Anda di halaman 1dari 14

Laporan Awal

Praktikum Material Teknik


PENGUJIAN KEKERASAN

Nama

: Firdaus

NPM

: 1406642990

Kelompok

:7

Laboratorium Metalurgi Fisik


Departemen Metalurgi dan Material FTUI
2014
MODUL DESTRUCTIVE TEST

PENGUJIAN KEKERASAN
I. Tujuan Praktikum
Menguasai beberapa metode pengujian yang umum
dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan suau logam
Menjelaskan makna nilai kekerasan material dalam dalam
lingkungan ilmu metalurgi dan ilmu terapan lainnya
Menjelaskan perbedaan antara pengujian
dengan metode gores , pantulan dan indentasi

kekerasan

Menjelaskan kekhususan pengujian kekerasan


metode Brinnel, Vickers, Knoop dan Rockwell

dengan

Mengaplikasikan
beberapa
formulasi
dasar
untuk
memperoleh nilai kekerasan material dengan uji Brinnel
dan Vickers

II.

Dasar Teori
Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai
ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari
material

yang

lebih

keras.

Terdapat

tiga

jenis

ukuran

kekerasan yang tergantung dari cara melakukan pengujian


yaitu:
1. Metode Gesek (Scratch Hardness)
Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs.
Metode ini merupakan perhatian utama dari para ahli
mineral. Dengan mengukur kekerasan, berbagai mineral
dan bahan-bahan lain, disusun berdasarkan kemampuan
gesekan yang satu terhadap yang lain. Mohs membagi
kekerasan material di dunia berdasarkan skala (dikenal
sebagai skala Mohs). Skala bervariasi dari nilai 1 sampai
10. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di
dunia diwakili oleh:

a. Talc

f. Orthoclase

b. Gipsum

g. Quartz

c. Calcite

h. Topaz

d. Fluorite

i. Corundum

e. Apatite

j. Diamond (intan)

Prinsip pengujian :
Bila suatu material mampu digores oleh
Orthoclase tetapi tidak mampu digores oleh apatite
maka kekerasan mineral berada pada apatite dengan
orthoclase.

Kelemahan

metode

ini

adalah

ketidak

akuratan nilai kekerasan suatu material.


2. Metode Elastik /Pantul (Dynamic Hardness)
Metode ini menggunakan alat Shore
Scleoroscope yang gunanya untuk mengukur tinggi
pantulan

suatu

pemukul

(hammer)

dengan

berat

tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap


permukaan benda uji. Tinggi pantulan yang dihasilkan
mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan
tersebut yang ditunjukkan oleh dial pada alat pngukur
maka kekerasan benda uji dinilai semakin besar.
3. Metode

Lekukan

Indentasi

(Indentation

Hardness)
Pengujian ini dilakukan dengan penekanan
benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan
waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan material
ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang
dihasilkan

(tergantung

jenis

pengujian). Metode ini antara lain:


a. Metode Brinell

indentor

dan

jenis

Diperkenalkan pertama kali oleh J.A Brinell.


Pengujian kekerasan berupa pembentukan lekukan
pada logam dengan memakai bola baja berdiameter
10mm dan diberi beban 3000kg. Untuk logam lunak,
beban

dikurangi

hingga

tinggal

500kg,

untuk

menghindari jejak yang dalam. Untuk bahan yang


keras, digunakan paduan karbida tungsten sebagai
pemerkecil terjadina distorsi indentor.
Angka kekerasan Brinell dinyatakan sebagai beban P
dibagi luas permukaan lekukan. Rumus untuk angka
kekerasan tersebut adalah

BHP =

(1)
dimana,

P = beban yang diterapkan (Kg)


D = diameter bola (mm)
d = diameter lekukan (mm)
t = kedalaman jejak (mm)

Satuan dari BHN adalah kg/mm2. Akan tetapi,


BHN tidak memenuhi hukum fisika, karena pada
persamaan (1) tidak melibatkan tekanan rata-rata
pada permukaan lekukan.
Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa d = D sin
. Dengan memasukan harga ini ke persamaan (1),
akan dihasilkan bentuk persamaan kekerasan Brineel
yang lain, yaitu

BHP =

(2)

Untuk mendapatkan BHN yang sama dengan


beban atau diameter bola

yang tidak standar,

diperlukan keserupaan lekukan secara geometris.


Keserupaan geometris akan diperoleh, sejauh besar
sudut

tidak

berubah.

Pada

persamaan

(2)

menunjukkan bahwa agar dan BHN tetap konstan.


Geometri

uji

Brinell

adalah

aksi

simetrik

sebagai lawan terhadap regangan bidang. Shaw dan


DelSalvo memperlihatkan bahwa daerah plastik di
bawah penumbuk tumpul, berlainan dengan slip,
tetapi sangt mirip dengan daerah batas elastisplastis berupa garis-garis tegangan gesre maksimun
konstan di bawah bola yang menekan pelat dasar
b. Metode Meyer
Kekerasan Meyer berdasarkan luas proyeksi
jejak bukan luas permukaannya. Tekanan rata-rata
antara luas penumbuk (identer) dan lekukan adalah
sama dengan beban dibagi luas proyeksi lekukan.

=
Meyer

mengemukakan

bahwa

tekanan

dapat diambil sebagai ukuran kekerasan.

rata-rata

Kekerasan Meyer =
Kekerasan Meyer memiliki satauan sama seperti
satuan kekerasan Brinell yaitu kg/mm.
Hukum Meyer

P=k
dimana, P = beban yang diterapkan (kg)
D = diameter lekukan (mm)
n = konstanta bahan yang ada kaitannya
dengan
pengerasan regangan.
K = konstanta bahan yang menyatakan
ketahanan

terhadap

penembusan

(penetration)
c. Metode Vickers
Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk
piramida

intan

yang

dasarnya

berbentuk

bujur

sangkar. Besar sudut antara permukaan-permukaan


piramida

yang

saling

berhadapan

adalah

Pengujian Vickers juga disebut sebagai uji kekerasan


piramida intan. Angaka kekerasan intan didefinisikan
sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan.

DHP =

dimana, P = beban yang diterapkan (kg)


L = panjang diagonal rata-rata (mm)

= sudut antara permukaan intan yang berlawanan

Tipe-tipe lekukan piramida intan


Keterangan : gambar a merupakan lekukan bantal jarum, b
lekukan yang sempurna, c lekukan yang bentuk tong karena
penimbunan ke atas

Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk


piramida dengan sudut 136 derajat. Prinsip pengujian
adalah sama dengan metode Brinnel, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang
diagonal ukur dengan skala pada mikroskop pengukur
jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh :
VHN = 1.854 P / d2
Dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak
berbentuk bujur sangkar

Penggunaan intan berbentuk piramida pada metode


ini sangat menguntungkan karena dapat digunakan untuk
memeriksa

bahan-bahan

dengan

kekerasan

tinggi

disamping itu, bentuk dan geometri jejak yang dihasilkan


tidak banyak terpengaruh oleh besarnya beban yang
diberikan sehingga besarnya beban tidak perlu dikontrol
terlalu ketat seperti halnya pada metode Brinnel. Selain
pada skala makro, metode Vickers dapat digunakan pada
skala mikro, dengan pembesaran sangat rendah, yaitu 11000 gram.
d. Metode Rockwell

Uji kekerasan Rockwell sering digunakan karena


cepat,

bebas

dari

kesalahan

manusia,

mampu

membedakan kekerasan paling kecil pada baja yang


diperkeras. U ji ini berbeda dengan uji Brinell dan Vickers
karena pada uji ini tidak menilai kekerasan suatu bahan
dari

diagonal

jejak

yang

dihasilkan

tetapi

dengan

pembacaan langsung (direct reading). Di bawah ini adalah


contoh uji keras Rockweel yang diterapkan pada beban
kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan benda uji :

Gambar 3. contoh uji kekerasan dengan uji Rockwell

e. Metode knoop
Merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji
kekerasan dengan benda ujiyang kecil. Nilai kekerasan Knoop
adalah

pembesaran

dibagi

dengan

luas

penampangyang

terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm0.1 mm dan beban yang digunakan sebesar 5g-5kg. permukaan
benda uji harus benar-benar halus
KHN = 14.2 / l2

Berikut adalah tabel uji kekerasan berdasarkan metodemetode diatas

III.Metodologi Penelitian
1. Alat dan bahan :

a. Hoytom

macrohardness

tester

(metode

Brinnel,

Vickers dan Rockwell)


b. Buehler Micromet 2100 series microhardness tester
(metode Vickers)
c. Micrometer
d. Measuring microscope
e. Sampel uji silinder pejal dan uji tarik ( besi tuang,
baja, tembaga dan aluminium)
2. Prosedur Percobaan :
2.1 Pengujian kekerasan makro
2.1.a. Metode Brinnel dan Vickers (sampel silinder Pejal)
1. Menyiapkan sampel uji kekerasan berbentuk silinder
dengan cara melakukan pengamplasan dan pemolesan
yang memadai, diindikasikan dengan permukaan benda
uji yang cukup mengkilat.
2. memastikan bahwa peralatan uji telah diset up
dengan baik. Memasang indentor denga seksama
3. memilih beban yang sesuai
4. memutar poros tempat dudukan benda uji searah
jarum

jam

hingga

indentor

menyentuh

benda

uji.

Menjaga agar indentor tidak menghujam benda uji


5. memutar terus poros dudukan sampel hingga jarum
merah kecil pada lingkaran dalam menyentuh batas
merah setelah benda uji bersentuhan dengan indentor
6. memutar tuas beban ke arah belakang lalu lepaskan
tuas tersebut hingga berputar perlahan-lahan
7. melepas kontak indentor dengan benda uji, yaitu
dengan memutar poros dudukan berlawanan arah jarum
jam.
8. melakukan tahapoperasional di atas untuk benda uji
lain

9.

mengukur

diameter

jejak

indentasi

dengan

menggunakan mikroskop pengukur jejak. Mencatat hasil


pengukuran
10. menghitung nilai kekerasan
2.1.b. Metode Brinnel (sampel uji tarik)
1. mengamplas bagian grip sampel uji tarik
2. menempatkan sampel dalam pemegang khusus (anvil)
dalam posisi horizontal
3. memilih indentor dan beban yang sesuai
4. Melakukan pengujian Brinnel pada beberapa lokasi minimal
3 titik
5. mengukuir diameter jejak yang dihasilkan. Menghitung
nilai kekerasan dan membandingkan dengan nilai yang
diperoleh

dari

sampel

uji

silinder

pejal.

Menggunakan

keduanya untuk mengestimasi nilai kekuatan tarik logam


6. mengulangi operasional diatas untuk benda uji lain
2.1.c. Metode Eockwell
1. mempersiapkan benda uji
2. Memasang indentor yang sesuai
3. Memasang beban yang sesuai, lihat buku mannual alat
4. memutar ring dari dial pembaca sehingga jarum panjang
berwarna

hitam

menunjuk

angka

nol

pada

skala.

Menyesuaikan skala tersebut dengan metode Rockwwell tang


dipilih
5. melakukan preload dengan memutar poros dudukan benda
uji searah jarum jamhinggga jarum kecil pada dial pembaca
menyentuh batas merah
6. Melakukan pembebanan dengan memutar tuas beban
kebelakang dengan hati-hati. Membiarkan tuas bergerak
dengan halus selama beberapa waktu , sekitar 10-15 sekon
7. Mengembalikan tuas beban ke posisi semula
8. Membaca nilai kekerasan material pada dial

9. Melepaskan benda uji


Mengulangi pengujian untuk lokasi dan material lain.
2.1.d. Pengujian kekerasan Makro
1.

Menyiapkan

metalografi.
memperoleh

benda

uji

Menggunakan
fasa

penting

dengan
zat

etsa

dalam

tahapan-tahapan
nital

material

uji

untuk

tersebut.

Mengkonsultasikan dengan teknisi lab bila menemui masalah


2. menempatkan benda uji pada dudukan dengan permukaan
yang akan diuji tegak lurus terhadap indentor intan
3. Menyalakan instrumen Micromet.
4. memutar turet indentor lensa obyektif hingga diperoleh
perbesaran 40 x
5. Mengatur fokus struktur mikro benda uji dengan memeutar
handle pengangkat di bagian samping alat uji. Mendapatkan
tingkat

pencahayaan

yang

sesuai

dengan

mengontrol

iluminasi dibagian samping


6. menentukan lokasi (fasa) yang akan diuji
7. memilih beban yang sesuai dengan memutar dial beban
8. mengatur waktu indentasi . bila diperlukan menggunakan
acuan standar ASTM
9. Memutar turet indentor lensa obyaktif hingga diperoleh
possisi indentor
10. melaukan indentasi dengan menekan tombol start
11. menunggu agar lampu indikasi loading benar-benar
berhenti menyala.
12. memutar turet ke posisi lensa obyektif kembali (40)x dan
mulai mengukur lebar jejak. Pengukuran dilakukan denga
memutar left fillr adjusment knob sehingga bagian garis kiri
terdalam menyentuh ujung kiri terluar dari jejak
13. memutar right fillar adjusment knob sehingga bagian
kanan terdalam dari right fillar line brimpit dengan bagian kiri

terdalam left fillar line. Memperhatikan skala nol pada right


micrometer yang terletak pada fillar adjusment knob
14. memutar right fillar adjusment knob sehingga garis kanan
akhirnya mencapai ujung kanan terluar dari jejak. Inilah jarak
diagonal dari jejak pada benda uji.
15. mengulangi langkah pengukuran untuk jarak diagonal
lainnya dengan memutar kedua adjusment knob dalam posisi
vertikal
16. menghitung nilai kekerasan fasa
17. mengulangi pengujian untuk lokasi dan fasa lain

Daftar Pustaka
Diktat Mata Kuliah Metalograf. 2007. Depok: Departemen
Metalurgi dan
Material FTUI.
George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, terj. Sriati Djaprie
Lawrence H. Van Vlack, Ilmu dan Teknologi Bahan, terj. Sriati
Djaprie,
Erlangga 1989
Krauss, George. 1990. Steels : Heat Treatment and Processing
Principles. New
York : ASM international.
Modul Praktikum Metalograf. 2007. Depok : Laboratorium
Metalografi dan
Perlakuan Permukaan & Panas Departemen Metalurgi dan
Material FTUI
Voort, VD. 1984. Metallography : Principles and Practice. New
York :
McGraw-Hill Book Co.

Anda mungkin juga menyukai