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =72 %
b. E-101 B =96 %
Recycle bypass total = (72+96)%=168 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (96/168) x 62.02 MMSCFD
= 35.440 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 96% maka, flow actual yang
melewati E-101 B adalah sebagai berikut:
=((100 % - Recy. bypass E-101 B)xFlow sales gas E101 B)+Flow sales gas E-101 B
Jam 12
Flow sales gas total= 64.86 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =100 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (100+100)%=200 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/200) x 64.86 MMSCFD
= 32.430 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 32.430 MMSCFD
54
Jam 2
Flow sales gas total= 66.18 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =96 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (96+100)%=196 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (96/196) x 66.18 MMSCFD
= 32.415 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 32.415 MMSCFD
c. 27 Agustus 2016)
Jam 10
Flow sales gas total= 65.95 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =100 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (100+100)%=200 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/200) x 62.02 MMSCFD
= 31.01 MMSCFD
55
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka flow actual yang
melewati E-101 B = flow sales gas dari E-101 B
Jadi, flow actual pada E-101 B sebesar 31,01 MMSCFD
Jam 12
Flow sales gas total= 64.10 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =100 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (100+100)%=200 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/200) x 64.10 MMSCFD
= 32.05 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 32.05 MMSCFD
Jam 2
Flow sales gas total= 64.55 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =100 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (100+100)%=200 %
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (100/200) x 64.55 MMSCFD
= 32.275 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 32.275 MMSCFD
56
Jam 10
Flow sales gas total= 65.14 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =81 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (81+100)%=181%
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (81/181)x 65.14 MMSCFD
= 32,57 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 32.57 MMSCFD
Jam 12
Flow sales gas total= 65.15 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =80 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (80+100)%=180%
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (80/180)x 65.15 MMSCFD
= 28.955 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 28.955 MMSCFD
Jam 2
Flow sales gas total= 64.58 MMSCFD
Recycle bypass :
a. E-101 A =85 %
b. E-101 B =100 %
Recycle bypass total = (85+100)%=185%
Flow sales gas dari E-101 B = (Recycle bypass E-101B) x Flow Sales gas total
Recycle bypass total
= (85/185)x 64.58 MMSCFD
57
= 29.671 MMSCFD
Karena recycle bypass pada E-101 B 100% maka, flow actual yang
melewati E-101 B = Flow sales gas dari E-101 B = 29.671 MMSCFD
RT
P
8.3145L Kpa x 288.15 K
K mol
100.325 KPa
= 23.881 L/mol
= 23.881 m3/kmol
Komposisi
% Vol
CH4
84.520
16.04
C2H6
7.010
30.07
C3H8
0.200
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
0.010
58.12
N2
0.400
28.01
CO2
7.860
100.010
44.01
Total
