Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 Sisdiknas tepat BAB IX
pasal 35 mengenai Standar Nasional Pendidikan meliputi kategori standarisasi.
Terdiri atas isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala. Khusus mengenai sarana prasarana ini
menyangkut akan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja barang ataupun jasa baik itu
yang bergerak, tidak bergerak, binatang ternak ( hewan), serta meliputi persedian
(stock). Kesemua hal itu harus diatur dan dimanajemen agar bisa difungsikan dan
ditempatkan sesuai dengan fungsinya.
Kemudian menyangkut hal manajemen sarana prasarana ini, mak tentu akan
dipenuhi beberapa langkah atau tahap fungsi sesuai juga beberapa aspek yang
menajdi pandangan fungsi dalam manajemen. Fungsi dalam manajemen sarana dan
prasarana ini dimulai dari perencanaan mengenai apa saja sarana prasarana ( sapras )
yang dibutuhkan dengan menganalisa dan mengkaji hal-hal yang penting yang
dibutuhkan untuk suatu sekolah misalnya. Kegiatan atau fungsi manajemen sapras ini
bisa diistilah dengan suatu siklus, lalu siklus kedua yang akan ditempuh yakni
melakukan pangadaan sapras itu sendiri.
Pengadaan sapras pendidikan sendiri memiliki arti “ keseluruhan kegiatan
yang dilakukan untuk menghadirkan atau menyediakan ( dari tidak ada menjadi ada )
semua sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana atau usul kebutuhan yang telah ditetapkan” Syahril (2012 : 39). Dapat
dipahami bahwa siklus kedua ini merupakan lanjutan dari siklus pertama, setelah data
mengenai sapras ini dianalisa apa yang benar-benar dibutuhkan oleh satuan
pendidikan serta juga menetapkan aturan yang berlaku, maka baru sapras itu diadakan
untuk satuan pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang dijelaskan mengenai pengadaan
sarana prasarana pendidikan, maka ada beberapa kategori yang hendak dibahas dalam
makalah ini yakni :
1. Apa Pengertian singkat pengadaan ?.
2. Apa juga pengadaan sarana prasarana berdasarkan jenis sarana dan prasarana
?
3. Bagaimana tata cara pengadaan barang milik negara melalui pembelian ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengadaan
Menurut gunawan, mengatakan bahwa pengadaan sarana dan prasarana adalah
segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi
keperluan pelaksanaan tugas. Sedangkan menurut daryanto, (2001:51) bahwa
prasarana berdasarkan etimologi berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Menurut Nawawi, mengatakan bahwa usaha pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat, memerlukan dan
mengembangkan sejumlah dana, komunikasi yang cepat dan tepat dalan kebutuhan
peralatan dapat memungkinkan disusunnya perencanaan yang lengkap.
Secara ringkas maksud dari pengadaan itu sesuai dengan yang dinyatakan
dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang
dan jasa pemerintahan yakni menyatakan “Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang
dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa”.

B. Tujuan Pengadaan Sarana dan Prasarana


Aktivitas pertama dalam manajemen sarana prasarana pendidikan adalah
pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan perlengkapan pendidikan
biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan
pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di
hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung jawabkan sehingga
memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun
dan anggaran mendatang. Pengadaan perlengkapan pendidikan seharusnya di
rencanakan dengan hati-hati sehingga semua pengadaan perlengkapan sekolah itu
selalu sesuai dengan pemenuhan kebutuhan di sekolah.

3
C. Langkah- langkah Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana
Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah haruslah direncanakan.
Sebagai manajer pendidikan, kepala sekolah haruslah mempunyai proyeksi kebutuhan
sarana dan prasarana untuk jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek.
Proyeksi kebutuhan akan sarana dan prasana sekolah dibuat dengan
mempertimbangkan dua aspek, ialah kebutuhan aspek pendidikan di satu pihak dan
kemampuan sekolah di pihak lain.
Sarana dan prasarana yang berupa gedung, sangat bagus kalau dibuat
maketnya, agar dapat diproyeksikan arah pengembangannya. Arah pengembangan
tersebut, tentu sejalan dengan proyeksi kebutuhan di masa yang akan datang. Guna
memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah di masa yang akan datang,
data tentang perkembangan peserta didik, data tentang kebutuhan layanan pendidikan
terhadap mereka, data tentang kebutuhan berbagai macam ruangan baik untuk teori
maupun praktik, haruslah dapat di identifikasi. Dengan menggunakan analisis regresi,
proyeksi kebutuhan 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun kedepan akan dibuat.
Imron dalam buku Persepektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
menyatakan bahwa ada sejumlah langkah-langkah perencanaaan pengadaan sarana
dan prasarana sekolah sebagai berikut :
a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan
oleh setiap unit kerja dan atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan
sekolah.
b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu,
misalnya untuk satu semester atau satu tahun ajaran.
c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang
tersedia sebelumnya.
d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang
tersedia. bila dana yang tersedia tidak memadai untuk mengadakan kebutuhan
tersebut, maka perlu dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan

4
perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgensi setiap
perlengakapan yang dibutuhkan. Semua perlengkapan yang urgen segera di
daftar
e. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan
dana atau anggaran yang tersedia bila ternyata masih melebihi anggaran yang
tersedia, maka perlu dilakukan seleksi lagi dengan cara membuat skala
prioritas.
f. Menetapan rencana pengadaan akhir
Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa dalam perencanaan pengadaan sarana
dan prasarana sekolah harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan karena barang-barang yang
tidak tepat akan menjadi sumber pemborosan.
b. Kesesuaian dengan jumlah dan tidak terlalu berlebihan dan kekurangan.
c. Mutu yang selalu baik agar dapat dipergunakan secara efektif
d. Jenis alat atau berang yang diperlukan harus tepat dan dapat meningkatkan
efesiensi kerja
Dengan demikian diperlukan sistem informasi dan koordinasi yang baik
antara tugas perencana dan petugas pengadaan melalui koordinasi pimpinan.

D. Karakteristik Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan di atas dapat di
tegaskan bahwa perencanaan perencanaan perlengkapan sekolah tidaklah mudah.
Perencanaan perlengkapan pendidikan bukan sekedar sebagai upaya mencari ilham,
melainkan upaya memikirkan perlengkapan yang di perlukan di masa yang akan
datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan
informasi dan realistis tentang kondisi sekolah.
Agar prinsip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi, semua pihak yang di
libatkan atau di tunjuk sebagai panitia perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah

5
perlu mengetahui dan mempertimbangkan program pendidikan, perlengkapan yang
sudah di miliki, dana yang tersedia, dan harga pasar.
Dalam hubungannya dengan program pendidikan yang perlu di perhatikan
adalah organisasi kurikulum sekolah, metode pengajaran, dan media pengajaran yang
di perlukan. Ada beberapa karakteristik esensial perencanaan pengadaan
perlengkapan sekolah, yaitu sebagai berikut :
a. Merupakan proses menetapkan dan memikirkan.
b. Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi
sarana prasarana pendidikan yang di butuhkan sekolah.
c. Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan efisiensi
dalam pengadaan perlengkapan sekolah.

E. Prinsip- Prinsip Pengadaan


Dalam rangka pengadaan atau memilih dan pemeliharaan alat-alat atau
perlengkapan sekolah sebagai satuan pendidikan merupakan tanggung jawab dari
pemimpin sekolah atau kepala sekolah. Maka kepala sekolah itu harus mampu untuk
mengetahui bukan saja ilmu yang berkenaan dengan prinsip-prinsip gedung serta
mempunyai ilmu yang cukup banyak berkenaan dengan alat-alat atau perkakas kantor
baik itu kursi, meja, bangku dan lain sebagainya. Menyangkut akan adanya prinsip
dalam pengadaan ini yang harus dipahami oleh pemimpin pendidikan serta dijadikan
pedoman yakni sebagai berikut :
1. Bahwa semua orang yang ikut menggunakan secara teratur mengenai
peralatan tersebut haruslah dilibatkan dalam proses pemilihan ( pengadaan ).
2. Peralatan sekolah hendaknya serasi dengan interest kebutuhan dan
kematangan anak. Peralatan tersebut haruslah mudah dipindahkan dan mudah
diatur.
3. Ukuran peralatan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan murid, maka disini
dalam rangka pengadaan peralatan sekolah dibuat berbeda-beda setiap kelas
sehingga dapat disesuaikan dengan peradabaan besar kecilnya anak.

