Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya tambang. Sumber daya
tambang itu meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batubara dan lain-lain.
Dengan adanya kekayaan alam ini, memungkinkan industri pertambangan untuk
bergerak. Adanya perusahaan-perusahaan tambang ini memungkinkan dampak positif dan
dampak negatif, bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar daerah tambang.
Kekayaan alam ini seharusnya membuat masyarakat sekitar daerah tambang sejahtera.
Dari segi ekonomi, pendidikan, lingkungan, sosial dan lainnya. Namun yang terjadi justru
sebaliknya. Perusahaan tambang mengeruk kekayaan alam habis-habisan dan setelah itu
meninggalkan daerah tambang tanpa reklamasi, apalagi kesejahteraan masyarakat di
sekitar lingkar tambang. Beberapa kasus sengketa lahan bahkan sering terjadi.
Masyarakat adat Dayak misalnya yang tidak ingin tanah leluhurnya dirusak oleh mesinmesin tambang.
Makna dari Sustainable Development menurut Komisi Brundtland adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya, dalam bahasa
Inggris merumuskan berupa : if it meets the needs of the present without compromising
the ability of future generations to meet their own needs. Makna apa yang kita petik di
atas adalah pembangunan dapat juga dilihat sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
orang-orang yang masih di dunia ini untuk melanjutkan kehidupannya, namun tidak
mengurangi kemampuan daya dukung lingkungan untuk generasi yang akan datang. Kita
juga bisa merumuskan makna pembangunan berkelanjutan yang disebutkan oleh Komisi
Brundlant itu ke dalam tiga aspek tujuan, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan.
http://www.kompasiana.com/harli/benarkah-ada-tambangberkelanjutan_552ae9b6f17e616d53d623cb
http://iism.or.id/index.php/id/publikasi/5-mengenal-konsep
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertambangan berkelanjutan?
2. Bagaimana implementasi pertambangan berkelanjutan di Kalimantan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep pertambangan berkelanjutan
2. Mengetahui implementasi pertambangan berkelanjutan di Kalimantan
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

BAB II
LANDASAN TEORI
Pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sustainable
development pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 pada Konferensi Persatuan

Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm, Swedia. Pada


konferensi tersebut, dunia menyadari sepenuhnya bahwa perkembangan pesat populasi
manusia harus bertahan dalam keterbatasan sumberdaya. Tanpa ada pengelolaan yang
baik, sumberdaya seperti makanan, energi dan air dapat habis, yang pada akhirnya akan
mengarah ke krisis global. Pelaksanaan konferensi ini telah memicu pembentukan
lembaga-lembaga perlindungan lingkungan, dan yang terpenting adalah terlibatnya para
politisi, institusi pemerintah dan organisasi-organisasi internasional sebagai kekuatan di
belakang pergerakan tersebut. Selanjutnya, International Union for the Conservation of
Natural Resources (IUCN) menerbitkan Strategi Konservasi Dunia (World Conservation
Strategy/WCS) pada tahun 1980 yang merupakan cikal bakal konsep pembangunan
berkelanjutan.
Ada dua masalah yang paling umum ditanyakan dalam diskusi mengenai konsep
berkelanjutan pada sektor pertambangan.
Pertanyaan pertama adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan pada
kegiatan pertambangan yang pasti suatu saat akan berhenti karena sumberdaya yang tidak
dapat diperbaharui? Adalah hal yang sudah umum diketahui bahwa cadangan, baik
mineral dan batubara, betapapun banyaknya, suatu saat akan habis ditambang mengingat
sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Bahkan umur proyek
yang tidak lebih dari 10 tahun sering ditemui pada tambang-tambang skala menengah dan
kecil dengan volume cadangan yang sangat terbatas.
Pertanyaan kedua adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan pada kegiatan
yang sifatnya melawan ciri pembangunan berkelanjutan? Dalam prakteknya, kegiatan
pertambangan secara alami berlawanan dengan apa yang diperjuangkan oleh praktisi
pembangunan berkelanjutan: kegiatan utamanya adalah memindahkan dan mengambil
tanpa mengganti, dan aktivitasnya berdampak besar pada lingkungan setempat, belum
lagi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap masyarakat di sekitar tambang
(the guardian, 2012).
Tema berkelanjutan dalam industri pertambangan merupakan turunan dari konsep
pembangunan berkelanjutan yang secara kontemporer terus dikampanyekan di berbagai
sektor. Khusus pada bidang pertambangan, konsep berkelanjutan memiliki posisi yang
unik karena barang tambang bukanlah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Sekali

cadangan habis ditambang, maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut. Tidak peduli
betapa menguntungkan ia pada awalnya dan betapa banyak orang yang menggantungkan
hidup darinya, tambang harus tetap ditutup. Sekali berarti, sesudah itu mati.
Belajar dari pengalaman, industri pertambangan menyadari sepenuhnya bahwa masa
depan sektor ini sangat ditentukan oleh pencapaian pembangunan berkelanjutan mereka
sendiri. Oleh karena itu, setiap aktifitas pertambangan harus memenuhi harapan sosial
(social expectations) dan harus berbagi tanggung jawab dengan pemerintah dan para
pemangku kepentingan. Hal yang sangat penting adalah proses ini harus mulai dilakukan
sejak masa-masa awal kegiatan pertambangan, bahkan sejak pembangunan tambang
mulai direncanakan. Dengan cara ini, pihak perusahaan akan memenangkan izin sosial
untuk beroperasi dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai