Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik adalah sediaan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan
untuk memperbaiki penampilan. Prinsip dasar manfaat kosmetik adalah untuk
menghilangkan kotoran kulit, mempercantik pewarnaan kulit sesuai yang
diinginkan, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi dari paparan
sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Setiap komponen yang
ada di dalam kosmetik akan mengadakan ikatan kimiawi terhadap sesama bahan
kandungannya. Ikatan kimia yang terjadi dapat berupa ikatan ion (ikatan antara
dua ikatan yang berbeda) dan ikatan kovalen (ikatan dengan muatan yang sama).
Penggunaan suatu jenis produk kosmetik, kalau tidak hati-hati, kekuatan ikatan
kimia ini akan berpengaruh pada kondisi kulit. Bahkan boleh jadi memiliki
manisfestasi negatif terutama bagi seseorang yang sangat sensitif terhadap
kandungan bahan di dalam kosmetik tersebut (Jaelani, 2009).
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika ketika akan menggunakan kosmetik
perlu diteliti terlebih dahulu kandungan bahan aktifnya. Mengingat tidak jarang
perlengkapan kosmetik seperti bedak, pewarna alis, pewarna bibir, pewarna krim
dan sediaan kosmetik lainnya terbuat dari bahan kimia yang memiliki sifat
karsinogenik (Jaelani, 2009).
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan tahun 1976 yang merujuk pada
aturan Federal Food and Cosmetic Act tahun 1958, kosmetik adalah bahan atau
campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan,
disemprotkan, digunakan pada tubuh untuk memelihara kebersihan, memelihara,

menambah daya tarik, dan mengubah rupa, tetapi tidak termasuk golongan obat
juga tidak mengganggu kesehatan kulit dan kesehatan tubuh.
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh manusia yang menutupi otot dan
organ bagian dalam. Fungsi terpenting dari kulit adalah untuk melindungi tubuh
dari trauma dan melindungi dari infeksi bakteri, virus, dan jamur. Selain itu kulit
dapat berfungsi sebagai penerima rangsang sentuhan, tekanan, tusukan, serta nyeri
(Price & Wilson, 1986).
Ada berbagai macam bentuk sediaan kosmetik untuk kulit yang beredar
dipasaran diantaranya adalah kosmetik dalam bentuk sediaan krim. Menurut
Farmakope Ed. III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimasukkan untuk pemakaian
luar. Sedangkan yang dimaksud dengan krim pelembab adalah krim dengan
kandungan minyak yang rendah untuk memperlambat kekeringan kulit. Pelembab
harus digunakan pada pagi dan malam hari jika kulit cenderung kering (Aceng
dan Rina, 2012). Penggunaan pelembab untuk kulit memiliki sejumlah manfaat
penting seperti menjaga kelembaban, keremajaan, elastisitas kulit, menghaluskan
kulit serta membuat kulita tampak berseri (Lely, 2013). Menurut Wasitaatmadja
(1997), krim tangan atau badan (hand and body cream) juga dipakai untuk
melembutkan dan menghaluskan kulit.
Ada berbagai jenis sayur dan buah yang dapat digunakan untuk perawatan
kulit diantaranya wortel, mentimun, lobak, labu kuning, kacang polong, serta
sayuran berwarna hijau gelap (Lely, 2013). Lobak merupakan sayuran yang dapat
digunakan untuk merawat kulit karena mengandung berbagai zat yang dapat
meremajakan kulit. Satu umbi lobak berukuran besar mengandung beberapa
mineral penting seperti kalsium, fosfor, zat besi, sodium, magnesium, dan juga
potasium, sedangkan beberapa vitamin yang terkandung di dalamnya antara lain
2