Flow
(MMSCFD)
28.741
2.384
0.068
0.003
0.003
0.136
2.673
34.008
58
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
23.881 m3
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
28.741 MMSCFD =
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
59
Normal Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
N2
0.136 MMSCFD =
Total massa
=32464.607 kg/hr
% Vol
BM
(Kg/kmol)
Flow
(MMSCFD)
CH4
84.530
16.04
28.319
C2H6
6.950
30.07
2.328
C3H8
0.200
44.09
0.067
I-C4H10
0.010
58.12
0.003
N-C4H10
0.010
58.12
0.003
N2
0.420
28.01
0.141
CO2
Total
7.880
100.000
44.01
2.640
33.502
60
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
23.881 m3
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
28.319 MMSCFD =
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
61
Normal Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
N2
0.141 MMSCFD =
Total massa
=31980.262 kg/hr
% Vol
BM
(Kg/kmol)
Flow
(MMSCFD)
28.938
2.406
0.068
0.003
0.003
0.137
2.666
CH4
84.560
16.04
C2H6
7.030
30.07
C3H8
0.200
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
0.010
58.12
N2
0.400
28.01
CO2
Total
7.790
100.000
44.01
34.222
62
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
3
23.881 m
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
28.938 MMSCFD =
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
63
0.003 MMSCFD =
Normal Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
N2
0.137 MMSCFD =
Total massa
= 32639.46813 kg/hr
64
% Vol
BM
(Kg/kmol)
Flow
(MMSCFD)
CH4
85.990
16.04
C2H6
6.670
30.07
31.694
2.458
0.070
0.004
0.004
0.144
2.488
C3H8
0.190
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
0.010
58.12
N2
0.390
28.01
CO2
6.750
100.010
44.01
Total
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
3
23.881 m
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
31.694 MMSCFD =
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
65
= 152.392 kg/hr
Iso Butane
0.004 MMSCFD =
Normal Butane
0.004 MMSCFD =
N2
0.144 MMSCFD =
Total massa
=34532.405 kg/hr
66
% Vol
BM
(Kg/kmol)
Flow
(MMSCFD)
CH4
86.010
16.04
27.893
C2H6
6.660
30.07
2.160
C3H8
0.210
44.09
0.068
I-C4H10
0.010
58.12
0.003
N-C4H10
0.010
58.12
0.003
N2
0.430
28.01
0.139
CO2
6.680
100.010
44.01
2.166
Total
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
3
23.881 m
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
27.893 MMSCFD =
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
67
= 148.037 kg/hr
Iso Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
Normal Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
N2
0.139 MMSCFD =
Total massa
=30362.804 kg/hr
68
% Vol
BM
(Kg/kmol)
Flow
(MMSCFD)
CH4
85.930
16.04
29.131
C2H6
6.630
30.07
2.248
C3H8
0.190
44.09
0.064
I-C4H10
0.010
58.12
0.003
N-C4H10
0.010
58.12
0.003
N2
0.400
28.01
0.136
CO2
6.830
100.000
44.01
2.315
Total
Rumus:
massa = MMSCF x 1000000 x Berat Molekul(Kg)x0.0283 m3 x day x 1 kmol
day
MM
kmol
1 ft3
24 hr
3
23.881 m
1 ft = 0.3048 m
1ft3=0.0283 m3
Massa Komponen sales gas
Methane
29.131 MMSCFD =
69
Propane
massa
x
23.881 m3/kgmol
44.09 kg/kmol x 1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.064 MMSCFD =
0.003 MMSCFD =
Normal Butane
massa x 23.881 m3/kgmol
58.12 kg/kmol x1000000 x 0.0283 m3/kgmol
0.003 MMSCFD =
N2
0.136 MMSCFD =
70
Total massa
= 31784.893 kg/hr
Flow
(MMSCFD)
Komposisi
% Vol
CH4
85.977
16.04
C2H6
6.653
30.07
C3H8
0.197
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
N2
0.010
58.12
0.407
28.01
CO2
6.753
100.007
44.01
Total
29.389
2.274
0.067
0.003
0.003
0.139
2.308
34.185
Methane
29.389 MMSCFD =
massa
23.726 m3/kmol
=562.277 ton/day x 1000 kg/ton x 1 day/24 hr
= 23428.2458 kg/hr
Ethane
2.274 MMSCFD =
massa
Propane
71
0.068 MMSCFD
massa
Iso Butane
0.003 MMSCFD
massa
n-Butane
0.003 MMSCFD
massa
Nitrogen
0.139 MMSCFD
massa
Karbon dioksida
2.308 MMSCFD
72
massa
23.726 m3/kmol
=121.157 ton/day x 1000 kg/ton x 1 day/24 hr
= 5048.208 kg/hr
Total massa
=32232.4728 kg/hr
Komposisi
% Vol
CH4
85.590
16.04
C2H6
6.717
30.07
C3H8
0.217
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
0.010
58.12
N2
0.387
28.01
CO2
7.070
100.001
44.01
Total
Flow
(MMSCFD)
27.761
2.179
0.070
0.003
0.003
0.126
2.293
32.435
Methane
27.761 MMSCFD
massa
Ethane
2.178
MMSCFD =
massa
73
massa
Iso Butane
0.003 MMSCFD
massa
n-Butane
0.003 MMSCFD
massa
Nitrogen
0.125 MMSCFD
massa
Karbon dioksida
2.293 MMSCFD
74
Total massa
=30746.166 kg/hr
Komposisi
% Vol
CH4
83.587
16.04
C2H6
7.017
30.07
C3H8
0.203
44.09
I-C4H10
0.010
58.12
N-C4H10
0.010
58.12
N2
0.477
28.01
CO2
Total
8.697
100.001
44.01
Flow
(MMSCFD)
28.291
2.375
0.069
0.003
0.003
0.161
2.944
Tabel
Komposisi
Sales Gas
33.846
Methane
28.291 MMSCFD =
massa
Ethane
2.374
MMSCFD =
massa
75
23.726 m3/kmol
= 85.1483 ton/day x 1000 kg/ton x 1 day/24 hr
= 3547.846 kg/hr
Propane
0.069 MMSCFD
massa
Iso Butane
0.003 MMSCFD
massa
n-Butane
0.003 MMSCFD
massa
Nitrogen
0.161 MMSCFD
massa
Karbon dioksida
76
2.943 MMSCFD
Total massa
=32929.1223 kg/hr
Karena tidak ada perubahan komposisi pada alat after cooler E-101 B , maka total
massa feed gas masuk = total massa feed gas keluar
Perhitu
1. Perhitungan Kapasitas Panas (CP)
Tabel Konstanta Kapasitas Panas
Komposisi
C1
C2
C3
C
i 4
C
n 4
N2
a
4.598
1.292
-1.009
-0.332
2.266
7.44
b
0.01245
0.04254
0.07315
0.09189
0.07913
-0.00324
c
0.00000286
-1.66E-005
-3.79E-005
-4.41E-005
-2.65E-005
0.0000064
d
-2.70E-009
2.08E-009
7.67E-009
6.92E-009
-6.74E-010
-2.79E-009
CO2
4.728
0.01754
-1.34E-005
4.09E-009
Methane
= 4.598+0.01245(336.8537)+0.00000286(336.85372)+
(-2.70E-009(336.85373)
=9.013 Kcal/kmol K
Ethane
= 1.292+0.04254(336.8537)+(-1.66E-005)(336.85372)+
(2.08E-009(336.85373)
=13.818 Kcal/kmol K
77
Propane
= -1.009+0.07315(336.8537)+(-3.79E-005)(336.85372)+
(7.67E-009(336.85373)
=19.615 Kcal/kmol K
Isobutane
= -0.332+0.09189(336.8537)+(-4.41E-005(336.85372)+
(6.92E-009(336.85373)
=25.882 Kcal/kmol K
= 7.44+(-0.00324(336.8537)+(0.0000064)(336.85372)+
(-2.79E-009(336.85373)
= 6.968 Kcal/kmol K
CO2
= 4.728+(0.01754(336.8537)+(-1.34E-005)(336.85372)+
(4.09E-009(336.85373)
= 9.272 Kcal/kmol K
Dengan menggunakan rumus yang sama maka didapatkan nilai Cp hariannya seperti yang
ditulis di dalam tabel berikut:
Tabel Kapasitas Panas Hasil Perhitungan
Komposisi
C1
C2
C3
C
i 4
C
n 4
N2
CO2
25 Agustus
9.013
13.818
19.624
25.882
25.892
6.968
9.272
78
= 121850.156 Kcal/hr
Q ethane = 3562.791 kg/hr x 13.818kcal/kmol K x 9.444 K x 1kg/30.07Kmol
= 15460.762Kcal/hr
Q propane= 149.004 kg/hr x 19.624kcal/kmol K x 9.444 K x 1kg/44.09Kmol
= 627.672Kcal/hr
Q Isobutane= 8.665 kg/hr x 25.882kcal/kmol K x 9.444 K x 1kg/58.12Kmol
= 41.390Kcal/hr
Q Isobutane= 8.665 kg/hr x 25.892kcal/kmol K x 9.444 K x 1kg/58.12Kmol
= 41.406Kcal/hr
Q N2
Q CO2
Total Q
Dengan menghitung dengan rumus yang sama didapatkan nilai Heat duty harian
