Anda di halaman 1dari 7

Biografi Abdul Malik Bin Marwan

Abdul Malik bin Marwan, bernama lengkap Abdul Malik bin Marwan bin
Hakam bin Abul Aas bin Umayya bun Abd Shams bi Abdi Manaf bin Qussai
bin Kilab, adalah seorang khalifah pertama yang mencentak uang dinar
dalam Islam.[1] Dia lahir pada bulan Ramadhan tahun 23 H dan meninggal
tahun 86 H atau 685-705 Masehi.[1][2][3] Abdul Malik diangkat sebagai khalifah
oleh kaum muslim setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair.[1] Sebelum
menjabat sebagai khalifah, dia adalah seorang yang ahli ibadah dan zuhud.[1]
Muawiyah pernah menugaskannya untuk mengurus Madinah pada waktu
Abdul Malik bin Marwan masih berusia 16 tahun.
Meskipun selama menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan banyak
mengalami kemajuan, namun di sisi yang lain juga banyak mengalami
perlawanan dari para musuhnya dan setelah meninggal, kekhalifahannya
diganti oleh anaknya yang bernama Al-Walid.[4
Sifat Abdul Malik dan upaya perbaikan yang diadakan:
Dia adalah orang yang pertama kali menyadur pembukuan dari bahasa
Romawi dan Persia ke dalam bahasa Arab. Pembukuan/ pengarsipan yang
ada di Syam adalah dengan bahasa Romawi (Yunani), sedangkan Iraq
menggunakan bahasa Persia. Keduanya dialihbahasakan ke dalam bahasa
Arab pada masa pemerintahan Abdul Malik. Orang yang menerjemahkan
dari bahasa Romawi ke bahasa Arab adalah Abu Tsabit Al-Khanasi,
sedangkan yang menerjemahkan dari bahasa Persia ke bahasa Arab adalah
Shalih bin Abdurrahman, sekretaris Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi.
Apa yang diperbuat oleh Abdul Malik ini memberatkan orang-orang
Persia sampai-sampai mereka memberikan kepada Shalih uang sejumlah
1000 dirham dengan syarat ia tidak melanjutkan tugas itu. Tetapi dia tidak
memperdulikannya. Sebagian pembesar Persia mengatakan kepadanya:
Semoga Allah memutuskan keturunanmu di dunia sebagaimana engkau
memutuskan Persia.
`Abdul Malik adalah seorang yang dikenal dengan kokoh pendirian dan
kemauannya. Dia seorang yang pemberani, tidak mudah gamang dalam
menghadapi banyak peristiwa walaupun besar. Kejadian yang ada pada
masanya sangat keras dan mencekam. Perpecahan dan perselisihan
senantiasa mengancam kerajaan dengan ancaman yang sangat berbahaya.
Akan tetapi dia selalu menangani urusannya dengan penuh hikmah dan akal
yang cemerlang sehingga keadaan menjadi tenang dan langit menjadi cerah.
Kerajaan pun menjadi satu dan persatuan terwujud. Seluruh pelosok negeri
Islam di bawah satu bendera dan satu penguasa.

Keadaan ini menyerupai keadaan yang terjadi pada tahun persatuan


(masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan). Jadilah Abdul Malik
rahimahullah pendiri kedua Daulah Umawiyyah.
Jasa jasa Abdul Malik Bin Marwan
Keberhasilan Abdul Malik bin Marwan mempertahankan keutuhan
wilayah kekuasaan dinasti bani Umayyah, membawa dampak positif bagi
kemajuan dinasti ini. Sebab kendala atau hambatan terpenting didalam
usaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaannya, telah dapat
diatasi dengan baik. Dengan demikian, mudah baginya untuk mengeluarkan
kebijakan politik untuk membangun negeri.
Selama masa pemerintahannya, khalifah Abdul Malik bin Marwan melakukan
beberapa upaya pembaharuan untuk memperlancar administrasi
pemerintahan. Diantara jasa dan pembaharuan yang dilakukan adalah :
1. Menjadikan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara
Kebijakan ini dikeluarkan karena bahasa yang dipakai untuk kegiatan
administrasi pemerintahan di daerah taklukan pada masa-masa sebelumnya,
bukan bahasa arab. Seperti diketahui bahwa pada masa nabi dan para
sahabat dan masa-masa awal dinasti bani Ummayyah seluruh dokumen yang
berkaitan dengan perikehidupan dicatat dalam bahasa Arab.
Setelah bangsa Persia, Syiria dan Mesir bergabung dalam kekuasaan
pemerintahan Islam, Khalifah Umar bin Al-Khatab mempertahankan
dokumen yang berkaitan dengan negeri tersebut tetap dicatat dalam bahasa
mereka masing-masing. Akibatnya, departemen keaungan negeri-negeri
tersebut dikuasai oleh pribumi non muslim yang memahami bahasa mereka.
Ketika Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia menghapuskan bahasa mereka
dan menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan,
kebijakan ini pertama kali diterapkan bahasa resmi pemerintahan. Kebijakan
ini pertama kali diterapkan di Syiria dan Irak, kemudian Mesir dan Persia.
Hal sepadan juga menyebutkan bahwa, ketika bahasa Arab menjadi
bahasa percakapan orang-orang non-Arab, bahasa Arab mendapat masukanmasukan kata baru. Kata-kata baru ini diambil dari kata-kata wilayah yang
ditaklukkan. Sebagai contoh, kata kubah dan menara. Kedua kata
tersebut masuk kedalam kosakata bahasa Arab ketika orang-orang Arab
melihat bangunan-bangunan itu. Hal yang lebih menarik lagi bahasa Arab
sendiri ternyata memiliki kelenturan menerima kosakata kata baru. Dengan
demikian bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata dan istilah.
2. Mengganti Mata Uang
Kebijakan lain yang dikelurkan abdul Malik bin Marwan adalah
penggantian mata uang. Ia mengeluarkan mata uang logam Arab.
Sebelumnya, pada masa Nabi Muhammad saw., dan Khalifah Abu bakar mata
uang yang dipakai sebagai alat tukar atau alat bayar adalah mata uang
romawi dan persia. Mata uang ini pada masa pemerintahan sesudahnya,
khususnya pada masa Khalifah Umar bin Khattab telah banyak yang rusak.

Inilah salah satu sebab mengapa Abdul Malik bin Marwan melakukan
pembaharuan dalam bidang mata uang. Ia mengeluarkan jenis mata uang
baru yang bisa dibilang sebagai mata uang resmi pemerintahan Islam. Mata
uang ini terbuat dari emar (Dinar), perak (Dirham) dan Perunggu (Fals atau
fuls). Yaitu, mata uang yang satu sisinya bertuliskan kalimat Laailaha
Illallah dan sisi lainnya tertulis nama khalifah. Mata uang Islam yang baru
ini menghilangkan symbolis Kristen dan Zoroaster.
Untuk kepentingan itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan pabrik
percetakan uang di Damaskus.
3. Pembaharuan Ragam Tulisan Bahasa Arab
Kebijakan Abdul malik bin Marwan lainya adalah pembaharuan dalam
ragam tulisan bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena berdasarkan
penilaiannya terdapat dua kelemahan didalam bahasa Arab. Pertama,
bahasa arab hanya mengandung huruf konsonan (huruf mati), yang dapat
diucapkan dalam beberapa bunyi Vokal. Kenyataannya ini menyulitkan bagi
masyarakat muslim yang bukan berasal dari bahasa Arab didalam
memahami dan mengucapakan bahasa Arab. Kedua, adalah beberapa huruf
arab mempunyai kesamaan bentuk, seperti antara huruf ( dan ( dan
lainya.
Hajjaj bin Yusuf salah seorang gubernur Abdul malik yang mahir di
dalam seni menulis arab, memperkenalkan tanda vokal dan menerapkan
tanda-tanda titik untuk membedakan beberapa huruf yang sama bentuknya.
Pembaharuan yang dilakukan khalifah Abdul Malik dan Gubernur Hajjaj bin
Yusuf ini menjadikan bahasa Arab lebih sempurna dan sekaligus
mengihlangkan kesulitan bagi pembaca luas dikalangan non Arab.
4. Pembaharuan Dalam Bidang Keuangan
Hingga pada masa pemerintahan Abdul Malik, umat Islam hanya
berkewajibkan membayar zakat dan bebas dari kharaj dan jizyah. Hal ini
mendorong orang non-muslim memeluk agama Islam. Dengan cara ini,
mereka terbebas dari pembayaran Kharaj dan jizyah. Setelah itu, mereka
meninggalkan tanah pertaniannya guna mencari nafkah di kota-kota besar
sebagai tentara.
Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi perekonomian negara.
Karena pada satu sisi perpindahan agama mengakibatkan berkurangnya
sumber pendapatan negara dari sektor pajak. Pada sisi lain, bertambahnya
militer Islam dari kelompok Mawali memerlukan dana subsidi yang makin
besar.
Untuk mengatasi permasalahan ini, khalifah Abdul Malik mengembalikan
beberapa militer Islam kepada profesinya semula, yakni sebagai petani dan
menetapkan kepadanya untuk membayar sejumlah kewajiban mereka
sebelum mereka masuk Islam, yakni sebesar beban Kharraj dan Jizyah.
Keputusan khalifah Abdul Malik ini tentu saja ditentang keras oleh
kelompok Mawali. Karena ketidakpuasan ini, pada akhirnya mereka
menyokong gerakan propoganda Abbasiyah untuk menggulingkan

kekuasaan dinasti Umayyah.


5. Pengembangan Sistem Pos
Ketika Abdul Malik berkuasa, ia berusaha mengembangkan sistem pos
yang telah dibangun pada masa Muayyah bin Abu Sufyan. Sistem pos ini
menghubungkan kota-kota propinsi dengan pemerintahan pusat. Para
petugas pos mengendarai kuda dalam menjalankan tugasnya, khususnya
tugas menyampaikan informasi penting dari pemerintahan pusat ke
pemerintahan propinsi.
Selain itu Khalifah juga mendirikan beberapa kota baru, diantara kota
terpenting adalah Al-Wasith di antara rendah Irak. Pendidrian kota ini
dimaksudkan untuk mengendalikan kemungkinan timbulnya gerakan
pengacau di wilayah Irak.
6. Membentuk Mahkamah Agung
Kebijakan lain yang menjadi jasa penting dari peninggalan
pemerintahan Khalifah Abdul Malik adalah mendirikan lembaga mahkamah
Agung. Lembaga ini didirikan untuk mengadili para pejabat tinggi negara
yang melakukan penyelewengan atau tindakan yang merugikan bangsa dan
negara atau bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat.
7. Mendirikan Bangunan-Bangunan Penting
Keberhasilan lain yang menjadi jasa dari peninggalan Khalifah Abdul
Malik adalah menjadikan bangunan-bangunan penting yang sangat
dibutuhkan didalam memperlancar roda pemerintahan dan kekuasaan
militter bani Umayyah.
Pada masanya, telah dibangun pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal
perang di Tunisia. Membangun Kubah baru (Qubbah Al-Sakhra) di
Yerussalem. Yang hingga kini masi terpelihara dengan baik dan masih utuh.
Demikian jasa dan peningggalan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang
berkuasa selama lebih kurang 20 tahun (66-86 H/685-705M). Jasa dan
peninggalan ini kini masih dapat disaksikan sebagai bagian dari masa
kejayaan Khalifah abdul Malik bin Marwan, di antaranya adalah : penggunaan
bahasa Arab secara menyeluruh di wilayah zajirah Arabiyah dan beberapa
negara di Afrika Utara.
Tanpa jasa dan usahanya ini, mungkin bahasa Arab hanya sebagai
bahasa komunikasi diantara bangsa Arab. Tetapi untuk bangsa non Arab,
mereka tidak mampu membaca dan mempelajari bahasa Arab. Karena
terdapat banyak kesamaan huruf yang ada dalam bahasa Arab. Berkat jasa
dan bantuan gubernur Hajjaj bin Yusuf Al-Saqafy, bahasa Arab lebih mudah
dipahami. Sehingga memudahkan bagi pengguna bahasa yangg berasal dari
masyarakat non Arab.
8. Kerajinan
Kerajinan pada masa Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz atau
semacam bordiran yakni cap resmi yang di cetak pada pakaian khalifah dan
para pembesar pemerintahan.
9. Membangun Sarana dan Prasarana

