Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN STRUKTUR PENGENDALIAN


INTERNAL

Disusun Oleh Kelompok 3


Lourienza arratia caiesar harry oventin

( 201310170311398 )

I Gede Surya KM

( 201410170311138 )

Diandra Octiviandi

( 201410170311151 )

M. Andik Ikhsan S

( 201410170311154 )

Widya Nur Annisa

( 201410170311158 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan inayah-nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang diemban tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami panjatkan
shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw beserta
keluarga,sahabat dan para pengikut beliau sampai akhir zaman.
Tak lupa pula kami ucapkan banyak terimak kasih kepada.
1. Ibu Dra. Sri Wahyuni Latifah MM.,Ak.,CA selaku Dosen Pengampu

Matakuliah Sistem informasi Akuntansi


2. Teman-teman kelompok yang terlibat dalam pembuatan makalah ini
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca, Karena dengan
adanya tugas/makalah

ini kami dapat mengetahui lebih jauh tentang

Pemerosesan transaksi dan SPI. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak-pihak yang bersangkutan sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan dengan kerendahan hati kelompok
kami mengucapkan terima kasih.
Wasalamualaikum Wr.Wb

Hormat Kami

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3

Latar Belakang.....................................................................
Rumusan Masalah................................................................
Tujuan..................................................................................

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

Pemrosesan Transaksi..........................................................
Komponen Sistem Pemrosesan Transaksi............................
Kerangka Pemrosesan Transaksi..........................................
Siklus Pemrosesan Transaksi...............................................
Struktur Pengendalian Internal.............................................

2
2
5
6
6

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan........................................................................

13

DAFTAR PUSTAKABAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi sangat muthakir, sekumpulan sub


sistem yang mempunyai tujuan sama kemudian membentuk sistem sehingga
kemudian diproses menjadi informasi dan ditujukan kepada yang mempunyai
wewenang.
Pada bab ini, sistem pemrosesan transaksi menjadi bagian dari sistem
informasi akuntansi. Sistem pemrosesan transaksi sangat berguna baik bagi
akuntan, manajemen dan atau pihak eksternal. Sehingga perlu sangat
diperhatikan apabila sistem pemrosesan transaksi didukung oleh struktur
pengendalian yang memadai. Sehingga dari luaran tersebut akan sangat
membantu dalam pengambilan keputusan dan member warna tersendiri dari
serangkaian siklus akuntansi dalam teknologi yang semakin modern.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem pemrosesan transaksi?
2. Bagaimana konsep detail struktur pengendalian internal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sistem pemrosesan transaksi
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep detail struktur pengendalian internal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemrosesan Transaksi


Salah satu tujuan sistem informasi adalah mendukung operasi harian
perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai melalui : (1) pemrosesan transaksitransaksi yang disebabkan baik oleh sumber-sumber ekstern maupun intern,
dan (2) menyiapkan keluaran-keluaran seperti dokumen-dokumen operasional
dan laporan-laporan keuangan.

2.2 Komponen-Komponen Pemrosesan Transaksi


Pemrosesan transaksi terjadi dalam suatu proses. Proses ini yang
dikenal sebagai siklus akunting. Siklus akunting membutuhkan beragam
komponen pembangun. Komponen-komponen ini meliputi dokumen sumber,
jurnal dan register, lejer dan arsip (file) laporan dan keluaran-keluaran lain,
bagan rekening dan kode-kode lain, rangkaian audit, metode dan alat-alat
pemrosesan, serta pengendalian.
1. Dokumen Sumber

Kebanyakan transaksi dicatat pada dokumen sumber, selain menyediakan


catatan-catatan tertulis dokumen sumber berfungsi :
a. Memicu meng-otorisasi operasi fisik
b. Sebagai contoh surat pesanan penjualan meng-otorisasi pengiriman
barang dan gangguan kepada pelanggan.
c. Memantau arus fisik
d. Misalnya surat pesanan penjualan digunakan untuk memperlihatkan
pergerakan barang pesanan dari gudang ke tempat pengiriman.
e. Mencerminkan akuntabilitas atas tindakan yang diambi
f. Misalnya tagihan dari pemasok diparaf untuk memperlihatkan bahwa
tagihan ini sudah diperiksa kebenarannya.
g. Menjaga kemutakhiran dan kelengkapan basis data
h. Sebagai contoh kopi faktur penjualan digunakan untuk memutakhirkan
saldo dalam catatan sediaan. Catatan pelanggan dan kemudian
diarsipkan untuk kepentingan riwayat penjualan.

i.
j.

Menyediakan data yang dibutuhkan untuk keluaran


Misalnya data dalam surat pesanan penjualan digunakan untuk
menyiapkan faktur penjualan dan ikhtiar penjualan.

2. Jurnal dan Register

Jurnal dan register merupakan catatan akunting yang memuat data dalam
urutan kronologis. Jurnal merupakan catatan akunting formal awal dalam
sistem manual. Mengikhtiarkan data transaksi dalam satu keuangan.
Register berfungsi sebagai pengganti jurnal atau catatan kronologis atau
buku harian untuk data atau peristiwa yang tidak bersifat keuangan.

3. Buku Besar dan Arsip

Buku besar (ledger) mengikhtiarkan status perkiraan dalam satuan


keuangan. Nilai transaksi yang muncul dalam jurnal dipindahkan atau
diposkan ke pos perkiraan yang sesuai. Melalui proses posting ini status
setiap perkiraan yang terpengaruh dimutakhirkan dengan menaikkan atau
menurunkan saldo perkiraan sebesar nilai transaksi. Jadi, jika jurnal
menekankan pada kegiatan transaksi, buku besar menekankan pada status
perkiraan.
4. Laporan dan Dokumen

Berbagai laporan umumnya dihasilkan dari pemrosesan transaksi. Salah


satu jenis keluaran laporan dikenal sebagai laporan keuangan. Sejumlah
besar dokumen operasional juga dihasilkan oleh sistem pemrosesan
transaksi. Beberapa dari dokumen ini dihasilkan untuk memicu tindakan.
Dokumen lain dihasilkan untuk mencatat tindakan-tindakan yang telah
diselesaikan. Dokumen operasional tertentu yang disiapkan oleh sistem
pemrosesan transaksi perusahaan menjadi masukan dokumen sumber
untuk pemrosesan lebih lanjut.
a. Bagian Perkiraan dan Kode Lainnya
Transaksi akunting harus diklasifikasikan dan dikodekan sebelum
diposkan ke dalam buku besar. Bagan perkiraan merupakan daftar
berkode dari perkiraan-perkiraan yang termuat dalam buku besar
umum perusahaan. Pada dasarnya, ini merupakan struktur data
keuangan perusahaan. Bagan perkiraan ini bukan saja memungkinkan
pengklasifikasian dan pengkodean data transaksi melainkan juga

menyediakan elemen-elemen data rinci untuk menyusun dan


menyajikan informasi dalam laporan keuangan.
b. Rangkaian Audit

Rangkaian audit adalah seperangkat mata rantai yang dibentuk oleh


elemen-elemen pemrosesan transaksi pokok. Rangkaian audit
merupakan alat untuk melakukan penelusuran dari dokumen-dokumen
sumber melalui jurnal dan buku besar sampai ke total ikhtisar dalam
laporan keuangan atau keluaran keuangan lainnya, dan sebaliknya.
Disamping membantu audit sistem pemrosesan transaksi. Rangkaian
audit memungkinkan :
1. Koreksi kesalahan yang terdeteksi
2. Menjawab pertanyaan
3. Rekonstruksi arsip
c. Tindakan Pengendalian dan Pengamanan.

Pemrosesan transaksi yang baik menuntut adanya berbagai tindakan


pengendalian dan pengamanan. Contoh pengendalian yang telah
dijelaskan meliputi bagan perkiraan, perkiraan pengendali, rangkaian
audit, dan metode pemrosesan sekali tulis. Pengendalian seperti itu
harus didukung dengan dokumentasi yang memadai, meliputi : (1)
manual prosedur, dan (2) uraian tanggung jawab yang dibebankan
kepada mereka yang terlibat dalam pemrosesan transaksi.

2.3 Kerangka Pemrosesan Transaksi.


1.1 Kerangka pemrosesan transaksi terdiri dari dua yaitu :
a. Jaringan Kerja Keseluruhan Perusahaan.

Pemrosesan transaksi terjadi selaras dengan operasi perusahaan.


Perangkat gabungan sistem-sistem pemrosesan transaksi serupa dengan
jaringan kerja yang kompleks dari operasi-operasi fisik, proses kertas kerja
dan arus data/informasi yang saling bergantung.
b. Sistem Informasi Fungsional

Sistem operasional dan organisasi perusahaan pada umumnya


dibagi berdasarkan fungsi. Untuk memungkinkan pengendalian yang

efektif dan efisien atas operasi dan koordinasi kegiatan-kegiatan


manajerial. Sistem informasinya haruslah dibagi menurut fungsi-fungsi
yang sama. Macam-macam subsistem informasi fungsional pada tiap-tiap
industri berbeda-beda.
Bahkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam
industri yang sama juga berbeda. Setiap subsistem informasi fungsional
berkaitan erat dengan penyediaan pengendalian yang ketat terhadap satu
atau beberapa sistem pemrosesan transaksi. Hal yang sama pentingnya
adalah hubungan yang ada pada setiap subsistem informasi fungsional
diantara tingkat operasional dan tingkat manajerial. Subsistem informasi
fungsional membantu arus informasi transaksi kepada manajer-manajer
fungsional.

2.4 Siklus-siklus Transaksi.


a. Siklus Pendapatan
1.2

Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pendistribusian barang


dan jasa kepada pihak lain dan penagihan pembayaran. Tujuan
pengendaliannya: Pelanggan diotorisasi sesuai dengan kriteria manajemen,
harga dan syarat barang dan jasa yang disediakan diotorisasi sesuai dengan
kriteria manajemen.

b. Siklus Pengeluaran
1.3

Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan barang dan


jasa dari pihak lain dan penetapan kewajiban yang berkaitan. Tujuan
pengendaliannya: Pemasok harus diotorisasi sesuuai dengan kriteria
manajemen dan jumlah yang disampaikan kepada pemasok harus
diklasifikasikan,diikhtisarkan,dan dilaporkan secara akurat.

c. Siklus Produksi
1.4

Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan transformasi sumber


daya menjadi barang dan jasa. Tujuan pengendaliannya: Rencana produksi
harus diotorisasi sesuai dengan kriteria.

d. Siklus Keuangan
1.5

Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan dan


manajemen dana modal termasuk kas. Tujuan pengendaliannya: Akses ke
kas dan efek-efek hanya diperbolehkan sesuai dengan kriteria manajemen.

2.5 STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL


1.6 Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian Internal merupakan suatu usaha yang dilakukan
perusahaan dalam mengarahkan jalan usahanya agar tetap bergerak sesuai
dengan tujuan dan program dari perusahaan dengan berorientasi ke dalam
perusahaan itu sendiri.

Menurut

Mulyadi,

Sistem

Pengendalian

Internal

adalah

Struktur organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk


menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Menurut Bambang Hartadi, (1993,3) Sistem Pengendalian Internal
adalah: Sistem Sosial yang mempunyai wawasan dalam organisasi
perusahaan, terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat-alat fisik, dan
dokumentasi orang-orang yang berinteraksi satu sama lain.
Dari Ketiga pengertian diatas maka dapat kita simpulkan pengertian
Pengendalian Internal adalah: Suatu usaha atau system social yang dilakukan
perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak sesuai
dengan tujuan dan program perusahaan dan mendorong efisiensi serta
dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan SPI menurut definisi tersebut adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi, dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Menurut tujuannya SPI dapat dibagi menjadi dua, yakni Pengendalian Intern
Akuntansi

(Internal

Accounting

Control)

dan

Pengendalian

Intern

Administratif (Internal Administrative Control).


A. Elemen Pengendalian Internal

Elemen-elemen yang harus diterapkan dalam pengendalian internal agar dapat


efektif dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung
jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut.
10

Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi


akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untuk melaksanakan suatu kegiatan (misal : pembelian). Fungsi
penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang
memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem

wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan


perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan
informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang,
pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi. Cara-cara yang umum ditempuh perusahaan dalam
menciptakan praktek yang sehat adalah :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggung-jawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang
akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi tanpa ada campur tangan dari orang
atau unit organisasi lain.
d. Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan
secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka
dapat dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek aktivitas
unsur-unsur SPI yang lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas
intern atau staf pemeriksa intern. Agar efektif dalam menjalankan

11

tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak melaksanakan fungsi


operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta harus
bertanggung jawab kepada manajemen puncak.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Diantara 4

unsur pokok SPI, unsur mutu karyawan merupakan unsur SPI yang paling
penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur,
unsur SPI yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan
perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung-jawaban keuangan
yang dapat diandalkan.

B. Komponen Proses Pengendalian Internal.

Proses pengendalian internal suatu organisasi terdiri dari lima elemen


Lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pengawasan. Konsep pengendalian internal
didasarkan pada dua premis utama, yaitu tanggung jawab dan jaminan yang
masuk akal.
Lingkungan Pengendalian.
Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor
untuk membangun, mendukung dan meningkatkan efektivitas.
Faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian adalah :
1. Nilai-nilai integritas dan etika.
2. Komitmen terhadap kompetensi.
3. Filosofi manajemen dan gaya operasi.
4. Struktur organisasi.
5. Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan
komitenya.
6. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab.
7. Kebijakan sumber daya manusia dan prosedur

Penaksiran Risiko.
Penaksiran risiko, komponen kedua dari pengendalian internal, merupakan
proses mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang
memengaruhi tujuan perusahaan.

Aktivitas Pengendalian.

12

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun


untuk
membantu
memastikan
bahwa
arahan
manajemen.
Tujuan pengendalian :
1. Rencana organisasi mencakup pemisahan tugas untuk mengurangi
peluang seseorang dalam suatu posisi pekerjaan tertentu untuk
melakukan kecurangan atau kesalahan menjalankan tugas sehari-hari
mereka.
2. Prosedur mencakup perancangan dan penggunaan dokumentasi dan
catatan yang berguna untuk memastikan pencatatan transaksi dan
kejadian yang tepat.
3. Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai dengan otorisasi
manajemen.
4. Cek independen dan peninjauan dilakukan sebagai wujud akuntabilitas
kekayaan perusahaan dan kinerja.
5. Pengendalian proses informasi diterapkan untuk mengecek kelayakan
otorisasi, keakuratan, dan kelengkapan setiap transaksi.

Informasi dan Komunikasi.


Merupakan komponen pengendalian internal yang keempat. Informasi
mengacu pada sistem akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan
catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis,
mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan
untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait.
Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai
semua kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengendalian.
Komunikasi yang baik membutuhkan komunikasi oral yang efektif,
manual prosedur yang memadai, manual kebijakan, serta berbagai jenis
dokumentasi.
Komunikasi yang efektif juga membutuhkan aliran arus informasi dalam
organisasi yang memadai. Informasi semacam ini dibutuhkan untuk
mengevaluasi kinerja, membuat laporan perkecualian, dan lain sebagainya.

Pengawasan.
Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus-menerus, atau evaluasi
terpisah, atau kombinasi keduanya. Tujuan fungsi audit internal adalah
untuk melayani manajemen dengan menyediakan bagi manajemen hasil
analisis dan hasil penilaian aktivitas dan sistem seperti :

13

1. Sistem informasi organisasi.


2. Struktur pengendalian internal organisasi.
3. Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan

rencana.
4. Kualitas kinerja personel organisasi
C. Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal

Jusup (2001:254-255) memaparkan bahwa keterbatasan bawaan yang melekat


dalam setiap sistem pengendalian intern sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain
dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau
dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu atau tekanan lain.
2. Kemacetan. Kemacetan dalam pengendalian yang telah berjalan bisa
terjadi karena petugas salah mengerti tentang instruksi, atau melakukan
kesalahan karena kecorobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perpindahan
personil sementara atau tetap, atau perubahan sistem atau prosedur bisa
juga mengakibatkan kemacetan.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan
disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya
pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan
tidak terungkapnya ketidak beresan atau tidak terdeteksinya kecurangan
oleh sistem pengendalian intern yang dirancang.
4. Pelanggaran oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan
atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti
keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan,
atau kepatuhan semu.
5. Biaya dan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan struktur
pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya
maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus
memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif
dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu struktur pengendalian intern.
Karena adanya keterbatasan pengendalian internal, bahwa penerapan
pengendalian internal bukan ditujukan untuk menghilangkan semua
kemungkinan kecurangan dan kesalahan yang terjadi harus dapat diketahui
dan diatasi secepatnya. Pengendalian internal tidak dapat dikatakan efektif

14

meskipun disertai kehati-hatian dalam perancangan dan implementasinya,


bahkan meskipun pegawai sistem dapat merancang sistem yang ideal
efektivitas yang tergantung kepada kompetensi dan ketergantungan orang
yang menggunakannya.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1.7

Dari hasil penelitian terhadap sistem pengendalian internal


terhadap penerimaan dan pengeluaran kas, maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan membutuhkan adanya pengendalian internal, khususnya dalam
menangani kas perusahaan karena kas perusahaan adalah aktiva yang sangat
mudah untuk diselewengkan. Dengan adanya pengendalian internal, maka kas
akan sulit untuk disalahgunakan serta terciptanya keamanan aktiva
perusahaan. Selain itu, lima komponen pengendalian internal menyediakan
formasi yang penting bagi auditor mengenai resiko salah saji dalam laporan
keuangan. Para auditor karenanya diharuskan untuk mendapat pengetahuan
yang memadai atas pengendalian internal untuk merencanakan audit.

15

DAFTAR PUSTAKA

16

17

Anda mungkin juga menyukai