Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam Manajemen Peserta Didik

Berbasis Sekolah adalah mengadakan perencanaan. Oleh karena manajemen


peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan manajemen
sekolah secara keseluruhan maka perencanaan peserta didik juga merupakan
bagian dari perencanaan sekolah secara keseluruhan. Tanggung jawab
perencanaan peserta didik, sebagaimana manajemen peserta didik, secara formal
berada di tangan kepala sekolah, sedangkan secara material tanggung jawab
berada di tangan wakil kepala sekolah urusan kesiswaan atau peserta didik.
Meskipun demikian, bukan berarti wakil kepala sekolah merencanakan sendiri
urusan kesiswaan atau peserta didik. Wakil kepala sekolah dapat meminta bantuan
kepada tenaga kependidikan yang lain di sekolah tersebut.
Peserta didik harus di rencanakan,karena dengan adanya perencanaan segala
sesuatunya dapat di pikirkan dengan matang. Dengan adanya perencanaan peserta
didik,banyak hal-hal yang akan dihadapi dalam manajemen peserta didik telah
diestimasi sebelumnya. Dengan demikian, masalah-masalah yang akan muncul
akan dapat di tangani sesegera mungkin.
B.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini dengan melihat latar belakang

di atas yaitu bagaimana perencanaan peserta didik berbasis sekolah.


C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perencanaan peserta didik
berbasis sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Batasan Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah


Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud

dengan perencanaan adalah memikirkan kedepan tentang apa-apa yang harus


dilakukan. Perencanaan sendiri adalah aktifitasnya, sedangkan hasil dari
perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan
kata, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada, maka aktifitas
perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil.
Perencanaan peserta didik adalah suatu aktifitas memikirkan kedepan
tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah,
baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari
sekolah. Yang di rencanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan
dengan penerimaan dengan pelulusan peserta didik.
B. Langkah-Langkah Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah
Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka
tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah,
baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari
sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan
dengan penerimaan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik. Ada
beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan didik. Langkahlangkah tersebut meliputi: perkiraan (forecasting), perumusan tujuan (objective),
kebijakan (policy), pemrograman (programming), menyusun langkah-langkah
(procedure), penjadwalan (schedule) dan pembiayaan (budgeting).
1. Pemikiran
Yang dimaksud dengan perkiraan (forecasting) adalah menyusun suatu
perkiraan kasar dengan mengantisipasi ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang
disertakan dalam hal ini, ialah dimensi kelampauan, dimensi terkini, dan dimensi
keakanan. Dimensi kelampauan berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa
lampau penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta
didik pada masa lampau harus selalu diingatkan dan diulang kembali, sementara
kegagalan penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat

dan dijadikan pelajaran. Hal-hal yang menjadikan penyebab gagalnya penanganan


peserta didik di masa lampau sedapat mungkin tidak diulang. Hal demikian harus
senantiasa dijadikan pelajaran. Dengan menyebutkan kesuksesan dan kegagalan
masa lampau ini, perencanaan akan mempunyai landasan berpijak dalam
pemikiran penanganan peserta didiknya. Hal-hal yang pernah dilakukan, baik
yang mendapatkan responsi positif atau negatif dari peserta didik, dapat dijadikan
pegangan dan pijakan dalam memikirkan peserta didik.
Dengan berpijak pada pengalaman masa lampau inilah, perencanaan akan
dapat memperkirakan, jenis aktivitas apa sajakah yang dapat mensejahterakan
peserta didik. Dimensi kekinian berkaitan erat dengan faktor kondisional dan
situasional peserta didik di masa sekarang ini. Keadaan peserta didik yang
senyatanya sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan peserta didik. Semua
keterangan, informasi dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan,
agar dapat ditetapkan kegiatannya, dan konsekuensi dari kegitanan tersebut:
biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.
2. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju, dan oleh karena
itu ia tidak dapat dicapai. Supaya dapat dicapai, umumnya tujuan tersebut
dijabarkan ke dalam bentuk target-target. Oleh karena itu, tujuan lazimnya bersifat
umum dan abstrak, tidak jelas kriteria tercapai tidaknya; sedangkan target
dirumuskan secara jelas, dapat diukur pencapaiannya. Lazimnya perumusan target
ini diawali dengan huruf awal ter. Misalnya saja, terlaksananya, terbacanya,
tertulisnya, terealisasinya, dan sebagainya. Tujuan ini dapat dirumuskan secara
berbeda-beda sesuai dengan sudut kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka
panjang, kemudian dijabarkan ke dalam tujuan jangka menengah dan tujuan
jangka pendek. Ada tujuan yang digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus. Ada juga rumusan tujuan final atau akhir yang dijabarkan ke dalam
tujuan sementara. Di antara penjabaran dan penggolongan yang dipakai, tentu
berdasarkan faktor kondisional dan situasional peserta didik di sekolah tersebut.
Demikian juga periodisasi pencapaiannya, dapat berupa tahunan, semesteran,