6
4. Lebih baik yang bervariasi maksudnya peralatan ini bentuk dan ukurannya
berbeda sehingga lebih menarik dan mudah disesuaikan dengan kenpentingan
kelas tersebut.
5. Semua kelas hendaknya tidak diberi peralatan yang sama persis. Maka
semakin berbeda tingkatnya maka berbeda pula tentang peralatannya (
misanya untuk Sekolah Dasar berbeda dengan Sekola Menengah Pertama.
Disamping itu ada juga beberapa prinsip yang berlaku secara umum untuk
proses pengadaan ini yakni sesuai dengan Kepres No.80 tahun 2003, Pengadaan
barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip :
a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan.
c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan;
d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya;
e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;

7
f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Perencanaan perlengkapan sekolah seherusnya memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Harus betul-betul merupakan proses intelektual;
b. Di dasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif menganai
masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya, serta prediksi
populasi sekolah;
c. Harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran;Visualisasi hasil
perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis,
merek, dan harganya.

F. Jenis-jenis pengadaan sarana dan prasarana


Sahertian, (1994:174-176) menambahkan bahwa diperlukan pula tata cara
pengadaan barang bergerak dan tidak bergerak, yaitu:
1. Perencanaan pengadaan barang bergerak
a. Barang-barang habis pakai
 Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan analisis kebutuhan
 Menyusun perkiraan biaya pengadaan barang setiap bulan.
 Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana truiwulan/ rencana
tahunan.
b. Barang-barang tak habis pakai
 Menganalisa dan menyusun daftar keperluan barang sesuai dengan rencana
kegiatan sekolah sambil memperhatikan barang-barang yang masih ada dan
sudah dipakai.
 Memperkirakan biaya/ harga barang yang direncanakan berdasarkan standar
yang telah ditentukan.

8
 Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia
mengenai kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahuanan.
2. Barang tak bergerak
a. Tanah
 Menyusun rencana pengadaan tanah (lokasi luasnya) berdasarkan analisis
kebutuhan
 Mengadakan survey penentuan lokasi tanah dengan maksud dan
memperhatikan tata kota
 Mengadakan survey tentang adanya fasilitas keperluan sekolah, seperti jalan,
listrik, air, telepon, transpor, jalan raya.
 Mengadakan survey harga tanah dilokasi yang ditentukan untuk penyusunan
pengajuan rencana anggaran yang diperlukan
 Mengajukan rencana anggaran pada satuan organisasi baik di daerah maupun
di pusat dengan melampirkan data yang disusun dari hasil dan survey.
b. Bangunan
 Mengadakan survey tentang keperluan bangunan yang direncanakan meliputi
struktur organisasi dari sekolah yang mengunakan jumlah pemakai (guru,
siswa dan lain-lain) dan jumlah alat-alat atau perabot yang ditempatkan.
 Mengadakan perhitungan luas bangunan berdasarkan kebutuhan dan disusun
atas dasar data survey
 Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang berlaku didaerah
yang bersangkutan,
 Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya sesuai rencana
pentahapan pelaksanaan secara teknis dengan memperhatikan skala prioritas
yang telah ditetapkan.

Sahertian (1994:177) mengatakan bahwa dari segi asal datangnya barang


maka jenis pengadaan ada dua, yaitu:
1. Pengadaan dalam negeri, dapat dilakukan dengan cara:

9
a. Tender yaitu pengadaan barang yang dilakukan diantara supplier atau rekan
yang bergerak dibidangnya secara kompetitif.
b. Perbandingan penawaran yaitu cara pengadaan barang dilakukan dengan
mengadakan perbandingan penawaran diantara rekanan yang lulus
prakualifikasi
c. Pembelian langsung yaitu pembelian yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan yang jumlahnya kecil. Cara pembelian yang tepat adalah dengan
membandingkan diantara pemasok untuk memperoleh bahan yang sama
dengan harga yang lebih murah.
2. Pengadaan luar negeri (bersifat impor) yang diselenggarakan pemerintah.
Menurut Syahril (2009:40-44) adapun jenis sarana-prasarana yang akan
diadakan dan akan dipenuhi oleh Suatu sekolah ataupun satuan pendidikan yakni
sebagai berikut :
 Pengadaan tanah
Tanah berkedudukan sebagai saran prasarana yang diperlukan pemerintah
dapat dilakukan dengan cara pembelian, penerimaan hibah, menerima hak dan
menukar. Berikut penjelasannya:
a. Membeli, yakni memindahkan atau suatu kegiatan pengalihan kepemillikan
tanah dari seseorang atau pihak pertama kepada orang lain atau pihak lain
dengan cara bertransaksi menukar tanah ( barang ) dengan sejumlah uang (
harga ). Dalam pembelian tanah atau membeli sarana prasarana tanah harus
dilakukan beberapa analisa pertimbangan misalnya tanah yang akan dibeli
bebas dari sengketa, bebas banjir, aman dan yaman , serta letak startegis dan
mudah dijangkau. Dalam melakukan pengadaan tanah ada beberapa hal yang
dilakukan yakni membentuk panitia pengadaan, melakukan pembebasan
tanah, pengurusan akte jual beli, pembayaran, dan pengurusan sertifikat.
b. Penerimaan hibah, yakni melakukan pengalihan atau pemindahan kepemilikan
antara sesorang kepada orang lain atau antara satu pihak kepada pihak lainnya
tanpa pergantian atau transaksi pertukaran barang dan uang. Agar tidak terjadi

