Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL RBL

FISIKA INSTRUMENTASI (FI-5006)


Perancangan Alat Pengukur Keasaman (pH meter)
Menggunakan Sensor Kapasitif dan Jembatan Schering

Oleh :

Khairiah

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. -Ing. Mitra Djamal

PROGRAM STUDI MAGISTER FISIKA


DEPARTEMENFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2013

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu benda bila dialiri listrik maka benda tersebut akan memiliki muatan
listrik. Pada setiap titik di sekitar benda yang bermuatan listrik terdapat suatu
medan listrik. Medan listrik di sekitar muatan listrik positif akan menjauhi muatan
tersebut, sedangkan di sekitar muatan listrik negatif arah medan menuju
muatannya. Salah satu instrumentasi untuk menghasilkan medan listrik adalah
kapasitor plat sejajar yang diletakan terpisah secara sejajar. Untuk menghasilkan
suatu medan listrik yang lebih kuat, maka jarak antar plat harus dibuat lebih kecil
daripada luas plat (Wangsness, 1986).
Kemampuan kapasitor dalam menyimpan suatu muatan listrik disebut
kapasitansi. Pada umumnya, nilai kapasitansi sebuah kapasitor ditentukan oleh
bahan dielektrik yang digunakan. Air merupakan salah satu bahan dielektrik yang
apabila diletakan diantara dua plat kapasitor keping sejajar akan mempengaruhi
nilai kapasitansi dari kapasitor tersebut. Penelitian analisis sensor kapasitif
sebelumnya yang telah dilakukan oleh A. Nawawi (2011) menggunakan plat seng
untuk mengukur derajat keasaman menggunakan rangkaian pengkondisi sinyal
jembatan schering. Alat tersebut terdiri dari sensor kapasitif dan rangkaian
pengkondisi sinyal jembatan schering, sebagai pendeteksi nilai kapasitansi
dielektrik (larutan asam) dengan keluaran berupa tegangan. Namun, alat yang
dihasilkan masih memiliki kelemahan yaitu untuk derajat keasaman yang tinggi,
alat belum berfungsi dengan baik.
Kadar keasaman merupakan salah satu parameter fisika yang harus dipantau
untuk menjaga kualitas suatu air. Untuk itu diperlukan suatu alat ukur untuk
menentukan tingkat keasaman air tersebut. Tingkat keasaman berhubungan erat
dengan konduktivitas dan tekanan osmotik air. Pada kebanyakan peralatan yang
ada saat ini, pengukuran tingkat keasaman dilakukan berdasarkan pada hasil
pengukuran konduktivitas. Pengukuran konduktivitas larutan adalah pengukuran
kemampuan larutan untuk membawa arus listrik. Konduktivitas dari larutan
bergantung pada jumlah ion dan mobilitas ion di dalam larutan. Kekuatan
konduktivitas larutan dinyatakan melalui pergerakan ion-ion di dalam medan

listrik. Jika jumlah ion meningkat, maka aliran arus di dalam larutan juga
meningkat (Kuswandi.B, dkk, 2001).
Dari latar belakang tersebut maka kami merancang dan membuat suatu alat
ukur tingkat keasaman suatu air menggunakan prinsip pengukuran konduktivitas
yang terintegrasi dengan Jembatan Schering sebagai pengkondisi sinyal berbasis
mikrokontroler AT89C51 dan hasil pengukuran kadar keasaman air tersebut
diperoleh melalui interface (antarmuka) port serial dan diproses dengan software
(perangkat lunak) visual basic, sehingga dapat ditampilkan pada komputer.
I.2 Tujuan
1) Merancang dan merealisasikan alat ukur kadar keasaman air menggunakan
sensor plat tembaga.
2) Menguji sensitifitas sensor plat tembaga yang dirancang untuk mengukur
kadar keasaman suatu larutan.
II. TEORI DASAR
II.1