vitamin A dan Vitamin C (Jaelani, 2009). Menurut USDA National Nutrient Data
Base, lobak mengandung 25% vitamin C, 9% Vitamin E, 1% vitamin K, zat besi
4%, magnesium 2,5%, , kalsium 2,5%, sodium 2,5%, dan potasium 5%. Jenis
lobak ada bermacam-macam, diantaranya adalah lobak merah, lobak hitam, dan
lobak putih. Perbedaan kandungan yang signifikan antara lobak merah dan lobak
putih adalah keberadaan antosianin dalam lobak merah yang tidak dimiliki oleh
lobak putih. Antosianin dapat berperan meningkatkan efektivitas dari vitamin C.
Dari penelitian sebelumnya, telah diformulasikan lobak putih sebagai
pelembab. Sediaan krim pelembab lobak putih 10% memiliki kemampuan
melembabkan yang sama dengan sediaan gliserin 2,5%. Penulis tertarik untuk
memformulasikan krim untuk melembabkan kulit dengan menggunakan ekstrak
lobak merah (Raphanus sativus L.) serta mengetahui perbandingan kemampuan
melembabkan kulit dengan krim pelembab lobak putih.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan
krim mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.3 Hipotesa
1. Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan dalam
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim
mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.)
dalam sediaan krim dengan tipe m/a.

2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.)


untuk mengurangi penguapan air dari kulit atau kemampuan untuk
menjaga kelembaban kulit.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
guna dari ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bidang kosmetik.

BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan
sampel, pembuatan ekstrak lobak merah, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu
fisik sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk
mengurangi penguapan air dari kulit.
2.1 Alat-alat yang Digunakan
Rotary evaporator, cawan penguap, neraca listrik, pH meter, blender,
lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, pot plastik, batang pengaduk,
spatel, penangas air, kertas tisu, tisu lensa, kertas aluminium, skin analyzermoisture checker.
2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, ekstrak lobak merah, metil biru,
larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan

sampel

dilakukan

secara

purposif

yaitu

tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah lobak merah
yang segar.

2.4 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan pada uji ritasi dan penentuan kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 18 orang dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan (dengan surat lampiran terlampir) (Ditjen POM,
1985)
2.5 Prosedur Kerja
2.5.1 Pembuatan ekstrak lobak merah
Lobak merah yang segar dengan berat 5,8 kg dicuci bersih, dikupas
kulitnya, dan dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil diperoleh berat 5,4
kg, kemudian dikeringkan, diperoleh berat lobak merah kering sebanyak 0,3 kg,
dihaluskan lobak merah kering, dimaserasi dengan etanol 80%. Sebanyak 300 g
serbuk simplisia lobak merah dimasukkan ke dalam bejana yang berwarna gelap
kemudian ditambah dengan etanol 80% sebanyak 2,2 L, ditutup, dibiarkan selama
lima hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas
dengan etanol 80% sebanyak 0,8 L. Pindahkan ke bejana tertutup, biarkan di
tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian disaring (Ditjen
POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat

rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 50C sampai diperoleh ekstrak
kental, kemudian dipekatkan dengan dipanaskan pada waterbath.
2.5.2 Formula standar hand cream (Young, 1972)
R/ Asam stearat

12 g

Setil alkohol

0,5 g

Sorbitol sirup

5g

Propilen glikol

3g

Nipagin

0,1 g

Trietanolamin

1g

Air suling ad

100 ml

Parfum

3 tetes

2.5.3 Formula dasar krim yang dimodifikasi


R/ Asam stearat

12 g

Setil alkohol

0,5 g

Nipagin

0,1 g

Trietanolamin

1g

Na. Metabisulfit

0,2 g

Air suling ad

100 ml

Parfum (oleum rosae)

3 tetes

2.5.4 Pembuatan sediaan krim


Konsentrasi ekstrak lobak merah yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu: 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan gliserin 2% (sebagai pembanding). Adapun
formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Formula sediaan krim
Komposisi
A
12
0,5
1
100
200
100
3

Asam sterat (g)


Setil alkohol (g)
Trietanolamin (g)
Gliserin (%)
Ekstrak lobak merah (%)
Nipagin (mg)
Na. Metabisulfit (mg)
Air suling (ml) ad
Oleum rosae (tetes)
Keterangan

B
12
0,5
1
2
100
200
100
3

Formula
C
D
12
12
0,5
0,5
1
1
2,5
5
100 100
200 200
100 100
3
3

: Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%
Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%

Cara Pembuatan:

E
12
0,5
1
7,5
100
200
100
3

F
12
0,5
1
10
100
200
100
3

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Na. Metabisulfit dilarutkan
dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa
II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil
digerus secara terus-menerus hingga terbentuk dasar krim. Ekstrak lobak merah
dimasukkan ke dalam lumpang, digerus, ditambahkan sedikit demi sedikit dasar
krim ke dalam lumpang sambil terus digerus. Terakhir ditambahkan 3 tetes oleum
rosae dan digerus sampai homogen.