periodisasi waktu yang pendek, haruslah dalam kerangka pencapaian tujuan dalam
periodisasi waktu yang lebih panjang
3. Kebijakan
Yang dimaksud dengan kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitasaktivitas yang dapat dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan di atas. Bisa
terjadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan; sebaliknya juga, bisa jadi
beberapa tujuan atau target membutuhkan satu kegiatan.
Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi, karena tidak ada tujuan
atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perlu
dilakukan secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai targetnya.
Pada policy ini, kegiatan yang dapat dipergunakan untuk mencapai target perlu
diidentifikasi sebanyak mungkin; karena semakin banyak, akan semakin
representatif dalam rangka mencapai target.
4. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang bermaksud memilih
kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifiksi dalam langkah kebijakan. Pemilihan
demikian harus dilakukan, karena tidak semua kegiatan yang diidentifikasi
tersebut nantinya dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain, penyusunan
program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam
kebijakan.
Ada beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan ini. Pertama, berkaitan
dengan pertanyaan: apakah kegiatan-kegiatan yang dipilih tersebut, memang
paling besar kontribusinya terhadap pencapaian targetnya? Kedua, berkaitan
dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dilaksanakan dilihat dari segi
tenaga, biaya dan sarana prasarana yang dipunyai oleh sekolah? Atau dengan kata
lain, seberapa dampak positif kegiatan tersebut bagi peserta didik? Ketiga,
berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan
mengingat waktu yang tersedia? Keempat, berkaitan dengan pertanyaan: apakah
tidak ada faktor-faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada, seberapa hal

tersebut

dapat

diatasi

berdasarkan

estimasi-estimasi

dan

pertimbangan-

pertimbangan yang telah dibuat?


Pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu dilakukan, agar apa yang
direncanakan memang benar-benar tercapai dan mencapai targetnya. Dengan
demikian, kegiatan yang diprogramkan tersebut benar-benar realistik dan mungkin
dapat dilaksanakan. Kegiatan yang diprogramkan tersebut juga berbobot, karena
punya kontribusi yang jelas bagi pencapaian target atau tujuan. Realistiknya
program kegiatan, tetapi juga berbobot sangatlah besar artinya bagi penggalakan
sumber daya yang tersedia. Sebab, sumber daya manusia yang ada, akan konsen
dengan program kegiatan yang demikian ini
5.

Prosedur
Yang dimaksud dengan procedure adalah merumuskan langkah-langkah.

Ada tiga aktivitas dalam hal ini, ialah aktivitas pembuatan skala prioritas, aktivitas
pengurutan dan aktivitas menyusun langkah-langkah kegiatan. Yang dimaksud
dengan pembuatan skala prioritas adalah: menetapkan (dalam rumusan), maka
yang patut dikemudiankan. Faktor-faktor yang harus dijadikan penentu dalam
membuat skala prioritas ini adalah sebagai berikut:
1) Seberapa jauh kegiatan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian
targetnya?
2) Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak untuk dilaksanakan dilihat dari
segi kebutuhan?
3) Apakah kegiatan tersebut mengikuti periode waktu tertentu, misalnya saja
periode bulan dan tanggal?
4) Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana dan sarananya bagi kegiatan
tersebut cocok dengan waktunya?
Pengurutan

kegiatan

dilakukan

dengan

mengulang

apa

yang

diprioritaskan. Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk pemborosan,


melainkan memberi ketegasan kembali mengenai urutan pelaksanaan kegiatan.
Penegasan demikian perlu dilakukan, agar jelas mana kegiatan yang menjadi skala
prioritas dan kenyataan yang tidak menjadi skala prioritas. Penegasan demikian
juga perlu dilakukan, agar oleh personalia sekolah tidak mudah dilupakan oleh

