Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

BONTOR
SIMANJUNTAK,
(2015),
STUDI
STRATEGI
PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN KUBU RAYA ( STUDI KASUS KECAMATAN
SUNGAI AMBAWANG), Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.
Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten termuda di Provinsi Kalimantan
Barat yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak . Kabupaten Kubu Raya diresmikan
pada tanggal 10 Agustus 2007. Kabupaten Kubu Raya terdiri dari tiga belas kecamatan yang salah
satunya adalah kecamatan Sungai Ambawang. Kecamatan Sungai Ambawang berbatasan langsung
dengan Kota Pontianak yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, dengan luas wilayah
kecamatan 726,5 km2 atau sekitar 10 persen dari luas Kabupaten Kubu Raya. Kecamatan Sungai
Ambawang terbagi menjadi 13 desa yang terdiri dari Desa Durian, Desa Simpang Kanan, Desa
Puguk, Desa Bengkarek, Desa Pasak Piang, Desa Pasak, Desa Panca Roba, Desa Lingga, Desa
Korek, Desa Jawa Tengah, desa Sui Ambawang Kuala, Desa Mega Timur, Desa Teluk Bakung.
Untuk pengembangan diantara semua desa yang ada di Kecamatan Sungai Ambawang Desa
Durian, Desa Simpang Kanan, Desa Puguk, Desa Bengkarek, Desa Pasak dan Desa Teluk Bakung
merupakan desa yang perlu adanya pengembangan pada beberapa sektor sehingga Kecamatan
Sungai Ambawang memiliki peranan yang strategis bagi pembangunan Kabupaten Kubu Raya.
Dimana setiap Desa memiliki kebutuhan yang berbeda beda dalam membangun dan
mengembangkan kawasannya. Untuk itu dalam menentukan kebutuhan penduduk setiap desa
maka perlu dilakukan kajian aksesibilitas mengenai kebutuhan prioritas setiap desa dalam usaha
mengembangkan kawasan serta pemenuhan kebutuhan/pencapaian yang di inginkan. Adapun
tujuan dari skripsi ini adalah mengidentifikasi sektor-sektor yang diprioritaskan sebagai fasilitas
pelayanan, menghitung nilai aksesibilitas dengan metode Integrated Rural Accessibility Planning
(IRAP), serta menentukan pendekatan penanganan/perbaikan akses penduduk desa.
Dalam penelitian ini dilakukan suatu pengkajian mengenai perencanaan aksesibilitas
pedesaan dengan menggunakan metode Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) yang
dikembangkan oleh International Labour Organization (ILO). Pengumpulan data untuk metode
IRAP ini dengan menggunakan kombinasi pengumpulan data berbasis interview/wawancara,
observasi lapangan, dan pengisian kuisioner. Adapun sektor yang ditinjau dalam kuisioner ini
antara lain : Sumber Tenaga Listrik, Sumber Air Bersih, Pendidikan, Kesehatan, Pasar,
Perkebunan, Komunikasi, Pemukiman, Pertanian, dan Peternakan.
Hasil analisa penelitian menyimpulkan bahwa tingkatan nilai aksesibilitas pada sektor sektor aksesibilitas Desa Durian, Desa Simpang Kanan, Desa Puguk, Desa Bengkarek, Desa Pasak
dan Desa Teluk Bakung untuk sepuluh sektor yang di teliti memiliki nilai aksesibilitas yang
bervariasi. Sektor Sumber Tenaga Listrik dengan nilai 7,411 di prioritaskan untuk Desa
Bengkarek, sektor Sumber Air Bersih dengan nilai 9,013 di prioritaskan untuk Desa Pasak, sektor
Pendidikan dengan nilai 11,758 di prioritaskan untuk Desa Puguk, sektor Kesehatan dengan nilai
8,842 di prioritaskan untuk Desa Simpang Kanan, sektor Pasar dengan nilai 12,979 di prioritaskan
untuk Desa Pasak, sektor Perkebunan dengan nilai 12,150 di prioritaskan untuk Desa Teluk
Bakung, sektor Pemukiman dengan nilai 7,906 diprioritaskan untuk Desa Simpang Kanan, sektor
Pertanian dengan nilai 12,925 diprioritaskan untuk Desa Teluk Bakung, sektor Peternakan dengan
nilai 7,346 diprioritaskan untuk Desa Teluk Bakung.
Hasil analisis terbagi atas tiga klasifikasi, yaitu aksesibilitas fasilitas, aksesibilitas sarana
transportasi dan aksesibilitas prasarana transportasi. Berdasarkan perbandingan nilai aksesibilitas
antara komponen fasilitas, sarana dan prasarana transportasi untuk semua sektor maka pada 6 desa
tersebut di ketahui bahwa memprioritaskan perbaikan/penaganan prasarana transportasi.
Kata kunci: Kecamatan Sungai Ambawang ,aksesibilitas, prioritas, Integrated Rural Accessibility
Planning (IRAP)

iii

Anda mungkin juga menyukai