selanjutnya seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tanggal
25 Agustus
26 Agustus
27 Agustus
28 Agustus
79
Perhitungan
1. Perhitungan Kapasitas Panas (CP)
Tabel Konstanta Kapasitas Panas
Komposisi
C1
C2
C3
C
i 4
C
n 4
N2
a
4.598
1.292
-1.009
-0.332
2.266
7.44
b
0.01245
0.04254
0.07315
0.09189
0.07913
-0.00324
c
0.00000286
-1.66E-005
-3.79E-005
-4.41E-005
-2.65E-005
0.0000064
d
-2.70E-009
2.08E-009
7.67E-009
6.92E-009
-6.74E-010
-2.79E-009
CO2
4.728
0.01754
-1.34E-005
4.09E-009
Methane
80
Ethane
Propane
Isobutane
CO2
Dengan menggunakan rumus yang sama maka didapatkan nilai Cp rata-rata jam 10, 12 dan
jam 2 nya seperti yang ditulis di dalam tabel berikut:
Tabel Kapasitas Panas Hasil Perhitungan
Komposisi
C1
9.001
9.021
9.044
C2
13.788
13.837
13.890
C3
19.578
19.655
19.738
C
i 4
25.822
25.921
26.028
C
n 4
25.835
25.929
26.030
N2
6.968
6.968
6.968
CO2
9.263
9.278
9.295
81
STRUKTUR ORGANISASI
2.1.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat untuk menggambarkan tentang tugas
dan tanggung jawab setiap personil. PT Surya Esa Perkasa Tbk memiliki struktur
organisasi yang terdiri dari beberapa bagian yang dipimpin oleh seorang plant
manager, sebagai bagian terpenting dan penanggung jawab utama kegiatan di
pabrik. Dalam pelaksanakannya plant manager dibantu oleh para supervisor yang
memimpin beberapa divisi atau section.
Setiap bagian memiliki tugas masing-masing, yang bekerja sama secara
harmonis demi kemajuan perusahaan. Adapun gambar struktur organisasi PT
Surya Esa PerkasaTbk dapat dilihat pada lampiran 6.
2.1.1. Plant Manager
Tugas dari seorang plant manager adalah memimpin, mengontrol dan
mengawasi keseluruhan dari operasi yang berjalan dipabrik dan juga bertanggung
jawab untuk semua kegiatan dipabrik. Dalam melakukan suatu proses operasi baik
dipabrik maupun diluar lingkungan pabrik harus berdasarkan izin dari plant
manager. Seorang plant manager membawahi dari berbagai departemen, antara
lain production departement, HRD and GA Department, HSE Department,
Maintenance Department, dll. Plant manager memiliki seorang sekretaris yang
bertugas untuk membantu plant manager untuk mengurusi bagian administrasi
(pimpinan).
2.1.1.1. Sekretaris Plant Manager
Tugas Utama
82
a.
Mengetik, membuat surat, mencatat surat masuk dan keluar, filling arsiparsip yang berhubungan dengan pimpinan (administrasi)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tugas Umum
a.
b.
c.
d.
e.
83
perusahaan dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Adapun secara rinci tugas
utama dan tugas umum dari head engineering and maintenance, adalah:
Tugas Utama
a.
Memberi support kepada depertemen lain dengan melengkapi fasilitasfasilitas yang kurang dan diperlukan untuk kenyamanan berkerja.
b.
c.
Menjaga semua fasilitas pabrik agar tetap berfungsi secara baik dan
efisien.
d.
Memberdayakan semua man power yang ada menuju kualitas kerja dan
disiplin kerja yang baik dalam lingkup pekerjaan officer boy, perawatan
umum, perawatan penerangan dan sarana elektrikal, perawatan plumbing
instalasi air bersih dan kotor.
Tugas Umum
a.
b.
c.
1.
Project Engineering
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
84
h.
Tugas Umum
a.
b.
2.
Engineering Supervisor
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab kepada maint. supv. atas lingkup kerja sr. inst.
&control. eng, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya
b.
c.
d.
e.
85
3.
