PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi dan
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun yang parsial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Regio Cruris
2.1.1 Tulang-Tulang Regio Cruris
Region Cruris atau tungkai bawah terletak diantara lutut dan
pergelangan kaki. Terdiri atas os. Tibia dan os. Fibula.
A. Tulang Tibia
Merupakan weight bearing bone yang berhubungan dengan kondilus
lateral femur di superior, talus di inferior dan fibula di lateral pada proximal
dan distal. Mempunyai foramen nutrisi yang terletak dibagian posterior di
1/3 proksimal. Bagian distal tibia lebih kecil dari pada bagian
proksimalnya. Maleolus medial terbentuk dari ujung distal dari tibia.
(Moore, 2007)
Pada bagian superior terdapat perluasan tulang yang membentuk
kondilus medial dan lateral keduanya membentuk struktur yang disebut
tibial plateau. Struktur ini akan berartikulasi dengan kondilus dari femur.
Terdapat eminensia interkondilare yang terbentuk dari tuberculum
interkondylare medial dan lateral. (Moore, 2007)
Tulang Tibia berbentuk segitiga sehingga memiliki margo anterior,
posteror dan lateral/interoseus. Pada ujung proksimal margo anterior
terdapat perluasan yang disebut tuberositas tibia yang merupakan tempat
melekatnya ligamentum Patellae. (Moore, 2007)
B. Tulang Fibula
Terletak diposteriolateral
dari
tibia.
Ujung
distal
dari
fibula
Gambar 2.1 Os. Tibia dan fibula anterior dan posterior (Netters, 2006)
Gambar 2.2 Os. tibia dan fibula superior dan inferior (Netters, 2006)
2.2 Fraktur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.7
2.2.2
Klasifikasi
1. Klasifikasi etiologi
Fraktur traumatik
Karena trauma yang yang terjadi secara tiba-tiba.
Fraktur patologis
Karena kelemahan tulang akibat keadaan patologis tulang.
Fraktur stress
Karena trauma yang terus memenerus pada suatu tempat
tertentu.
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak. Bisa dari dalam (from within) atau
3. Klasifikasi radiologis
Lokasi
Diafisis
Metafisis
Intra artikular
Fraktur dengan dislokasi
Gambar 2.8 Fraktur Menurut Lokasi (Rasjad, 2007)
Konfigurasi
Tranfersal : garis patah tulang melintang sumbu tulang.
Oblik : garis patah tulang membentuk sudut pada sumbu
tulang.
Spiral : garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih.
Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
Komminutifa : fraktur lebih dari 2 fragmen fraktur dimana
garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
10
11
dekat
Angulated membentuk sudut tertentu
Rotated memutar
Distracted saling menjauh karena ada interposisi
Overriding garis fraktur tumpang tindih
Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang
lain
12
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.
diterima.
Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50 %
Over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur
Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi frakturnya. Ada 3
cara reduksi yaitu. (Nayagam, 2010)
a. Close reduksi: Anestesi dan muscle relaxan. Menggunakan 3 manufer
yaitu (1) bagian distal ditarik ke garis tulang (2) sementara fragmenfragmen terlepas, fragmen direposisi dengan mengembalikan arah
kekuatan, asalkan ini dapat diperkirakan (3) Penjajaran disesuaikan
ke setiap bidang. efektif bila periosteum dan otot pada satu sisi fraktur
tetap utuh. Pengikatan jaringan lunak mencegah over reduksi dan
menstabilkan fraktur setelah direduksi.
13
Retention
imobilisasi
fraktur
untuk
mencegah
pergeseran,
baik.
Kompliksi
pemakaian
terlalu
ketat
dapat
14
15
16
17
maupun low energy. High energy injury misalnya kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggan, dan pukulan langsung. Low energy injuri misalnya
18
pada kondilus
Tipe III : Depresi pada permukaan artikular dengan kondilus intak
Tipe IV : Fraktur kondilus tibia medial
Tipe V: Fraktur kondilus medial dan lateral
Tipe VI : Kombinasi fraktur kondilar dan subkondilar
19
20
or
comminuted fractures)
Group C1
Spiral wedge fractures
Subgroups C1.1Two intermediate fragments
C1.2Three intermediate fragments
C1.3More than three intermediate fragments
Group C2
Segmental fractures
Subgroups C2.1One segmental fragment
C2.2Segmental fragment and additional wedge fragment
C2.3Two segmental fragments
Group C3
Comminuted fractures
Subgroups C3.1Two or three intermediate fragments
C3.2Limited comminution (<4 cm)
C3.3Extensive comminution (>4 cm)
Gambar 2.20 Orthopaedic Trauma Association (OTA) AO Classification
of Tibial Diaphyseal Fractures (Petrisor, 2010)
22
23
24
menggerakkan
anggota
gerak,
deformitas,
kelainan
yang
meningkat,
krepitasi,
pemerikasaan
AVN
distal.