personalia sekolah. Pembuatan langkah-langkah ini perlu dilakukan, agar


personalia sekolah dan atau tenaga kependidikan di sekolah tersebut, mengetahui
apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dan apa yang baru boleh dilakukan
kemudian. Langkah-langkah demikian juga sekaligus membimbing mereka yang
masih pemula, agar mereka tertuntun untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan
yang diskenariokan.
6. Penjadwalan
Yang dimaksud dengan schedule adalah penjadwalan. Kegiatan-kegiatan
yang telah ditetapkan prioritasnya, urut-urutan dan langkah-langkahnya perlu
dijadwalkan agar jelas siapa pelaksananya, dan dimana hal tersebut dilaksanakan.
Dengan adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan memberikan
bantuan di bidang manajemen peserta didik akan tahu tugas dan tanggung
jawabnya, serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut. Yang tercantum
dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut, kapan dilaksanakan,
siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan kalau perlu di mana
kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Dengan jadwal demikian, maka diharapkan
kegiatan yang direncanakan akan dapat dicapai. Adanya jadwal demikian, juga
memberikan kemungkinan bagi mereka yang konsen untuk memberikan bantuan,
baik bantuan yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana dan biaya
7. Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan. Pertama,
mengalokasikan biaya. Yang dimaksud dengan alokasi di sini adalah perincian
mengenai biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Pengalokasian di sini hendaknya dibuat serinci dan serealistik
mungkin. Semakin rinci dan realistik rincian biaya yang dibuat akan semakin
baik. Sebab, siapapun yang membacanya akan memandang bahwa untuk
membiayai kegiatan yang sudah dirinci pada langkah-langkah sebelumnya,
memang dibutuhkan anggaran sebagaimana yang ada pada alokasi anggaran
tersebut. Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu
disebutkan secara jelas, agar mudah menggalinya
6

C. Raker Perumusan Rencana Kegiatan Peserta Didik


Salah satu karakteristik perencanaan peserta didik adalah selain tinggi
muatan bottom up-nya, juga banyak melibatkan guru, karyawan, wakil orang tua,
komite sekolah, masyarakat dan stake holders yang lainnya. Agar tingkatan
keterlibatan mereka sangat tinggi, maka perlu disediakan arenanya. Salah satu
arena yang tepat adalah rapat kerja (raker) dengan agenda tunggal perumusan
rencana. Karena itu, beberapa langkah operasional yang harus ditempuh oleh
manajer pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut:
a) Bentuklah tim penyusun rencana. Tim ini bertugas untuk mengidentifikasi
masalah, alternatif penyebab dan alternatif pemecahannya. Sebagai sumber
datanya adalah: pengurus yayasan (jika sekolah swasta), kepala sekolah,
guru, karyawan, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, sekolah lanjutannya,
(komite sekolah/dewan sekolah/majelis madarasah dan stake holder
lainnya. Mengingat perencanaan peserta didik bersifat bottom up, dan
bukan top down, teknik pengumpulan datanya adalah eksploratori (bukan
konfirmatori). Dari kegiatan ini telah tersedia data mentah awal yang berisi
masalah, alternatif penyebab dan alternatif pemecahannya.
b) Bentuklah panitia raker yang bertugas melaksanakan kegiatan raker mulai
awal sampai selesei.
c) Lakukan raker dengan agenda penyusunan rencana kerja sekolah, dengan
acara sebagai berikut:
1. Acara seremoni pembukaan
2. Acara Inti Raker, Dipimpin Oleh Ketua Tim Penyusun Rencana,
Dengan Acara Inti Sebagai Berikut:
a. Pengantar oleh ketua tim penyusun rencana, serta laporan hasil
identifikasi

masalah,

alternatif

penyebab

dan

alternatif

pemecahannya.
b. Penyampaian permasalahan oleh ketua yayasan (untuk sekolah
c.
d.
e.
f.
g.

swasta) atau Kepala Dinas Pendidikan (untuk sekolah negeri).


Penyampaian permasalahan oleh kepala sekolah.
Penyampaian permasalahan oleh wakil guru.
Penyampaian permasalahan oleh wakil karyawan.
Penyampaian permasalahan oleh wakil peserta didik.
Penyampaian permasalahan oleh wakil orang tua.

h. Penyampaian permasalahan oleh kepala sekolah dari sekolah


lanjutannya (Jika SLP, maka kepala SMU/SMK. Jika
SMA/SMK, maka PT/PTS).
i. Penyampaian permasalahan

oleh

komite

sekolah/dewan

sekolah/majelis madarasah atau stake holders yang lainnya.


