Anda di halaman 1dari 43

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK REPRODUKSI TUMBUH KEMBANG


KEPUTIHAN

KELOMPOK
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA

: B-13
: NISA NABIILAH
: SOFNI ROHMANIA
: MUHAMMAD FAISAL INDRASYAH
NABILA KURNIATI
NABILA SARI ANNISA
NORA SAPUTRI
SELLA PRATIWI
WISNUARTO SARWONO
TRI ANDINI AYU LESTARI
YUDHA KUSUMA CAHYADI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2016/2017

1102014195
1102014256
1102014167
1102014181
1102014183
1102014197
1102014240
1102014282
1102011284
1102012313

SKENARIO 1
KEPUTIHAN
Seorang pasien usia 36 tahun, G3P2A0H2 gravid 20 minggu datang dengan keluhan
keputihan banyak, warna kehijauan, berbau amis dan disertai gatal sejak awal kehamilannya.
Pasien memiliki siklus menstruasi normal dan riwayat pemakaian IUD selama 3 tahun yang
dimulai setelah kelahiran anak kedua. Suaminya seorang PNS dan menyangkal melakukan
hubungan seksual dengan wanita lain. Pada pemeriksaan genitalia eksterna didapatkan pada
labium mayus dan minus tampak eritema dan erosi. Dari inspekulo didapatkan discharge
vagina homogen warna kehijauan dan tampak melekat pada dinding vagina, dan portio erosi.
Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan swab vagina dan pap smear untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.

KATA SULIT
1. Inspekulo: cara pemeriksaan dengan alat speculum yang dimasukkan ke dalam
vagina sehingga dapat terlihat kondisi bagian dalam.
2. Discharge vagina homogen: keluar cairan atau sekret dari vagina selain darah yang
homogen.
3. Eritema: kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversible.
4. Paps smear: pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya kelainan pada
vagina, biasanya dilakukan untuk screening ca serviks.
5. IUD: alat kontrasepsi yang biasanya berbentuk T berbahan dasar plastic, pemasangan
alat dimasukkan ke Rahim.
6. Erosi: kehilangan jaringan atau kulit terkelupas namun tidak sampai ke stratum basal.
7. Keputihan: gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid.
8. G3P2A0H2: gravid kehamilan ke-3, partus 2x, abortus belum pernah, anaknya 2
hidup.

PERTANYAAN
1. Apa penyebab keputihan?

2. Apa hubingan pemasangan IUD dengan keputihan pada pasien?


3. Apa yang menyebabkan gatal dan bau amis pada keputihan?
4. Mengapa pada labium majus dan minus tampak eritema dan erosi?
5. Mengapa pada pemeriksaan inspekulo terdapat discharge vagina homogen?
6. Bagaimana cara pencegahan keputihan?
7. Mengapa keputihan berwarna kehijauan?
8. Apakah keputihan akan berpengaruh ke janin yang dikandung?
9. Apakah keputihan bisa terjadi pada remaja putri yang pertama kali haid?
10. Apa indikasi pemeriksaan paps smear dan swab?
JAWABAN
1. Bacterial vaginosis: Clamidya trichomonas
2. Pemasangan IUD yang terlalu lama dapat menyebabkan penumpukan bakteri pada
IUD
3. Karena adanya infeksi bakteri
4. Inflamasi merangsang histamine sehingga terjadinya eritema dan erosi
5. Karena adanya infeksi mikroorganisme
6. Menjaga kebersihan alat genital (sering mengganti pakaian dalam pada keadaan
lembab, mengganti pembalut)
7. Karena adanya bakteri yang menginfeksi. Contoh: Trichomonas mycoplasma
8. Bisa
9. Bisa
10. Untuk mendiagnosis bakteri apa yang menginfeksi.
HIPOTESIS
Infeksi mikroorganisme pada organ genitalia wanita dapat menyebabkan keputihan
patologis yang ditandai dengan keluarnya sekret berwarna hijau, bau amis, dan menimbulkan
rasa gatal, salah satu penyebabnya adalah pemasangan IUD yang terlalu lama, dan untuk
mengetahui mikroorganisme patogen dilakukan pemeriksaan swab vagina dan paps smear.

SASARAN BELAJAR

LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita


1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Organ Reproduksi Wanita
1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Organ Reproduksi Wanita
LO 2. Memahami dan Menjelaskan Leucora
2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Leucora
2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Leucora
2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Leucora
2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Leucora
2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Leucora
2.6 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Leucora
2.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Leucora
2.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Leucora
2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Leucora
2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Leucora
2.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Leucora
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Inflamasi Serviks dan Paps smear
LO 4. Memahami dan Menjelaskan thaharah pada keputihan

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita Menjelaskan


anatomi makroskopis

Genitalia Eksterna :
a

Mons Pubis
Daerah kulit yang menonjol di depan symphisis pubis
Kulit berambut banyak jaringan lemak.
Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf
Meluas ke bwah belakanaglabium mayora.
Rambut kemaluan disebut pubes.
Labium Majus Pudendi
Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk comissura posterior labiorum majorum, sedang yang ke
ventrocrainal membentuk comissura anterior labiorum majora.
Fascia lateralis memiliki rambut dan bnayka pigmen. Sedangkan, fascia
medialis mempunyai gld. Sebacea yang besar dan tidak mempunyai rambut.
Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos
scorti.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.

Labium Minus Pudendi


Labium minora ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk frenulum labiorum minorum.
Ke ventrocrainal berhubunan satu dengan yang lain membentuk preputium
clitoridis.
Dari labio minora berjalan suatu lipatan kulit ke ventral cranial melekat pada
dataran dorsocaudal glans clitoridis kanan kiri dari linea mediana disebut

frenulum clitoridis.
Tidak ada foliculi rambut dan jaringan lemak.
Banyak pembuluh darah.
Vestibulum Vaginae
Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli.
Batas-batasnya yaitu kanan dan kiri oleh labia minora, ventrocranial oleh
frenulum clitoris, dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum minorum
(frenulum labiorum pudendi)
Kedalam veestibulum vaginae bermuara urethra, vagina, gld. Paraurethralis,

gld. Vestibularis minor dan gld. Vestibularis major.