2.3.5 Management
Tujuan utama adalah:
1. Membatasi kerusakan jaringan dan mempertahankan penutup kulit
25
26
Jika depresi bersifat ringan (kurang dari 5 mm) dan lutut stabil,
atau pasien tua dan lemah atau mengalami osteoporosis, fraktur
diterapi secara tertutup dengan tujuan mengembalikan mobilitas
dan fungsi. Setelah aspirasi dan plaster kompresi dipasang,
dilakukan traksi skeletal melalui pin yang dipasang melalui tibia 7
cm dibawah fraktur.
Pada pasien muda, dan dengan depresi lebih dari 5 mm, lebih
dipilih untuk dilakukan reduksi terbuka dengan mengelevasi plateau
dan fiksasi internal.
28
daerah fraktur. Full weight bearing dapat dilakukan dalam waktu 6-8
minggu. (Rasjad, 2007)
Fiksasi eksternal adalah metode pilihan untuk fraktur yang tidak
stabil, fraktur oblique panjang, atau spiral dan fraktur kominutif yang
-
30
B. Fraktur terbuka
Penanganan fraktur terbuka meliputi:
1. Antibiotika
2. Debridemen
3. Stabilisasi
4. Penutupan
5. Rehabilitasi
Antibiotic dimulai dengan segera,. Bisa diberikan cephalosporin
generasi 2 dan bisa di tambah antibiotik gram negatif dan anaerob
(gentamicin dan metronidazole) .dilakukan debrideman pada luka dan luka
dibersihkan secara keseluhan. Cedera setingkat Gustillo 1 dapat di tutup
dengan baik dan kemudian di terapi sebagai cedera tertutup. Luka yang
lebih berat dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari. Kalau perlu
dilakukan debridement. (Nayagam, 2010)
Fraktur distabilkan, tebaik adalah dengan memasang eksternal
fiksasi. Segera setelah ada kepastian bahwa luka tersebut bersih dan
bergranulasi maka luka di tutup dengan penjahitan langsung atau dengan
pencangkokan kulit. (Nayagam, 2010)
Eksternal fiksasi dipertahankan sampai fraktur itu bergabung dan
dapat dig anti dengan gips. Pembebanan segera dapat di lakukan dan
gips boleh di lepas setelah fraktur menyatu. (Nayagam, 2010)
Management Tibial Pilon (Plafond) Fracture
Terapi bergantung pada kondisi jaringan lunak. Terapi terbuka ada
fraktur fibula, dikombinasikan oleh fiksasi eksternal sementara, dapat
mempertahankan panjang dan membantu proses penyembuhan jaringan
lunak dari trauma awal. (Rasjad,2007)
2.3.6 Komplikasi
A. Komplikasi dini:
1. Cedera vaskular
Fraktur 1/3 proksimal tibia dapat merusak arteri poplitea. Keadaan
ini merupakan kedaruratan tingkat pertama, memerlukan eksplorasi dan
perbaikan. (Nayagam, 2010)
31
32
33
34
kaku.
Akan
berbahaya
bila
pasien
mencoba
memaksa
diakibatkan
oleh
omobilisasi
jangka
panjang.
35
Perdarahan
Infeksi (osteomyelitis)
Fat emboli
Komplikasi close fraktur :
dalam.
permukaan
Pada
tulang
articulatio
terdapat
rongga
sendi
dengan
permukaan
tulang
yang
dengan
bentuk
mengurangi
gesekan
antara
tulang
pada
permukaan sendi.
e. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi
lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang
(femur
dan tibia)
yang
5,6,7
Patella
medial
merupakan tempat
2.4.1.1
5,6
Os. Femur
b.
Os. Tibia
c.
Os. Patella
Otot otot yang mempunyai fungsi pada sendi lutut:
38
1. Flexi - flexor
M. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dibantu
oleh m. gracilis, m. sartorius, dan m. popliteus. flexi dibatasi oleh
kontak bagian belakang tungkai bawah dengan tungkai atas.
2. Extensi - extensor
M. quadriceps femoris. Extensi dihambat oleh tegangnya seluruh
ligamentum-ligamentum utama sendi.
3. Rotasi Medial
M. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus
4. Rotasi Lateral
M. biceps femoris
Stabilitas sendi lutut tergantung pada tonus otot-otot kuat yang
bekerja pada sendi dan kekuatan ligamentum-ligamentum. Dari faktor
ini tonus otot adalah yang terpenting dan menjadi tugas ahli fisioterapi
untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama M. quadriceps femoris
setelah terjadi cedera sendi lutut.
39
10
5,6
5,6
ini
terletak membentang
paling
depan
pada
dua
5,6
40
posterior
Ligamentum
ini
permukaan
akan
medial
mengendur
condylus
bila
lutut
lateralis
ditekuk
femoris.
dan
akan
bergeser ke posterior
terhadap
dalam
tibiae.
Bila
sendi
lutut
berada
keadaan flexi,
ke
5
posterior.
2 Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris
posterior tibiae dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk
dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis
femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang extensi,
namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan flexi.
Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan extensi.
Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke
anterior
terhadap tibiae.
Bila sendi
lutut
dalam
keadaan
flexi,
41
2.4.1.2
melekat
membentuk
tepian
pada
bursa.
bebas.
Batas
Permukaan
dalamnya
cekung
dan
atasnya
cekung
dan
5,10
bagian
depannya.
Cornu
anterior
melekat
pada
area
cartilago
42
transversum.
Cornu posterior
melekat
pada
area
intercondylaris
ke
perifer
yang
terfiksasi
pada
demikian
ini
tempatnya
cartilago
bila
dibandingkan
5,8
semilunaris medialis.
43
dengan
cartilago
2.4.1.3
Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendo m.
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan
anterior dari femur diatas tuberositas articularis. Kemudian capsula ini
berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak
yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari
retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke
bawah
melekat pada
ligamentum
cruciatum
anterior. Selanjutnya
dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan kapsul sendi
pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga
regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi
permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak
ditutupi oleh cartilago. Pada tibia kapsul sendi ini melekat mengelilingi
margo
infraglenoidalis, sedikit
bagian
bawah
dari permukaan
2.4.1.4
5,6
44
tendo m.
popliteus dan
45
2.4.1.5
a. N. Femoralis
b. N. Obturatorius
c. N. Peroneus communis
d. N. Tibialis
2.4.1.6
Suplai Darah
46
tibialis
anterior.
Aliran
vena
pada
sendi
lutut
mengikuti
limfe
pada
sendi
lutut
terutama
terdapat
pada
47
48
2.5
DISLOKASI PATELLA
2.5.1 DEFINISI
Subluksasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya
deviasi hubungan normal antara tulang rawan yang satu dengan tulang
rawan lainnya yang masih menyentuh berbagai bagian pasangannya. Jika
kedua bagian ini sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya maka
disebut sebagai dislokasi (Price & Wilson, 2006). Dislokasi patela akut
merupakan gangguan pada persendian atau adanya pergeseran yang
dapat menimbulkan gangguan fungsional (Palmu, S et al., 2008).
2.5.2 EPIDEMIOLOGI
Insidensi dislokasi patela lebih sering terjadi pada wanita usia 1017 tahun dan meningkat terkait aktivitas fisik seperti pada wanita atlet, dan
lebih jarang terjadi pada usia diatas 30 tahun. Dislokasi lateral umumnya
49
50
2.5.4 PATOGENESIS
Sewaktu lutut berfleksi dan otot kuadriseps mengendur, patela
dapat terdesak ke lateral akibat benturan langsung. Patela, dapat untuk
sementara naik ke tepi kondilus lateral femur dan kemudian meluncur
kembali ke posisinya atau bergeser ke sisi luar, dimana patela terletak
dengan permukaan anteriornya menghadap ke lateral (Solomon L, 2010)
Instabilitas patella dapat berkorelasi dengan satu atau lebih faktor
resiko dilihat dari segi anatomi yang berbeda dari normalnya seperti
ketegangan struktur pada bagian lateral, patela alta, dysplasia patela atau
femoral, peninggian anterversion femoral, peningkatan torsio tibialis
eksterna, posisi lateral dari tuberositas tibial, abnormalitas pronasi kaki,
dan insersi vertical dari vastus medialis oblik, kesemuanya dapat
menimbulkan kelainan pada patela (Cornell, B., 2006).
Pergerakan patela dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara otot,
ligament, morfologi tulang dan bagian ekstremitas bawah. Ligament
retinakular
patelofemoral
penting
dalam
menstabilkan
patela
dan
51
dikira pergeseran patela. Patela dapat diraba pada sisi luar lutut. Gerakan
aktif maupun pasif tak mungkin dilakukan (Solomon L, 2010)
Cedera pada patella dapat menimbulkan instabilitas dan sindrom
nyeri patelofemoral. Pasien merasakan nyeri hebat pada lutut yang
mengalami pergeseran. Dislokasi patella menimbulkan robekan dari
jaringan retinakular medial. Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya
pembengkakan, penurunan aktivitas gerak, dan kekakuan medial patella
(Greene, W., 2006).
52
2.5.6 Komplikasi
Awal
a. Kerusakan arteri
Kerusakan a.popliteal
terjadi
hampir
20%
pada
pasien
dan
Lanjut
a. Instabilitas sendi
53
DAFTAR PUSTAKA
54
Aviable
in
URL
http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview#showall
4. Moore, Keith L and Agur, Anne M.R, 2007. Essential Clinical
Anatomy, 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia
5. Nayagam, Selvadurai. 2010. Injuries of the Knee and Leg. In
Applys System Of Orthopaedic and Fractures 9 th edition. Hodder
Arnold : London
6. Petrisor, Brad A. 2010. Tibia And Fibula Fractures. In Rockwood
And Greens Fractures In Adults 7 th Edition volume two. Lippincott
Williams And Wilkins : Philadelphia
7. Rasjad, C, 2007. Trauma. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
PT. Yarsif Watampone : Jakarta.
8. Rifal, M. 2011. Fraktur Femur. Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar. Aviable In URL :
http://www.scribd.com/doc/69920506/Fraktur-Femur
9. Frank, H , Netter , M.D., Interactive Atlas of Human Anatomy , Ciba
Medical Educations & Publications , 1995
10. H.H.Lindner, Clinical Anatomy , a LANGE medical book ,
Connecticut , 1989
11. J.S.P.Lumley , J.L.Craven , J.T.Aitken, Essential Anatomy , fourth
edition, Churchill Livingstone , New York ,1987
12. Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi, international
edition, sixth edition , Mc Graw Hill , New York , 2003
13. Snell Richard S Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi,
international edition, sixth edition , Mc Graw Hill , New York , 2003
Anatomi Klinik, Bagian 2 , Edisi ke 3 , EGC , 1997
14. Spalteholz Werner, Hand Atlas of Human Anatomy, Seventh
Edition in English
55
Available
from:
http://www.med.nyu.edu/pmr/residency/resources/general%20MSK
%20and%20Pain/Clinics%20ortho_recurrent%20pat
%20dislocation.pdf.
16. Solomon L, Nayagam S, Warwick D, 2010.System of Orthopaedics
and Fractures Hodder Arnold an Hachette UK Company.
17. Benson, M et al., 2010. Childrens Orthopedics and Fracture 3th
edition. London: Springer-Verlag.
18. Cornell, B., 2006. Patellar Dislocation Conservative and
Operative
Rehabilitation.
Available
from
http://xnet.kp.org/socal_rehabspecialists/ptr_library/08KneeRegion/
18Patella-Dislocation.pdf.
19. Greene, W et al., 2006. Netters Orthopedics 1 st edition. Saunder :
Elvesier.
20. Palmu, S et al., 2008. Acute Patellar Dislocation in Children and
Adolescents: A Randomized Clinical Trial. Available from :
http://medicine.tums.ac.ir/fa/Users/ramin_espandar/journal%20club
%202,87/Acute%20Patellar%20Dislocation%20in%20Children
%20and%20Adolescents.pdf.
21. Price & Wilson., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis dan Penyakit
edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC
22. Shetty et al., 2009. Vertical Dislocation of the Patella: Report of 2
Cases.
Available
from
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?
sid=14a7d357-befe-45d5-a238a4ef87998f15%40sessionmgr4&vid=1&hid=14.
56
Available
http://www.josonline.org/pdf/v12i2p253.pdf.
57
from