KELOMPOK I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
47.
48.
49.
(8604)
(8613)
(8653)
(8655)
(8657)
(8661)
(8662)
(8670)
(8673)
(8675)
(8679)
(8682)
(8685)
(8687)
(8688)
(8694)
(8696)
(8700)
(8708)
(8713)
(8714)
(8715)
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Mayka Dilistiani
Aini Sunar
Eka Aulia Rachman
Sri Mulyaningsih
Catarina Srihanani
Violita Sheilla
Istighfari Zahra Maulida
Riana Febriani
Yessy Trisnaningsih
Ayu Uswatun Hasanah
Melia Oktafiani
Meia Audinah
Ika Ratna Primasasti
Juliyanti Manulang
Siska Pramita Sari
Zam Basir Angga W.
Elylla Oktaviana
Atwina Rizki A. I. D.
Irsa Grusninda Praditia
Nopris Tiara Anisa
Selviani Fharifatun
Pangky Fajar Sagita
46.
(8718)
(8719)
(8802)
(8811)
(8823)
(8831)
(8847)
(8857)
(8871)
(8879)
(8882)
(8885)
(8888)
(8892)
(8893)
(8894)
(9803)
(8905)
(8908)
(8916)
(9919)
(8920)
puji syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya lah penulisan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
53.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika semester
empat.
penulis, mengenai
kode
etik
perawat gigi di Indonesia yang nantinya dapat di jadikan sebagai pegangan kita
di masa mendatang.
54.
55.
60.
Penyusun
61.
62.
63.
64.
65.
66.
2.1 Kewajiban
Umum.................................................................................................
74.
Masyarakat....................................................
75.
2.3
Kewajiban
Perawat
Gigi
Terhadap
Teman
Sejawatnya.....................................
76.
2.4
Kewajiban
Perawat
Gigi
Terhadap
Sendiri.................................................
77.
Bab 3. Penutup
78.
3.1
Kesimpulan.........................................................................................................10
79.
3.2
Saran...................................................................................................................10
80.
Daftar
Pustaka.................................................................................................................11
81.
82.
Diri
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91. BAB I
92. PENDAHULUAN
93. 1.1 Latar Belakang
94.
Perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam
kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus
berdasarkan Standar Profesi (SK Menkes Nomor 1035 Tahun 1998). Pengertian
dari profesi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu (ketrampilan,kejujuran,dan
sebagainya).
95.
Setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi harus memenuhi
beberapa persyaratan, salah satunya adalah memiliki kode etik sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
96.
Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar
dan tidak baik bagi profesional. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh
setiap mereka yang menjalankan profesi seperti dokter, perawat, perawat gigi dan
profesi lainnya.
97.
Begitu halnya dengan perawat gigi yang merupakan suatu profesi bidang
keperawatan gigi juga memiliki kode etik. Dengan adanya kode etik ini diharapkan
102.
103.
BAB 2
PEMBAHASAN
104.
105.
Pasal 1
106. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan
asuhan kesehatan gigi dan mulut, etika umum, etika kesehatan gigi, hukum dan
agama. Pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
perlu dipelihara dan ditingkatkan sesuai dengan kompetensi perawat gigi, etika
umum dan etika kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam rangka member
pelayanan terbaik pada pasien.
108.
dalam memberikan
Pasal 2
111.
membawa diri dalam sikap yang terpuji. Baik dalam hubungannya terhadap
pasien, masyarakat, teman sejawat maupun profesinya. Dalam menjalankan
tugasnya, perawat gigi harus mematuhi norma-norma luhur yang berlaku di
daerah dimana ia menjalankan tugas sebagai perawat gigi. Oleh karena itu
Perawat gigi Indonesia berkewajiban untuk menjaga tingkah laku, tutur kata
serta sikapnya agar selalu seimbang dengan martabat jabatan Perawat Gigi
sebagai salah satu tenaga kesehatan gigi. Masyarakat memandang perawat gigi
yang terampil adalah perawat gigi yang menjunjung tinggi norma hidup yang
luhur baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya.
113.
masyarakat, tetapi juga berdasarkan cara dan sikap hidupnya dalam masyarakat.
114.
115.
Pasal 3
116. Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak
bekerja berdasarkan kode etik yang telah diatur dan disepakati. Apabila ada
pelanggaran yang dilakukan dalam proses perawatan maka akan diberi sanksi
yang telah dimuat dalam kode etik profesi perawat gigi. Contoh: apabila seorang
perawat gigi membuka praktik tanpa lisensi maka akan diberi peringatan dan
jika hal itu terus berlanjut maka akan dikeluarkan dari organisasi profesi.
118.
119.
Pasal 4
120.
Kemudian
perawat
gigi
juga
berwenang
dalam
hal
124.
Pasal 5
125.
tenaga kesehatan menyeluruh seperti dokter gigi, dokter umum, bidan, perawat
umum, ahli gizi maupun penyuluh kesehatan masyarakat agar terjalin hubungan
yang baik, harmonis dan saling menghargai. Hubungan kerjasama yang baik
dapat mendukung terjalinnya kolaborasi perawat gigi dengan tenaga kesehatan
yang lain sehingga dapat melakukan asuhan pelayanan kesehatan dengan
terapeutik.
127.
128.
Pasal 6
129.
suatu motivasi/semangat dalam hal kesehatan gigi dan mulut pasien. Hal ini
diterapkan karena motivasi merupakan suatu pencegahan primer.
131.
132.
Pasal 7
133.
kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bidang promotif, preventif, dan
kuratif sederhana.
134.
gigi dan mulut diwajibkan untuk melakukan usaha baik secara pencegahan,
promotif, maupun tindakan kuratif sederhana. Peran perawat gigi dalam upaya
promotif dan preventif dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit gigi dan
mulut, upaya ini dilakukan sebagai rencana berjangka guna menekan angka
terjadinya penyakit gigi dan mulut dalam masyarakat, sedangkan peran perawat
gigi dalam upaya kuratif sederhana adalah dengan memberikan tindakan yang
bersifat kuratif yakni disaat penyakit gigi dan
137.
Pasal 8
138.
nantinya juga bekerja untuk masyarakat luas. Jadi sudah seharusnya menjadi
kewajiban untuk perawat gigi memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada
individu masyarakat.
140.
mendapat persetujuan apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Jika tidak,
perawatan tidak mungkin bisa diteruskan. Jika iya, harus laksanakan semaksimal
mungkin. Dengan adanya prosedur seperti ini, tidak mendapat kesan kalau
pasien tidak tahu apa yang dilakukan perawat terhadapnya, walaupun si perawat
sudah menjelaskan tentang indikasi yang sesuai dengan keadaan penderitanya,
tapi pasien lah yang sepenuhnya menentukan akan dilakukan tindakan atau
tidak.
141.
142.
Pasal 9
143.
144.
Pasal 10
149.
Pasal 11
155.
156.
kesehatan harus siap dan sigap dalam melayani masyarakat dalam kondisi
apapun dan kapanpun. Namun memang perlu diperhatikan sejauh mana
kemampuan yang kita miliki agar tidak terjadi kesalah yang tidak diinginkan.
Sebaiknya jangan menangani kasus di luar kompetensi kita sebagai perawat gigi,
lakukan pertolongan sederhana sesuai kompetensi kita, kemudian rujuk pada
orang yang lebih mampu menangani kasus tersebut, misalnya dokter gigi.
Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat berakibat fatal dan
merugikan pasien, alih alih bertujuan menolong tapi yang terjadi malah
membahayakan pasien.
158.
159.
160.
2.3 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya.
161.
Pasal 12
162.
rekan kerjanya. Hal ini dikarenakan untuk menciptakan proses kerja yang, adil
serta tidak menimbulkan kesenjangan. Selain itu, bertujuan untuk membentuk
lingkungan kerja yang nyaman, sehingga kinerja yang dihasilkan pun optimal.
164.
tentunya tidak terlepas dari andil organisasi profesi yang menaungi. Pengetahuan
yang dimiliki hendknya dibagikan kepada sesama perawat gigi. Untuk
pencarian solusi atas kesalahpahaman yang timbul antar sesama perawat gigi.
Selain itu dapat dijadikan sebagai sarana curah pendapat tentang isu-isu teraktual
dalam dunia kedokteran gigi.
166.
167.
168.
169.
170.
Pasal 13
171.
bekerja secara teleti dan hendaknya selalu berusaha mawas diri untuk
meningkatkan citra perawat gigi di masyarakat.
173.
174.
Pasal 14
175.
ilmu baru yang lebih memadai. Dapat kita lihat pada realitanya dilapangan,
asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifat manual dan konvensional,
belum disertai dengan sistem/perangkat tekhnolgi yang memadai. Contohnya
dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian
dalam praktek. Dengan adanya perkembangan teknologi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik.
177.
178.
Pasal 15
179.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah dijabarkan pada bab pembahasan,
3.2 Saran
b. Perawat gigi Indonesia harus menjaga nama baik dengan ilmu, moral dan etika
agar tidak berdampak buruk pada nama baik seluruh perawat gigi di Indonesia
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
DAFTAR PUSTAKA
215.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
378/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang Standar Profesi Perawat Gigi
216.
Nomor
217.
http://prasxo.wordpress.com/2011/02/17/definisi-perawat-gigi/
melalui Google Chrome 10/03/2012
diunduh
218.
http://www.pdgi.or.id/assets/files/2010/Kepmenkes.pdf diunduh melalui
Mozzila Firework Standar Profesi Perawat Gigi tanggal 10/3/2012.
219.
http://mohtar.staff.uns.ac.id/files/2009/03/kode-etik.pdf
diunduh
di
unduh melalui Mozzila Firework Profesi,Kode Etik,dan Profesionalisme
tanggal 10/3/2012.
220.
221.