10
masalah dikemudian hari maka dilakukan oleh notaris PPAT akte serah terima
hibah atau berita cara penyerahan hibah dan dilanjutkan dengan pengurusan
sertifikat.
c. Menerima hak memakai yakni pengalihan penggunaan tanah dari seseorang
kepada orang lain dalam jangka waktu tertentu tanpa memberikan imbalan
tertentu. Untuk menanggulangi terjadinya masalah dikemudian hari maka
dalam menerima hak memakai ini harus disertai dengan berita acara dan
perjanjian yang disepakati bersama dan disetujui atau diketahui oleh pejabat
yang berwenang.
d. Penukaran tanah ( barang ), meliputi pengaliahan tanah dari satu pihak ke
pihak yang lain dengan memberikan pergantian yang seimbang, beedasarkan
kesepakatan yang dilakukan sesuai dengan aturan dna prosedur yang berlaku.
 Pengadaan bangunan
Pengadaan bangunan untuk pelaksanaan kegiatan dapat dialksanakan melalui
berbagai macam cara yaitu :
a. Membangun baru meliputi mempengaruhi, memperluas, dan mengubah
dengan cara membongkar seluruh bangunan atau sebagian termasuk
menyiapkan tanah dan sarana penunjang lainnya.
b. Membelikan bangunan yang sudah jadi pada dasarnya tidak diperbolehkan,
tetapi dalam hal –hal yang luar biasa dapat saja dilakukan dengan syarat telah
ada persetujuan dari mentri dan dana sudah ada
c. Menyewa bangunan seperti untuk keperluan sekolah, kantor dan sebagainya
diperbolehkan asal telah mendapat persetujuan dari penjabat yang
berwenang dan bangunan tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan
peruntukannya.bangunan sekolah milik swasta yang dulunya pernah mendapat
subsidi bangunan dari pemerintah, apabila dipakai oleh sekolah negeri tidak
perlu di bayar sewanya,tetapi pemakai wajib memelihara bangunan itu
sebagai mana mestinya.

11
d. Menerima hibah bangunan dapat saja di terima baik dari pemerintah maupun
dari pihak swasta asal itu dianggap lebih menguntungkan,serah
terima dilakukan dngan akte notaris.
e. Menukar banguanan dapat saja dilakukan seperti bangunan yang tidak dapat
memenuhi fungsinya lagi karena lokasinya terlalu ramai, jauh dan
tanahnya terlalu sempit sehingga tidak dapat dikembangkan sesuai dengan
keperluan,dapat saja ditukar asalakan di anggap lebih menguntungkan
 Pengadaan perabot
Perabot dalah barang yang berfungsi sebagai tempat duduk,tempat menulis
,tempat istirahat,tempat penyimpanan alat-alat dan apatau bahan, sepeti
meja,kursi,almari,rak, filing cabinet dan sebagainya dan sebagainya, dapat dilakukan
dengan cara membeli, membuat sendiri dan menerima bantuan. Pembelian dapat
dilakukan terhadap barang yang sudah jadi atau barang yang belum dan pembelian
dapat dilakukan melalui lelang, pemilihan maupun penunjukan langsng sesuai dengan
aturan yang berlaku. Pengadaan yang biasa dilakukan dengan jalan membuat sendiri
biasanya dilakukan untuk kegiatan pembelajaran praktek dengan mempertimbangkan
faktor biaya yang tersedia, tenaga yang diperlukan dan peralatan yang
dibutuhkan. Lain halnya dengan pangadaan dengan cara menerima bantuan (hibah)
dari pemerintahan, swasta, masyarakat maupun perorangan dan dilengkapi surat-
suarat tertentu. . Dalam pengadaan perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan seperti segi antropometri, ergonomi. Estetika, dan segi
ekonomis.
a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi
badan atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya siswa dan
tenaga kependidikan
b. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan
segi kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai,
c. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena
bentuk dan warnanya menarik.