2.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan


2.6.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
2.6.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Cara:
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan tutup pot plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan
pada temperatur kamar, bagian yang diamati pecah atau tidaknya emulsi,
pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan.
2.6.3

Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan ditentukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,
8

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu


ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
2.6.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Ditutup dengan kaca penutup
dan diamati di bawah mikroskop. Bila warna biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
tersebut tipe emlsi a/m (Ditjen POM, 1985).
2.7. Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 18 orang sukarelawan.
Cara:
Krim dioleskan di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam
dan dilihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal, dan
pengkasaran (Wasitaadmadja,1997).
2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan untuk Mengurangi Penguapan Air dari
Kulit
Percobaan ini dilakukan pada 18 sukarelawan yang dibagi ke dalam enam
sediaan, setiap sediaan diuji pada 3 orang sukarelawan. Sediaan dioleskan ke
punggung tangan kiri sukarelawan setiap hari selama satu bulan. Kelembaban
punggung tangan sukarelawan akan diuji dengan menggunakan skin analyzer
moisture checker dan dicatat hasil kelembabannya. Pengukuran kelembaban awal
diukur sebelum sediaan digunakan sukarelawan. Pengukuran kelembaban
selanjutnya dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 setelah pemakaian.
9

Prosedur penggunaan skin analyzer-moisture cheker terhadap kadar air


pada kulit: bersihkan kulit yang akan diukur kelembabannya dengan tisu halus.
Bersihkan sensor skin analyzer-moisture checker dengan tisu lensa yang tersedia,
tekan tombol power pada alat hingga menunjukkan angka 00,0; letakkan alat di
atas permukaan kulit yang akan diukur kelembabannya, angka yang muncul pada
alat menunjukkan persentase kadar air di dalam kulit.

Tabel 2.2 Evaluasi hasil pengukuran kelembaban kulit dengan skin analyzer
Pengukuran
Moisture
(kadar air)

Parameter
Normal

Dehidrasi
0-29

30-50

Sumber : Aramo (2012)

10

Hidrasi
51-100

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Lobak Merah


Pembuatan ekstrak lobak merah menggunakan metode maserasi yaitu
perendaman dengan etanol 80% selama sepuluh hari. Lobak merah sebanyak 5,8
kg dicuci bersih dan dikeringkan, dipotong tipis dan dikeringkan diperoleh 300 g
lobak merah kering. Lobak merah kering dimaserasi dan dihasilkan ekstrak lobak
merah sebanyak 84,95 g.
3.2 Hasil Pembuatan Dasar Krim
Dasar krim yang dibuat adalah 600 g yang digunakan untuk enam formula
dan setiap formula dibuat dengan berat 100 g. Dimana formula A sebagai blanko
(hanya dasar krim), Formula B ditambah 2,5 g gliserin, formula C sampai formula
F ditambahkan ekstrak lobak merah.
3.3 Mutu Fisik Sediaan
Mutu fisik formula krim pelembab ekstrak lobak merah meliputi
homogenitas sediaan, stabilitas sediaan, pH sediaan, dan tipe emulsi.
3.3.1 Homogenitas sediaan
Dari percobaan yang dilakukan pada setiap formula krim pelembab ekstrak
lobak merah tidak diperoleh butiran-butiran pada objek gelas, maka formula krim

11

pelembab dikatakan homogen. Hasil yang sama juga diperoleh dari formula
pembanding yaitu formula gliserin 2% dan blanko, yaitu tidak ada butiran-butiran
pada objek gelas.
Tabel 3.1 Data pengamatan terhadap homogenitas formula dengan menggunakan
objek gelas
Formula Sediaan