Ostium Vaginae
Muara vagina disebut juga introitus vaginae.
Diantara introitus vaginae dan frenulum labiorum minorum terdapat fossa
navicularis (fossa vestibuli vaginae).
Di sebelah kanan dan kiri pada fossa naviculare terdapat saluran kedua
glandula Bartholini bermuara.

Clitoris
Terdiri dari ujun poksimal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran
medial ramus inferior osis pubis dengan dataran lateralnya.
Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis.
Terdapat corpus cavernosum yang membentuk glans clitoridis.

Urethra Feminina
Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae eksternum yang
terletak diantara clitoris dengan vagina.
Disebelah kanan dan kiri lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran

yang buntu ( ductus skene atau ductus parauretralis).


Perineum
Merupakan area berbentuk belah ketupat
Dibagi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus ossis ischii kanan dan kiri
dan kedua lig. Sacrotuberale.
Terbagi menjadi regio urogenitalis di anterior (ventral) dan regio analis di
posterior (dorsal).

Genitalia Interna :
1 Ovarium
Terletak di dalam pelvis dan jumlahnya sepasang
Berbentuk bulat memanjang, agak pipih
Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan
peritoneum sebelah kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan
dasr panggul)
Difiksasi oleh :
Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) :
Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara

sudut tuba
Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.

Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral


dari uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis

inguinalis ke bagian cranial labium majus.


Tuba Uterina (salpinx)
Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm.
Menjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam
rongga peritoneum disebut ostium abdominale.
Terdiri dari :
Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar dan tempat terjadinya fertilisasi.
Isthmus, bangunan ynag menyempit.
Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
Ostium uterinum yaitu pintu muara tuba di dalam uterus.
Uterus
Organ muscular, berbentuk peer, dibedakan menjadi :
Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
Margo lateralis kanan dan kiri.

Uterus dapat dibagi dalam :


Undus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba

uterina.
Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh

isthmus. Sebelum memasuki cervix terdapat ostium uteri internum.


Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix terdapat banguna ynag
menyempit disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix
uteri disebut canalis cervix.

Vagina
Berbentuk tabung muskular.
Panjangnya antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio
vaginalis cervicis uteri. Bagian cervix proksimalnya disebut portio
supravaginalis cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
terbagi menjadi :
Fornix lateralis dextra dan sinistra
Fornix anterior dan posterior

Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut
hymen.
Bentuk hymen :
Hymen anularis (cincin)
Hymen seminularis (bulan sabit)
Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Jaringan penunjang

Ligamentum cardinale sinistra dan dekstra (Mackendrot)


Ligamentum terpenting untuk menahan uterus agar tidak turun.
Berjalan dari cerviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
Ligamentum sakrouterinum sinistra dan dextra
Menahan uterus agar tidak banyak bergerak
Berjalan melengkung dari dorsal cerviks melalui dinding rectum ke
arah os sakrum.
Ligamentum rotundum sinistra dan dextra
Menahan uterus dalam antefleksi
Ligamentum pubivesikale sinistra dan dextra

Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih dan seterusnya sebagai

ligamentum vesikouterinum ke cerviks.


Ligamentum latum sinistra dan dextra
Berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung

jaringan ikat.
Merupakan bagian dari peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan
kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan.

Ligamentum infundibulopelvikum
Menahan tuba falopi.
Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Ligamentum ovarii proprium sinistra dan dextra
Berjalan dari sudut kiri dan kanan fundus uteri ke ovarium.
DIAPHRAGMA PELVIS
1 Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2 Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra
pubis.
a Conjugate vera : ukuran antero posterior
Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk
menentukan dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan
tindak lanjut persalinan pervaginam atau section secaria.
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touch)
b

sampai promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) 1,5 = 11-13cm


Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan

kanan tegak lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.


Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah
simpisis pubis. Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.

Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :
a Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4.
b

11,5-12 cm.
Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5cm.

c
-

Sagital : anteroposterior dengan potongan transversa

PBP (exitus pelvis)


a Anteroposterior : 9,5-11,5 cm
b Transversa : tuber ischiadicum kanan kiri. 10,5-11 cm
c Sagitalis posterior : ujung os sacrum dengan perpotongan antara
anteroposterior

dengantransversa.10,5-11cm.

Bidang Hodge : untuk menentukan petunjuk


turunnya bagian bawah fetus.
- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir
-

bawah sim.pubis
Hodge III : sejajar H I melalui spina

ischiadica
Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung
os.sacrum

Perdarahan :
Arteri iliaca interna -> arteri uterina -> arteri vaginalis. Arteri vaginalis ke arah fundus
kemudian bercabang menjadi :
R.ovaricus melalui ligamentum ovarii proprium menuju ovarium
A. Ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. Teres uteri
R. Tubarius mengikuti tuba uterina.
Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen
ischiadicum sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior utnuk
m.spinchter ani externus dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir sebagai
n.labialis untuk labium majus. Plexus hypogastricus superior dan inferior untuk
persarafan genitalia interna.
Pembuluh lympe:
Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci interni.
Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn sepanjang
a.Vesicalis inferior ke Inn. Illiaca interni.
Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia major.

1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Organ Reproduksi Wanita


Ovarium :
Epitel sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal
Dibawah epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.
Ovarium memiliki :
Korteks di tepi : folikel-folikel, fibrosit dengan serat kolagen dan retikular.
Medulla di tengah : pembuluh darah,saraf dan pembuluh limfe.
Folikel primordial : folikel terdiri dari oosit primer yang diliputi sel folikel gepeng.

Folikel primer : sel folikel mulai

bentuk kuboid, tidak ada ruang berisi liqour foliculi dan zona pelusida terbentuk pada
akhir fase folikel primer
Folikel sekunder : epitel berlapis kuboid, stroma membentuk teka folikel yaitu teka
interna dan teka eksterna, terbentuk zona pelusida
Folikel tersier : ruang-ruang follicle bersatu membentuk antrum folliculi yang berisi
cairan, sel telur terdeak ke tepi terletak di atas gundukan sel follicular disebut cumulus
oophorus.
Folikel yang mengalami atresia pada semua tahap perkembangan folikel menajdi
folikel atretik.
Ovum : ovum dikelilingi sel granulosa yang membentuk bukit kecil yaitu kumulus
ooforus. Satu lapisan sel granulosa yang berdekatan dengan oosit primer membentuk
korona radiata.

Di antara korona radiata dan sitoplasma oosit primer adalah

glikoprotein terpulas asidofilik disebut zona pellusida.


Corpus luteum : sel granulosa hipertropi, bentuknya berubah menjadi pilyhedral, inti
membesar dengan sitoplasma dipenuhi oleh lipd. Terdapat sel lutein granulosa yang
berpigmen kuning dan sel lutein theca.
Corpus albicans : corpus luteum yang berdegenerasi karena tidak terjadi kehamilan.
Corpus albicans bersifat aselular dan dipenuhi serat hialin.

Tuba Uterina :
Epitel selapis silindris bersilia (epitheliocytus ciliatus) dan tidak bersilia (sel
sekretorik)
Sel bersilia menciptakan arus ke arah uterus dan menjadi predominan dalam fase
proliperatif.
Sel sekretorik menghasilkan nutrisi
Mukosa terdiri dari banyak plica dan membentuk

lumen yang tidak rata.

Uterus
Dinding luar yaitu perimetrium, tengah miometrium dan sebelah dalam endometrium.

Endometrium dilapisi oleh epitel selapis silindris.Dibagi dalam dua lapisan yaitu
stratum basale dan stratum functionale
Terdapat kelenjar uterus di lamina propia.
Terdapat arteri spiralis di endometrium.
Miometrium terdiri dari otot polos, dipisahkan oleh jaringan ikat interstisial dengan
banyak pembuluh darah .

Serviks, Kanalis dan Forniks Vagina


Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel
kolumner tinggi penghasil mukus.
Epitel serviks dilapisi oleh kelenjar
serviks ke dalam lamina propia.
Kelenajar serviks yang tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular.
Jaringan ikat di lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
Porsio vagina dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.

Vagina
Merupakan bagian terakhir dari saluran reproduksi betina. Berbentuk pipa
panjang,untuk menerima penis terdiri dari 3 lapis yaitu :
1

Lapisan Mukosa : mempunyai lipatan mendatar dan tersusun atas epitel berlapis
pipih tanpa lapisan tanduk. Dan terdapat lamina propria yang tersusun atas
jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin, leukosit, limfosit dan nodulus
limfatikus (jarang terlihat).

Lapisan otot : terdiri dari berkas-berkas otot polos yang tersusun berjalinan.

Lapisan Adventisia/ Serosa: berupa lapisan tipis yang tersusun dari jaringan ikat
yang berbaur dengan adventisia organ sekitarnya.

1 tunika mukosa
a. epitel
b. lamina propria
2 tunika submukosa
3 tunika muskularis

4
3
3b3a

1a

2
1b1

a. otot sirkuler
b. otot longitudinal
4 tunika adventitia

Kelenjar Tambahan
Terdiri dari :
1

Kelenjar Bartholin (kelenjar vestibules mayor) : adalah kelenjar tubuloalveolar


terletak di dalam dinding lateral vestibulum, yang sekretnya berupa lendir,
bermuara di dekat pangkal hymen.

Kelenjar Vestibular Minor : bermuara di sekitar uretra dan klitoris

Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini
berada didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa
berlapis
tanpa lapisan tanduk
mengandung

(nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel

glikogen Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut
elastis
membentuk jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan
sesekali, dan
banyak limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak
memiliki
kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix).
Muskularis
terdiri dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam dan
longitudinal

di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan
serat elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.
Epitel skuamosa bertingkat nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah
lapisan basal (stratum germinativum), diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan
lapisan
dangkal (stratum korneum).

Labia

Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan
adiposa.
Pada orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar
keringat dan
sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora
terdiri dari inti
yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa berlapis
yang sangat
menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat
rambut,
tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.

Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang
tertutup

dalam lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap.
Ujung
bebas dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar
clitoridis. Klitoris
dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait
dengan
banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena
itu tidak
dilalui oleh uretra.

Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin

Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan bukaan

vagina dan uretra. dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak
kelenjar
vestibular kecil. Terdapat kelenjar lendir tubuloalveolar yang mengeluarkan cairan,
pelumas
jelas berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan kelenjar bulbourethral dari laki-laki.

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Leucora


2.1 Menjelaskan Definisi Leucora
Leukorrhea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala
yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak
berupa darah, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar bartolini.Dalam
keadaan normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh / berwarna
kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret non-irritan ini mempunyai pH 3,5
- 4,5.
2

Menjelaskan Etiologi keputihan


Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina.Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialahpengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Menjelang atau setelah haid.

Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitandengan kesiapan
vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Kehamilan
Stres, kelelahan
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
Infeksi
a Bakteri :
Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae
ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi,
bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram
negatif dengan ukuran 0,8 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak
tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.
Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2
dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh
dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini
tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 3537C dan pH 7.2-8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit,
kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak
tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen.
Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang.
Organisme ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang
terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan konjungtiva.Gambaran tersebut dapat
terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada
pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara penularan penyakit ini adalah
dengan senggama.
Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit
traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri
ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.
Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi
clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang
dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya
ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk
bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.

Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan.
Treponema Pallidum (Spirochaeta pallida)
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat
terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata.
Bakteri berbentuk spiral P: 6 15 , L: 0,25 , lilitan: 9 24 dan tampak bergerak
aktif (gerak maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada pemeriksaan
mikroskopis lapangan gelap.
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh.
Penularan dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital STD dan dapat juga
melalui non-coital (jarum suntik) sulit terjadi.
b

Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental,
berwarna putih susu seperti susu pecah atau seperti
keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak
kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH
10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang
subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan,
diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan
menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan
suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong. Gambar 14. Candida Albicans
(sumber : http://www.ppdictionary.com/mycology/albicans.htm)
c Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak
berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.
d. Virus
Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang
merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat juga
disebabkan virus herpes simpleks tipe 1.Pada awal infeksi tampak kelainan kulit
seperti melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan meimbulkan luka
seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

Gambar 15. Herpes Virus

sumber
:
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c019.html
Human Papilloma Virus
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai
genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada
tempat infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri
ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata. Kondiloma
ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang
sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger
ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal.
Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan
gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai
gangguan sistem imun tubuh seperti pada kehamilan,
pemakain steroid yang lama seperti pada pasien dengan
gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta
penderita HIV AIDS.
Gambar 16. HPV
Iritasi
1 Sperma, pelicin, kondom
2 Sabun cuci dan pelembut pakaian
3 Deodorant dan sabun
4 Cairan antiseptic untuk mandi.
5 Pembersih vagina.
6 Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
7 Kertas tisu toilet yang berwarna.
Tumor dan Jaringan Abnormal
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan
pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh
sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya
darah yang tidak segar.
Benda Asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai
sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus
uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan
ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal
yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.
Penyebab Lain
1 Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
2 Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis
2.3 Menjelaskan Epidemiologi Leucora

Bacterio Vaginosis
Sering terjadi pada wanita produktif tetapi bisa juga terjadi pada wanita
menopause dan jarang terjadi pada anak-anak. Wanita ras kaukasian prevalensinya 515%, Afrika dan kulit hitam amerika 45-55%. Wanita yang berhubungan sex dengan
wanita akan tertular bakteri laktobasil tipe yang sama dan karena itu resikonya
(keputihan) makin tinggi.
Candidiasis
Disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan pada 90% wanita. Kurang
lebih 75% wanita akan mengalaminya paling tidak sekali seumur hidup. 10-20%
wanita asimtomatis carrier dan bisa meningkat sampai 40% pada kehamilan.
Trikomoniasis
Pada infeksi uretra wanita ditemukan 90% nya adalah karena trikomoniasis,
meskipun hanya kurang dari 5% kasus yang menunjukan bahwa traktus urinarius
adalah satu-satunya yang terkena. Pada perempuan hamil di negara dunia ke 3,
Gonorhea 10-15%, infeksi clamydia 2-3%, sifilis 10-100% lebih tinggi dibanding
negara industri.
Indonesia
Pengunjung puskesmas Merak Jawa Barat 1994 ditemukan Infeksi seksual
menular sebanyak 58%. Diantaranya : 29,5% Infeksi genital non spesifik; 10,2%
vaginosis bakterial; 9,1% candidosis vaginalis; 3,4% Gonorhea; 1,1% Trikomoniasis;
1,1% Gonorhea dan Trikomoniasis.
Surabaya 19,2% dari 599 wanita hamil ditemukan herpes simpleks tipe 2
9,9%; clamydia 8,2%; Trikomoniasis 4,8%; Gonorhea 0,8%; Sifilis 0,7%.
Di jakarta, Batam,dan tanjung pinang; Clamydia 4,2%; Trikomoniasis 1,2%;
Vaginosis bacterialis 12,6%; sedangkan tidak ditemukan infeksi gonorhea, sifilis,
maupun HIV.

2.4 Menjelaskan Klasifikasi Leucora


1

Keputihan Fisiologis
Menjelang/ sesudah menstruasi
Rangsangan seksual
Saat hamil
Stress, baik fisik/psikologis
Bayi baru lahir sampai umur kurang lebih 10 hari : disebabkan oleh
pengaruh estrogen dari plasenta
Waktu di sekitar ovulasi
Keputihan patologis
Infeksi bakteri :Bacterioides spp., mobiluncus spp., Gardnerella
vaginalis,mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis
Jamur : Candida albicans

Protozoa : trichomonas vaginalis


Keganasan

Menjelaskan Manifestasi klinis Leucora


Manifestasi klinis yang muncul berdasarkan etiologinya:

Kandidiasis
vulvovaginal

Vaginosis bakterialis

Trikomoniasis
vaginalis

Gejala

Pruritus, rasa
terbakar, dysuria,
sekret, vagina
kering

Bau tak sedap, gatal,


terbakar, sekret,
sering kambuh

Pruritus perineum,
perdarahan pasca
coitus, dyspareunia,
bau tak sedap, sekret

Sekret

Putih seperti keju

Encer, putih keabuabuan, banyak

Kuning kehijauan,
berbusa

Bau amina

Busuk seperti ikan

Busuk seperti ikan

Menjelaskan Patofisiologi Leucora


Pemasangan kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal ada yang mengandung hormon estrogen dan ada yang
mengandung hormone pregesteron. Caa kerja kontrasepsi hormonal estrogen
adalah dengan cara meningkatkan sekresi mucus pada vagina dengan tujuan agar
sperma tidak dapat mencapai ovum. Sehingga pemasangan kontrasepsi akan
berefek sekresi vagina yang berlebihan atau leukorea. Selain itu vagina yang
terekspose dengan hormone estrogen yang berlebihan mempermudah bakteri
pathogen menginfeksi.
Hormon progesterone secara fisiologi berfungsi untuk mempersiapkan uterus
untuk kehamilan dengan cara menambah supply glikogen ke epitel dinding
vagina. Dengan pemasangan kontrasepsi hormonal progesterone, akan terjadi
supply glikogen berlebihan di dalam epitel sel vagina. Dinding vagina dengan
glikogen yang melimpah merupakan tempat yang sangat mendukung untuk
pertumbuhan jamur. Sehingga efek samping dari pemasangan konstrasepsi
hormonal progesterone adalah memudahkan terjadinya candidiasis. Candidiasis
menimbulkan gejala leukorea dengan sekret seperti keju, putih, dan terasa sangat
gatal
Pemasangan IUD
Cara kerja IUD adalah membuat tuba uterine mengeluarkan zat toksik agar
sperma yang masuk ke dalam tubuh mati dan tidak dapat membuahi ovum. Zat
toksik ini akan memicu respon imun tubuh karena tubuh akan menganggapnya
benda asing. Tubuh akan merespon dengan mengeluarkan lebih banyak sekret.

Akan ditemukan banyak leukosit pada sekretnya yang berasal dari respon imun
tubuh.
Kehamilan
Pada kehamilan, tubuh akan secara fisiologis mengeluarkan lebih banyak sekret
dengan tujuan agar sperma tidak bisa masuk lagi untuk memfertilisasi ovum lain.
Karena itulah terjadi leukorea. Leukorea dianggap normal selama tidak berbau
dan tidak berwarna. Namun, pada kehamilan terjadi ketidakseimbangan hormonal
antara hormone estrogen dan progesterone. Hal ini akan mempermudah terjadi
nya infeksi. Selain itu, leukorea akan menciptakan lingkungan yang mendukung
untuk terjadinya infeksi apabila kebersihan vagina tidak dijaga. Jika infeksi
terjadi, leukorea akan menjadi tidak normal. Warna dan bau yang terjadi pada
sekret tergantung mikroorganisme yang menyebabkan infeksinya

Patofisiologi dan pathogenesis keputihan yang patologis


1 Bacterial Vaginosis
Berikut ini adalah faktor-faktor resiko terjadinya BV:
o Multiple sex partners
o Merokok
o Pemsangan IUD
o Keadaan sosioekonomi rendah
Faktor-faktor resiko tersebut akan memicu terjadi nya infeksi bakteri. Bakteri
pathogen yang biasanya menginfeksi vagina adalah bakteri anaerob. Keberadaan
bakteri tersebut akan sedikit demi sedikit mengeliminasi baktero normal flora
(Lactobacillus acidophilus) didalam vagina sehingga mekanisme pertahanan
vagina akan semakin buruk. Salah satu mekanisma pertahanannya adalah dengan
cara mempertahankan keasaman pH vagina (3,8 4,2). Karena tidak ada yang
mempertahankan, pH akan naik dan akan menimbulkan lingkungan yang semakin
mendukung untuk pertumbuhan bakteri pathogen.
Selain itu, bakteri pathogen ini bersifat anaerob yang artinya bakteri ini dapat
menghasilkan zat Amine. Zat Amine akan menimbulkan bau amis pada sekret
vagina dan menghasilkan nilai positif pada Whiff Test. Bau pada sekret vagina
diperparah dengan pH vagina yang semakin basa
Faktor virulensi bakteri anaerob yang lain adalah bakteri ini memiliki HSPS (Heat
Shock Proteins) yang mengandung antigen yang sama dengan HSPS yang ada di
tubuh kita. Jadi respon imun tubuh akan menyerang tidak hanya bakteri, tapi juga
sel tubuh kita. Selain itu, produksi sitokin akan terhambat dalam proses respon
imun akibat infeksi bakteri. Reaksi ini akan mengakibatkan fibrosis sehingga
menghasilkan sekret yang berwarna putih-abu abu. Sitokin yang terhambat
mengakibatkan pasien tidak merasakan gejala (asimptomatik) sehingga biasanya
pasien tidak akan mengurangi prilaku pasien yang dapat memicu infeksi. Infeksi
yang berulang dapat mengakibatkan komplikasi seperti tubal factor infertility
Keadaan menstruasi dan sex intercourse akan memperparah infeksi karena dapat
meningkatkan pH vagina. Vagina akan menjadi semakin basa.

Trichomoniasis
Faktor-faktor resiko yang dapat memicu infeksi dari parasit tersebut adalah:
o Multiple sex partners
o Obat-obatan
o Merokok
o Keadaan sosioekonomi rendah
o Bibir kloset atau alat mandai yang tidak higienis sangat jarang
Parasit ini memiliki flagel yang dapat secara langsung mengiritasi mukosa vagina.
Akibatnya akan terjadi ulkus. Ulkus ini akan memicu respon humoral yang tidak
bersifat protektif sehingga meskipun terdapat respon imun, infeksi dapat terjadi
kembali dan memperparah kondisi.
Infeksi akibat Trichomonas seringkali asimptomatik sehingga pasien tidak
melakukan tindakan apapun untuk mengurangi resiko infeksi. Infeksi pun dapat
terjadi berulangkali. Keadaan diperparah akibat mens dan lebih banyak sex
intercourse.
Trichomoniasis lebih rentan pada wanita karena parasit ini memerlukan kontak
dengan sel darah merah.
Ciri khas dari trichomoniasis ini adalah sekret vagina yang banyak, berwarna
kuning-hijau, berbusa, dan dapat ditemukan gambaran strawberry cervix: ptechiae
pada mukosa cervix.

Candidiasis
Faktor resiko yang dapat menyebabkan candidiasis antara lain:
o Pergeseran normal flora: akibat obat (imunosupresan, antibiotic, pil KB),
terlalu sering membersihkan vagina, ketidakseimbagan hormone, dll.
o Diabetes mellitus
o Memakai baju ketat
o Hubungan seks dengan sesame penderita
Faktor resiko utama untuk candidiasis adalah pergeseran normal flora.
Ketidakseimbangan normal flora akan menyebabkan resistensi vagina terhadap
infeksi jamur turun. Jamur akan berkolonisasi dan melakukan penetreasi ke dalam
mukosa vagina. Setelah itu akan terjadi berbagai macam gejala antara lain sekret
vagina yang kental, berwarna putih seperti keju, pruritus di vulva, rasa nyeri,
eritema, dan edema

.
4

Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)


Faktor resiko:
o Multiple sex partners
o Merokok
o Kontrasepsi oral
o Kehamilan
Replikasi virus ini pada epitel vagina dapat mengakibatkan kanker serviks.

Penyebab keputihan patologis dengan etiologi non-infeksi

Benda asing: contohnya seperti IUD atau prilaku sex abnormal


(memasukkan benda asing ke dalam organ genital). Respon benda asing
akan merangsang respon imun tubuh. Respon imun tubuh merangsang
produksi mucus yang berlebih dengan kandungan leukosit yang tinggi
b Neoplasia/Keganasan: pada neoplasia terjadi pertumbuhan sel yang sangat
cepat tanpa disertai maturasi. Sel-sel tersebut akan cepat rusak sehingga
terjadi penumpukan sel-sel yang mati dan membusuk. Hal ini akan
mengakibatkan sekret yang bau disertai darah dengan volume yang
banyak.
c Menopause: Kadar estrogen menurun sehingga dinding vagina akan kering
dan jumlah glikogen di dalam epitel vagina akan berkurang. Glikogen
digunakan Lactobacillus acidophilus untuk menciptakan pH yang asam di
dalam vagina dengan cara mengubahnya menjadi asam laktat sehingga
pertumbuhan mikroorganisme pathogen dapat terhambat. Karena glikogen
yang kurang, pH akan naik dan memudahkan infeksi. Vagina yang kering
akan mengakibatkan luka. Sekret yang dikeluarkan dapat menjadi bau,
berdarah, mengandung banyak leukosit, dan volumenya berlebih.
d Stress: keadaan stress dapat memicu prduksi CRH pada hypothalamus.
CRH akan merangsang produksi ACTH pada hipofisis. ACTH akan
merangsang produksi cortisol pada korteks adrenal. Cortisol dapat
menyebabkan inhibisi sekresi GnRH oleh hypothalamus, inhbisi sekresi
LH dan FSH, yang akhirnya menginhibisi sekresi estrogen dan
progesterone. Akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan hormone seksual
yang mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi

Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding Leucora


a Anamnesis
Identitas: umur dapat memperlihatkan apakah pasien tersebut masuk dalam
factor resiko STD. Pekerjaan dan pendidikan pasien juga dapat menunjukan
status social ekonomi pasien, STD sering terjadi pada low socioeconomic.
Status pasien juga dapat membantu dalam mencari tau apakah pasien termasuk
kedalam factor resiko penyakit ini. STD meningkat resikonya pada wanita yang
sexual active.
Keluhan: tanyakan tentang keputihan yang terjadi, seperti perubahan apa yang
terlihat, onset, durasi, bau, warna, konsistensinya, dan aktivitas yang
mempengaruhinya. Selanjutnya tanyakan gejala yang dirasakan pasien, seperti
apakah ada gatal, superficial atau deep dyspareunia, sakit pada vulva atau
vagina, perdarahan yang abnormal (misalnya, perdarahan berat, intramenstrual,
atau pasca coital), sakit pada pelvis, dan demam.
Factor resiko dan juga riwayat pasien: wanita dengan umur <25 tahun, multiple
sex partner, pemakaian kontrasepsi, kehamilan, post partum, post abortion,
pemakaian pembersih vagina, pemakaian antibiotic, dan penyakit immune
compromised
b Pemeriksaan fisik

Kandidiasis
vulvovaginal

Vaginosis bakterialis

Trikomoniasis
vaginalis

Hasil
setelah Iritasi hebat pada Sekret melekat pada
pemeriksaan
vulva dan vagina dinding vagina dan
fisik:
Edema,
eritema, introitus

fisura pada vulva


1 Palpasi
Vagina
kering
abdomen
merah
dengan
2 Inspeksi
plak putih yang
genitalia
lekat
eksterna
3 Pemeriksaan
inspekulo
4 Pemeriksaan
bimanual

Peradangan
mencolok
pada
epitel vagina
Ptekie
serviks
(strawberry cervix)

Pemeriksaan penunjang
Hasil
Pemeriksaan
Penunjang

Kandidiasis
vulvovaginal

Vaginosis bakterialis

Trikomoniasis
vaginalis

pH

<4,5

>4,5

>4,5

Bau amina

Busuk seperti ikan

Busuk seperti ikan

Sediaan basah

Pseudohifa, yeast Clue cell, whiff (+), Trikomonad,


bud,
leukosit leukosit sedikit
(+), leukosit
banyak

Pemeriksaan
mikroskopik

Hifa
bercabang, Clue cells
tunas sel ragi

Trikomonad motil

Kriteria amsel:
1
2

3
4

whiff

Secret homogeny, putih,


noninflamasi yang melapisi
dinding vagina
Pemerikasaan sediaan
basah dengan salin
memperlihatkan adanya
clue cells
pH > 4,5
Whiff test (bau cairan
seperti ikan setelah
penambahan KOH 0%)

d Diagnosis banding:
Ketuban pecah
Vaginitis atrofik pada menopose/ pengangkatan ovarium
Servisitis
Kandiloma akuminata
Herpes genitalia
Dysplasia/ neoplasia serviks
Gonore

Menjelaskan tatalaksana Leucora


Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan,
cukup hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan.Apabila keputihan yang
patologik, sebaiknya segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak
bagian yang sakit dan dari mana keputihan itu berasal. Melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan alat tertentu akan lebih memperjelas. Kemudian merencanakan
pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.Keputihan yang patologik yang
paling sering dijumpai yaitu keputihan yang disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan
Trichomoniasis.Penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan terapi
farmakologi dan terapi nonfarmakologi.
Tujuan pengobatan:
-

Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabrnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

a. Terapi farmakologi
Antiseptik :

Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi
dengan alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang
disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai
pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau
sensitif pemakaian harus dihentikan.
Anti biotik

Clotrimazole
Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans.
Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal
dan

urtikaria

Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis
tunggal.
Tinidazole
Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi
Protozoa, Amuba.
Efek samping : obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak
perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada
adalah vaginal tablet.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau
250 mg 3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis.
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.
Untuk infeksi Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi
terhadap alkohol.
Kontra indikasi : pada trimester pertama kehamilan.

Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam
sediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya
(Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin
1 Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
2 Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin :
- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin :
Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL
dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
Anti jamur :
Nystatin
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan
sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan
digunakan pada luka terbuka.
Anti Virus :
Asiklovir
Bekerja menghambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral,
injeksi dan krim untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1 Candida albicans
Topikal

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu


Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2 Chlamidia trachomatis
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3 Gardnerella vaginalis
Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4 Neisseria gonorhoeae
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral
5 Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
Seftriaxon 250 mg im atau
Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
6

Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas


Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

b. Terapi Nonfarmakologi
1) Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat
dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005).
Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi
oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2) Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan
tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril.Bahkan, kemasannya pun
harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa
kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam
keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah
terkontaminasi.Memperhatikan

kebersihan

setelah

buang

air

besar

atau

kecil.Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus.Alat


kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
3) Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan.Tidak jarang
keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di
laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi
hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak
disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan,
depresi, hubungan yangburuk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang
menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi
dengan ahli psikologi.Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

Menjelaskan Pencegahan Leucora

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam


mencegah keputihan patologis antara lain :
1 Menjaga kebersihan, diantaranya:
a Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari
dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah
tumbuhnya bakteri dan jamur;
b Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila
sudah terasa basah dan lembab;
c Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk
mencegah timbulnya iritasi pada vagina;
d Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan
yang mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu
berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan
kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur
atau bakteri;
e Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan
keringkan dari arah depan ke belakang untuk
mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;
f

Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat


terinfeksi Candida akibat garukan pada kulit yang
terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku
tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau
cebok.

2 Memperhatikan pakaian, diantaranya:


a Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab
sebaiknya segera diganti dengan yang kering dan
bersih;
b Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana
panjang yang terlalu ketat karena dapat meningkatkan
organ kewanitaan;
c Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai
olahraga dan selesai renang karena jamur lebih senang
pada lingkungan yang basah dan lembab;

d Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena


katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi
udara tetap terjaga.
3 Mengatur gaya hidup, diantaranya:
a Menghindari seks bebas atau bergantiganti pasangan
tanpa menggunakan alat pelindung seperti kondom;
b Mengendalikan stres;
c Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk
melawan serangan infeksi;
d Mengkonsumsi diit yang tinggi protein. Mengurangi
makanan tinggi gula dan karbohidrat karena dapat
mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;
e Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.
Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup rapat
sehingga
mengganggu
sirkulasi
udara
dan
meningkatkan kelembaban sekitar vagina;
f

Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan


pengobatan antibiotik oral (yang diminum) sebaiknya
mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai
dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan
keputihan tidak datang lagi;

g Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera


datang ke fasilitas pelayanan kesehatan agar segera
mendapatkan penanganan dan tidak memperparah
keputihan.
Menurut Dalimartha beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mencegah keputihan antara lain :
1 Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan
mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
2 Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita,
mengunakan celana dalam harus yang pas sehingga pembalut
tidak bergeser dari belakang ke depan.
3 Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan
kebelakang. Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri

atau jasad renik dari dubur ke alat genitalia dan saluran


kencing.
4 Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari
bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak
memakai celana yang berlapislapis atau celana yang terlalu
tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab disekitar
genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan
pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari
bahan katun atau kaos.
5 Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.
Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi
jamur Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

10 Menjelaskan Komplikasi Leucora


Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga
terjadi penyakit yang dikenal dengan radang panggul. Komplikasi jangka panjang
yang lenih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak
dan lengketnya organ-organ dalam kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat
menyebabkan infertilitas.Komplikasi juga dapat terdapat pada pria yaitu komplikasi
non spesifikndapat menjalar ke prostat dan menimbulkan infeksi buah zakar dan
saluran kemih
Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut
harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada
wanita sering menimbulkan radang saluran telur. Infeksi nonspesifik pada wanita
sering tanpa keluhan maupun gejala.
Dampak akibat leukorea :

Gangguan Psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan

kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya
diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari hari (Manuaba, 1998)

Vulvitis
Sebagaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi lokal, penyebab

secara umum jamur.Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit berambut dan infeksi kelenjar

bartholini.Infeksi kulit berambut terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri,


kadang kadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak.Infeksi
kelenjar bartholini terletak di bagian bawah vulva, warna kulit berubah, membengkak,
terjadi penimbunan nanah di dalam kelenjar, penderita sukar untuk berjalan dan
duduk karena sakit.

Vaginitis

Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai parasit atau
jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual.Tipe vaginitis yang
sering dijumpai adalah vaginitis candidiasis dan trikomonalis vaginalis. Vaginitis
candidiasis merupakan keputihan kental bergumpal, terasa sangat gatal dan
mengganggu, pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila dihapus
dapat menimbulkan perdarahan, sedangkan trikomonalis vaginalis merupakan
keputihan yang encer sampai kental, kekuningan, gatal dan terasa membakar serta
berbau.

Serviksitis
Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri.Infeksi serviks sering terjadi

karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan
seksual.Keluhan yang dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding
saat berhubungan seksual.

Penyakit radang Panggul (Pelvic Inflammantory Disease)


Penyakit radang Panggul merupakan infeksi alat genetalia bagian atas wanita,

terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau
akhirnya akan menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya
perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-tandanya yaitu nyeri
yang menusuk-nusuk di bagian bawah perut, mengeluarkan keputihan dan bercampur
darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam
batas normal.

11

Menjelaskan prognosis keputihan


Prognosis fluor albus baik, akan memberikan respon terhadap pengobatan dalam
beberapa hari dan infeksinya dapat disembuhkan walaupun dalam beberapa kasus
dilaporkan bahwa fluor albus dapat timbuk kembali pada 20-30% wanita, dan bersifat
asimptomatik.

Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai. Prognosis bakterial
vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat disembuhkan. Dilaporkan terjadi
perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan metronidazol dan
klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata rata 70 80% dengan regimen
pengobatan
Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
Kebanyakan wanita dengan kandidiasis vulvovaginal biasanya merespon dengan
cepat terhadap pengobatan.
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata rata 95 %
3

Mampu Memahami dan Menjelaskan Pap Smear


Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai
tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah
(Dalimartha, 2004).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005) :
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran
pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi
bakteri dan jamur.

Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear


American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya
memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear
dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap
Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali
wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun. Pap Smear tidak
dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear
adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita
peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum
dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina.
Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita
tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum
pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008), prosedur
pemeriksaan Pap Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek),
spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah
jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi
tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli
patologi anatomi.
Interpretasi Hasil Pap Smear

Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear,


sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem
Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan
menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak
ada indikasi adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai
sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
e. Kelas V : keganasan.
Menurut sistem CIN pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang
dari sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui
beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001.
Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma
2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ

e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
4

Mampu Memahami dan Menjelaskan Taharah pada saat Keputihan


Cairan yang keluar dari kemaluan wanita, jika keluarnya bukan dari kandung
kemih tetapi dari rahim maka hukumnya suci, akan tetapi membatalkan wudhu
meskipun ia suci. Karena tidak dipersyaratkan pembatal wudhu itu harus sesuatu yang
najis. Contohnya kentut yang keluar dari dubur manusia, tidak ada bentuknya akan
tetapi membatalkan wudhu.
Oleh karena itu, jika keluar cairan tersebut dari kemaluan seorang wanita sedangkan
dia dalam keadaan suci (dengan wudhu), maka wudhunya batal dan dia wajib
memperbaharui wudhunya. Jika terus-menerus keluar, maka dihukumi tidak
membatalkan wudhu, akan tetapi jika dia hendak maka tidak boleh berwudhu kecuali
setelah masuk waktu shalat yang akan dia laksanakan, baik untuk shalat wajibnya
maupun sunnahnya ataupun jika hendak membaca Al-Quran, serta dibolehkan
baginya melakukan perkara-perkara yang mubah.
Para ulama berpendapat demikian juga bagi mereka yang terkena penyakit salasul
baul(kencing yang terus menerus keluar).
Inilah hukum cairan (dari kemaluan wanita) tersebut ditinjau dari sisi sucinya, maka
cairan tersebut tidak menajisi pakaian tidak pula badan.
Adapun hukumnya dari sisi wudhu, maka membatalkannya, kecuali jika terusmenerus keluar. Akan tetapi jika dia hendak shalat maka jangan berwudhu sebelum
masuk waktu, dan hendaknya dia menjaga cairan tersebut (agar jangan tercecer
kemana-kemana, pen).
Adapun jika keluarnya terputus-putus, misalnya biasa terhenti pada waktu-waktu
shalat, maka dia mengakhirkan shalatnya pada waktu cairan tersebut terhenti, selama
dia tidak khawatir keluar waktu. Jika khawatir keluar waktu, maka dia sumbat saluran
cairan tersebut, kemudian (wudhu) dan shalat. Tidak ada bedanya keluarnya sedikit
atau banyak, karena semuanya keluar dari lubang kemaluan, maka sedikit ataupun
banyak tetap membatalkan wudhu.
Adapun keyakinan sebagian wanita bahwa keluarnya cairan tersebut tidak
membatalkan wudhu, maka aku tidak mengetahui sandaran pendapat ini kecuali
ucapan Ibnu Hazm rahimahullaah, di mana beliau berkata: Sesungguhnya dia tidak
membatalkan wudhu.
Akan tetapi beliau tidak menyebutkan dalil akan pendapatnya tersebut. Kalau
seandainya ada dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah ataupun pendapat para shahabat
niscaya ucapan beliau bisa dijadikan hujjah.
Dengan itu, wajib bagi seorang wanita untuk bertakwa kepada Allah dan bersemangat
untuk menjaga thaharahnya, karena shalat tidak akan diterima tanpa thaharah,
walaupun shalat seratus kali.
Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang shalat tanpa thaharah
hukumnya kafir karena dia termasuk telah mengolok-olok ayat-ayat Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Victor P. Eroschenko. 2008. Atlas Histologi diFiore dengan korelasi Fungsional. Edisi 11.
Jakarta, EGC
http://www.ppdictionary.com/mycology/albicans.html

http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c019.html
BASHH Guidance. 2011. Management and laborratory diagnosis of Abnormal Vaginal
Discharge Quick Reference Guide forr Primary Care. England
Hainer, Barry dan Gibson, Maria. 2011. Vaginitis: Diagnosis and Treatment. American
Family Physician, vol. 83, Number 7, April 1, 2011.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit Ed. 6 Vol 2. Jakarta, EGC
http://www.medicinestuffs.com/2013/02/pap-smear.html
Leukorrhea Panel: Chalmydia trachomatis, Neisseria gonorrhea, Trichomonas vaginalis.
Medical Diagnostic Laboratory, LLC.
Schalkwyk, Julie van et al. Vulvovaginitis: Screening for and Management of
Trichomoniasis, Vulvovaginal Candidiasis, and Bacterial Vaginosis. SOGC Clinical Practical
Guidelines. No.320, March 2015.

Anda mungkin juga menyukai