Anda di halaman 1dari 6

Kop Surat Universitas

BERITA ACARA PELAKSANAAN KEGIATAN


Pada hari ini, Selasa tanggal 24 bulan Mei tahun Dua ribu Sebelas,
Sebelas
kami yang bertanda tangan dibawah ini :
I.

Nama
Jabatan

: Moh. Saleh, SH., MH.


: Pengelola kegiatan Obrolan Konstitusi PKK FH Univ.
Narotama
: Jl. Arief Rachman Hakim No. 51 Surabaya
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PKK FH
Universitas Narotama Surabaya, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.
PERTAMA

Alamat

II. Nama
Jabatan
Alamat

: Hasto Kuncoro, SH.


: Kepala RRI Surabaya
: Jl. Pemuda No. 82 90 Surabay
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama RRI
Surabaya, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
KEDUA

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut PARA PIHAK,


bersamasama telah melaksanakan kegiatan siaran obrolan konstitusi
dengan penjelasan :
Nama kegiatan
Tema
Tgl.
pelaksanaan
Format
Media

: Obrolan konstitusi
: Kewenangan MK Dalam Pembubaran Partai Politik
: 24 Mei 2011
: Interaktif dan tanya jawab seputar konstitusi
: RRI daerah Surabaya

Demikian berita acara ini dibuat untuk diketahui oleh masing-masing


pihak dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 24 Mei 2011


RRI Daerah Surabaya

Nama terang
Jabatan

PKK FH Univ. Narotama


Surabaya

Nama terang
Pengelola

Kop Surat Universitas


RESUME KEGIATAN OBROLAN KONSTITUSI
KERJASAMA MAHKAMAH KONSTITUSI
DENGAN PKK FH UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
Tema :
Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Pembubaran Partai Politik
Waktu/Tempat :
Tanggal 24 Bulan Mei Tahun 2011 di RRI daerah Surabaya
Narasumber
:
1. Dr. J. Hendy Tedjonegoro, SH., MH.
2. Moh. Saleh, SH., MH.
Moderator :
Djoko Trisnanto
Pembahasan dan tanya jawab/interaktif:
A. Pembahasan
Era reformasi melahirkan penguatan hak-hak konstitusional berupa
penguatan terhadap kebebasan bersetikat melalui partai politik. Pengauatan
hak-hak berserikat dalam parpol tersebut didasarkan pada landasan filosofis,
landasan yuridisn dan landasan politik.
Partai politik itu terkait dengan hak asasi manusia dalam mengekspresikan
kebebasan berfikir dan berserikat dan sebagai pilar demokrasi dalam
memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh karena partai politik terkait
dengan hak-hak konstitusional, maka pembubaran partai politikpun diatur
dalam konstitusi melalui Pasal 24C ayat (1) UUD 1945. Pembubaran Politik
didasarkan pada dua alasan yaitu, pertama ideologi, asas, dan tujuan parpol
bertentangan dengan UUD 1945 dan kdua, kegiatan serta dampaknya
melanggar UUD 1945.
Realitas berpartai sekarang ternyata masih belum memenuhi tiga landasan
sebagaimana disebutkan diatas. Parpol hanya dijadikan alat untuk
keuntungan pribadi dan golongan. Demi memperjuangkan kepentingan
rakyat sesuai dengan tiga landasan tersebut, seyogyanya di Indonesia
terdapat lima partai yang masing-masing memperjuangkan kelima sila dalam
Pancila.
Pembubaran Parpol oleh MK didasarkan pada dasar negara hukum
sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Berdasarkan hal ini,
Pembubaran partai poltik tidak bisa lagi dilakukan atas dasar perbedaan arah
politik dari penguasa, tetapi sekarang harus dibuktikan dulu adanya pela

nggaran konstitusional yang dilakukan oleh parpol sebagaimana diatur juga


dalam UU MK dan UU Parpol.
Pembubaran parpol sangat rentan timbulnya konflik politik yang
berkepanjangan, sehingga seharusnya UUD 1945 maupun UU MK dan UU
Parpol mengatur mengenai akibat hukum yang akan ditimbulkan pasca
pembubaran parpol tersebut. Akibat hukum tersebut terkait dengan
kedudukan anggota dewan yang berasal dari parpol yang dibubarkan dan
juga terkait dengan hak politik dari para mantan pengurus dan anggotanya
serta bagaimana dengan harta kekayaan dan kewajiban perdata yang masih
diemban oleh parpol yang dibubarkan. Pengaturtan akibat hukum ini harus
dibicarkan dan disepakati dalam lembaga politik seperti MPR mapun DPR oleh
karenanya harus diatur setingkat UUD maupun UU. Pengaturan dalam Pasal
10 ayat (2) PMK No. 12 Tahun 2008 terkait dengan akibat hukum dari
pembubaran perpol ini masih dipertanyakan legalitasnya karena MK bukan
lembaga politik dan tidak mempunyai kekuasaan legislasi untuk
mengaturnya.
b. Dialog Interaktif
1. Pak Marijan Surabaya
a. Apakah parpol dapat bubar karena politik ?
b. Harus dilakukan pembaharuan kodifikasi hukum dan kesadaran hukum
masyarakat.
Tanggapan :
Pengaturan pembubaran parpol melalui MK dan diatur dalam UUD 1945
agar pembubarn parpol politik tidak didasarkan pada perbedaan arah
politik yang membahayakan parpol yang berkuasa. Sehingga sekarang ini
tidak bisa parpol dibubarkan atas dasar alasan politik atau adanya konflik
politik tetapi sekarang pembubaran partai politik itu harus didasarkan pada
bukti-bukti hukum yang jelas dan diadili dalam peradilan MK.
Amandemen UIUD 1945 adalah dalam rangka melakukan pembaharuan
hukum di Indonesia, sehingga pemerintahan sekarang tidak lagi bisa
pemerintahan oleh orang tetapi telah dibangun pemerinthan oleh hukum
(negara hukum). MK telah banyak melakukan sosialisasi mengenai
kesadaran hukum dan konstitusi termasuk melalui program obraolan
konstitusi ini.
2. Pak Kiwono Surabaya
MK supaya dibubarkan dan DPA dihidupkan kembali dan kita kembali ke
UUD 1945. Karena setelah perubahan ternyata kita banyak melanggar
Pancasila.
Tanggapan :
Lahirny MK adalah sepagai pengawal konstitusi (the quardian of the
constitution) yang berwenang untuk mengadili terhadap semua
pelanggaran konstitusional. Lembaga negara sebagai pengawal konstitusi
sebelum amandemen UUD tidak ada sehingga banyak subbstansi UUD
1945 yang disalahgunakan. Oleh sebab itulah kita harus punya MK di
Indonesia meskipun masih banyak kekurangan.
DPA adalah lembaga penasehat Presiden yang sederajat. Yang namanya
Penasehat itu harusnya dibentuk dan berada di bawah Presiden, sehingga
dengan amandemen UUD 1945, Pasal 16 UUD 1945 yang mengatur

masalah DPA dihapus, dan sekarang diganti oleh Wantimptres (Dewan


Pertimbangan Presiden) yang dibentuk sendiri oleh Presiden.
3. Pak Sis Nganjuk
Di antara Abdi, Pengabdi, dan Pengabdian. apakah masih ada
pengabdian sekarang dari para pejabat negara?
Tanggapan :
Kita tidak boleh apriori tehadap para pemimpin kita, masih banyak anak
bangsa ini yang masih punya jiwa pengadian tanpa pamrih membela
negara dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Tapi dalam kontek parpol
memang kita agak begutu ragu karena parpol sekarang hanya dijadikan
kendaran untuk memperkaya diri sendiri dan parpol dianggap sebagai
lahan pekerjaan yang empuk
4. Pak Tedjo
Tidak sepakat dengan adanya usul 5 partai yang masing-masing
memperjuangkan tip-tiap silan pancasilan secara terpisah.
Tanggapan :
5 parpol itu maksudnya bahwa setiap parpol itu lebih mengutakan salah
satu sila pancasila dalam tujuannya dan sebagai ciri perjuangan partai,
bukan dalam arti parpol itu tuidak memperdulikan silan lainnya. tapi satu
kesatuan.

5. Pak Misdar Nganjuk


Peraturan tinggal peraturan karena di Nganjuk ADD dikorup oleh Bayan,
Program Pengentasan Kemiskinan tidak korup oleh ketua, dan SK
Karangtaruna tidak kunjung dikeluarkan oleh Kades, kemana saya harus
menyelesaikan?
Tanggapan :
Harus ada bentuk pengawasan yang jelas dari Camat dan Bupati terkait
dengan ADD dan berbagi program desa lainnya. Jika ada masalah labih
baik diselesaikan secara musyawarah dulu karena itulah ciri khusus dari
pada desa dalam menyelesailakn masalah.
6. Pak Saiful Pare Kediri
Korupsi sudah merajarela di Desa dan bahkan korupsi menjadi budaya
dalam masyarakat. Usulan supaya Pendidikan Anti Koorupsi dimasukkan
dalam kurikulum mulai SD.
Tanggapan :
Sepakat kalau pendidikan anmti korupsi diajarkan mulai SD karena korupsi
sekarang sudah termasuk extra ordinary crime. Bagaimana dari pendidikan
SD itu kemudian membangun jiwa jujur dan peduli sama sesama.
Pendidikan anti korupsi ini juga harus diajrkan dari keluarga dan yang
terpenting adalah bagaimana anak itu diajrkan mengenai agama, yang
meruoakan sila pertama dari Pancasila.

TERM OF REFERENCE (TOR)


OBROLAN KONSTITUSI DI RRI DAERAH SURABAYA
DENGAN TEMA KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM
PEMBUBARAN PARTAI POLITIK.
A. DASAR PEMIKIRAN
a. Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945
b. Pasal 24C dan Pasal 27 serta Pasal 28 UUD 1945
c. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
d. UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik jo. UU Nomor 2 Tahu n
2011 tentang Partai Politik
e. PMK Nomor 12 Tahun 2008 tentang Prosedur Beracara dan Pembubaran
Partai Politik
B. TUJUAN
1. Memberikan kesadaran hukum tentang hak dan kewajiban WNI dalam
pelaksanaan demokrasi melalui pemilihan umum, partai politik dalam
system pemerintahan demokrasi berdasarkan hukum sesuai Pasal 1 ayat
(1), (2), dan (3) UUD 1945.
2. Untuk mengetahi Kelemahan dalam kewenangan MK mengenai
pembubaran partai politik
3. ;Apa saja yang dapat dijadikan alas an dalam pembubaran partai politik
C. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
1. PELAKSANA
Pusat Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya
2. PENANGGUNG JAWAB
Dekan Fakultas Hukum Universitas Narotama SUrabaya
3. PENERIMA MANFAAT
Masyarakat akademis, partai politik serta ,masyarakat.
D. JADWAL KEGIATAN
1. WAKTU
Tanggal 24 Mei 2011 jam. 09.00 s/d 10.00 WIB
2. TEMPAT
Di RRI (Radio Republik Indonesia) Jl. Pemuda Surabaya.
E. NARASUMBER DAN MODERATOR
1. NARASUMBER
a. Dr.J. Hendy Tedjonagoro, SH., MS.
b. Moh. Saleh, SH., MH.
2. MODERATOR
Djoko Trisnanto dari Penyiar RRI Surabaya
F. PENUTUP

Demikian Term of Referrence ini semoga akan banyak memberikan mafaat


bagi terbangunnya kesadaran berkonstitusi bagi masyarakat Indonesia,
khususnya bagi pengurus partai politik.

Anda mungkin juga menyukai