Homogenitas

Formula A

Formula B

Formula C

Formula D

Formula E

Formula F

Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%
Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
+

: Homogen (tidak terdapat butiran kasar)

: Tidak homogen (terdapat butiran kasar)

3.3.2 Stabilitas sediaan


Menurut Widodo (2012) evaluasi mutu krim dapat dilihat secara
organoleptik yaitu dilakukan dengan panca indera. Komponen yang dievaluasi
meliputi bau, warna, tekstur sediaan dan konsistensi.
Ketidakstabilan emulsi
dapat dilihat dari keadaan creaming yaitu
terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan dimana lapisan satu mengandung lebih

12

banyak butiran-butiran dibanding lapisan lainnya. Cracking yaitu pecahnya emulsi


dan inversi yaitu peristiwa berubahnya tipe emulsi (Anief, 1983).
Dari hasil pengamatan terhadap stabilitas formula yang dilakukan pada
minggu 1, 4, 8, dan 12 minggu dapat dilihat dari tabel 4.2
Tabel 3.2 Data pengamatan terhadap stabilitas formula pada saat selesai dibuat,
penyimpanan selama 1, 4, 8 dan 12 minggu
Formula

Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

Selesai
Dibuat
x
-

y
-

1
Minggu
z
-

x
-

y
-

4
Minggu

z
-

x
-

y
-

z
-

8
minggu
x
-

y
-

z
-

Minggu
x
-

12
y
-

z
-

Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%
Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pecahnya emulsi
+ : Terjadi perubahan
- : Tidak terjadi perubahan
Hasil pengamatan stabilitas formula memperlihatkan bahwa seluruh
formula yang dibuat yaitu blanko, gliserin 2%, dan formula dengan ekstrak lobak
merah tidak mengalami perubahan pada saat pertama kali dibuat, penyimpanan 1
minggu, 4 minggu, 8 minggu, dan 12 minggu. Pada seluruh formula yang dibuat
masih sama baik dari bau, warna, dan bentuk formula seperti pertama kali dibuat.

13

3.3.3

pH sediaan
pH sediaan diukur dengan pH meter. Menurut Balsam dan Sagarin (1972),

pH dari krim tangan antara 5 dan 8. Hasil pengukuran pH sediaan saat sediaan
selesai dibuat adalah 6-7. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan masih memiliki pH
yang aman untuk digunakan pada kulit.
Tabel 3.3 Data pengukuran pH formula pada saat selesai dibuat
Formula
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

I
7,04
7,18
6,68
6,39
6,36
6,23

II
7,04
7,16
6,70
6,33
6,33
6,13

III
7,06
7,19
6,72
6,34
6,35
6,12

Rata-Rata
7,05
7,18
6,70
6,35
6,35
6,16

Hasil pengukuran pH setelah penyimpanan sediaan selama 12 minggu


dapat dilihat pada tabel 3.4. Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH
formula tidak mengalami perubahan yang berarti saat selesai dibuat hingga
formula disimpan selama 12 minggu. Hal ini berarti pH formula tetap stabil dan
aman untuk digunakan pada kulit.
Tabel 3.4 Data pengukuran pH formula pada penyimpanan 12 minggu
Formula
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

I
7,04
7,18
6,68
6,39
6,36
6,23

II
7,04
7,16
6,70
6,33
6,33
6,13

III
7,06
7,19
6,72
6,34
6,35
6,12

Rata-Rata
7,05
7,18
6,70
6,35
6,35
6,16

Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%
Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%

14

Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%

3.3.4 Tipe emulsi sediaan


Hasil pengamatan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan mengamati
kelarutan metil biru dapat dilihat pada tabel 3.5.
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan metil biru, jika metil biru terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Tabel 3.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan
Formula Sediaan
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

Kelarutan Metil Biru


+
+
+
+
+
+

Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%
Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
+

: Larut

: Tidak larut

15

Dari hasil uji tipe emulsi, diperoleh bahwa formula blanko, gliserin 2%,
dan ekstrak lobak merah dapat bercampur dengan metil biru. Hal ini menunjukkan
bahwa tipe emulsi dari formula yang diuji adalah tipe emulsi m/a.