j. Pembentukan komisi-komisi, yang ditindaklanjuti dengan
pembahasan permasalahan, alternatif penyebab dan alternatif
pemecahan dalam komisi-komisi. Selanjutnya, permasalahan,
alternatif penyebab dan alternatif pemecahan tersebut diubah ke
dalam bahasa program.
k. Presentasi oleh masing-masing komisi, dengan tanggapan dari
masing-masing peserta raker.
l. Pembentukan tim perumus, untuk merumuskan rencanarencana tentatif dan menghaluskannya.
m. Pembacaan kesimpulan sementara hasil raker oleh ketua tim
n.
o.
p.
q.
r.

penyusun rencana.
Penyerahan acara oleh tim penyusun rencana kepada panitia.
Acara seremoni penutupan, yang terdiri atas.
Pembukaan oleh master of ceremony.
Laporan ketua panitia.
Sambutan oleh kepala sekolah dan menutup acara raker secara

resmi.
s. Menindaklanjuti acara raker dengan:
Tim perumus menghaluskan hasil raker sehingga

tersusun rencana strategis dan rencana operasional.


Kepala sekolah dan komite sekolah mengesyahkan

rencana strategis dan rencana operasional.


Rencana strategis dan rencana opeasional telah siap
direalisasi.

D. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan


Perencanaan dilakukan untuk waktu yang akan datang dengan mengambil
keputusan yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada dengan menggunakan
langkah-langkah dan prinsip-prinsip tertentu yaitu prinsip ilmiah secara sistematis
untuk mencapai tujuan. Jadi, perencanaan adalah penentuan urutan tindakan ,

prakiraan biaya, serta penggunaan waktu untuk mengelola peserta didik yang
didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas yang wajar bersifat efesien
untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan arah dan tujuan apa yang akan kita
lakukan di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang, apa yang harus di
kerjakan agar tujuan dalam perencanaan tersebut tercapai, kapan di kerjakan suatu
rencana tersebut, bagaimana cara mengerjakan rencana tersebut serta siapa yang
mengerjakan rencana tersebut agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Merencanakan pengelolaan peserta didik, kita harus memperhatikan faktor
dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Internal Resource Analysis

Financial. Apakah modal sudah ada? Apakah ketersediaan modal sudah

sesuai dan realistis dengan perencanaan dan goal yang ingin dicapai?
Human Resource Assesment. Bagaimana kita menilai SDM yang telah
kita miliki, apakah mereka sudah cukup capable untuk melaksanakan

kegiatan pengelolaan tsb.


Marketing Audit. Melakukan checking terhadap keuangan dan efektifitas

melalui cash flow.


Operation Analysis. Menganalisis kegiatan operasional mulai dari
penerimaan, seleksi, penempatan, orientasi, pembelajaran, pengembangan,

hingga pembiayaan.
Other Internal Resource or Research & Development.

Faktor Eksternal
Industry dan Market. Harus memahami psikologi pasar dan industri.

Lihat pendidikan macam apa yang masyarakat butuhkan.


Competitor/Pesaing. Dengan memperhatikan pesaing-pesaing kita, kita
dapat menentukan kebijakan yang inovatif dan berbeda untuk lebih
mendapatkan perhatian dari masyarakat tanpa mengurangi kualitas

pelayanan pendidikan, tentunya.


Political dan Regulatory/kebijakan. Dalam mengelola pendidikan kita
mesti berkiblat pada peraturan dan perundang-undangan yang ada agar
dalam pelaksanaannya nanti tidak berselisih dengan hukum.

Social. Kita harus melihat bagaimana kondisi dan lingkungan sosial yang

ada dalam pengambilan kebijakan.


Human Resource. Kita juga harus pertimbangkan bagaimana caranya
mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional untuk

mendukung keberhasilan pengelolaan pendidikan.


Macro economic. Kita harus mengetahui sekmen apa yang menjadi
sasaran pembuatan sekolah nanti. Kita harus melihat dari sisi ekonomi.
Bagaimana

tingkat ekonomi

masyarakat?

Selanjutnya, bagaimana

menciptakan pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat?


Technological. Pengelolaan mesti mengikuti perkembangan zaman yang
ada, terutama dalam hal teknologi agar dapat memudahkan kita dalam
mengelola peserta didik.
Muatan dalam Perencanaan Pendidikan diantaranya: strategi, kebijakan,

program, prosedur, metode, sistem, anggaran, standar yang dibutuhkan.