Derajat Keasaman (pH)


pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasa-an yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut, ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional. pH diukur dengan menggunakan skala pH antara 0
hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai
nilai pH 7 hingga 14.
Sejarah pengukuran kadar keasaman cairan secara elektris dimulai pada
tahun 1906 ketika Max Cremer. Di dalam studinya tentang hubungan cairan
(interaksi antara zat cair dan zat padat) dan ditemukan ternyata hubungan antara
cairan bisa dipelajari dengan bertiupnya suatu gelembung dari kaca tipis satu
cairan yang di tempatkan di dalam dan di luar. Itu membuat suatu tegangan
elektrik yang bisa diukur. Gagasan ini telah diambil lebih lanjut oleh Fritz Haber

(yang menemukan sintese amoniak dan tiruan fertiliser) dan Zygmunt


Klemsiewicz yang menemukan bahwa bohlam/gelembung kaca (yang ia namakan
elektrode kaca) bisa digunakan untuk mengukur aktivitas ion hidrogen yang
diikuti suatu fungsi logaritmis.
Kemudian ahli biokimia Denmark Soren Sorensen menemukan skala pH
pada tahun 1909. Karena kepekaan di dalam dinding gelas sangat tinggi, berkisar
antara 10 sampai 100 Mega-Ohm, voltase elektrode kaca tidak bisa diukur dengan
teliti sampai tabung elektron telah ditemukan. Kemudiannya, penemuan transistor
efek medan (field-effect transistors FETs) dan integrated sirkit (ICs) dengan
meringankan temperatur, membuatnya mungkin untuk mengukur voltase
elektrode kaca itu dengan teliti. Voltase yang diproduksi oleh satu pH unit
(misalnya saja dari pH=7.00 - 8.00) secara khas sekitar 60 mV (mili volt). Kini pH
meter yang terdiri atas mikro prosesor yang diperlukan untuk koreksi temperatur
dan kalibrasi. Meskipun demikian, pH meter modern masih mempunyai
kekurangan, yaitu perubahan yang lambat, yang merupakan masalah penting
dalam menentukan skala yang valid.
Tabel 1.Skala pH
Range

Asam

Netral

Basa

p
H
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

[H+ ] (mol/L)
0
0.1
0.01
0.001
0.0001
0.00001
0.000001
0.0000001
0.00000001
0.000000001
0.0000000001
0.00000000001
0.000000000001
0.0000000000001
0.0000000000000
1

[OH-] (mol/L)
0.0000000000000
1
0.0000000000001
0.000000000001
0.00000000001
0.0000000001
0.000000001
0.00000001
0.0000001
0.000001
0.00001
0.0001
0.001
0.01
0.1
0

Dari tabel terlihat jelas perbedaan konsentrasi ion H + . pH suatu larutan


dikatan asam atau basa tergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan tersebut
pH larutan asam [H+ ] > [OH-] nilainya < 7, pH netral [H+ ]=[OH-] nilainya =7
dan pH larutan basa [H+ ] < [OH-] > 7.
Adapun secara umum asam memiliki sifat sebagai berikut:
1) Rasa: asam ketika dilarutkan dalam air.
2) Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam
kuat.
3) Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam.
4) Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk
menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut pengawetasaman
(pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah,
seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia
dan berbagai hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang
disekresikan di dalam lambung untuk membantu memecah protein dan
polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim
pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis misalnya, asam sulfat sangat banyak
digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin (Anonymous B. 2009).
II.2

Indikator Keasaman
Salah satu indikator keasaman buatan yang saat ini masih digunakan adalah

kertas lakmus. Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah
warna jika dicelupkan kedalam larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan yang ada. Semua asam dan basa
mempunyai sifat sifat tertentu, tidak semua asam mempunyai sifat yang sama
demikian juga pada basa. Kita juga sudah mengenal bahwa asam terbagi menjadi
dua yaitu asam lemah dan asam kuat, demikian juga basa, ada basa kuat dan basa
lemah. Kekuatan asam atau basa tergantung dari bagaimana suatu senyawa
diuraikan dalam pembentukan ion-ion jika senyawa tersebut dalam air. Asam atau

basa juga bersifat elektrolit, daya hantar larutan elektrolit bergantung pada
konsentrasi ion-ion dalam larutan. Elektrolit kuat jika dapat terionisasi secara
sempurna sehingga konsentrasi ion relatif besar, elektrolit lemah jika hanya
sebagian kecil saja yang dapat terionisasi, sehingga konsentrasi ion relatif sedikit.
(http://wikipedia.com/kertas-lakmus.html)

Gambar 1.Kertas lakmus


Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat
netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus
biru. Sifat dari masing-masing kertas lakmus tersebut ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 2. Perubahan warna kertas lakmus pada larutan asam, netral dan basa.

II.3

No.

Kertas Lakmus

1
2

Merah
Biru

Dalam Larutan
Asam
Netral
Basa
merah
merah
biru
merah
biru
biru

RangkaianJembatanArus Bolak-Balik (AC)


Rangkaian jembatan digunakan untuk pengukuran nilai-nilai komponen

seperti resistansi (tahanan), induktansi atau kapasitansi dan parameter-prameter


(frekuensi, sudut fasa dan temperatur) yang diturunkan secara langsung dari nilainilai komponen tersebut. Umumnya rangkaian jembatan digunakan untuk
membandingkan nilai komponen yang tidak diketahui dengan komponen yang
nilainya diketahui secara pasti (nilai standar).
Rangkaian jembatan arus bolak-balik (gambar 2) umumnya terdiri dari
empat lengan jembatan, sumber eksitasi dan sebuah detektor nol. Sumber daya
menyalurkan suatu tegangan bolak-balik ke jembatan pada frekuensi yang
diinginkan.

Gambar 2. Rangkaian jembatan arus bolak-balik (Jones, 1995).


Untuk pengukuran frekuensi rendah, sumber daya dapat berfungsi sebagai
sumber eksitasi, dan pada frekuensi yang lebih tinggi, sebuah osilator umumnya
menyalurkan tegangan eksitasi.Sebuah detektor nol harus memberi tanggapan
terhadap kesetimbangan arus bolak-balik. Dalam bentuk yang paling sederhana
(tetapi sangat efektif), detektor nol dapat terdiri dari sebuah penguat arus bolakbalik bersama sebuah alat pencatat keluaran atau sebuah indikator tabung sinar
elektron. Syarat kesetimbangan dalam suatu rangkaian jembatan arus bolak-balik
dapat dicapai apabila tanggapan detektor adalah nol atau menunjukan harga nol.
Pengaturan setimbang untuk mendapatkan tanggapan nol, dilakukan dengan
mengubah salah satu atau lebih dari lengan lengan jembatan (Cooper, 1994).
Persyaratan kesetimbangan jembatan arus bolak-balik pada gambar 2
memerlukan beda potensial dari A ke C adalah nol. Hal ini akan terjadi bila
penurunan tegangan dari B ke A sama dengan penurunan tegangan dari B ke C.
sehingga dapat dituliskan:

EBA EBC atau I1Z1 I 2 Z 2

(1)

Gambar 3. Rangkaian jembatan arus bolak balik, I pada detektor = 0


Agar arus detektor nol (kondisi setimbang), maka:
I1

E
Z1 Z 3

(2)
dan

I2

E
Z2 Z4
(3)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2) dan (3) ke dalam persamaan (1),maka:

Z1Z 4 Z 2 Z 3
(4)
atau jika menggunakan admitasi sebagai pengganti impedansi, maka:

Y1Y4 Y2Y3
(5)
Persamaan (4) adalah persamaan umum untuk kesetimbangan arus bolak-balik
dan persamaan (5) digunakan bila terdapat komponen-komponen paralel dalam
lengan-lengan jembatan.
II.4 Rangkaian Jembatan Schering
Rangkaian jembatan schering merupakan salah satu rangkaian jembatan
arus bolak balik yang dipakai secara luas untuk pengukuran kapasitansi. Sebuah
rangkaian jembatan schering ditunjukan pada gambar 4 berikut.

Gambar 4. Rangkaian jembatan schering

Lengan 1 mengandung suatu kombinasi paralel dari sebuah tahanan dan


sebuah kapasitor, lengan 3 berisi sebuah kapasitor standar. Kesetimbangan terjadi
bila jumlah sudut fasa lengan 1 dan lengan 4 sama dengan jumlah sudut fasa
lengan 2 dan lengan 3, yaitu 900 . biasanya dalam pengukuran besaran yang tidak
diketahui, akan memilki sudut fasa yang lebih kecil dari 900, maka lengan 1 perlu
diberi suatu sudut kapasitif yang kecil dengan menghubungkan kapasitor C 1
paralel terhadap R1.
Syarat kesetimbangan dalam rangkaian jembatan schering dapat dicapai
apabila tanggapan detektor adalah nol. Pengaturan kesetimbangan untuk
mendapatkan tanggapan nol dapat dilakukan dengan mengubah salah satu atau
lebih dari lengan-lengan jembatan (Cooper, 1994). Sehingga kapasitor C 1 dan
resistor R2 dibuat variabel untuk mengatur kesetimbangan.
Persamaan kesetimbangan diturunkan dengan cara memasukan nilai-nilai
impedansi dan admitansi dengan persamaan (4) yang memenuhi kedalam
persamaan umum:

Z x Z 2 Z 3Y1
(6)
Sesuai dengan gambar 5, maka dapat diketahui :

Z x Rx

j
C x
(7)

Z 2 R2

Z3

(8)

j
C3
(9)

Dimana Y1 adalah nilai admitansi dari kombinasi paralel sesuai dengan persamaan
(5), maka dapat diketahui bahwa:

Y1

1
Z1
(10)

dengan,

Z1

1
1 / R1 1 / jXC1
(11)

Z1

1
1

R1 jXC1
(12)

Dengan mensubstitusikan persamaan (12) kedalam persamaan (10), maka akan


diperoleh:

Y1

1
jC1
R1
(13)

Sehingga dengan memasukan persamaan (7), (8), (9), dan (13) kedalam
persamaan umum (12) akan didapatkan:

Rx

j
j

R2
Cs

C
3

jC1
R1

(14)

Dengan menghilangkan tanda kurung,

Rx

RC
jR2
j
2 1
Cs
C3
C 3 R1
(15)

Dengan menyamakan bagian real dan imajiner kita peroleh bahwa:

Rx R2

C1
C3
(16)

Cx C 3

R1
R2
(17)

Syarat kesetimbangan dalam rangkaian jembatan schering dapat dicapai


apabila tanggapan detektor adalah nol atau menunjukan harga nol. Pengaturan
kesetimbangan untuk mendapatkan tanggapan nol dapat dilakukan dengan
mengubah salah satu atau lebih dari lengan-lengan jembatan (Cooper, 1994).

III.

METODE PERANCANGAN
III.1 Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Solder dan penyedot timah untuk membuat rangkaian alat.
2) Multimeter untuk melakukan pengukuran tegangan, arus, dan
hambatan.
3) Papan PCB (Printed Circuit Board) sebagai tempat jalur komponen.
4) pH meter digital tipe SevenCompact, untuk uji alat.
b. Bahan :
Bahan (sampel) yang digunakan untuk pengujian alat ukur ini adalah
larutan asam asetat (asam cuka) dengan 10 konsentrasi yang berbeda
yaitu, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%.
c. Komponen untuk jembatan schering sebagai rangkaian pengkondisi
sinyal
1) Resistor (R1 = 10 k, R2 = Potensio max 500 k, R3 = 1 k).
2) Kapasitor (C1 = 10nf, C2 = 100 nf )
3) Sensor kapasitansi plat tembaga(Cu) menggunakan papan PCB polos
dengan luas permukaan (8 x 8) cm2.
4) Papan PCB sebagai papan rangkaian yang digunakan untuk
membuat alat.
5) Trafo (Transformator) CT 2A sebagai penurun tegangan (Step down)
AC 220 V.
d. Komponen untuk rangkaian Penyearah pada rangkaian pengkondisi
sinyal (jembatan schering).
1) Dioda penyearah bridge 6 V, 2A dari tegangan AC, menjadi DC.
2) Elco (Elektrolit Condensator) 470 F ,16 Vdigunakan sebagai
penstabil tegangan.
3) Dioda Zener
e. Komponen untuk rangkaian interface (antar muka) dan display
1) Satu set rangkaian ADC AVR dengan menggunakan mikrokontroller
ATMega8535
2) Satu set display digital dengan dimensi 16 x 2.
III.2 Rancangan Alat
Rancangan alat yang dibuat terdiri beberapa blok rangkaian yaitu sensor

kapasitif, rangkaian pengkondisi sinyal jembatan schering, rangkaian peyearah,

rangkaian ADC (Analog to Digital Converter), mikrokontroler, dan display


digital.

Gambar 5. Blok diagram rancangan alat


III.2.1 Rancangan Perangkat Keras
a. Sensor kapasitif
Sensor yang akan dirancang terbuat dari plastik berbentuk balok, dan pada
kedua sisinya akan dipasang plat tembaga secara sejajar, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 4. Sensor kapasitif dihubungkan pada rangkaian
jembatan schering sebagai pengganti dari kapasitansi Cx. Sensor kapasitif yang
akan dirancang terbuat plat tembaga (Cu)

Gambar 6. Rancangan sensor kapasitif.


b. Rangkaian Jembatan Schering
Rangkaian jembatan schering dihubungkan pada sumber tegangan AC,
dengan menggunakan trafo CT 2Ampere sebagai penurun tegangannya (step
down).Sensor kapasitif yang telah dirancang (gambar 4), dihubungkan ke
rangkaian jembatan schering sebagai pengganti dari kapasitansi Cx. Larutan asam
cuka (CH3COOH) kemudian dimasukan ke dalam sensor kapasitif, maka akan

diperoleh nilai tegangan (Vd) yang terbaca pada display sebagai nilai tegangan
pada bahan (asam cuka) yang terpolarisasi.

Gambar 7. (a) Rangkaian jembatan schering, (b) sensor kapasitansi


c. Rangkaian Penyearah
Rangkaian penyearah ini dibuat untuk menyearahkan hasil tegangan
output (keluaran) yang dihasilkan dari rangkaian jembatan schering yang masih
berupa tegangan AC, rangkaian penyearah ditunjukan pada gambar 6.

Gambar 8. Rangkaian penyearah dari keluaran jembatan schering


Rangkaian penyearah dibuat dari empat buah dioda yang dipasang
membentuk jembatan Bridge, kemudian difilter dengan menggunakan elco
(elektrolit condensator) supaya menghasilkan output keluaran berupa tegangan
DC atau tegangan searah.
d. Rangkaian ADC
Rangkaian ADC ini dibuat untuk mengubah sebuah tegangan analog
menjadi digital dari output rangkaian jembatan Schering. ADC AVR ATMega8535
adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8
kanal input yang dapat dipilih. IC tersebut dapat melakukan proses konversi
secara terkontrol ataupun free running. Rangkaian ADC ATMega 8535 ini
memiliki 4 port serial yaitu A,B,C dan D. Tegangan input dari rangkaian

penyearah dipilih pada port A yaitu kaki a 0 dan gnd (ground), sedangkan display
digital keluaran dipilih pada port C.

III.2.2 Rancangan Perangkat Lunak


Bahasa yang digunakan untuk pemrograman mikrokontroler ATMega8535
adalah bahasa assembler menggunakan software CodeVisionAVR dibuat sebagai
perangkat lunak yang dirancang agar dapat menampilkan data pada display.
Indikator keberhasilan dari perancangan alat ini adalah dapat menampilkan proses
pengukuran kadar keasaman air yang .
IV.

TEKNIK PENGAMBILAN DATA


IV.1 Pengujian Alat
Pengujian alat dilakukan dengan mengambil sampel data dengan

meletakkan air asam

pada sensor kapasitif, maka akan diperoleh tegangan

keluaran (Vout) pada rangkaian jembatan schering. Kemudian diproses oleh


rangkaian mikrokontroler sehingga hasil pengukuran kadar keasaman tersebut
akan ditampilkan pada sebuah komputer. Berikut adalah tabel pengujian alat:
Tabel 3. Pengujian alat hasil rancangan dengan perubahan konsentrasi
Tegangan
No.
Konsentrasi Asam (%)
pH
(Volt)
1.
5
2.
10
3.
15
4.
20
5.
25
6.
30
7.
35
8.
40
9.
45
10.
50

IV.2

Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setelah sampel air asam diukur pHnya


dengan menggunakan pH meter sebagai pembanding dalam pengujian

Suhu
(oC)

alat. Kemudian dilakukan pengambilan data dengan cara memasukkan air


asam ke sel elektroda. Sel elektroda yang dirancang terintegrasi dengan
rangkaian jembatan schering yang dihubungkan ketrafo sehingga dialiri
arus bolak-balik (AC) dan dihubungkan ke rangkain penyearah untuk
mendapatkan arus searah (DC). Selanjutnya sel elektroda mendeteksi
adanya perubahan nilai kapasitansi yang mengakibatkan perubahan
tegangan pada sel konduktivitas. Tegangan pada sel konduktivitas
kemudian dikondisikan sinyalnya agar dapat diproses dengan rangkaian
ADC sehingga dapat ditampilkan pada sebuah display digital.
IV.3

Pengolahan Data

Pengukuran dilakukan untuk 10 larutan konsentrasi asam. Kemudian data


yang diperoleh tersebut diolah sebagai bahan pembuatan laporan ini. Dari
data yang diperoleh dapat dibuat karakteristik atau kesimpulan dari alat
yang kami buat.
V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Data Hasil pengukuran pH larutan dengan pH meter
Data hasil pengukuran oleh pHmeter di laboratorium Sekolah Farmasi
menggunakan pH Meter tipe SevenCompact ditampilkan pada tabel

berikut ini :
Tabel 4. Hasil pengukuran pH larutan asam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Konsentras
i Asam (%)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50

1
pH
2,97
2,66
2,56
2,50
2,45
2,41
2,36
2,33
2,31
2,29

Suhu
(oC)
26,4
26,5
26,6
26,6
26,7
26,7
26,8
26,8
26,9
26,9

Pengukuran ke 2
Suhu
pH
(oC)
2,84
26,6
2,68
26,7
2,60
26,7
2,54
26,8
2,48
26,8
2,44
26,8
2,41
26,8
2,37
26,9
2,35
26,9
2,33
27,0

Rata-rata

3
pH
2,84
2,68
2,59
2,52
2,47
2,42
2,39
2,36
2,34
2,32

Suhu
(oC)
26,8
26,9
26,9
27,0
27,0
27,1
27,1
27,1
27,1
27,2

pH
2,88
2,67
2,58
2,52
2,47
2,42
2,39
2,35
2,33
2,31

Suhu
(oC)
26,6
26,7
26,73
26,8
26,83
26,87
26,9
26,93
26,97
27,03

2. Hasil Perancangan Alat


Hasil rangkaian yang sudah dibuat kemudian dikemas dalam box plastik
dengan ukuran (30 x 20) cm. Lebih detail hasil alat yang telah dibuat
diperlihatkan pada gambar berikut ini :

Gambar 9.Alat pengukuran kadar keasaman larutan yang telah dibuat.