Abdul Malik juga mendirikan bangunan seperti pabrik senjata dan


kapal perang di Tunisia. Ia juga membangun Masjid Umar atau Qubbatush
Shakra di Yerusalem dan memperluas Masjidil Haram di Makkah.
Pembebasan wilayah
Perluasan wilayah (ekspansi) politik Islam diluar semenanjung Arabia
yang terhenti dimasa khalifah Ali, kini diteruskan oleh dinasti bani umayyah,
terutama dimasa khalifah Abdul Malik bin Marwan dan al-Walid bin Abdul
Malik. Ekspansi pada masa ini terbagi kepada dua arah, ke barat yang
meliputi wilayah Afrika Utara, Spanyol dan Perancis. Dan ke timur yang
meliputi wilayah Asia Tengah dan India.
Pembebasan wilayah barat telah dimulai sejak masa pemerintahan
Muawiyah. Ia mengutus Uqbah bin Nafi untuk menaklukkan daerah-daerah
Afrika utara yang telah lama dikuasai romawi. Ia berhasil mengusai tunisia,
dan di tahun 670 M. Ia menjadikan kota Qairuwan sebagai ibu kota dan pusat
kebudayaan Islam.
Namun, wilayah itu kemudian kembali dikuasai bangsa barbar, baru
pada masa Abdul Malik bin Marwan berhasil dikuasai kembali berkat pasukan
yang dipimpin Hasan bin Numan. Setelah Hasan meninggal pada 708 M,
jabatan gubernur digantikan oleh panglima Musa bin Nusair. Ia meluaskan
kekuasaannya dengan menaklukkan Aljazair, Maroko, sampai ke pantai
samudra Atlantik. Ekspedesinya juga berhasil merebut pulau Majorka,
Minorka, dan Ivoka
Pembebasan wilayah di zaman Umaiyah mencakup tiga front penting
yaitu :
Pertama, front melawanbangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran
utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulaupulau di Laut Tengah. Kedua, front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah
hitam Afrika, pasukan muslim juga menyeberangi selat Gibraltar, lalu masuk
ke Spanyol. Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang amat luas,
sehingga operasi ke jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju
utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Amu Dariyah). Sedangkan
yang lainnya ke arah selatan menyusuru Sind, wilayah india bagian barat
Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam
perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan.
Peristiwa paling mencolok keberaniannya mengepung kota Konstantinopel
melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan Dardanela,
setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti
Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama award, tidak
jauh dari ibu kota Romawi Timur itu. Di belahan timur, Muawiyah berhasil
menaklukan Khurrasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah, lalu
disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan. Dibawah komando

Gubernur Irak Hajjaj ibn Yusuf, tentara kaum muslimin menyeberangi sungai
Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana dan
Samarkand. Pasukan islam juga melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind
dan Punjab sampai ke Multan, pada waktu itu Islam menancapkan kakinya
untuk pertama kalinya di bumi India.
Wafat
Dalam sejarah, Abdul Malik dikenal dengan Abdul Muluk atau ayah para
raja atau khalifah. Dijuluki demikian karena keempat anaknya sempat
menjadi khalifah Bani Umayyah menggantikannya. Mereka itu adalah Walid,
Sulaiman, Yazid, dan Hisyam. Abdul Malik bin Marwan meninggal dunia pada
pertengahan bulan Syawwal tahun 86 Hijriyah dalam usia 60 tahun. Ia
meninggalkan karya besar bagi sejarah Islam. Masa pemerintahannya 21
tahun, dan 8 tahun dari masa tersebut menghadapi sengketa dengan
Khalifah Abdullah ibn Zubair.

AL-QURAN HADIS
ETIKA BERGAUL
D
I

S
U
S
U
N
OLEH :
INTAN MISI AMALIAH
XI IPA 2
MAN 1 KENDARI
2016/2017

INTAN MISI AMALIAH

Anda mungkin juga menyukai