Bagaimana strategi untuk mencapai tujuan, kebijakan apa yang ditempuh,
program seperti apa yang akan dilaksanakan, apa saja tahapan-tahapan yang mesti
dilalui, metode seperti apa yang digunakan, berapa perhitungan biayanya, serta
menetapkan standard seperti apa yang dianggap sebagai sebuah keberhasilan
pencapaian tujuan manajemen.
Dalam perencanaan, pendidikan juga membuat perencanaan dengan
muatan, sebagai berikut :
1. Strategi: kita harus mempunyai strategi yang baik agar perencanaan
tersebut mencapai tujuan.
2. Kebijakan : kebijakan- kebijakan yang harus mendukung demi lancarnya
perencanaan tersebut.
3. Program : program yang dibuat harus sesuai dengan tujuan.
4. Prosedur : prosedur apa yang digunakan.
5. Metode : metode apa yang tepat untuk melaksanakan perencanaan
tersebut.
6. Sistem.
7. Anggaran : disesuaikan dengan kondisi yang ada.
8. Standar yang di butuhkan.

10

E. Perencanaan Pembelajaran serta Manfaat bagi Pendidik dan yang


Dididik
Ketika dunia telah memasuki era modern seperti yang terjadi sekarang ini
maka tak mustahil perubahan demi perubahan pun kian marak terjadi. Tak
terkecuali pada dunia pendidikan. ada sebuah masalah pokok yang cukup pelik
yang harus dihadapi dunia pendidikan yakni kehadiran teknologi yang selain
memiliki dampak yang baik juga ada efek sampingnya bagi seorang peserta didik
khususnya anak-anak. Biasanya karena penyalahgunaan teknologi ini membuat
proses pembelajaran pada seorang peserta didik menjadi terganggu sehingga jika
terjadi hal ini seorang tenaga pendidik harus tanggap dan melakukan upaya yang
tepat. Salah satunya adalah dengan melakukan perencanaan pembelajaran yang
baik dan tepat agar proses pembelajaran yang terjadi tetap terkontrol dengan baik
dan agar dapat menjawab tantangan perubahan teknologi terhadap peserta didik.
Perencanaan pembelajaran merupakan sebuah usaha untuk menjalankan
proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan matang sehingga akan
mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan seperti apa yang telah
diharapkan. Perencanaan pembelajaran ini sangat penting menjadi pedoman bagi
seorang tenaga pendidik agar mampu mengarahkan peserta didiknya untuk belajar
dengan baik. Perencanaan pembelajaran ini memiliki beberapa tujuan yang ulama
yang di antaranya adalah sebagai berikut:
1.

Yang pertama adalah dengan melakukan perencanaan pembelajaran maka


jalannya pendidikan atau pembelajaran tersebut akan lebih teratur sehingga
dengannya lebih memudahkan bagi para tenaga pendidik maupun bagi peserta
didik untuk melakukan evaluasi terhadap pembelajaran.

2.

Selanjutnya para tenaga pendidik juga akan merasa lebih mudah dalam
memberikan materi kepada para peserta didiknya dan lebih mudah dalam
menentukan target-target pembelajaran karena memang telah direncanakan
sedemikian rupa di awal sebelum pembelajaran terjadi.

3.

Dengan perencanaan yang baik maka setiap unsur dalam pembelajaran yang
meliputi tenaga pendidik serta peserta didik mampu memahami perannya dengan

11

baik dalam proses pembelajaran karena tugas-tugas yang seharusnya mereka


kerjakan telah direncanakan sebelumnya.
4.

Karena pembelajaran ini telah berjalan di dalam alur yang telah ditentukan
dalam sebuah perencanaan yang matang maka diharapkan akan menghemat waktu
dan biaya pada saat proses pembelajaran dilakukan.

12

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari penjelasan dan deskripsi di atas mengenai definisi, tujuan, dan hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pembuatan perencanaan pendidikan, pendidikan
sendiri sangat diperlukan dalam pembuatan perencanaan pendidikan, begitu pula
sebaliknya, perencanaan yang baik juga sangat menunjang kemajuan pendidikan.
Tetapi perencanaan bukanlah satu-satunya jalan untuk kemajuan atau
meningkatnya pendidikan, tapi pendidikan akan maju dan meningkat apabila juga
didukung oleh sarana-sarana, fasilitas-fasilitas, tenaga pendidik, dan anak-anak
didik yang termotivasi untuk maju serta memiliki kecakapan-kecakapan dan
pelaksanaan yang konkrit dari apa yang direncanakan untuk proses pendidikan.

B.

Saran
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan
dalam pembuatan makalah ini maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.

13

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali Pers
Badrudin. 2013. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT indeks
Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara
Jahari, Jaja. 2013.Manajemen Madrasah. Bandung : Alfabeta.
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai