Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap
Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap
TERHADAP
Oleh
Erni Yusnita
Email : erniyusnita47@gmail.com
Abstrak
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan
yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong
pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan,
pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total baik iklim dan
tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan.
Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan fungsi hutan sebagai
pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan
pengatur suhu. Selain itu penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan perubahan
social ekonomi masyarakat disekitar kawasan penambangan. Upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batu bara
perlu dilakukan tindakan-tindakan tertentu sehingga akan dapat mengurangi
pencemaran akibat aktivitas pertambangan batubara dan memperbaiki kerusakan
lingkungan yang telah terjadi di sekitar pertambangan.
Kata kunci : Penambangan batubara, dampak, upaya pencegahan
Pendahuluan
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber
daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu
bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar
29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di
Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara
berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik
batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit
adalah C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4
di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara
menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi
minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan
pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar,
baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis
sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable ecodevelopment. Untuk memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan
hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma
hukum administrasi ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang
perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat tergantung
pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta
pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium dalam
penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi
kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya,
ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang
tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi
2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian
yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang
ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan
beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaanperusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) .
Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka dilakukan dengan
membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai
dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya
mineral, (Suhala Et, al.,, 1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku
tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena
jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah
konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian
dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soilkemudian disimpan di
suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan.
Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu,
untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah
tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki
kandungan logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem
hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan
udara.
Pengangkutan Batu Bara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan
menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar
dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau
dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur
batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar
dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal
berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batu bara
diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah
tersebut diangkut melalui laut.
Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal dalam beberapa kasus, pengangkutan
batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan
pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.
Dampak Penambangan Batubara
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan
merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran
benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.)
sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak
berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).
1. Dampak Terhadap Lingkungan
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer
serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan
asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan
penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas
buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land
subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan
maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar
lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang
biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam
pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli
mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri
penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan
pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan
wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan
dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan
habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi
kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran antara lain ;
1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai,
tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan
kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi
rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam
jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus
berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan
senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan
dari air yang terkontaminasi merkuri.
2. Pencemaran udara
hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air
sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang
( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg
dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit.
Daftar Pustaka
Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian
Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16 Juni 2006].
Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of Forest,
Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding Environmental Service
Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in Padang/Singkarak, Weat Sumatra,
Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-SEA. Bogor
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah
(Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana.IPB.
Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara.
Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM. Jakarta.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan
Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Mutaalim. 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia.
Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.