3. Hasil Pengukuran Tegangan keluaran Jembatan Schering untuk 10
konsentrasi larutan asam.
Tabel 5. Pengukuran tegangan keluaran jembatan schering.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Konsentrasi
Larutan (%)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50

Pengukuran
1
2,267 V
3,325 V
3,352 V
3,743 V
3,782 V
3,490 V
3,333 V
3,333 V
3,391 V
3,304 V

Pengukuran
2
2,130 V
3,401 V
3,401 V
3,470 V
3,714 V
3,421 V
3,391 V
4,291 V
4,809 V
4,760 V

Pengukuran
3
2,142 V
3,382 V
3,391 V
3,626 V
3,714 V
3,372 V
4,780 V
4,799 V
4,304 V
4,421 V

RataRata
2,18
3,369
3,381
3,613
3,737
3,428
3,835
4,141
4,168
4,162

Dari tabel di atas jika dibuat suatu kurva hubungan antara konsentrasi
larutan asam dengan tegangan keluaran rata-rata adalah sebagai berikut :

4.5
4
3.5
3
2.5
Tegangan Keluaran (V)
2
1.5
1
0.5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi Larutan (%)

Gambar 10. Kurva hubungan antara konsentrasi larutan dan tegangan


keluaran
Dari kurva di atas terlihat ada hubungan linear antara larutan di
konsentrasi 5% - 25 % dan 30 % -50%. Dilihat dari tabel untuk
pengukuran 1, 2 dan 3 untuk konsentrasi 30 % - 50% terdapat fluktuatif
yang tidak signifikan, kami mengambil kesimpulan bahwa pada
konsentrasi tersebut kadar keasaman larutan sudah tinggi dan tidak
dapat lagi dibaca oleh sensor. Sehingga kami membatasi untuk
hubungan kelinearan antara konsentrasi dan tegangan hanya sampai
pada konsentrasi 25 %. Sehingga kurvanya menjadi :
4
3.5
3
2.5
Tegangan (Volt)

2
1.5
1
0.5
0
5

10

15

20

Konsentrasi Larutan (%)

25

Gambar 11. Kurva hubungan konsentrasi larutan dengan tegangan


4. Hubungan antara pH larutan asam rata-rata yang telah diukur dengan
tegangan keluaran rata-rata.
Tabel 6. Hubungan antara pH dan tegangan keluaran
No.
1
2
3
4
5

Konsentrasi Asam (%)


5
10
15
20
25

pH
2,88
2,67
2,58
2,52
2,47

Tegangan (V)
2,18
3,369
3,381
3,613
3,737

5. Kurva hubungan antara pH larutan asam rata-rata dan tegangan keluaran


rata-rata.

3
2.8

pH

2.6
2.4
2.2
2.1800000000000002

3.613

Tegangan (V)
Gambar 12. Kurva hubungan antara pH larutan dengan tegangan.
Dari kurva di atas dapat kita lihat bahwa hubungan antara tegangan
dengan nilai pH larutan berbanding terbalik. Dengan mengambil suatu
garis trendline dari kurva di atas maka kita akan dapatkan persamaan
kurva tersebut sebagai berikut :

3
2.9
2.8
2.7
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2

f(x) = 0.02x^2 - 0.25x + 3.09

pH

Tegangan (V)
Gambar 13. Garis Trendline dan persamaan yang dihasilkan kurva
Dari garis trendline tersebut didiperoleh persamaan antara tegangan dan
pH larutan asam yaitu :
y = 0,025 x2 0,247 x + 3,09
dimana :
y : pH larutan
x : tegangan keluaran
Dari persamaan inilah yang akan menjadi dasar untuk pemograman di
komputer untuk hasil tampilan pada display.
6. Setelah persamaan didapatkan, maka diukur kembali larutan dengan
langsung menampilkan nilai pH, maka diperoleh perbandingan hasil
pengukuran dengan alat yang telah dibuat dan dengan pH meter di
laboratorium sebagai referensi.
Tabel 7. Pengukuran pH larutan dengan alat yang dirancang
No
.
1
2
3
4

Konsentras
i Asam (%)
5
10
15
20

pH
laruta
n
asam
2,88
2,67
2,58
2,52

Pengukura
n1

Pengukura
n2

Pengukura
n3

Rata
-rata

Erro
r (%)

5
VI.

25
2,47
KESIMPULAN
1. Telah direalisasikan alat pengukur kadar keasaman larutan dengan
menggunakan sensor kapasitif.
2. Diperoleh hubungan antara nilai pH dengan tegangan keluaran pada
jembatan schering adalah berbanding terbalik, yang berarti bahwa
semakin tinggi kadar keasaman larutan, maka semakin tinggi pula
tegangan keluaran yang dihasilkan.
3. Sensor kapasitif plat tembaga yang dibuat hanya mampu mengukur
kadar keasaman larutan sampai konsentrasi 25 %.

VII.

REFERENSI

Cooper, W. D. 1994. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Edisi ke 2.


Erlangga. Jakarta
Jones, L.D. dan A. Foster Chin.1995. Elektronik Instrumens and Measurements,
Second Edition. Prentice-Hall international. Singapore.
Kuswandi, B, E Pisesidartha, H Budianto, Maisara dan N Novita. 2001.
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana,
Jurnal Ilmu Dasar, Vol.2 No.1, Hal 34-40.
Nawawi, Ahmad. 2011. Realisasi Alat Ukur Tingkat Keasaman Air Menggunakan
Plat Sejajar Berbasis Komputer Dengan Komunikasi Serial. Skripsi
Jurusan Fisika. Fakultas MIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Wangness, R.K.1986.Elecktromagnetics field. John Wiley and Sons, Inc., New
York.

LAMPIRAN
1. Listing Program utama dengan menggunakan bahasa C pada software
CodeVision AVR :
while (1)
{
x=(unsigned int)(((float)read_adc(0)*10)/1.023);
y= 0.25*x*x + 0.247*x + 3.09;
lcd_clear();
if (x >= 1000)
{a=x/1000;
b=x%1000;}
else
{a=0;
b=x;}
lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(LCDString,"Volt: %d,%d V",a,b);
//(unsigned int)(((float)read_adc(0)*10)/1.023));
if (y >= 10000)
{c=y/10000;
d=y%10000;}
else
{c=0;
d=y;}
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(LCDString);
lcd_gotoxy(0,1);
sprintf(LCDString,"PH : %d,%d",c,d);
lcd_puts(LCDString);
if (x<=1000)
{delay_ms(100);}
if (x>1000)

{delay_ms(500);}
if (x>1500)
{delay_ms(1000);}
if (x>2000)
{delay_ms(2000);}
if (x>2500)
{delay_ms(3000);}
if (x>3000)
{delay_ms(4000);}
if (x>3500)
{delay_ms(5000);}
if (x>4000)
{delay_ms(6000);}
if (x>4500)
{delay_ms(7000);}
if (x>5000)
{delay_ms(8000);}
2. Dokumentasi

Photo 1 :Pengukuran Tegangan keluaran rangkaian dengan multimeter

Photo 2 : Asam cuka yang digunakan

Photo 3: Pengujian dengan alat pH meter di laboratorium Farmasi

Photo 4 : Pengujian 10 larutan asam dengan konsentrasi berbeda.

Anda mungkin juga menyukai