LUKA
A.
PENDAHULUAN
Hampir semua orang pernah mengalami luka, misalnya teriris pisau ketika
memasak di dapur, terjatuh, kecelakaan lalu lintas atau mengalami luka bakar
akibat kontak dengan benda panas.
Ada luka yang dapat sembuh sendiri, misalnya pada luka baru yang kecil,
superfisial
(hanya
terkontaminasi,
dan
mengenai
ada
lapisan
luka
yang
kulit
paling
atas)
memerlukan
serta
intervensi
tidak
untuk
B.
b. Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah stratum korneum dan hanya terdiri atas 23 lapis sel.
c. Stratum granulosum
Terdapat di bawah stratum lusidum dan terdiri atas 2-3 lapis sel.
d. Stratum spinosum
Terdapat di bawah stratum granulosum dan sel-selnya mengandung
banyak glikogen.
e. Stratum basale
Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Terdiri atas 2 jenis sel
yaitu:
Sel-sel kolumnar
2. Dermis
Merupakan lapisan yang terdapat di bawah lapisan epidermis di mana
dalam lapisan ini terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak), kelenjar
keringat, ujung saraf, pembuluh darah, akar rambut, serabut kolagen,
C.
Luka derajat 4
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis,
subkutan, hingga otot, tendon atau tulang.
rule of nine (cara mengukur luas luka bakar pada orang dewasa di
mana tubuh dibagi ke dalam daerah-daerah yang sama dengan
kelipatan 9% luas permukaan tubuh total).
2. Luka tertutup
Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh atau tidak mengalami
luka. Misalnya :
a. Luka memar (kontusio)
Merupakan cedera pada jaringan dan menyebabkan kerusakan kapiler
sehingga darah merembes ke jaringan sekitarnya. Biasanya disebabkan
oleh benturan dengan benda tumpul.
b. Hematoma
Adalah pengumpulan darah setempat (biasanya menggumpal) di dalam
organ atau jaringan akibat pecahnya dinding pembuluh darah.
saluran
gastrointestinal,
saluran
kemih,
genital
atau
10
4. Luka kotor
Yaitu luka yang kotor.
Tingkat infeksi 40%
Berdasarkan lamanya penyembuhan, luka dapat digolongkan menjadi:
a. Luka akut yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan
lama fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat
diperkirakan)
Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi.
b. Luka kronik yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami
kegagalan dalam proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering
kambuh (waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan)
Contoh : ulkus pada penderita diabetes melitus (ulkus diabetik atau kaki
diabetik), ulkus akibat tekanan (pressure ulcer), ulkus akibat gangguan
vaskular, dll (Lebih detail mengenai luka kronik bisa dilihat dalam PK
Produk Luka Kronik)
Ulkus adalah hilangnya jaringan epidermis sampai dermis atau jaringan di
bawah kulit.
11
BAB II
PENYEMBUHAN LUKA
A.
12
13
B.
2. Fase proliferasi
Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar 3 minggu.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses:
a. Angiogenesis
Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi oleh TNF-2
untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
b. Granulasi
Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler
pada dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam luka
berproliferasi dan membentuk kolagen.
14
c. Kontraksi
Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang
disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka.
Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-.
d. Re-epitelisasi
Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru pada
permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka melintasi
permukaan luka. EGF berperan utama dalam proses ini.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung
berbulan-bulan.
Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut, penyerapan
kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru
serta pemecahan kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan parut
yang semula kemerahan dan tebal akan berubah menjadi jaringan parut
yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada
luka. Jaringan parut pada luka yang sembuh tidak akan mencapai
kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya mencapai 80% kekuatan
regang kulit normal.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang
My doc/BMK Penyembuhan Luka/EKM01, Juli 2009
15
C.
16
17
dari luka. Dengan metode ini, jaringan normal pada luka dapat ikut
terangkat (tidak selektif) dan dapat menimbulkan rasa nyeri saat kasa
dilepas dari luka. Dapat dilakukan pada luka dengan jaringan nekrotik
yang tidak terlalu banyak (sedang).
debridement)
Yaitu debrideman yang dilakukan
dengan menggunakan bahan kimia
atau
enzim
yang
dapat
metode
debrideman
rasa
pada
nyeri.
luka
Cocok
dengan
dengan
eskar
(jaringan
18
2. Infeksi
Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus
bekerja dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase inflamasi akan
berlangsung lebih lama. Infeksi tidak hanya menghambat penyembuhan
luka tetapi dapat menambah ukuran luka (besar dan/atau dalamnya luka).
Luka yang sembuh juga tidak sebaik jika luka tanpa infeksi.
3. Usia
Semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh karena respon sel
dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat.
4. Gangguan Suplai Nutrisi dan Oksigen pada Luka
Gangguan suplai nutrisi dan oksigen (misal akibat gangguan aliran darah
atau kekurangan volume darah) dapat menghambat penyembuhan luka.
5. Status Gizi
Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka karena kekurangan
vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses
penyembuhan luka.
19
steroid
atau
imunosupresan
jangka
panjang
dapat
E.
KOMPLIKASI LUKA
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada proses penyembuhan luka
adalah:
1. Hematoma
2. Infeksi
3. Dehiscence (terbukanya kembali luka yang sudah dijahit)
20
hipertrofik
21
BAB III
PENATALAKSANAAN LUKA
A.
PENILAIAN LUKA
Pada penatalaksanaan luka, perlu dilakukan penilaian luka, yaitu dalam
hal:
1. Perkiraan waktu penyembuhan (luka akut atau kronik)
2. Penyebab luka (trauma, operasi, gangguan pembuluh darah, dll)
3. Kedalaman luka (superfisial atau dalam)
4. Kondisi luka (bersih, kotor, eksudat, jaringan nekrotik, infeksi, dll)
Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang keluar dari luka yang mengandung
berbagai substansi seperti air, elektrolit, nutrisi, sel mediator inflamasi,
leukosit (sel darah putih), protease (enzim yang menghancurkan
protein).
Berdasarkan viskositas atau kekentalannya, eksudat terdiri dari 2 jenis
1. Eksudat yang encer (serous)
Pada luka akut, eksudat biasanya encer, jernih dengan jumlah
sedikit.
2. Eksudat yang kental (viscous)
Pada luka kronik, eksudat biasanya kental, kekuningan dengan
jumlah bervariasi.
Dalam jumah sedikit, eksudat bermanfaat untuk proses penyembuhan
luka. Eksudat diperlukan untuk menjaga lingkungan yang optimal bagi
My doc/BMK Penyembuhan Luka/EKM01, Juli 2009
22
B.
23
lingkungan
luka
yang
kering
akan
memperlambat
24
25
yang
baik
pada
luka
sehingga
proses
penyembuhan
berlangsung optimal.
5. Pemberian Antibiotika
Pada prinsipnya, luka yang bersih tidak perlu diberikan antibiotika.
Sedangkan pada luka terkontaminasi atau kotor, perlu diberikan antibiotika
untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka. Penggunaan antibiotika
topikal dapat berisiko terjadinya dermatitis kontak alergi dan resistensi
bakteri.
26
BAB IV
WOUND DRESSING
A.
environment)
2. Menyerap eksudat yang berlebihan
3. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanik
4. Mencegah luka dari kontaminasi mikroorganisme patogen
5. Meningkatkan hemostasis
6. Menyerap bau pada luka
Tidak ada satu pun wound dressing yang sesuai untuk semua jenis luka.
Namun suatu wound dressing seharusnya mempunyai satu atau lebih
karakteristik sebagai berikut:3,14,17,18
1. Mempertahankan lingkungan yang lembab (moist) pada luka
2. Menyerap eksudat yang berlebihan tanpa strikethrough (merembes ke
permukaan dressing)
3. Memberikan perlindungan mekanik pada luka
4. Memberikan
perlindungan
terhadap
mikroorganisme
patogen
27
B.
dressing
yang
dapat
melekat
pada
luka
sehingga
dapat
28
3. Tule (tulle)
Merupakan dressing yang berbentuk lembaran seperti kasa dengan
lubang-lubang yang lebih jarang tetapi lebih kuat, tidak meninggalkan
serpihan kain/benang pada luka dan bentuknya relatif tetap (tidak seperti
kasa). Sesuai untuk luka yang datar dan dangkal. Biasanya diisi
(impregnated) dengan gel, vaselin, parafin, antiseptik atau antibiotika
topikal. Contoh: Bactigras, Bioplacenton Tulle, Sofra-Tulle.
My doc/BMK Penyembuhan Luka/EKM01, Juli 2009
29
dressing
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmaja SM. Anatomi Kulit. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi
kedua, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1993:3-6.
2. Wasitaatmaja SM. Faal Kulit. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi
kedua, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1993:7-8.
3. Keast D, Orsted H. The Basic Principles of Wound Healing. www.pilonidal.
org/pdfs/Principles- of-Wound-Healing.pdf.30/10/2007.
4. Wound. www.wikipedia.com/en.wikipedia.org/wiki/Wound - 26k.05/10/2007.
5. Classification
of
wounds.
http://www.accessmedicine.com/popup.aspx?aID=
Care
guide.
www.mckinley.uiuc.edu/Handouts/pdfs/wound_care.pdf.
30/10/2007.
7. Gottrup F, Melling A, Hollander D.A. An overview of surgical site infections:
aetiology, incidence and risk factors. EWMA Journal 2005; 5(2): 11-5.
8. Sjamsuhidajat R. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R,
Jong W, ed. Buku Ajar ilmu Bedah. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC 1997: 72-4.
9. Diegelmann R.F, Evans M.C. Wound Healing : An Overview of Acute, Fibrotic and
Delayed Healing. Frontiers in Bioscience 2004;9:283-9.
10. Mercandetti
M,
Cohen
A.J.
Wound
Healing,
Healing
and
Repair.
http://www.emedicine.com/plastic/topic411.htm#target1. 05/10/2007.
11. Falanga
V.
Wound
Healing.
http://www.aad.org/professionals/Residents/
MedStudCoreCurr/ DCWoundHealing.htm/11/06/2007.
12. Treatment of Wounds. http://www.accessmedicine.com/popup.aspx? aID =
816774&print=yes. 11/06/2007.
13. Falabella A.F. Debridement and wound bed Preparation. Dermatologic Therapy
2006;19:317-25.
33
14. Sharman D. Moist wound healing: a review of evidence, application and outcome.
34