12
d. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya tetapi
merupakn transformasi wujud efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan dan
pendayagunaannya.
 Pengadaan Buku
Yang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan, buku
perpustakaan dan buku-buku lainnya. Buku yang dapat dipakai oleh sekolah meliputi
buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fiksi maupun non fiksi,
buku sumber dan sebagainya. Tentang jenis-jenis buku harus mengacu pada standar
di atas yang antara lain meliputi:
Buku teks utama adalah buku pokok yang menjadi pegangan guru dan murid
yang subtansinya mengacu pada kurikulum yang berlaku.
Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan
tambahan buku teks utama yang digunakan oleh murid dan guru yang seluruh isinya
menunjang kurikilum.
Buku bacaan non fiksi adalah buku bacaan yang ditulis berdasarkan fakta atau
kenyataan. Pada umumnya buku bacaan non fiksi menunjang salah satu bidang studi.
Sistematika penyusunannya tidak seperti buku teks pelengkap tetapi disajikan secara
populer.
Buku bacaan fiksi adalah buku bacaan yang ditulis tidakberdasarkan fakta
atau kenyataan, melainkan berdasarkankhayalan penulis. Isi buku bacaan fiksi
biasanya berbentuk cerita yang tidak benar-benar terjadi.
Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
a. Membeli
b. Menerbitkan sendiri
c. Menerima bantuan/hadiah
d. Menukar.
Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan
menerima bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat membutuhkan

13
waktu yang lama, sedangkan jika menukar tidak semua materi akan sesuai dengan
materi yang diajarkan atau dengan kurikulum.
Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-alat
pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang biasa digunakan di
kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil, komputer, alat-alat pembersih
dan sebagainya.
G. Tata Cara Pengadaan
Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan tersebut adalah sebagai berikut. Tata cara dalam melakukan
pengadaan sarana prasarana sekolah itu ada beberapa cara yakni sebagai berikut :
1. Pembelian ( membeli )
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pengalihan barang
dari seseorang kepada orang lain atau antara satu pihak satu kepada pihak lain dengan
menukarkan barang dengan sejumlah uang. Dalam melakukan transaksi tersebut baik
itu penukaran menggunakan uang yang bersumber dari Anggaran pendapatn dan
belanja negara ( APBN ) dan Anggaran pendapatan belanja daerah ( APBN ) diatur
oleh Kepres No.80 tahun 2003 dan disempurnakan dalam Peraturan Presiden Nomor
54 tahun 2012. Kepres pembelian yaitu melalui lelang ( tender ), pemilihan langsung,
pertunjukan langsung, dan pengadaan langsung contohnya tentang lelangPelelangan
Umum, Pelelangan Terbatas, Pelelangan Sederhana, Penunjukan Langsung,
Pengadaan Langsung, atau Kontes (Pepres No. 70 tahun 2012).
Pembelian melalui lelang (umum dan terbatas) dilakukan untuk pengadaan
barang yang nilainya diatas 100 juta, lelang umum yaitu metode pemilihan
penyediaan barang dan jasa dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara
sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional atau satu surat kabar provinsi,
sedangkan lelang terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbatas dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya
disatu surat kabar nasional dan atau surat kabar provinsi dengan mencantumkan