Maintenance Supervisor
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
86
h.
i.
j.
Tugas Umum
a.
b.
c.
d.
e.
4.
Tugas Utama
a.
b.
Menjaga semua fasilitas pabrik secara general agar tetap berfungsi secara
baik dan efisien.
c.
Memberi support kepada depertemen lain dengan melengkapi fasilitasfasilitas yang kurang dan diperlukan untuk kenyamanan berkerja.
87
d.
e.
Tugas Umum
a.
b.
c.
d.
e.
2.1.1.3.
Plant Superintendent
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tugas Umum
a.
88
b.
1.
Process Engineer
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
HAZOP study.
s.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab kepada sr. process eng. atas lingkup kerja process eng.,
serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya.
b.
89
c.
d.
e.
2.
Production Supervisor
Tugas Utama
a.
Membuat
rencana
pengolahan
Feed
gas
dan
produksi
LPG,
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tugas Umum
a.
b.
Bertanggug jawab atas lingkup kerja Prod Supv. serta menjaga kerahasiaan
atas lingkup pekerjaannya.
c.
90
d.
e.
3.
Laboratory Supervisor
Tugas Utama
a.
Mengkoordinasikan
bawahan,
menentukan
tugas
dan
mengontrol
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab atas lingkup kerja lab. supv. serta menjaga kerahasiaan
atas lingkup pekerjaannya.
b.
c.
d.
91
e.
4.
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab kepada prod. supt atas lingkup kerja HSE supv serta
menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b.
c.
d.
e.
92
2.1.1.4.
Tugas Umum
1. Internal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Eksternal
a.
b.
Tugas Umum
93
a.
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja chief security
& comdev supv. Serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b.
c.
d.
e.
2.1.1.5.
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tugas Umum
a.
b.
c.
d.
e.
94
Tugas Utama
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja HRD & GA.
supv. serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b.
c.
95
d.
e.
2.1.1.7.
Tugas Utama
a.
b.
Memperbaiki gambar yang sudah ada jika terjadi atau penambahan sesuai
data aktual yang ada dengan menggunakan program computer.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Tugas Umum
a.
b.
96
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
Bertanggung jawab atas cash flow site plant atau kondisi keuangan plant.
f.
g.
h.
Tugas Umum
a.
Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja finance cost
control officer, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup kerjanya.
b.
c.
97
d.
e.
yang bergerak di
98
dibutuhkan oleh pegawai. Adapun fasilitas yang diberikan oleh PT Surya Esa
Perkasa Tbk antara lain:
4.
Fasilitas kesehatan
5.
Fasilitas transportasi
6.
2.
3.
4.
5.
6.
Waktu kerja non-shiff diperusahaan adalah enam hari dalam seminggu yaitu
senin sampai sabtu, dan hari minggu libur. Dimana jam kerja yang berlaku
adalah sebagai berikut:
2.
hari Senin-Jumat
: jam 08.00-16.00
hari Sabtu
: jam 08.00-13.00
Istirahat
:12.00-13.00
: jam 08.00-20.00
: jam 20.00-08.00
99
BAB III
ORIENTASI DI
PT Surya Esa Perkasa Tbk
100
(CH4). Dimana dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga
tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui
pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil,
maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat
pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
3.1.2. Komposisi Kimia Gas Alam
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan paling ringan. Gas alam juga
mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C 2H6),
propane (C3H8) dan butane (C4H10), serta gas-gas yang mengandung sulfur
(belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global
ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang
sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi
dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca
dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber
metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta
ton per tahun secara berturut-turut).
Kondisi feed gas pada pengolahan LPG di PT Surya Esa Perkasa Tbk
terdiri dari senyawa nitrogen, air, karbondioksida, dan senyawa hidrokarbon
berupa metana, etana, propane, butane, isobutane, pentana, isopentana, dan
heksana yang dialirkan ke terminal pengukuran untuk dianalisa sehingga didapat
gambaran tentang perlakuan dan kondisi operasi yang akan ditentukan oleh proses
pengolahan.
Tabel 3.1. Sifat Fisik Hidrokarbon Penyusun Gas Alam
Komponen
Berat
Molekul
Titik Didih
(0F)
SPGR
CH4
16,0400
-258,7000
0,3000
Panas
Pembakaran
(Btu/ft3)
911
101
C2H5
30,0700
-127,5000
0,3600
1631
C3H8
44,0900
-43,7000
0,5100
2353
-C4H10
58,1200
10,9000
0,5600
3094
-C4H10
58,1200
31,1000
0,5800
3101
-C5H12
17,1500
82,1000
0,6200
3698
-C5H12
17,1500
96,9000
0,6300
3709
C6+
86,1700
155,7000
0,6600
4404
n
i
102
Senyawa
Kimia
Persentase
Komposisi
CO2
N2
5.40%
0.00%
H2S
0.0000%
C1
82.4100%
C2
6.3000%
C3
i-C4
3.9300%
0.6200%
n-C4
0.7500%
i-C5
0.2900%
n-C5
0.2000%
C6
0.0400%
C7
0.0000%
0.0600%
H2
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung
mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup,
seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat
menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah
antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan,
umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan
konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
103
BBM yang sangat besar sebagai bahan bakar utama. Gas alam termasuk ke dalam
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Akan tetapi sebenarnya sumber
daya dari pertambangan bukan tidak dapat diperbarui, tetapi membutuhkan waktu
yang sangat lama yang tidak sesuai dengan jangkauan umur manusia, yaitu bisa
mencapai jutaan tahun, sehingga katagorinya masuk kedalam sumber daya yang
tidak dapat diperbarui (non renewable resources).
Gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh
bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil disebut biogas.
Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah,
serta penampungan kotoran manusia dan hewan, ini yang membedakan antara gas
bumi dan gas rawa. Gas alam yang didapat dari dalam sumur di bawah bumi,
biasanya bergabung dengan minyak bumi. Gas ini disebut sebagai associated gas.
Ada juga sumur yang khusus menghasilkan gas, sehingga gas yang dihasilkan
disebut gas non associated. Gas alam yang menjadi feed gas pada pengolahan
LPG di PT Surya Esa Perkasa Tbk adalah gas alam non associated yang berasal
dari sumur Lembak. Sehingga gas yang dibawa ke atas permukaan bumi akan
langsung dilakukan pemisahan untuk menghilangkan impurities seperti air, gasgas lain, pasir dan senyawa lainnya.
Gas bumi atau gas alam bukan saja merupakan gas bakar yang paling
penting, tetapi juga merupakan bahan baku utama untuk berbagai sintesis kimia.
Produk dari gas bumi yang terutama misalnya berbagai hidrokarbon dan LPG.
Dengan semakin naiknya nilai minyak bumi, maka proses pemulihan hasil gas
makin ditingkatkan.
Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak
digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk
perumahan, komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas alam
selalu meningkat. Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat dari
penggunaan gas alam dibanding dengan sumber energi lain. Energi yang
dihasilkan gas alam lebih efisien. Tidak seperti halnya dengan minyak bumi dan
104
batubara, penggunaannya jauh lebih bersih dan sangat ramah lingkungan sehingga
tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan. Disamping itu, gas alam juga
mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti tidak berwarna, tidak berbau, tidak
korosif dan tidak beracun. Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas
tiga kelompok yaitu :
1) Gas Alam Sebagai Bahan Bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau Uap,
bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan
bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga, hotel,
restoran dan sebagainya.
Gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) adalah bahan bakar
alternatif selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai
bahan bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih bersih bila dibandingkan
dengan dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah
lingkungan. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH 4) yang
diekstrak dari gas alam.
Liquified Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi
propane (C3H8) dan butane (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan
lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat elpiji
terutama adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.
105
106
LNG. Saat ini teknologi manusia juga telah mampu menggunakan gas alam untuk
air conditioner (AC), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan
beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
LAMPIRAN
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
: Vessel
Size
: 80 0D x 12-8 T/T
Fungsi
: Design
: 60 MMSCFD
Pressure
: Operasi
: 420 Psig
Suhu
: Design
: 125 o F
107
Operasi
: 105 o F
: Carbon steel
Size
: 42 ID x 114 S/S
Fungsi
: Design
: 550 Psig
Operasi
: 418 Psig
: Design
Operasi
: 176 / - 20 o F
: 107 o F
: Design
Operasi
: 550 Psig
: 413 Psig (Adsorption)
425 Psig (Regeneration)
Size
: 114 ID x 28 S/S
Fungsi
Material
: Carbon Steel
Insulation
: 4
Suhu
: Design
Operasi
: 600/-20 o F
: 107 o F (Adsorption)
500 o F (Regeneration)
: Carbon Steel
Size
: 30 OD x 75 S/S
Fungsi
Tekanan
: Design
: 550 Psig
108
Operasi
Suhu
: Design
Operasi
: 404 Psig
: 200/-20 oF
: 107 oF
: Vesssel
Posisi
: Horizontal
Fungsi
Tekanan
: Design
: 675 Psig
Operasi
: 620 Psig
Suhu
: Design
: -40 oF
Operasi
: -47 oF
: Vessel
Posisi
: Vertikal
Size
Jumlah Tray : 30
Jenis Tray
Fungsi
Suhu
Tekanan
: Design
: 400 F
Operasi
: 228 F
: Design
: 550 Psig
Operasi
: 474 Psig
: Vessel
109
Posisi
: Vertikal
Size
: 36 OD x 69- 2 s/s
Jumlah Tray : 28
Jenis Tray
Fungsi
: Memurnikan Propane
Suhu
: Design
: 400 F
Operasi
: 239 F
Tekanan
: Design
: 400 Psig
Operasi
: 288 Psig
: Vessel
Posisi
: Vertikal
Size
: 30 OD x 50 0 s/s
Jumlah Tray : 20
Jenis Tray
Fungsi
: Memurnikan Butane
Suhu
: Design
: 300 F
Operasi
: 266 F
Tekanan
: Design
: 200 Psig
Operasi
: 145 Psig
Proses regenerasi
Temperature : Design
: 600 / -20 o F
Operasi
: 500 / 120 o F
Pressure
Duty
: Design
: 565 Psig
Operasi
: 425 Psig
: 8.86 MMbtu/hr
110
Material
: Stainless Steel
Temperature : Design
Operasi
Pressure
Size
: 600 / -20 o F
: 120 o F
: Design
: 550 Psig
Operasi
: 425 Psig
: 30 OD x 96 S/S
Temperature : Operasi
: 120 o F
Pressure
: 763 Psig
: Operasi
Material
: Carbon Steel
Temperature : Design
Operasi
Pressure
Size
: 176 / -20 o F
: 120 o F
: Design
: 875 Psig
Operasi
: 757 Psig
: 30 OD x 116 S/S
Type
Material
: Brazed Alumunium
Temperature : Design A, B, C, D
111
: Design A, B, C, D
Duty
: 1.805e+07 Btu/hr
Material
: 316LSS
Temperature : Design
Operasi
Pressure
Size
: 150 / -155 o F
: -27o F
: Design
: 875 Psig
Operasi
: 725 Psig
: 42 ID x 8-2 S/S
Temperature : Design
: -200 / 150 o F
Operasi
: -27o F/-73 o F
Pressure
: Design
Operasi
: 875 Psig
: 725/ 398 Psig
Temperature : Design
: -20 / 200 o F
112
Operasi
Pressure
: Design
Operasi
: 113o F/145o F
: 550 Psig
: 376 / 456 Psig
Tekanan
: Operasi
: 397 Psig
Suhu
: Operasi
: 107 oF
Material
: 316LSS
Temperature : Design
Operasi
Pressure
Size
: -200 / 150 o F
: -89
: Design
: 550 Psig
Operasi
: 391 Psig
: 80 ID x 37-0 S/S
Typpe
Temperature : Design
Operasi
Pressure
: Design
Operasi
Capacity
: 34.5 m3/ HR
: -200 / 150 o F
: -82
: 50 BARG
: 522 psig
113