PENDAHULUAN
Setiap tahunnya 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena
faringitis.Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran
pernapasan atas termasuk faringitis.Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan akibat infeksi (virus dan bakteri) maupun non infeksi (alergi, trauma, toksin dan lainlain)Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,
konsumsimakanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.Virus dan bakteri
melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi local.Infeksi bakteri grup A
Streptokokus hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri
ini melepaskan toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan demamreumatik, kerusakan katup
jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus tergangguakibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah,orang dewasa dan
jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah
(droplet infection).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian
atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus
resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan
terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.8
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa 14 cm dan bagian ini merupakan
bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan
inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap
bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otototot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor
ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,8
sekum.
ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30
pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi
kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 9
Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang
normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara
dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi.
Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan
memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara. 9
C. Faringitis
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun
non infeksi. 1
1. Etiologi
Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (540%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi
dengan Rhinovirus (20%) dan coronaviruses (5%). Selain itu juga ada Influenza virus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,
cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis. 1
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15%
penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis
yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,
Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema
pallidum, Mycobacterium tuberculosis. 1
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.
2. Insidens
Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.
Sekitar 15 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 7 tahun, dan sekitar
10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun.
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut
faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes.
Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling
sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.
3. Patogenesis
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang
berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini
hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini
menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan
jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring. 10 Periode inkubasi
faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 72 jam.11
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan
bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat
dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.10
Faktor risiko dari faringitis yaitu:12
Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui
udara
Alergi
4. Klasifikasi Faringitis
4.1. Faringitis Akut
Faringitis akut adalah inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organism
virus hamper 70%. Streptokokus group A adalah organism bakteri paling umum yang
berkenaan dengan faringitis akut, yang disebut sebagai strep throat. (Brunner & Suddarth,
2001 : 548 )
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam,
pembesaran limfonodi leher dan malaise.(Vincent,2004)
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi
kulit berupa maculopapular rash. 1
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan. 1
Faringitis Bakteri
Biasanya
tidak
ditemukan
nanah
tenggorokan
tenggorokan
Demam.
sel
darah
putih
sampai
ringan
sedang
pada
apus
tenggorokan
4.1.1
di laboratorium
rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. berbeda halnya dengan virus,
seperti
rhinovirus,dapat
mengiritasi
mukosa
rongga
tenggorokan.
Streptococcal
infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases
(Kazzi, et.al.,2006) .
4.1.2
Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membrane mukosa sangat merah dan tonsil
berwarna kemerahan; folikel limfoid membengkak dan dipenuhi dengan eksudat; dan perbesaran
serta nyeri tekan nodus limfe servikal. Demam, malaise, dan sakit tenggorok juga bisa timbul.
Serak, batuk, dan rhinitis bukan hal yang tidak umum.
Infeksi virus tidak terkomplikasi biasanya hilang dengan segera, dalam 3 sampai 10 hari
setelah awitan. Namun faringitis yang disebabkan oleh bakteri yang lebih virulen
sepertistreptokokus Group A adalah penyakit yang lebih parah selama fase akut, dan jauh lebih
penting karena insiden dari bahaya komplikasi. Komplikasi ini termasuk sinusitis, otitis media,
abses peritonsilar, mastoiditis, adenitis servikal, demam reumatik, dan nefritis. Kultur tenggorok
merupakan cara utama dalam menentukan organism penyebab setelah diresepkan terapi yang
sesuai. Usap nasal dan kultur darah mungkin juga dilakukan untuk mengidentifikasi organisme.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 548 )
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual dan
kelenjar limfe leher membengkak.Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan dinding
posterior faring bergranular . (Rusmarjono,et.al.,2001).
Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling sering,
kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 % pada oang dewasa. Biasanya
terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis
yang disebabkan oleh streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa
sakit pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah.
Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada
faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua
pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan
dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung.
Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. (Alan, et.al.,2001).
Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue, serak,
dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada anak dapat disertai
dengan diare, nyeri perut, dan muntah (Vincent, et.al., 2006).
4.1.3
pemberian agens antimicrobial. Untuk streptokokus group A, penisilin merupakan obat pilihan.
Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organism resisten terhadap
Faringitis Kronik
Faringitis kronik adalah suatu kondisi infeksi (bakteri atau virus) atau iritasi (kimia atau
fisik) yang melibatkan inflamasi pada mukosa faring menetap selama minimal satu tahun, selama
lebih dari enam jam sehari, selama lebih dari dua minggu bulan, selama lebih dari tiga bulan
dalam setahun. 4
Faktor-faktor predisposisi terjadinya faringitis kronik : 1
1) Infeksi persisten pada daerah sekitar faring
Pada rinitis dan sinusitis kronik, discarj purulen dapat mengalir turun menuju faring
sehingga selalu menjadi sumber infeksi. Hal ini menyebabkan hipertrofi pada lateral band
faring. Sama halnya dengan tonsilitis kronik dan infeksi pada gigi dapat menyebabkan
faringitis kronik dan sakit tenggorok yang rekuren.
2) Napas lewat mulut
Bernapas melalui mulut dapat membuat faring kontak dengan udara yang belum disaring,
dilembabkan dan disesuaikan dengan suhu tubuh sehingga membuatnya lebih rentan
terhadap infeksi. Pernapasan mulut dapat disebabkan :
Obstruksi pada cavum nasi seperti : polip , rhinitis alergi atau vasomotor, hipertrofi
konka, septum deviasi atau tumor.
Obstruksi pada nasofaring, misalnya adenoid atau tumor.
Gigi yang menonjol sehingga menyebabkan maloklusi
Kebiasaan tanpa adanya gangguan secara anatomis
3) Iritasi kronik
Merokok berlebihan, mengunyah tembakau, minuman alkohol, makanan yang sangat pedas
dapat menyebabkan faringitis kronis.
4) Polusi dari lingkungan
Lingkungan yang berasap atau berdebu dan asap industri mungkin juga dapat menyebabkan
faringitis kronis.
Tingkat keparahan gejala pada faringitis kronik bervariasi pada individu. Gejala yang
mungkin dapat timbul yaitu : 1
1.
2.
3.
4.
kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis,
iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.
Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut
karena hidungnya tersumbat. 5
a. Faringitis Kronik Hipertrofi
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak
kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak
mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. 5
3) Kauter granulasi limfoid disarankan. Tenggorokan disemprot dengan anestesi lokal dan
jaringan granulasi diberi perak nitrat 10-25%. Elektrokauter atau diathermy nodul
mungkin memerlukan anestesi umum
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dan
tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. 5
Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.5 Kalium iodida 325 mg,
diberikan secara oral selama beberapa hari membantu untuk merangsang sekresi dan mencegah
pengerasan kulit.1
4.3 Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler. Abses
peritonsiler terjadi:
a. Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu :
sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan
biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada
pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru.
b. Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi),
poststreptococcal
BAB III
LAPORAN KASUS
Masalah Pasif
1. Nyeri tenggorok
2. Batuk berdahak
3. Demam
Pasien tinggal dengan orang tua dan dua orang adik. Pasien berstatus sebagai mahasiswa.
Biaya pengobatan mandiri.
Kesan : sosial ekonomi cukup
Lain-lain : -
PEMERIKSAAN FISIK
(Tanggal 24 Maret 2016, pukul 10.45 di Poliklinik THT-KL BKIM Semarang)
Status Praesen
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8 C
Nadi : 84 x/menit
RR
: 20 x/menit
VAS : 3
Pemeriksaan fisik : Kepala
: mesosefal
Thoraks
: Cor : tidak diperiksa
Paru : tidak diperiksa
Abdomen : tidak diperiksa
Ekstremitas : tidak diperiksa
Status Lokalis:
Telinga:
Gambar :
Bagian Telinga
Telinga kanan
Telinga kiri
Daerah preaurikula
Aurikula
Daerah retroaurikula
Mastoid
CAE / MAE
tekan (-)
Nyeri tekan (-), nyeri
tekan (-)
Nyeri tekan (-), nyeri
Hidung:
Gambar :
Pemeriksaan Hidung
Hidung Luar
Sinus
Rinoskopi Anterior
Hidung Kanan
Hidung Kiri
Inspeksi : Bentuk (N), simetris, deformitas (-),
benjolan (-), warna kulit sama dengan kulit sekitar,
allergic crease (-), nasal salut (-)
Palpasi : os nasal : krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-)
Maxillaris : Nyeri tekan (-/-), Nyeri ketok (-/-)
Frontalis : Nyeri tekan (-/-), nyeri ketok (-/-)
Discaj
(-)
(-)
Hiperemis (-), livid (-), Hiperemis (-), livid (-),
Mukosa
edema (-)
Mukosa hiperemi (-),
edema (-)
Mukosa hiperemi (-),
Konka
Tumor
atrofi (-)
Massa (-)
Deviasi (-), benda asing
atrofi (-)
Massa (-)
Deviasi (-), benda asing
perforasi (-)
(+)
perforasi (-)
(+)
Septum nasi
Palatal Phenomena
Tenggorok:
Gambar :
Bagian (Orofaring)
Palatum
Arkus Faring
Mukosa
Mukosa Faring
Posterior
Tonsil
Peritonsil
Nasofaring
Keterangan
Bombans (-), hiperemis (-)
Simetris, uvula ditengah, reflek muntah (+) normal
Hiperemis (+), Post nasal drip (-)
Granulasi (+)
Ukuran T1
Ukuran T1
Edema (-), hiperemis (-), fluktuasi (-)
tidak dilakukan
Laringofaring:
tidak dilakukan
Laring
tidak dilakukan
Supraglotis
tidak dilakukan
Glotis
tidak dilakukan
Subglotis
tidak dilakukan
RINGKASAN
Seorang laki-laki, 23 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak + 3 minggu
yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul dan merasa bertambah nyeri bila makan dan
minum. + 7 hari yang lalu pasien mengeluh keluhan masih dirasa, nyeri tenggorok (+)
hilang timbul, demam ngelemeng (+) sepanjang hari, batuk berdahak (+) dengan dahak
berwarna kuning, sulit menelan (+), terasa adanya lendir di tenggorok (+), tenggorok
terasa panas (+), rasa mengganjal tenggorok (+). Pasien sudah berobat ke dokter umum,
diberikan obat batuk dan obat penurun panas, namun keadaan tidak membaik. Pada
pemeriksaan fisik pada mukosa faring posterior didapatkan adanya granulasi (+) dan
mukosa hiperemis (+)
DIAGNOSIS BANDING :
Faringitis kronis granulosa eksaserbasi akut et causa infeksi bakteri
Faringitis kronis granulosa eksaserbasi akut et causa iritasi makanan pedas
Faringitis kronis granulosa eksaserbasi akut et causa iritasi okupasional
DIAGNOSIS KERJA:
Faringitis kronis granulosa eksaserbasi akut et causa infeksi bakteri
RENCANA PENGELOLAAN :
1. Pemeriksaan Diagnostik
S:O : Swab tenggorok
2. Terapi :
Methylprednisolone 4mg/ 12 jam p.o
Cefadroxil 500mg/ 12 jam p.o
Ambroxol 30mg/ 12 jam p.o
Betadine gargle and mouthwash 3x1 cup
Vitamin C 500 mg/ 24 jam
3. Pemantauan
Keadaan umum, tanda vital, keluhan pasien, progresivitas penyakit, respon terapi
dan efek samping terapi
4. Edukasi :
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami radang tenggorok yang disebabkan
oleh bakteri.
Pasien diedukasi untuk menghindari makanan dan minuman yang bersifat iritatif
seperti makanan pedas, makanan dan minuman terlalu panas, alkohol dan rokok.
Pasien diinformasikan untuk minum obat secara teratur, dan kontrol apabila obat
habis.
5. Prognosis :
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Fungsionam : ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak + 3
minggu yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul dan merasa bertambah nyeri bila makan dan
minum.
7 hari yang lalu pasien mengeluh keluhan masih dirasa, nyeri tenggorok (+) hilang timbul,
demam ngelemeng (+) sepanjang hari, batuk berdahak (+) dengan dahak berwarna kuning, sulit
menelan (+), terasa adanya lendir di tenggorok (+), tenggorok terasa panas (+), rasa mengganjal
tenggorok (+). Pasien sudah berobat ke dokter umum, diberikan obat batuk dan obat penurun
panas, namun keadaan tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik pada mukosa faring posterior
didapatkan adanya granulasi (+) dan mukosa hiperemis (+)Dari hasil pemeriksaan fisik, status
lokalis berupa telinga hidung, gigi dan mulut, kepala dan lehert tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan status lokalis tenggorok ditemukan mukosa hiperemis dan adanya granulasi pada
mukosa faring posterior.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis sebagai faringitis akut
et causa infeksi bakteri. Untuk tatalaksana dilakukan pemeriksaan swab tenggorok sebagai
tatalaksana awal dan merupakan gold standard dalam penegakkan diagnosa.Selanjutnya dalam
tatalaksana terapi pasien diberikan Methylprednisolone 4mg/ 12 jam p.o, Cefadroxil 500mg/ 12
jam p.o, Ambroxol 30mg/ 12 jam p.o, Betadine gargle and mouthwash 3x1 cup , Vitamin C 500
mg/ 24 jam.Setelah diberikan terapi pasien dijelaskan mengenai penyakit yang diderita, pasien
diedukasi untuk untuk menghindari makanan dan minuman yang bersifat iritatif seperti makanan
pedas, makanan dan minuman terlalu panas, alkohol dan rokok, serta minum obat secara teratur.