14
penyedia barang dan jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang dan jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
Pembelian melalui pemilihan langsung dilakukan bila pengadaan melalui
lelang dianggap tidak efesien dari segi pembiayaan dan dilakukan untuk pengadaan
yang nilainya antara 50 sampai 100 juta. Pembelian melalui penunjukan langsung
dilakukan dalam keadaan tertentu seperti dalam keadaan darurat untuk pertahanan,
keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaanya tidak dapat ditunda-
tunda atau bencana alam, rahasia serta untuk pekerjaan skala kecil nilainya antara i5
sampai 50 juta.
Pembelian langsung dilakuakan secara langsung oleh intansi yang
membutuhkan barang dan nilai pengadaannya sangat kecil yaitu dibawah 15 juta.
Proses dan prosedur pengadaan dengan cara pembelian harus sesuai dengan ketentuan
dan prosedur yang ditetapkan pemerintah. Khusus untuk pengadaan dengan cara
pembelian melalui lelang harus mengikuti prosedur berikut ini:
a. Pembentukan panitia lelang yang dilakukan oleh instansi yang akan
mengadakan barang. Panitia lelang haruslah orang yang betul-betul
memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan dan hukum
perjanjian/kontrak. Masa kerja panitia mulai dari masa persiapan sampai
dengan dokumen kontrak siap ditandatangani (secara formal) bahkan sampai
dengan pelaksanaan audit oleh pemeriksa internal/eksternal (informal). Tugas
panitia antara lain, menyususn jadwal, dan menetapkan cara pelaksanaan serta
lokasi pengadaan, menyusun, dan menyiapkan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS), menyiapkan dokumen lelang, mengumumkan pengadaan, mengadakan
penjelasan lelang, melakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran,
mengusulkan calon pemenang lelang, membuat laporan proses dan hasil
pelelangan.
b. Penyusunan dokumen lelang oleh panitia yang bercirikan antara lain, syarat
umum (keterangan mengenai pembagian tugas, keterangan mengenai
perencana, keterangan mengenai direksi, syarat-syarat peserta lelang, bentuk

15
surat penawaran dan cara penyampaiannya), syarat administratif (jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan, tanggal penyerahan pekerjaan, syarat
pembayaran, denda keterlambatan, besar jaminan pelanggan dan pelaksanaan
pekerjaan), syarat teknis (jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan,
jenis dan mutu bahan), spesifikasi teknis dan gambar (detail dan konstruktif).
c. Pengumuman pengambilan dokumen lelang yang dilakukan melalui media
resmi, surat kabar kabupaten/kota untuk paket kecil atau papan pengumuman
resmi dan surat kabar provinsi atau nasional untuk pekerjaan paket besar.
d. Undangan pemberian penjelasan (Aanwijzing) kepada peserta lelang yang
dilakukan oleh panitia lelang pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan.
e. Penyusunan kriteria penilaian untuk menetukan atau menetapkan calon
pemenang lelang
f. Pelaksanaan kegiatan lelang dengan cara memasukan penawaran pada waktu,
tempat dan prosedur yang ditetapkan (metode dua sampul dan metode dua
tahap)
g. Pelaksanaan penilaian terhadap dokumen penawaran yang dimasukan oleh
peserta lelang.
h. Penentuan calon pemenang lelang oleh panitia lelang dan penunjukkan
pemenang lelang oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
i. Pengumuman dan penetapan pemenang lelang oleh panitia lelang.
j. Penetapan surat pesanan/membutuhkan barang dengan pihak pemenang
lelang.
k. Pembuatan dan penandatanganan surat perjanjian atau kontrak kerja antara
pihak yang mengadakan barang dengan pihak pemenang lelang.
l. Penyiapan berita acara pemeriksa dan oenerimaan barang (serah terima
pemenang lelang)

16
H. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No. 80
tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007. Pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai
berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat
persetujuan dari pihak yang dituju.
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke
sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana
tersebut.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa
yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang/jasa.
Jenis barang dan jasa dapat dibagi menjadi:
1. Perencanaan pengadaan barang bergerak(a. barang habis pakai b. Barang tak
habis pakai).
2. Barang tak bergerak (a. Tanah b. Bangunan)
Dari segi asal datangnya barang maka jenis pengadaan ada dua, yaitu:
1. Pengadaan dalam negeri, (a. Tender b. Perbandingan penawaran c.
Pembelian langsung)
2. Pengadaan luar negeri (bersifat impor) yang diselenggarakan pemerintah.
Tata-cara pengadaan barang dan jasa, yaitu:
1. Pembelian
2. Pembuatan Sendiri
3. Penerimaan Hibah atau Bantuan
4. Penyewaan
5. Pinjaman
6. Pendaurulangan
7. Penukaran
8. Perbaikan atau Rekondisi

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan penambah wawasan bagi para
mahasiswa dan dosen khususnya jurusan administrasi pendidikan. Sangat dibutuhkan
sekali kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini

18
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Syahril.
2012. Manajemen Sarana Prasarana. Padang : Jurusan Administrasi
Pendidikan
Gunawan, Ari. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta:
Rineka Cipta
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto. 1982. Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Nawawi, Hadari. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Inti Idayus Press
Sahertien, Piet.1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai