Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN TEORITIS
2.1

Hakikat Keterampilan Berbicara

2.1.l

Pengertian Berbicara
Menusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja
sama dengan manusia lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara
lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu
informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau pikiran dengan suatu
tujuan.
Anda sudah tidak asing lagi mendengar atau membaca istilah
Berbicara dan bahkan Anda saat melakukan bicara. Nina dikatakan
berbicara

ketika

ia

mengucapkan

salam

kepada

ibunya

Assalamualaikum. Ibu Rita dikatakan berbicara ketika membicarakan


kenaikan harga barang. Ketua RT dikatakan berbicara mengajak
warganya unutk kerja bakti membersihkan halaman mesjid.
Lalu, apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Anton M. Moeliono, dkk, 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah
berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan,
tulisan dan sebagainya atau berunding.
Guntur Tarigan (1983:15) berpendapat bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata unutk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut

sebagai suatu alat umutk mengkomunikasikan gagasan yang disusun dan


dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan
perasaan seseorang dalam bentuk bunyi bunyi bahasa. Kemampuan
berbicara

adalah

kemampuan

mengucapkan

kata

kata

untuk

mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan. Pendengar menerima


pesan atau informasi melalui rangkaian nada, takanan dan penempatan
persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu
dapat di bantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.
Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus
dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang guru menuntut siswanya dapat
berbicara dengan baik, maka guru harus memberi contoh berbicara yang
baik. Hal ini menunjukkan bahwa disamping menguasai teori berbicara
juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus
dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan.

2.1.2

Peranan Berbicara
Telah anda ketahui bahwa berbicara dan menyimak atau
mendengarkan merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Melalui berbicara seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain.
Begitu juga melalui menyimak atau mendengarkan seseorang menerima
informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan
mendengarkan atau menyimak. Kedua kegiatan tersebut tidak dapat

dipisahkan

dan

fungsional

bagi

komunikasi,

baik

komunikasi

antarindividu, kelompok maupun sosial. Seseorang yang memiliki


keterampilan berbicara yang baik biasanya menjadi penyimak yang baik.
Begitu pula sebaliknya, seorang penyimak yang baik akan menjadi
pembicara yang bail pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar
penyimaknya dengan mudah dapat menangkap isi pembicaraannya.
Berbicara dan menyimak atau mendengarkan merupakan kegiatan
komukasi dua arah. Keefektifan berbicara tidak hanya ditentukan oleh
pembicaranya saja, tetapi juga oleh penyimaknya. Jadi keterampilan
tersebut saling menunjang.
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis.
Kegiatan berbicara mempunyai kesamaan dengan kegiatan menulis, yaitu
seseorang berusaha menyampaikan pesan atau ide dengan bahasa yang
baik dan benar serta uraian yang sistematis agar mudah dipahami oleh
pendengar atau pembacanya. Dari uraian di tatas dapat disimpulkan peran
berbicara sebagai berikut :
1. Sarana Komunikasi lisan.
2. Menunjang keterampilan menyimak, membaca dan menulis.
3. Mengekspresikan pengetahuan secara lisan.
4. Menunjang keterampilan profesional.

2.1.3

Kriteria Berbicara
Suksesnya

sebuah

pembicaraan

sangat

tergantung

kepada

pembicara dan pendengar. Adapun hal hal hal yang diperhatik an dalam
berbicara

( Arsyad dan Mukti, 1998:26 ) :

1. Menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan masalah ini akan


menimbulkan keyakinan kepada diri siswa, sehingga akan tumbuh
keberanian. Keberanian ini merupakan modal pokok bagi siswa.
2. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat. Bunyi bunyi bahasa
harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan
pilihan kata katapun harus tepat. Janganlah berbicara terlalu cepat
dan hal hal penting di beri tekanan

sehingga pendengar dapat

dengan mudah menangkapnya.


3. Pandangan mata dan gerak gerik hendaknya terjadi kontak batin.
Pandangan mata yang menyeluruh akan menyebabkan pendengar
merasa diperhatikan, dengan gerak gerik atau mimik yang sesuai.
4. Pembicara

sopan,

hormat,

memperlihatkan

rasa

persaudaraan.

Siapapun pendengarnya dan bagaimanapun tingkat pendidikannya,


pembicara harus menghargainya.
5. Kenyaringan sura. Suara hendaknya dapat di dengar oleh semua
pemdengar dalam ruangan itu.
6. Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan
pembicaraan sepenuhnya.

2.2

Hakikat Diskusi

2.2.1

Pengertian Diskusi
Diskusi atau bertukar pikiran adalah salah satu kegiatan berbicara
yang banyak ditemukan dikalangan masyarakat. Diskusi berasal dari
bahasa latin discutio atau discsium yang berarti bertukar pikran. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994;238), diskusi artinya pertemuan
ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah; berdiskusi artinya
mengadakan diskusi, bertukar pikiran. Diskusi ( Tarigan dalam Kisyani
2003:22) yaitu suatu cara untuk memecahkan masalah dengan proses
berpikir. Diskusi juga dapat berarti pembicaraan antara dua atau lebih
orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan
atau keputusan bersama mengenai suatu masalah (Anton M. Moeliono,
dkk., 1988:209).
Nio (1681:4) mengatakan diskusi ialah proses penglibatan dua atau
lebih individu yang berinteraksi sevara verbal dan tatap muka, melalui
tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk
memecahkan masalah. Menurut Brithan (1973:2) bahwa diskusi adalah
pembicaraan antara dua orang atau beberapa orang dengan tujuan umtuk
mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan atau keputusan bersama
mengenai suatu masalah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah
bertukar pikiran antara dua orang atau lebih dalam mempermasalahkan
suatu masalah yang kemudian diambil kesimpulan.

Suatu diskusi akan berhasil baik apabila memenuhi beberapa


kriteria sebagai berikut :
1. Peserta dapat menerima tujuan diskusi.
2. Peserta memahami permasalahan yang akan didiskusikan.
3. Peserta memiliki rasa tanggung jawab untuk kelancaran diskusi dan
memiliki sikap tenggang rasa serta saling menghormati.
4. Pemimpin diskusi menjamin kebebasan para peserta diskusi untuk
mengeluarkan pendapat (Kisyani, 2003:23).

2.2.2

Butir butir Penilaian dalam Diskusi


Setiap kegiatan berdiskusi yang dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar di sekolah perlu adanya evaluasi. Penilaian berdiskusi
sebaiknya dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Dalam
penilaian bahasa diskusi mencakup sejumlah butir butir yaitu :
1. Pelafalan yang jelas.
2. Intonasi yang tepat.
3. Struktur kata dan kalimat yang baik.
4. Mimik dalam berbicara.
5. Keaktifan berdiskusi
Dengan butir butir penilaian di atas maka dengan mudah
mengetahui apakah para siswa telah lancar berbicara dalam diskusi.

2.3

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya
maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah Dengan menggunakan
diskusi, maka keterampilan berbicara siswa di kelas VI SDN 1 Bulota
akan meningkat.

2.4

Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 75 % dari
jumlah siswa sudah menunjukkan keterampilan berbicara dengan baik.
Untuk mencapai hasil ini maka dilakukan perlakuan PTK melalui siklus.
Proses Kegiatan menurut siklus secara operasional yakni :
1. Melakukan pengamatan pada saat siswa berdiskusi.
2. Menilai diskusi siswa dengan berdasarkan butir penilaian yakni (1)
Pelafalan yang jelas; (2) Intonasi yang tepat; (3) Struktur kata dan
kalimat yamg baik; (4) Mimik dalam berbicara; (5) Keaktifan
berdiskusi.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Seting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.1.1

Seting Penelitian
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 1 Bulota adalah salah satu sekolah
yang terletak di Kelurahan Bulota Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1984 dan di rehab
pada tahun 2007 dengan memiliki 6 kelas, dewan guru, serta ruang
perpustakaan. Bangunan lainnya seperti kamar mwndi, wc.
Halaman sekolah yang luas yang rutin setiap pagi digunakan
untuk pelaksaan apel, olahraga serta upacara bendera setiap hari
senin.
b. Keadaan Guru
Sekolah Dasar Negeri 1 Bulota memiliki 11 guru yang
terdiri dari 7 guru PNS dan 4 guru GTT. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Data guru SDN 1 Bulota :
NO.
1.

NAMA
Saira Bisango Spd

JABATAN
Kepala Sekolah

2.

Fredi Malabali Spd

Wkl Kepala Sekolah / Guru kelas V

3.

Ismet Tuhala Spd

Guru kelas VI

4.

Ismail

Guru kelas IV

5.

Kisman Nasaru

Guru kelas III

6.

Marta Ali

Guru Agama / Guru kelas II

7.

Riko Botutihe

Guru kelas I

8.

Yanti Arifin

GTT

9.

Sriyuningsi Djafar

GTT

10.

Nurmalina Halid

GTT

11.

Awin Tamuu

GTT

c. Keadaan Murid
Tabel 2. Data murid SDN 1 Bulota :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3.1.2

Kelas
I
II
III
IV
VI
VI
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
14
15
11
20
24
10
13
14
18
4
7
14
87
77

Jumlah
29
31
34
27
22
21
164

Karakteristik Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Bulota
kecamatan Limboto kabupaten Gorontalo yang berjumlah 21
siswa. Terdiri dari 7 laki-laki dan 14 perempuan.

3.2

Tehnik Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi dilakukan pada saat siswa melakukan diskusi.
b. Penugasan

Memberi penugasan kepada siswa untuk berdiskusi sesuai


dengan topik diskusi yang di bicarakan.

3.3

Tehnik Analisis Data


Analisis dalam penelitian diperoleh melalui observasi,
penugasan dan data primer akan di jelaskan secara deskriptif.

3.4

Prosedur Penelitian

3.4.1

Tahap Persiapan
a. Melapor dan minta izin kepada Kepala Sekolah SDN 1
Bulota kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.
b. Mengadakan kerja sama dengan guru guru SDN 1 Bulota
Kecamatan Limboto terutama wali kelas VI.
c. Menyiapkan

lembar

observasi

tentang

keterampilan

berbicara siswa melalui diskusi berdasarkan butir butir


penilaian.
d. Menyiapkan pembelajaran untuk setiap tindakan yakni
berupa wacana diskusi yang akan didiskusikan siswa.

3.4.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan


Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) terdiri atas dua
siklus yaitu siklus I ( pertama ) dan siklus II ( dua ).

Siklus pertama kegiatan yang dilaksanakan adalah meneliti


keterampilan berbicara siswa melalui diskusi dengan

tema

Pemberantasan Polio . Hal ini sangat diharapkan dapat


meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam berdiskusi.
Sedangkan pada siklus dua, kegiatan meneliti diskusi siswa dengan
tema Gotong Royong . Berdasarkan butir butir penilaian, guru
dapat

meningkatkan

keterampilan

berbicara

siswa

dalam

berdiskusi.

3.4.3

Tahap Pemantauan dan Evaluasi


Tahap pemantauan dan evaluasi selalu berbarengan dengan
butir butir penilaian sebagai bahan pemantauan dan evaluasi bagi
siswa dengan selalu memperhatikan (1) Pelafalan jelas, (2) Intonasi
yang tepat, (3) Struktur kata dan kalimat yang baik, (4) Mimik
dalam berbicara, (5) Keaktivan dalam berdiskusi.

3.4.4

Tahap Analisis dan Refleksi


Pada

tahap

ini,

kegiatan

yang

dilakukan

adalah

menganalisis hasil yang diperoleh melalui observasi serta hasilnya


digunakan untuk merefleksi apakah murid mampu berbicara dalam
diskusi dengan

baik atau belum. Dan untuk penilaian,

menggunakan tiga instrumen yaitu Baik (B), Kurang Baik (KB)


dan Tidak Baik (TB).

Anda mungkin juga menyukai