3.4 Hasil uji iritasi


Menurut Wasitaadmadja (1997), uji iritasi pada kulit dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping yang ditimbulkan oleh sediaan pada kulit,
dengan cara memakai kosmetika di bagian bawah lengan atau belakang telinga
dan dibiarkan selama 24 jam.
Dari uji iritasi yang telah dilakukan pada 18 orang sukarelawan, diketahui
bahwa tidak ada relawan yang melaporkan adanya iritasi, baik kemerahan, gatalgatal, ataupun bengkak yang timbul.
Tabel 3.6 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Formula
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

Relawan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Kemerahan
-

Gatal-gatal
-

Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%

16

Bengkak
-

Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%


Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
+

: Timbul reaksi

: Tidak timbul reaksi

Dari data hasil uji iritasi, diketahui bahwa semua formula yaitu blanko,
gliserin 2%, dan formula ekstrak lobak merah aman digunakan.

3.5 Kemampuan Sediaan untuk Melembabkan Kulit


Kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit dilakukan selama satu
bulan dengan menggunakan alat skin analyzer-moisture checker. Alat ini akan
menunjukkan kadar air pada kulit. Sebelum sediaan digunakan, kulit relawan
diukur terlebih dahulu kelembaban kulit pada punggung tangan. Hasil pengukuran
kelembaban terhadap 18 sukarelawan dapat dilihat pada tabel 4.7 dan hasil
persentase peningkatan kelembaban kulit dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 3.7 Hasil pengukuran kelembaban pada sebelum pemakaian sediaan
minggu 1, 2, 3 dan 4.
Formula
Formula A

Relawan
1
2
3

Rata-rata
Formula B
1
2
3
Rata-rata
Formula C
1
2
3
Rata-rata
Formula D
1
2
3

Awal
32,0
32,7
32,3
32,3
32,0
31,1
32,7
31,9
31,0
32,0
32,3
31,8
32,0
30,7
32,0

I
32,8
33,2
32,4
32,8
34,1
32,6
33,5
33,4
32,7
33,8
33,5
33,3
33,5
32,5
33,0
17

Kelembaban Minggu Ke
II
III
33,1
33,4
33,7
33,9
32,9
33,3
33,2
33,5
34,9
35,5
34,6
35,4
33,7
35,3
34,4
35,4
33,5
35,1
34,0
35,8
33,7
35,7
33,7
35,5
37,0
37,3
35,4
37,5
39,2
42,1

IV
33,5
34,0
33,7
33,7
35,8
37,9
36,9
36,9
36,4
36,2
36,7
36,4
41,3
39,3
43,2

Rata-rata
Formula E
1
2
3
Rata-rata
Formula F
1
2
3
Rata-rata

31,6
32,1
32,5
32,1
32,2
33,0
32,3
32,0
32,4

33,0
33,8
33,8
33,5
33,7
37,0
40,3
41,5
39,6

37,3
37,9
36,5
44,0
39,5
44,0
45,5
45,6
45,0

39,0
39,2
39,9
45,0
41,4
47,7
52,0
51,9
50,5

41,3
43,5
40,3
45,7
43,2
48,0
53,0
52,9
51,3

60
50
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

40
30
20
10
0
Awal

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Grafik 3.1 Peningkatan rata-rata kelembaban pada sukarelawan


Hasil pengukuran kelembaban kulit relawan menunjukkan bahwa setiap
formula memiliki kemampuan untuk meningkatkan kelembaban dengan
persentase yang berbeda. Formula blanko menunjukkan hasil peningkatan
kelembaban yang terendah yaitu sebesar 4,3% di minggu ke empat. Formula
gliserin memiliki kemampuan peningkatan kelembaban yang lebih baik dari
blanko yaitu peningkatan rata-rata di minggu ke empat sebesar 15,5%. Formula
ekstrak lobak merah 10% memiliki kemampuan yang paling baik untuk
meningkatkan kelembaban kulit yaitu sebesar 58,2%. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak lobak merah semakin tinggi pula kemampuannya untuk meningkatkan
kelembaban kulit.
Tabel 3.8 Persentase peningkatan kelembaban kulit pada minggu 1, 2, 3 dan 4
Formula

Relawan

Awal

Kelembaban Minggu Ke (%)

18

Formula A

1
32,0
2
32,7
3
32,3
Rata-rata peningkatan (%)
Formula B 1
32,0
2
31,1
3
32,7
Rata-rata peningkatan (%)
Formula C 1
31,0
2
32,0
3
32,3
Rata-rata peningkatan (%)
Formula D 1
32,0
2
30,7
3
32,0
Rata-rata peningkatan (%)
Formula E
1
32,1
2
32,5
3
32,1
Rata-rata peningkatan (%)
Formula F
1
33,0
2
32,3
3
32,0
Rata-rata peningkatan (%)

I
2,5
1,5
0,3
1,4
6,5
3,3
2,5
4,1
5,5
5,6
3,7
4,9
4,7
5,9
3,1
4,6
5,3
4,0
4,4
4,7
12,1
24,8
21,1
19,3

II
3,4
3,0
1,9
2,8
9,1
6,4
3,1
6,2
8,1
6,2
4,3
6,2
15,6
15,3
22,5
17,8
15,9
12,3
37,1
21,8
33,3
40,9
42,5
38,9

III
4,3
3,7
3,1
3,7
10,9
13,8
8,0
10,9
13,2
11,9
10,5
11,9
16,5
22,1
31,6
23,4
22,1
22,8
40,2
28,4
44,6
63,8
62,2
56,9

IV
4,7
4,0
4,3
4,3
11,9
21,9
12,8
15,5
17,4
13,1
13,6
14,7
29,1
28,0
35,0
30,7
35,5
24,0
42,4
34,0
45,5
64,1
65,0
58,2

70
60
50

Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F

40
30
20
10
0
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Grafik 3.2 Persentase peningkatan kelembaban kulit pada minggu 1, 2, 3 dan 4


Keterangan

: Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel)


Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
19

Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%


Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5%
Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5%
Formula F : Konsentrasi ekstark lobak merah 10%
Dari grafik 3.2 diketahui bahwa setiap minggu masing-masing formula
memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit. Pada penelitian sebelumnya
yang menggunakan lobak putih (Qadar, 2012), sediaan yang memiliki
kemampuan yang sama dengan gliserin 2% untuk melembabkan kulit adalah
sediaan lobak putih 10%. Sedangkan pada lobak merah, sediaan yang
menunjukkan kemampuan yang sama dengan gliserin 2% sebagai pembanding
adalah sediaan lobak merah 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lobak
merah untuk melembabkan kulit lebih baik dibanding dengan kemampuan lobak
putih untuk melembabkan kulit. Hal ini berkaitan dengan kandungan kimia yang
berbeda antara lobak putih dan lobak merah. Menurut Jie Zhang, dkk (2013),
bahwa lobak merah mengandung 17 antosianin yang telah teridentifikasi dengan
mass spectroscopy sebagai turunan pelargonidin-3-sophorise-5-glukosida.

20

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Ekstrak lobak merah dapat diformulasikan menjadi krim m/a. Dari uji
mutu fisik sediaan krim dapat larut dalam metil biru, bersifat homogen,
tetap stabil setelah penyimpanan selama 12 minggu, dan memiliki pH
yang sesuai dengan pH kulit serta tidak mengiritasi kulit.
2. Krim pelembab dengan ekstrak lobak merah mampu untuk meningkatkan
kelembaban kulit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak lobak merah
semakin tinggi pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Sediaan
krim ekstrak lobak merah 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang
setara dengan krim gliserin 2%.
4.2. Saran
1. Sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan lobak dengan varietas
berbeda seperti lobak hitam (Raphanus sativus L. var niger Mirat) untuk
membandingkan kemampuannya untuk melembabkan kulit.

21

2. Sebaiknya peneliti selanjutnya memformulasikan krim lobak merah untuk


mengetahui apakah lobak merah memiliki kegunaan lain selain
melembabkan kulit seperti anti aging dan antibakteri.

22

Anda mungkin juga menyukai